Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Oleh :
NIM: 0808036323
LEMBAR PERSETUJUAN
TESIS
Mengetahui:
Ketua Program Studi
Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
ii
iii
ABSTRAK
iv
v
ABSTRACT
Polma Parulian Sinaga. The Influence of School Principals’ Leadership Style and
Schools’ Work Environment Toward Teachers’ Work Motivation of Subrayon
Satu Vocational Schools at Kota Bekasi West Java. Thesis. Jakarta: University of
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, 2010.
v
vi
that the principals can increase teachers’ work motivation both direcly through
exercice their leadership style or indirectly through betterment schools’ work
environment.
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang berkat rahmat dan
hidayat-Nya proposal penelitian untuk tesis ini dapat kami selesaikan. Banyak
pihak yang secara langsung atau tak langsung telah berjasa dalam penyiapan
proposal tesis ini. Pada kesempatan kami mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Ismaun, M.Pd, Pembimbing Satu;
2. Dr. Hj. Anik Suwarni, MM, Pembimbing Dua;
3. Prof. D. H. Suyatno, M.Pd, Rektor Uhamka;
4. Prof. Dr. H. R. Santosa Murwani, Direktur PPs Uhamka;
5. Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM., M.Pd, Ketua Program Magister
Manajemen Pendidikan PPs Uhamka;
6. Staf pengajar / staf administrasi PPs Uhamka;
Tidak lupa terima kasih kami ucapkan kepada suami tercinta beserta anak-anak
tersayang yang dengan caranya masing-masing telah mendorong penyelesaian
proposal tesis ini.
Agustus, 2010
Peneliti
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Masalah Penelitian 9
1. Identifikasi Masalah 9
2. Pembatasan Masalah 11
3. Perumusan Masalah 12
C. Kegunaan Penelitian 12
viii
ix
Halaman
terhadap Lingkungan Kerja Sekolah
D. Hipotesis Penelitian 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 68
A. Tujuan Penelitian 68
B. Waktu dan Tempat Penelitian 68
C. Disain Penelitian 69
D. Populasi dan Sampel 70
E. Teknik Pengumpulan Data 73
1. Variabel Motivasi Kerja Guru 73
2. Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 74
3. Variabel Lingkungan Kerja Sekolah 76
F. Teknik Analisis Data 78
G. Hipotesis Statistik 79
BAB IV HASIL PENELITIAN 81
A. Deskripsi Data 81
1. Data Motivasi Kerja Guru 81
2. Data Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 82
3. Data Lingkungan Kerja Sekolah 84
B. Uji Prasayarat Analisis 86
1. Uji Normalitas 86
2. Uji Homogenitas 88
3. Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi 89
C. Uji Hipotesis 95
D. Pembahasan 100
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Motivasi Kerja Guru 100
2. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Motivasi
Kerja Sekolah 102
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
terhadap Lingkungan Kerja Sekolah 104
E. Keterbatasan 105
ix
x
Halaman
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 106
A. Kesimpulan 106
B. Implikasi 108
C. Saran 109
x
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Model Motivasi Kerja Dua Faktor Herzberg 19
Tabel 2. Jadwal Penelitian 69
Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Guru, Pegawai, dan Siswa SMK
Subrayon Satu Kota Bekasi Tahun 2009 71
Tabel 4. Sampel Guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi 72
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Kerja Guru 73
Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Kualitas Lingkungan Sekolah 75
Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah 77
Tabel 8. Tabel Frekuensi Skor Motivasi Kerja Guru 81
Tabel 9. Tabel Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah 83
Tabel 10. Tabel Frekurnsi Skor Lingkungan Kerja Sekolah 85
Tabel 11. Hasil Pengujian Normalitas Galat Baku Taksiran 86
Tabel 12. Hasil Pengujian Homogenitas Varians 88
Tabel 13. Tabel ANAVA = 0.98+0.69X1 89
Tabel 14. Tabel ANAVA = 2.04+0.32X2 91
Tabel 15. Tabel ANAVA = 2.36+0.24X1 93
Tabel 16. Matriks Korelasi Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Lingkungan Kerja Sekolah, dan
Motivasi Kerja Guru 96
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Motivasi (Wahjosumidjo, 2007:175) 15
Gambar 2. Proses Motivasi (Kartonego, 1994:127) 16
Gambar 3. Model Hirarkhi Kebutuhan Maslow (Pareck,
2001:112) 18
Gambar 4. Teori Vroom (Wahjusumidjo, 2007:313) 23
Gambar 5. Model Kepemimpinan Situasional (Hersey &
Blanchard, 1977:107) 46
Gambar 6. Segi Empat Gaya Kepemimpinan Dasar menurut
Hersey 48
Gambar 7. Model Getzer (Nurtaim, 2006:12) 49
Gambar 8. Konstelasi Masalah Penelitian 70
Gambar 9. Histogram Skor Motivasi Kerja Guru 79
Gambar 10. Hitogram Skor Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 83
Gambar 11. Histogram Skor Lingkungan Kerja Sekolah 85
Gambar 12. Diagram Pencar Regresi Motivasi Kerja Guru
terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 89
Gambar 13. Diagram Pencar Regresi Motivasi Kerja Guru
terhadap Lingkungan Kerja Sekolah 91
Gambar 14. Diagram Pencar Regresi Lingkungan Kerja Sekolah
terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah 93
Gambar 15. Koefisien Jalur Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1) dan Lingkungan Kerja Sekolah
(X2) terhadap Motivasi Kerja Guru (X3) 96
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian 115
Lampiran 2. Hasil Ujicoba 126
Lampiran 3. Data Penelitian 141
Lampiran 4. Hasil Analisis Data 146
Lampiran 5. Tabel Statistik 163
Lampiran 6. Perizinan 164
Lampiran 7. Riwayat Hidup 165
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab pendidikan adalah usaha
Pendidikan atau dipersempit dalam arti pengajaran, adalah suatu usaha yang
bersifat sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku
menuju ke kedewasaan anak didik. Perubahan itu menunjukkan pada suatu
proses yang harus dilalui. Tanpa proses itu perubahan tidak mungkin terjadi,
1
2
tanpa proses itu tujuan tidak akan tercapai. Dan proses yang dimaksud disini
adalah proses pendidikan.1
seutuhnya, merupakan suatu mata rantai dari upaya yang dilakukan pemerintah
dan masyarakat. Hal ini akan dapat dicapai hanya dengan melalui lembaga
manivestasi dari manusia yang produktif. Manusia yang produktif ditandai dengan
menghasilkan sesuatu bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain, serta tidak
jenjang yang lebih tinggi dan dan mengembangkan diri sejalan dengan
alam sekitarnya.
1
Winarno Surakhmad. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jernmars, h. 13.
3
berada pada peringkat ke 110 dari 177 negara yang disurvey dan memperoleh
diharapkan dapat menjadi patokan tercapai pemerataan mutu sebagai hasil proses
pendidikan yang saat ini dirasa belum meningkatkan kualitas pendidikan secara
Nasional tentang rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada setiap jenjang dan
satuan pendidikan:
2
Ninin Damayanti. 2007. “Indeks Pembangunan Indonesia Terendah di Asia Tenggara.”
Tempo Interaktif, 17 Desember. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/12/17/
brk,20071217-113690,id.html (Diunduh 16 Desember 2010).
3
Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Edisi 2. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, h. 3.
4
production function atau input output analisis yang tidak dilaksanakan secara
sangat tergantung pada keputusan birokrasi. (3) Faktor peran serta masyarakat
khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendididkan selama ini sangat
minim.
Dalam proses pendidikan di sekolah guru adalah salah satu unsur pelaksana
keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan bidang dan disiplin ilmunya serta memberikan bimbingan kepada siswa
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Karena itu dipandang perlu
untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru dalam
dalam kaitannya dengan kualitas lingkungan kerja dan gaya kepemimpinan kepala
Pada SMK Subrayon Satu Kota Bekasi ada terdapat satu SMK Negeri dan
21 SMK Swasta. Pada SMK Negeri terdapat 98 guru, 33 pegawai, dan 1530
siswa. Jumlah ini jauh melebihi SMK Swasta yang secara rata-rata hanya
5
memiliki 28 guru, 4 pegawai, dan 315 siswa. Namun ukuran rata-rata ini tidak
mereka ada yang hanya memiliki 13 guru, 1 pegawai, dan 31 siswatapi juga ada
yang memiliki 53 guru, 14 pegawai, dan 626 siswa. Jadi terdapat kesenjangan
yang cukup lebar di antara SMK Swasta sendiri dari segi jumlah guru, pegawai
dan siswa.
meratanya kualitas SMK di wilayah Subrayon Satu Kota Bekasi. Pilihan utama
masyarakat tetap pada SMK Negeri, namun daya tampungnya tentu amat terbatas.
Dari keseluruhan siswsa SMK Subrayon Kota Bekasi yang berjumlah 8.156
orang, hanya 19% yang bersekolah di SMK Negeri dan 81% selebihnya
bersekolah di SMK Swasta. Persentase kumulatif yang amat besar pada jumlah
bagi SMK Swasta sendiri. Mereka harus meningkatkan kualitas pengajaran dan
mutu guru dan pegawainya. Pada era otonomi sekolah, di mana perbedaan Negeri
meningkatkan kualitas dirinya agar menjadi pilihan yang terbaik bagi masyarakat
inilah SMK Swasta dapat diharapkan berperan meningkatkan kualitas anak bangsa
telah membawa dampak terhadap SMK Subrayon Satu Kota Bekasi. Belum
pendorong semangat kerja.4 Seseorang akan memiliki motivasi kerja yang tinggi
secara maksimal. Dengan motivasi kerja yang tinggi para guru akan terdorong
kenyataan para guru tidak selalu bekerja dengan motivasi yang tinggi,
Subrayon Satu Kota Bekasi, kami mendapat masih banyaknya guru yang bekerja
dengan motivasi yang rendah. Rendahnya motivasi kerja para guru terlihat dari
karena berbagai alasan yang kurang masuk akal. Kami melihat cukup kentaranya
gejala-gejala ini terdapat pada beberapa sekolah di sekitar tempat kami bertugas,
4
Pandji Anoraga. 2007. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, h. 35.
7
dan tidak tertutup kemungkinan bahwa gejala ini juga terdapat di sekolah-sekolah
lain dalam lingkungan SMK Subrayon Satu Kota Bekasi. Sudah tentu persoalan
Agar guru memiliki motivasi yang kuat, mereka harus bekerja dalam
yang ada pada tempat ia bekerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan
sekolah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah baik
lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan
dorongan (motivasi) kepada setiap individu untuk dapat bekerja dengan nyaman
Kota Bekasi, faktor lingkungan kerja ini memang kurang kondusif, baik secara
fisik maupun sosial. Secara fisik masih banyak sekolah dengan kondisi bangunan,
sosial yang cukup lebar antara pengurus atau pejabat sekolah dengan para guru.
Sudah tentu kondisi ini akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi kerja guru
penting bagi motivasi kerja guru. Dalam menjalankan roda kepemimpinan, kepala
8
yang tepat. Strategi kepemimpinan ini berisikan iklim dan seni untuk memperoleh
maksud yang diinginkan, serta berisi patokan yang perlu dipegang untuk
dengan situasi, sifat dan kondisi yang ada agar gaya yang akan digunakan tidak
Kota Bekasi, faktor kepemimpinan kepala sekolah ini memang perlu memperoleh
perhatian yang serius. Di antara sekolah tersebut, ada terdapat kepala sekolah
yang memimpin dengan gaya yang otoriter dan seenaknya. Kebanyakan kepala
yang lebih pro pada kepentingan yayasan ketimbangan pada kepentingan guru.
Memang ada kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan guru, akan tetapi mereka juga tidak dapat berbuat banyak di luar kendali
yayasan. Para guru guru hanya dapat pasrah menerima keadaan, yang berakibat
Berdasarkan uraian di atas, ada persoalan dalam motivasi kerja guru yang
sekolah. Hal ini amat terasa di lingkungan SMK Subrayon Satu Kota Bekasi. Oleh
9
karena itu, penelitian ini ingin mengungkap seberapa besar pengaruh gaya
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
pemasukan dari siswa, dalam kenyataan sekolah terbelah antara yang kaya
yang jumlah siswa barunya tidak bertambah dari tahun ke tahun sementara
10
kurang memadai dan gaji tidak mencukupi akibat minimnya pemasukan dari
siswa.
persaingan yang tidak sehat antar sesama guru, di mana guru yang pintar
yang lebih besar ketimbang guru yang biasa-biasa saja. Kehidupan sosial
mereka. Jika kinerja guru diukur dengan prestasi belajar siswa, maka dari
tahun ke tahun tidak ada peningkatan yang berrarti dalam prestasi belajar
siswa. Secara rata-rata, nilai UAN siswa di sebagian besar SMK selalu di
bawah rata-rata.
tidak didasarkan pada kinerja. Bagi guru sama saja dampak kinerja tinggi
atau rendah terhadap penghasilan mereka, karena tidak ada insentif bagi
yang bikerja tinggi sebagaimana tidak ada hukuman bagi yang berkinerja
guru secara berkala. Tampaknya hal ini berkaitan dengan persoalan teknis
belum tersedianya standar kinerja yang dapat dijadikan acuan dalam menilai
kinerja guru.
9. Secara fisik lingkungan kerja sebagian besar sekolah kurang kondusif bagi
baik antar guru, siswa, kepala sekolah, dan masyarakat. Suasana yang ramah
dan hangat kurang tercipta, sehingga tidak terjalin komunikasi yang baik
antar warga sekolah. Sering suatu masalah meruncing hanya karena gesekan
kecil, entah akibat kenakalan siswa atau karena kurangnya pengertian guru,
dengan terus berusaha mencari solusi dari masalah yang dihadapi, membuat
lingkungan kerja yang kondusif, serta menggalang para guru untuk bekerja
dengan motivasi yang tinggi. Kurang mampunya sebagian SMK keluar dari
2. Pembatasan Masalah
sekolah dan lingkungan kerja sekolah dan terhadap motivasi kerja guru pada SMK
Subrayon Satu Kota Bekasi. Dengan kata lain, penelitian dibatasi pada masalah:
3. Perumusan Masalah
C. Kegunaan Penelitian
13
kerja guru. Selain itu juga memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian
tindak lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru dalam
kerja guru. Selain itu juga sebagai umpan balik (feed back) dalam upaya
BAB II
A. Deskripsi Teori
a. Pengertian Motivasi
14
15
motivasi menurut Syah5 adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi
terjadi pada diri seseorang itu sendiri (instrinsik) atau faktor di luar diri seseorang
(ekstrinsik).
Jadi bagi seorang dalam berbuat sesuatu, disebabkan oleh karena adanya
keinginan yang kuat dari dalam dirinya untuk mencapapai sesuatu tersebut. Tetapi
5
Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung
Jernmars, h. 131.
6
Wahjosumidjo. 2007. Kepemirnpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghana Idonesia, h. 175.
16
organisasi mau dan rela untuk menggunakan kemampuan dalam bentuk keahlian
sebelumnya.7
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.
yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi sehingga dalam motivasi terdapat
tiga unsur yakni kebutuhan, upaya dan tujuan organisasi. Keterikatan diantara
Pemenuhan Ketegangan
Kebutuhan Berkurang
7
Sondang P Siagian. 2005. Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, h. 138.
8
Stephen P Robbins. 2006. Perilaku Organisasi. Penerjemah Benyamin Molan. Jakarta:
PT. Indeks, Kelompok Gramedia, h.198.
17
Pendapat lain dikemukakan oleh Bittel9 bahwa motivasi adalah proses yang
lain seorang guru akan memperoleh kenaikan upah apabila organisasinya sudah
adanya dorongan dari dalam diri pekerja. Motivasi ini dapat disebut motif dasar
(basic motive) yang datang karena ada kebutuhan secara biologis atau dorongan
yang bersifat organisme misal motivasi untuk makan, minu.m, bernafas, istirahat
seseorang karena adanya dorongan dari luar, motivasi ini dapat disebut motivasi
sosial. Motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari (learned motive) dan akan
berbeda untuk setiap bangsa dan kelompok masyarakat. Hal ini merupakan
perkembangan dan motif dasar yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial, adat
b. Teori Motivasi
9
L. R. Bittle & J. Newstrom. 2006. Pedoman Penyelia. Penerjemah Bambang Hartono.
Jakarta: Pustaka Binawan Pesindo, h. 293.
18
dirasakan sulit bagi para pemegang pimpinan. Dikatakan panting, sebab bagi
menciptakan motivasi yang tepat bagi bawahan. Sedangkan dirasakan sulit bagi
pimpinan karena untuk mengamati dan mengukur motivasi setiap bawahan belum
ada kriterianya.
Teori motivasi lahir sebagai akibat banyaknya para peneliti yang membahas
tentang motivasi kerja. Beberapa teori yang kini di kenal mengenai motivasi
(physiological needs) manifestasinya dalam tiga hal yaitu: Sandang, pangan, dan
papan. (2) Kebutuhan rasa aman (safety needs). Manifestasinya berupa keamanan
jiwa dimana manusia itu berada, keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiuan
dan jaminan hari tua. (3) Kebutuhan sosial (social needs). Manifestasinya berupa
Kebutuhan akan penghargaan dan prestise (esteem needs). Kebutuhan ini disebut
tingkat tinggi.
10
A. H. Maslow. 2007. Motivasi & Perilaku. Penerjemah Redaksi. Semarang: Dahara
Prize, h.3.
19
Kebutuhan
Aktualisasi diri
Kebutuhan Ego
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Keselamatan
Kebutuhan Fisiologis
keselamatan, yang harus dipenuhi secara eksternal dan kebutuhan tingkat tinggi
internal. Jadi teori ini membedakan antara perwujudan diri sebagai kebutuhan
diberikan jika digunakan motivator yang berfungsi. Teori ini disebut juga teori
penelitian motivasi di mana ada dua macam situasi yang berpengaruh terhadap
20
dissatisfrers atau hygiene factors. Satisfers adalah situasi atau faktor-faktor yang
menjadi number ketidak puasan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Thoha11 menurutnya ada tiga kelompok inti dari kebutuhan-kebutuhan yaitu: (1)
11
Miftah Thoha. 2005. Kepemirnpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 17.
21
adalah kebutuhan yang berasal dari dalam dirinya untuk tumbuh dan berkembang
kearah kernajuan.
pendidikan, memberikan penekanan yang lebih kuat kepada salah satu diantara
kebutuhan itu. Teori ERG lebih mendekati kepada kenyataan hidup sehari-hari.
yang dikutip oleh Kertonegoro12 bahwa ada 3 motif utama manusia dalam bekerja
yaitu: (1) Kebutuhan untuk mencapai basil (needs for achievemen / n-ach)
kekuasaan (need for power/ n-pow) merupakan kebutuhan untuk membuat pihak
lain berperilaku sesuai dengan kehendaknya. (3) Kebutuhan untuk aplikasi (needs
for affiliation/ n-aff) merupakan keinginan akan hubungan persahabatan dan antar
pribadi. Dari teori ini dapat disimpulkan bahwa manusia pada hakekatnya
keinginan untuk melakukan sesuatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi
12
Sentanoe T. Kertonegoro. Manajemen Organisasi. Jakarta: Widia Press, h. 131.
22
teori bare yang disebut teori evaluasi kognitif.13 Menurutnya jika faktor-faktor
motivational yang ekstrinsik diperkenalkan seperti upah atau gaji yang besar yang
6) Teori Penguatan
Teori ini didukung oleh Skinner. Menurut Skinner yang dikutip oleh
akan cenderung mengulangi perilaku yang hasilnya memberikan balas jasa yang
7) Teori Keadilan
kelompok lain yang sederajat. Tingkat keadilan itu dapat diukur dengan rasio
13
Siagian, 1994. Op. cit, h. 132.
14
Kertonegoro, 2004. Op. cit, h. 132
23
antara kerja dan upah yang diterima seorang guru dan oleh satu lingkungan kerja
sebagai berikut: (1) Input yaitu suatu yang diserahkan individu dalam
keterampilan dan pengalaman. (2) Outcome yaitu sesuatu yang diterima dari
perusahaan sebagai imbaian atas tugas yang diterima dari perushaan seperti
perumahan, kesehatan, dan iklim kerja. (3) Comparisone person yaitu individu
kepada siapa guru membandingkan antara input dan outcome individu tersebut,
8) Teori Pengharapan
merupakan teori yang terbaru. Menurut Vroom yang dikutip Wahyosumijo 16 hasil
yang dicapai merupakan alat pemuasan bagi seseorang. produktivitas adalah alat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu bila ingin memotivasi
15
Buchari Zainun. Tth. Manajemen Motivasi. Jakarta: Balal Pustaka, h. 53
16
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghana Idonesia, h. 313
24
Dan uraian diatas teori ini menunjukkan bahwa bila seorang berusaha dan
bekerja dengan baik maka basil organisasi akan meningkat. Hal ini berarti
disamping tujuan organisasi tercapai tujuan pribadi seseorang juga tercapai. Oleh
karena itu dalam memahami teori ini perlu dimengerti tujuan individu dalam
9) Teori Persepsi
Teori ini dikemukakan oleh Pace yang menjelaskan motivasi dalam arti
peluang apa yang tersedia, seberapa banyak pemenuhan yang terjadi, seberapa
Peranan faktor tersebut dalam konsep vitalitas kerja dapat dijelaskan sebagai
berikut: Dalam awal karier hingga tingkat tertentu kita punya seperangkat harapan
yang berakar dalam serangkaian janji yang dipersepsikan. Janji adalah suatu
jaminan nyata atau dibayangkan yang diberikan seseorang atau organisasi kepada
kita dan membantu kita mencapai sesuatu pada masa depan. Pekerjaan itu sendiri
adalah suatu bentuk janji. Ketika kita mendapat pekerjaan, terbentuk asumsi
17
R Wayne Pace and Don F. Faules . 2005. Komunikasi Organisasi Strategi Peningkalan
Kinerja Perusahaan. Penerjemah Deddy Mulyana. Bandung: Rernaja Rosdakarya, h. 129.
25
Kesimpulan dari beberapa teori diatas bahwa motivasi yang perlu dipelajari
dan yang tidak perlu dipelajari (unlearned motive) yaitu motivasi dasar yang
terdiri dari motivasi bawaan, motivasi jasmaniah atau lebih dikenal denagn
motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang telah ada dalam diri orang itu sandhi.
Selanjutnya motivasi yang harus dipelajari (learned motive) terdiri dari motivasi
sosial yaitu motif yang perlu dorongan dari liar atau lebih dikenal dengan motivasi
ekstrinsik.
bahwa proses kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar dan berhasil dengan
baik apabila pada gurunya tumbuh motivasi untuk meningkatkan kualitas lulusan
antara guru dengan kepala, hubungan antara guru dengan guru, maupun hubungan
antara guru dengan siswa terjalin hubungan yang hannonis. Untuk itu agar para
diharapkan, maka seorang pemimpin harus mampu mengerti tentang kondisi para
gurunya karena guru tersebut sebagai sumber daya yang perlu terus diarahkan dan
dibina.
tujuan pendidikan. oleh sebab itu perlu diberikan arahan dan dorongan untuk
meningkatkan hasil kerja guru itu sendiri, baik secara material maupun non
26
material, dan akan lebih baik lagi apabila bentuk dorongan menyangkut
oleh faktor intern (faktor bawaan) yang melekat pada did seseorang seperti
depan. Ada yang berpendapat antara lain: "Motivasi dipengaruhi oleh faktor
yang perlu dipenuhi oleh pars bawahan, (3) persediannya seperangkat alat-alat
terhadap bawahan.
antara lain: (1) Kemampuan bekerja, (2) semangat atau moral kerja, (3) rasa
pekerja.
motivasi adalah faktor ekstern dan intern yang dimiliki oleh seorang pemimpin
18
Singgih Dirgagunarsa. 2002. Psikologi Perkembangan Seri Pendidikan Keluarga.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 19.
27
motivasi terdapat rangkaian interaksi antara berbagai faktor antara lain: (1)
yang dianut. (2) Situasi di mana individu bekerja misalnya persepsi individu
terhadap pekerja, harapan dan cita-cita di dalarn bekerja dan kecakapan di dalam
pekerjaan dan keinginan pimpinan. (5) Pengaruh yang datang dari berbagai pihak,
bisa berasal dari sesama rekan pekerja bisa pula dari hubungan di luar pekerjaan.
(6) Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu artinya apabila segala sesuatu
benar-benar sesuai dengan yang diinginkan maka akan meningkatkan rasa harga
diri dan prestasi kerja. (7) Prilaku atas perbuatan yang ditampilkan dan prestasi
kerja. (8) Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan, cita-cita dan tujuan
baru.
faktor yang dapat mempengaruhi terhadap motivasi kerja, baik instrinsik maupun
ekstrinsik. Oleh karena itu guru sebagai pelaku pendidikan yang bertugas
mendidik dan mengajar senantiasa akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang pada
kerja guru dalam penelitian ini dipahami sebagai dorongan dari dalam diri guru
berorientasi prestasi.
19
Wahyusumijo, 2007. Loc. cit.
28
pamrih.
Kedua, guru yang memiliki motivasi kerja tinggi adalah yang berdisiplin
Ketiga, guru yang bermotivasi kerja tinggi adalah yang berorientasi kepada
proaktif menjalankan tugas, dan tidak ciut dengan kurangnya dukungan pimpinan.
a. Pengertian kepemimpinan
maupun secara leas. Kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempengaruhi perestasi kerja orang lain dalam organisasi dengan mana tujuan
pimpinan suatu unit kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain terutama
organisasi."
individu dalam suatu kelompok, oleh karena itu kepemimpinan dapat diartikan
melalui human relation dan motivasi yang tepat agar mereka mau kerjasama untuk
20
Sondang P Siagian. 2005. Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta, h. 27.
21
Edwin A. Locke, & Association. 1997. Esensi Kepemimpinan, Penerjemah Aris Ananda.
Jakarta: Penerbit Spektrum, h. 3
30
membujuk orang lain dalam suatu kelompok agar mau bekerja sama untuk
memotivasi, mengawasi tindakan atau tingkah Iaku orang lain. Hersey and
ahli, yaitu :
dalam situasi tertentu. Jadi kepemimpinan itu akan terjadi apabila didalam situasi
kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin. Hal ini sejalan dengan pandangan
22
Paul Hersey and Kenneth Blanchard. 2003. Management of Organizational Behavior.
Utilizing Human Resouces. New Jersey: Practice-Hall. Inc, Engliwood Cliffs, h.84
31
kesejahteraan bagi anggota kelompoknya. Ada pendapat lain yaitu Mardjin Sjam
Pada akhirnya dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli pada hakikatnya
memberikan makna bahwa : (1) Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada
kedudukan (posisi) serta gaya atau prilaku pemimpin. (3) Kepemimpinan adalah
23
F. E. Fiedler & M. M. Chermer. 2004. Leadeship and Effective. Glein View: Scott,
Foreman & Company, h. 10
24
Dirawat, dkk. 2003. Pengantar Kepemimpinan dadam Rangka Inowasi Pendidikan
Pertumbuhan Jabalan Guru. Jakarta, h. 26.
32
secara vertikal yakni terhadap pimpinan yang secara hirarkhis lebih tinggi
daripadanya. Karena kehidupan di jaman modern seperti sekarang ini tidak ada
lagi kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh diri sendiri tanpa bergabung dalam
nampak egosentris. Tetapi periu disadari bahwa perilaku demikian tidak selalu
otomatis bersifat destruktif dan berakibat negatif bagi pembinaan kerjasama yang
yang terarah dan berencana serta sistematis tanpa melupakan nilai manusiawi.
b. Kepemimpinan Pendidikan
menekankan pada terciptanya hubungan antar personil yang lebih harmonis dalam
Penmalangan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMAN Pantianak.” Bandung. Tesis.FPS IKIP,
h. i.
33
mau bekerja dengan penuh tanggungjawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan
yang terkait dalam lingkup pendidikan yang meliputi unsur-unsur guru, staf tata
usaha, siswa serta unsur lainnya agar mereka mau berbuat dan bekerja sesuai
dengan tugasnya serta penuh rasa tanggung jawab dan ikhlas, maka kerjasama itu
merupakan usaha dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Terkait dengan ini,
26
Dirawat dkk, 2003, Op. cit, h. 33.
27
Hadari Nawawi. 1985. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, h.82
34
mencapai tujuan dan berbagai sasaran. Dilihat clan prinsip kepemimpinan yang
pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara radar dinamika hubungan
Dilihat dari satuan pendidikan ada dua jabatan panting yang diduduki oleh
dituntut untuk lebih kreatif dalam memanage sekolahnya yang pada pokoknya
28
Frances Hesselbern, Marshall Gold Smith, Richard Beckhard (Eds.), 2000. The Leader of
The Future. Penerjemah Bob Widyahartono. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, h. 125
35
(pendorong).29
syarat yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut : (1)
Kepribadian: yaitu kepala sekolah harus dapat memiliki sifat-sifat pribadi antara
lain: ramah, periang, bersemangat, berani, murah hati, spontan, percaya diri, serta
memiliki kepekaan sosial yang tinggi. (2) Pemahaman dan penguasaan terhadap
warga sekolah agar mereka memahami tujuan yang hendak dicapai. (3)
Intinya dari teori ini adalah untuk melihat sifat-sifat yang dimiliki oleh
rohaniah. Oleh karena itu, sangat panting untuk mengetahui kaitan antara
pemimpin. Akan tetapi, hasil-hasil penelitian yang telah lalu di bidang ilmu sosial
29
Depdiknas. 2000. Pandunan Manajemen Sekolah. Jakarta: Dikmenum, h. 15
30
Mukhneri. 2004. Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Badan Penerbit Jurusan
Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, h. 3
36
membandingkan sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin yang sukses dan yang
tidak sukses, namun penelitian tidak menemukan secara jelas dan konsisten
perbedaannya.31
tidak efektif dalam suatu penelitian menemukan bahwa sifat seperti kecerdasan,
kepemimpinan dan unjuk kerja. Dan dalam penelitian inipun menemukan bahwa
sifat yang paling penting yang berhubungan dengan kepemimpinan dan unjuk
situasi.
dengan konteks pemahaman yang lebih luas. Maka secara umum keenam ciri
31
Djaenabong.1994. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah TK di Kodya Ujung Pandang.
Ujung Pandang: LPM IKIP, h. 6
32
Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita. 1997, Perilaku Keorganisasian. Jogyakarta:
BPFE, h. 129
37
sekolah memiliki beban berat, dalam hal seorang pemimpin dan hares memiliki
kelebihankelebihan baik dalam ilmu pengetahuan, daya tahan mental dan fisik
meliputi kecerdasan inisiatif dan keyakinan diri, berwibawa, berani, ulet, rajin,
tanggung jawab dan beban yang lebih berat dari yang dipimpin maka pemimpin
fisik. Untuk itu pemimpin perlu memiliki sifat tersebut walaupun sifat-sifat itu
dan hal tersebut tidak lepas dari kontek manusia tidak sempurna. Walaupun
kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Hal ini secara langsung
33
Nanang Fattah. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
h. 90.
38
sangat penting sekali untuk dipahami, karena perilaku gaya kepemimpinan, dan
pendidikan.
Dalam hal perilaku, para peneliti memfokuskan dua aspek perilaku yaitu
kelompok atau fungsi sosial. Sedangkan hal kedua menunjuk kepada gaya yang
dua gaya yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pad tugas (task orientation)
Para peneliti dari Universitas Ohio dan Universitas Michigan serta para penulis
manajemen seperti Blake, Mouton dan Likert telah mencoba menentukan mana
diantara kedua gaya ini yang merupakan gaya kepemimpinan yang efektif.
Perilaku kepemimpinan sangat beragam dari sate situasi ke situasi yang lain.
banyak dan lebih beragam dibanding dengan apa yang dilakukan oleh kelompok
kecil. Pada umumnya pemimpin dalam kelompok besar cenderung bersifat kurang
Pada umumnya ada dua cars yang dilakukan oleh pemimpin dalam
kemanusiaan.
hubungan pemimpin dengan kelompok kerja yang berbentuk pola organisasi yang
tertentu, bentuk komunikasi yang tertentu, dan prosedur kerja yang tertentu Dalam
34
Andrew B. Halpin. 2006. Theory and Research In Administrations. New York: Mc.
Milian Company, h. 83
40
kepada produksi, menekankan pada aspek teknis dari pekerjaan, melihat pekerja
Kedua orientasi ini paralel dengan dimensi konsiderasi dan dimensi struktur
dari studi Ohio. Kedua dimensi ini berdiri secara terpisah namun tidak
bertentangan. Sila satu dimensi tinggi pada seseorang tidak berarti dimensi
lainnya hares rendah. Ada kemungkinan kedua dimensi tinggi atau keduanya
rendah atau dimensi yang satu tinggi dan dimensi lainnya rendah.
Pertama, orientasi tugas dan manusia. Gaya kepemimpinan ini ditandai oieh
skor yang tmggt baik pada dimensi konsiderasi maupun pada dimensi struktur.
antara orientasi pribadi individu dan tugas organisasi. Jadi pekerja dimotivasi
untuk melakukan sesuatu secara optimal yang akan memberikan efisiensi dan
kepuasan pribadi.
41
Kedua, orientasi manusia. Gaya kepemimpinan ini ditandai oieh skor yang
tinggi dalam dimensi konsiderasi dan rendah dalam dimensi struktur. Perilaku
rendahnya skor baik pada dimensi konsiderasi maupun pada dimensi struktur.
Gaya kepemimpinan ini tidak berorientasi baik kepada manusia maupun kepada
rendah pada dimensi konsiderasi dan skor tinggi pada dimensi struktur. Gaya
Pemimpin yang efektif adalah mereka yang mempunyai skor tinggi baik
pada dimensi konsiderasi maupun pada dimensi struktur. Kedua dimensi ini
bukanlah hal yang baru dalam kepemimpinan. Para praktisi mengetahui bahwa
seorang pemimpin harus memimpin dan hares membuat inisiatif kegiatan dan
berusaha agar segalanya terlaksana dengan baik karena seorang eksekutif tahu
bahwa tujuan organisasi hanya dapat dicapai melalui orang lain, maka untuk
kelompok dan hubungan kemanusiaan. Ini berarti sorang pemimpin yang ingin
sukses harus berpegang pada pencapaian tujuan organisasi dan pelayanan kepada
dinilai dari dua segi yaitu sejauhmana organisasi melaksanakan tugasnya dengan
manajerial yang harus diabaikan. Manajer yang efektif adalah mereka yang
keterampilan apa yang hares ciimiliki untuk melaksanakan peranan tersebut secara
sukses.
kepemimpinan yang efektif. Salah sate hal yang penting dari usaha-usaha
perilaku efektif dalam semua situasi. Dengan demikian pendekatan situasi mulai
d. Gaya Kepemimpinan
nonformal. Gaya kepemimpinan dilahirkan oleh perilaku dan sifat seseorang. Jadi
43
gaya kepemimpinan dapat dilihat dari segi perilaku dan sifat yang
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk
berfokus pada dua gaya dasar yang berorientasi pada tugas atau concern for
production dan gaya yang berorientasi pada hubungan dengan bawahan atau
concern for people. Jadi pada setiap lembaga/organisasi pada umumnya gaya yang
digunakan atau dimunculkan oleh pemimpin berbeda-beda. Lebih lanjut kalau kita
karena faktor kepribadian yang dimiliki akan tetapi faktor situasi pun ikut
organisasi.
keempat gaya yang merupakan dasar kepemimpinan dapat efektif atau tidak
efektif tergantung pada situasi. Para dasarnya gaya kepemimpinan ini lama
dengan kepemimpinan Managerial Grid, yaitu ada empat gaya dasar, kemudian
35
Miftah Thoha. 2005. Kepemirnpinan Dalain Manajemen Serta Pendekatan Perilaku.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, h. 49
36
Nanang Fatah. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 93
44
Gaya dasar integrated dengan tugas tinggi, hubungan tinggi, akan menjadi
gaya executive bila diekspresikan dalam situasi yang efektif. Tandanya ialah
kohesif dan bekerja keras. Bila tidak efektif, maka akan menjadi gaya
Gaya separated, yaitu tugas tinggi dan hubungan rendah. Apabila efektif
untuk mengarnbil keputusan tentang apa yang perlu dikerjakan. Apabila tidak
efektif akan menjadi gaya deserted yaitu tidak memberikan struktur jelas dan
Gaya related, yaitu hubungan tinggi dan tugas rendah. Gaya ini menjadi-
efektif bila menjadi gaya developer yaitu percaya kepada anggota stafnya dan
mencapai tujuan organisasi. Bila tidak efektif maka akan menjadi gaya missionary
yaitu hanya tertarik pada adanya harmoni, dan kadang-kadang tidak bersedia
Gaya dasar dedicated yaitu tugas tinggi dan hubungan rendah. Gaya ini bila
efektif akan menjadi gaya benevolent autocrat yaitu mempunyai tata kerja yang
berstruktur, tetapi jelas tugas untuk bawahan. Bila tidak efektif akan menjadai
45
bawahan.
menerima tanggung jawab, penyelesaian tugas, serta motivasi akan prestasi dari
bawahan.
antaranya ada tiga faktor yaitu: (1) perilaku tugas (task behavior), maksudnya
kadar bimbingan dan arahan yang diberikan oleh pemimpin, (2) perilaku
jika disesuaikan dengan taraf kematangan para bawahan secara kontinu akan
mana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya maupun
46
kematangan bawahan dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku
Tinggi
PARTICIPATING (S3) SELLING (S2)
(memuji, mendegarkan, (mengarahkan,
<--------------- SUPPORTIVE ----------------> (Perilaku Hubungan)
memudahkan) mendukung)
empat upaya kepemimpinan efektif seperti terlihat pada gambar di atas, adalah
sebagai berikut:
dan di mana hares melakukan sesuatu tugas tertentu. Pemimpin juga memberikan
pengarahan yang jelas dan spesifik. Gaya ini sesuai dengan level kematangan
yang rendah atau orang yang tidak mampu dan mau (MI).
Kedua, Selling (S2) yaitu perilaku tugas tinggi dan hubungan tinggi.
dalam keputusan melalui komunikasi dua arah. Gaya ini sesuai dengan tingkat
kematangan rendah ke sedang (M2) orang yang tidak mampu berkeinginan untuk
keterampilan.
Ketiga, Partisipasi (S3) adalah perilaku hubungan rendah dan tugas rendah.
Pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pembuatan keputusan
melalui komunikasi dua arah, dan yang dipimpin cukup mampu serta
Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan tingkat kematangan dari sedang ke tinggi
Keempat, Delegasi (S4) yaitu perilaku hubungan rendah dan tugas rendah.
Pemimpin melakukan seperti ini karena bawahan telah memiliki kematangan yang
pendelegasian dan supervisi yang bersifat umum. Gaya ini sesuai dengan tingkat
49
kematangan yang tinggi (M4). Orang-orang yang mampu dan mau atau
kombinasi lahirlah gaya kepeimpinan dasar yang terdapat pada diri seorang
2006:108)
tepat dengan kondisi yang terjadi, agar kepemimpinan efektif hasilnya. Pada
keadaan tertentu gaya yang satu lebih menonjol dan gaya yang lainnya, ini
50
tergantung pada bawahan yang dihadapi serta pada tingkat kedewasaan mana
bawahan tersebut.
kepemimpinan yang terbaik, yang ada hanya kepemimpinan yang paling efektif
perilaku yang saling mempengaruhi kepala sekolah. Hal ini dapat dilihat pada
akan dapat dipahami oleh bawahanannya jika prilakulgaya itu sesuai dengan
konteks gaya itu berada. Dengan kata lain seorang pemimpin pendidikan di
sekolah gaya dalam memimpin akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada
51
masyarakat dalam hat ini guru-guru, pengalaman pekerjaan dan taraf kehidupan.
bersangkutan ditempatkan.
37
Hersey & Blanchard, 2003. Op. cit, h. 102.
52
sikap-sikap kepribadian seperti adil, jujur, berani, tegas, serta ramah tamah.
pemimpin itu bekerja, misalnya guru-guru, staf tata usaha, dan unsur lainnya yang
kesemuanya itu merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi. Hal ini
sesuai dengan teori yang telah dibahas sebelumnya, bahwa pemimpin adalah
orang yang mampu mempengaruhi orang lain, demikian pula bawahannya bahwa
melaksanakan tugasnya.
38
Gitosudarmo & Sudita, 1997. Loc. cit.
53
dalam menjalankan tugas. Gaya kepemimpinan yang efektif dari kepala sekolah
kepribadian, derajat situasi, kekuatan dalam diri sebagai manajer, kekuatan dari
situasi. Dengan terpenuniya semua faktor ini dalam memimpin, kepala sekolah
ini tercemin dari taraf pendidikan dan wawasan yang seharusnya lebih tinggi pada
kepala sekolah.
tugas yang sesuai dengan kemampuan dan kemampuan guru. Tergantung pada
kemampuan dan kemauan guru, ada kalanya kepala sekolah perlu membiarkan,
hubungan yang sesuai dengan tuntutan keadaan. Ada kalanya kepala sekolah
kepribadian yang baik di mata guru. Keperibadian pemimpin yang baik itu adalah
yang memberikan dukungan, pujian, dorongan, dan perhatian kepada para guru.
54
dirinya sebagai manajer secara tepat. Dia harus mampu menjadikan guru bekerja
tanpa terpaksa, menjaga prosedur kerja berjalan, dan mengelola keuangan secara
situasi secara tepat. Dia harus mengerti sistuasi yang tepat untuk meningkatkan
efektifitas kelompok, waktu yang tepat untuk memberikan tugas, dan prioritas
bakerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan sekolah yaitu segala
sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah, dan di antara kesemuanya itu akan
kerja sekolah dan sebaliknya lingkungan kerja sekolah juga akan mempengaruhi
a. Lingkungan Fisik
sekolah. Lingkungan fisik di dalam sekolah adalah semua sarana fisik sekolah
55
misalnya: gedung sekolah, ruang kelas, kamar kecil, halaman sekolah, dan kebun
Gedung sekolah yang besar dan sejuk, penataan taman yang baik dan layak,
peredaran udara dalam ruangan yang baik, penerangan yang cukup, suasana yang
baik kepala sekolah, guru, staf TU, maupun siswa merasa kerasan tinggal di
Menurut ajaran agama kita, kebersihan merupakan bagian dari iman kita.
Sejumlah sekolah berusaha keras untuk mewujudkan kepercayaan itu dalam
kehidupan sehari-hari termasuk mengatur dan menjaga kebersihan sekola.
Hasilnya adalah keadaan lingkungan sekolah yang bersih dan menarik
sehingga memotivasi guru untuk datang ke sekolah lebih rajin.39
Hal lain yang dapat merangsang motivasi kerja guru dalam melaksanakan
merupakan sumber belajar yang sangat panting baik untuk guru maupun siswa.
Dengan tersedianya buku-buku yang berkualitas dan mudah dicari baik judul
program audio, program video, dan program slide pendidikan dapat memotivasi
Kemudian ruang kelas yang cukup, penerangan, dan sirkulasi udara yang
baik, penataan ruangan dan kebersihan yang indah dan baik dapat mendorong
39
Depdiknas. 2000. Standar Pelayanan Minimal (SPM) SLTP, SMU, ASIK. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, h. 24.
56
guru dan siswa untuk betah di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat
meningkat lebih baik. Lebih-lebih bila alat peraga dan bahan kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas cukup lengkap makes lulusan yang berkualitas sesuai
dengan harapan sekolah dapat tercapai. Demikian pula bila kamar kecil (WC) baik
untuk guru maupun untuk siswa sudah mencukupi dalam keadaan sehat dan
bersih. Maka guru, siswa maupun stap Tata Usaha akan merasa senang dan
terpenuhi.
yang ada, di luar sekolah, tetapi dapat mendorong guru untuk bekerja secara
maksimal. Misalnya letak suatu sekolah yang jauh dart pemukiman penduduk, alat
transportasi yang sulit maka akan mengakibatkan bagi guru untuk tidak bergairah
dan segan untuk datang ke sekolah lebih awal. Demikian pula apabila lingkungan
sekolah penuh dengan keramaian, suara gaduh dan bising dapat mengakibatkan
terhadap kinerja guru maupun siswa. Oleh karena itu semua bentuk fasilitas
40
M. Schneider. 2002. “Do School Facilities Affect Academic Outcomes?” National
Clearinghouse for Educational Facilities. http://www.edfacilities.org/pubs/outcomes.pdf
(Diunduh 16 Desember 2010).
57
Mengenai kondisi gedung dan prasarana sekolah, hasil ulasan Earthman and
terhadap kinerja siswa. Misalnya, dalam kajian tentang siswa Sekolah Dasar di
Georgia, ternyata siswa kelas empat yang belajar di sekolah dengan gedung tua
yang tidak pernah diperbarui lebih rendah prestasi belajarnya dibandingkan siswa
yang belajar di sekolah dengan gedung yang diperbarui. Kondosi sarana juga
menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara prasarana baru atau yang
Kualitas udara di luar dan dalam kelas berpengaruh terhadap kinerja siswa.
menjadikan guru atau siswa mudah sakit sehingga menggangu kinerja mereka.
Pendapat ini didasarkan pada hasil penelitian Smedje and Norback 44 bahwa
terdapat hubungan positif antara bakteri udara lembab dengan penyakit asma pada
siswa. Hasil ini juga didukung oleh temuan Aosiasi Penyakit Paru-paru Amerika
41
G. I. Earthman, and L. Lemasters. 1998. “Where children learn: A discussion of how a
facility affects learning.” Paper presented at the annual meeting of Virginia Educational Facility
Planners. Blacksburg, Va., February. (ED419368)
42
L. E. Maxwell. 1999. “School building renovation and student performance: One
district's experience.” Scottsdale, Ariz.: Council of Educational Facility Planners, International.
43
M. Kennedy. 2001. “Into thin air.” American School & University 73 (6): 32.
44
G. Smedje, and D. Norback. 1999. “The school environment: Is it related to the incidence
of asthma in the pupils?” In Indoor Air '99, vol. 5. 445–50.
45
ALA (American Lung Association). 2002. “Asthma in children fact sheet.” New York,
N.Y.: American Lung Association. http://www.lungusa.org/asthma/ascpedfac99.html (Diunduh
16 Desember 2010)
58
sepuluh juta jam sekolah akibat asma yang dipicu oleh buruknya kualitas udara di
Suhu udara di sekolah juga berdampak terhadap kinerja siswa. Suatu kajian
mental, ternyata lebih tinggi dalam suhu udara sedang yakni tidak terlalu dingin
kinerja siswa. Siswa tidak mungkin belajar dengan penerangan cahaya yang tidak
tahun 1930 hingga 1997 semunya sepakat bahwa penerangan cahaya yang
lingkungan fisik sekolah perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja guru dan
siswa. Sebagaimjana diungkapkan oleh Fatah, 48 sekolah harus melihat kondisi dan
46
D. P. Wyon. 1991. “The ergonomics of healthy buildings: Overcoming barriers to
productivity.” In IAQ '91: Post Conference Proceedings. Atlanta, Ga.: American Society of
Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Inc., pp. 43–46.
47
R. Phillips. 1997. “Educational facility age and the academic achievement of upper
elementary school students.” D. Ed. diss., University of Georgia.
48
Nanang Fattah. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta, h.84.
59
Apabila sekolah sudah menyusun format strategi yang berisi uraian di atas
tinggi baik dari masyarakat sekolah maupun dari masyarakat di luar sekolah.
Apabila sekolah sudah merasa dimiliki oleh warga masyarakat, yang ada di
lingkungannya, maka guru akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
b. Lingkungan Sosial
terjadi RS. Wood Worth (t.th:) mengemukakan bahwa setiap orang dipengaruhi
berlaku, bagi seluruh tingkah laku setiap orang. Sekolah sebagai lingkungan
antara guru dengan guru, guru dengan siswa dan guru dengan Kepala Sekolah.
berbeda bila dibandingkan dengan pergaulan yang lain, karena guru bersifat
dengan sesama guru karena guru terikat oleh norma-norma menurut harapan
49
S. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Burni Aksara, h. 29.
60
lain yang tidak dibebani oleh tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu. Guru
dan sesama guru mudah saling memahami dalam pergaulan antar sesama rekan
dapsd memelihara kedudukan dan perannya sebagai guru itu sebabnya guru-guru
Pergaulan guru dengan guru harus lebih baik dibanding pergaulan dengan
yang lain karena guru merupakan panutan dan cerminan masyarakat. Sebab dilihat
dari kedudukannya sebagai pegawai dan fungsinya sebagai pendidik dan pengajar,
maka selain harus mengikuti peraturan umum bagi pegawai, guru mempunyai
diharapkan dimiliki oleh seorang guru, yaitu: (1) berinsiatif, membimbing dan
anakan dengan membangkitkan rasa aman dan terjamin; (5) proses penjelasan dari
Berdasarkan pendapat di atas dapat dilihat bahwa tugas guru tidak hanya
terbatas pada kegiatan di kelas tetapi mempunyai peran pula dalam pengambilan
keputusan. Selain ketiga belas fungsi yang telah diuraikan ada tugas lain yang
50
Djam'an Satori. 2001. Administrasi Pendidikan Sublimasi. Bandung: FIP IMP, h.36
61
pekerjaannya.
Selain hubungan guru dengan guru, dan hubungan guru dengan Kepala
macam menurut situasi interaksi sosial yang dihadapi baik secara formal maupun
informal. Dalam situasi formal, khususnya dalam kelas, guru harus menunjukkan
kewibawaan atau otoritasnya. Menurut Nasution52 agar guru berwibawa maka: (1)
Anak-anak sendiri mengharapkan guru yang berwibawa dan bertindak tegas untuk
menegakkan disiplin dan mereka mengakui kewibawaan itu. (2) Guru dipandang
sebagai pengganti orang tua lebih-lebih pada tingkat sekolah dasar. (3) Pada
umumnya tiap orang tua mendidik agar anaknya patuh kepada guru. (4) Guru
dirinya dengan murid. (5) Guru harus selalu disebut "Ibu Guru" atau "Pak Guru"
dan dengan julukan itu memperoleh julukan sebagai orang yang dituakan. (6)
Untuk guru selalu disediakan ruang guru yang khusus yang tidak boleh dimasuki
51
Nasution , 2004. Op. cit h. 99
52
Ibid, h. 92
62
murid begitu saja. (7) Guru-guru muda yang ingin bergaul dengan murid akan
dinasehati oleh guru-guru tua agar menjaga jarak dengan murid tersebut. (8)
Dari pendapat di atas jelas bahwa kedudukan guru dimata murid sangat
terhormat dan perlu memperhatikan jati dirinya sebagai guru. Demikian pula
antara guru dan siswa harus menciptakan hubungan yang saling menguntungkan
dalam arti dengan adanya kewibawaan guru siswa harus termotivasi dalam
belajarnya dan sebaliknya agar guru berwibawa, guru hares termotivasi untuk
bekerja lebih baik dan mau menambah ilmu pengetahuannya dalam upaya
berkesinambungan, tidak hanya dilakukan pada awal masuk sekolah (kelas 1) atau
pada saat pembagian rapor raja. Hal ini dimaksudkan agar pengawasan terhadap
anak didik dilakukan bersama-sama antara pihak sekolah (guru) dengan orang tua
akan terdorong untuk belajar lebih baik, dan sebaliknya guru akan memiliki rasa
kerja sekolah mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Terpenuhi kedua
Sedangkan kesenjangan antara salah unsur atau apalagi kedua unsur sekaligus,
berkualitas adalah yang sarana dan parasaranya memenuhi standar sekolah yang
baik. Prasarana tersebut mencakup bangunan gedung dengan ruang kelas, ruang
guru, ruang perpustakaan, dan ruang pertemuan yang memadai yang dilengkapi
dengan meja, kursi, dan perabotan yang mencukupi. Selain itu juga tersedia sarana
belajar yang mencukupi, antara lain papan tulis/whiteboard, alat peraga, buku
pelajaran, perpustakaan. Yang tidak kalah pentingnya, juga tersedia sarana MCK,
kondisi bangunan, suhu udara, sarana penerangan, dan sarana bermain juga perlu
pelaksanaan tugas antar guru, kepala sekolah, siswa, tata usaha, dan masyakarat.
Tidak terjalinnya hubungan baik antar komponen warga sekolah sekolah ini
Untuk hubungan guru dengan kepala sekolah, pada lingkungan kerja yang
baik jalinan hubungannya bersifat kemitraan yang setara, harmonis, dan saling
menghargai, bukan hubungan atasan dan bawahan yang kaku, main perintah, dan
tanpa perasaan.
Untuk hubungan guru dengan guru, pada sekolah dengan lingkungan kerja
yang baik jalinan hubungannya adalah yang saling mendukung bukan saling
bukan perpecahan.
64
Untuk hubungan guru dengan siswa, pada sekolah dengan lingkungan kerja
yang baik jalinan hubungannya adalah yang mendorong peningkatan bakat, minat
dan prestasi siswa, memahami masalah yang dihadapi siswa, dan bijaksana
Untuk hubungan guru dengan tata usaha, pada sekolah dengan lingkungan
yang baik jalinan hubungannya adalah yang selaras dan harmonis, tanggap dan
peduli terhadap urusan yang menyangkut dukungan administrasi yang lancar bagi
keperluan guru.
dengan kerja yang baik jalinan hubungannya juga harus selaras dan harmnonis
kausal antara kepemimpinan dengan motivasi kerja guru, perilaku mengajar guru,
53
G. Yukl. 1994. Leadership in Organizations (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall, h. 3
65
hasil pendidikan, yakni prestasi belajar siswa, hanya terjadi secara tak langsung
efektif.
sejauh ini penulis masih belum menemukan penelitian yang relevan. Di antara
penelitian yang ada, hanya menfokuskan pengaruh motivasi kerja secara bersama-
kinerja guru, denga hasil bahwa ketiga variabel bepnegaruh nyata terhadap kinerja
lingkungan sekolah terhadap motivasi kerja guru. Juga tidak dikaji bagaimana
Karena itu penelitian kami ini ingin mengkaji hubungan kausal antara
C. Kerangka Berpikir
Guru
Motivasi kerja guru adalah dorongan dari dalam diri guru untuk
dan berorientasi prestasi. Dengan tanggungjawab yang muncul dari dalam dirinya,
54
K. Leithwood, & B. Levin. 2005. Assessing School Leader and Leadership Programme
Effects on Pupil Learning. Research Report RR662. Canada: Department for Education and Skills,
h. 39.
55
Agus Sunarno. 2005. “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru (Suatu Studi Berdasarkan Persepsi Guru SMK Negeri
Kota Tegal).” Tesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta, h. xi.
66
deisplin yang muncul dari dalam dirinya, guru yang bermotivasi kerja tinggi tidak
perlu dikendalikan oleh pihak lain. Yang tidak kalah pentingnya, dengan
dorongan berperstasi yang dimilikinya, guru dengan motivasi kerja yang tinggi
Salah satu faktor yang penting bagi peningkatan motivasi kerja guru adalah
pendekatan yang digunakan kepala sekolah dalam menjalankan tugas dengan cara
derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari situasi. Dengan
mempertimbangan semua hal ini dalam menjalankan tugas dan perannya, kepala
semakin rendah motivasi kerja guru. Karena itu diduga gaya kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja guru SMK
Faktor lainnya yang penting bagi peningkatan motovasi kerja guru adalah
kerja fisik yang mencakup sarana dan prasarana serta kualitas lingkungan sosial
67
yang mencakup hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan guru dengan
tata usaha, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan
fisik dan sosial ini, maka guru akan terkondisi untuk bekerja secara
motivasi kerja guru. Karena itu diduga lingkungan kerja sekolah berpengaruh
langsung positif terhadap motivasi kerja guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi.
Kerja Sekolah
dalam lingkungan kerja tersebeut, demikian juga dalam lingkungan kerja sekolah.
Baik buruknya lingkungan kerja sekolah akan dipengaruhi oleh baik dan buruknya
derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari situasi, seorang kepala
sekolah akan dapat menciptakan suatu lingkungan kerja fisik dan dan social yang
prasana fisik akan mudah terpenuhi, demikian juga hubungan antarpersonal warga
sekolah semakin lingkungan kerja sekolah. Karena itu diduga gaya kepemimpinan
D. Hipotesis Penelitian
sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
1. Pengaruh gaya kepmimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru SMK
2. Pengaruh lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru SMK Subrayon
1. Tempat
Barat. Dalam lingkungan ini ada terdapat 22 SMK, satu diantaranya negeri dan
selebihnya swasta. Alasan penelitian dilakukan di tempat ini karena belum ada
peneliti sebagai guru atau atau sebagai sekretaris SMK Subrayon Satu Kota Bekasi.
Jika gejala-gejala dicari akar permasalahannya, yang dalam penelitian ini difokuskan
pada keterampilan manajerial kepala sekolah dan iklim kerja sekolah. Kedua variable
68
70
ini terasa punya andil terhadap taraf komitmen organisasi pegawai, namun belum
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September hingga November 2010
Tabel 2
Jadwal Penelitian (2010)
1. Seminar Proposal X
2. Perizinan X
3. Penyiapan Instrumen X
4. Kalibrasi Instrumen X
5. Pengumpulan Data X X
6. Analisis Data X X
7. Penulisan Laporan X X
8. Penyelesaian X X
C. Disain Penelitian
Dalam penelitian ini akan digunakan metode penelitian survey dengan pendekatan
kausalitas, yaitu suatu cara mengumpulkan infonnasi dari populasi dengan tujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan fenomena yang terjadi dengan cara meneliti hubungan
pengaruh antar variabel. Dalam penelitian ini variabel endogen atau variabel terikat
71
adalah motivasi kerja guru (X3), sedangkan variabel eksogen atau variabel bebas gaya
kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan lingkungan kerja sekolah (X2). Hubungan
Gaya
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
ρ31
(X1)
Motivasi Kerja
ρ21 Guru
(X3)
Lingkungan ρ32
Kerja Sekolah
(X2)
Dimana:
ρ31 = Pengaruh langsung gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi
kerja guru
ρ32 = Pengaruh langsung lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru
ρ21 = Pengaruh langsung gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap
lingkungan kerja sekolah.
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampe1
1. Populasi Penelitian
Subrayon Satu Kota Bekasi. Para guru tersebar di 22 SMK, satu negeri dan selebihnya
Tabel 3
Rekapitulasi Jumlah Guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi Tahun 2009
No Jumlah Guru
Nama Sekolah
. Lk Pr Total
1. SMK Negeri 1 32 66 98
2. SMK Perwira Bangsa 6 10 16
3. SMK Bina Mandiri 17 16 33
4. SMK Vinama 2 2 11 13
5. SMK Tahta Syajar 10 12 22
6. SMK Adhy Wisata 6 2 8
7. SMK Citra Kencana 15 8 23
8. SMK Gelora 28 6 34
9. SMK Mandiri 16 16 32
10.SMK Nurjamilah 16 20 36
11.SMK Pondok Ungu Permai 14 8 22
12.SMK Taman Harapan 18 13 31
13.SMK Bina Siswa Utama 16 14 30
14.SMK Mulia Jaya 11 9 20
15.SMK Teratai Putih 1 28 25 53
16.SMK Teratai Putih 2 15 17 32
17.SMK Catur Global 17 24 41
18.SMK Global Persada 28 14 42
19.SMK Toga Terang 1 5 14 19
20.SMK Toga Terang 2 18 5 23
21.SMK Patriot 1 25 10 35
22.SMK Patriot 2 15 15 30
Total 356 335 693
Sumber: Sekreatriat SMK Subrayon Satu Kota Bekasi, 2009
73
Dari 22 SMK Subrayon Satu Kota Bekasi, hanya 1 SMK Negeri dengan jumlah
guru yang cukup besar. Jumlah guru secara keseluruhan 693 orang. Karena
dikhawatirkan mengganggu homgenitas sampel, maka guru SMK Negeri ini tidak
dimasukkan, sehingga jumlah populasi target 596 orang. Dari populasi target ini
diambil jumlah sampel dengan berpedoman kepada Tabel Isaac dan Michael. Pada taraf
ksealahan 10%, dari tabel tersebut diperoleh jumlah sampel 167 orang.1 Selanjutnya dari
Tabel 4
Sampel Guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi
Jml
No Populas
Nama Sekolah Sampe
. i Target
l
1. SMK Perwira Bangsa 16 4
2. SMK Bina Mandiri 33 9
3. SMK Vinama 2 13 4
4. SMK Tahta Syajar 22 6
5. SMK Adhy Wisata 8 2
6. SMK Citra Kencana 23 6
7. SMK Gelora 34 10
8. SMK Mandiri 32 9
9. SMK Nurjamilah 36 10
10. SMK Pondok Ungu Permai 22 6
11. SMK Taman Harapan 31 9
12. SMK Bina Siswa Utama 30 8
13. SMK Mulia Jaya 20 6
14. SMK Teratai Putih 1 53 15
15. SMK Teratai Putih 2 32 9
16. SMK Teratai Putih 3 41 12
17. SMK Teratai Putih 4 42 12
18. SMK Toga Terang 1 19 5
1
Pedoman Tesis & Disertasi. 2008. Jakarta: PPS Uhamka, h. 23.
74
Jml
No Populas
Nama Sekolah Sampe
. i Target
l
19. SMK Toga Terang 2 23 6
20. SMK Patriot 1 35 10
21. SMK Patriot 2 30 8
Total 595 167
Pemilihan sampel guru dari setiap sekolah dilakukan secara acak dengan
cara undian.
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual motivasi kerja guru adalah dorongan dari dalam diri guru untuk
b. Definisi Operasional
Secara operasional yang dimaksud dengan motivasi kerja guru adalah dorongan
dari dalam diri guru untuk melaksanakan tugas semaksimal yaitu dengan cara yang
c. Kisi-kisi
Tabel 5
Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Kerja Guru
Angket dibuat dalam bentuk pernyataan skala Likert dengan lima pilihan jawaban:
d. Kalibrasi
pengukukuran valid apabila mampu menjalankan fungsinya atau memberikan hasil ukur
apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama
diperoleh hasil pengukuran yang sama.2 Karena skor butir angket berskala interval,
sebanyan 30 guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi (Lampiran 2). Hasil pengujian
validitas dan reliabilitas terhadap butir skor hanya memerlukan satu kali putaran. Semua
butir valid karena r (item-total correlation) lebih besar dari 0.20 kecuali butir 25 (r =
2
Djaali & Pudji Muljono. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta, hal 65 dan 74.
3
Ibid, hal 71 dan 78.
76
0.11). Butir tidak valid ini harus dibuang, sehingga meningkatkan reliabilitas instrument
dari koefisien alpha rtt = 0.8352 menjadi rtt = 0.8395. Berdasarkan hasil ujicoba ini,
angket motivasi kerja guru hanya menggunakan 29 butir, tanpa menyertakan butir 25.
a. Definisi Konseptual
digunakan kepala sekolah dalam menjalankan tugas dengan cara yang mengadung
b. Definisi Konseptual
adalah pendekatan yang digunakan kepala sekolah dalam menjalankan tugas dengan
kepribadian, derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari situasi, yang
diukur berdasarkan skor respon guru terhadap angket gaya kepemimpinan kepala
sekolah.
c. Kisi-kisi
Tabel 6
Jumlah 30
*butir negatif
Angket dibuat dalam bentuk pernyataan skala Likert dengan lima pilihan jawaban:
d. Kalibrasi
diujicobakan untuk menguji validitas dan relibailitasnya. Karena skor butir angket
Pengujian validitas dan reliabilitas memerlukan dua kali putaran (Lampiran 2).
Pada putaran pertama, ada tiga butir dengan r (item-total correlation) lebih kecil dari
Walaupun koefisien alpha mencapai rtt = 0.8979 akan tetapi ketiga butir tidak valid
harus dibuang kemudian dilakukan pengujian ulang kepada butir yang tersisa. Pada
pengujian putaran kedua, semua butir valid karena r (item-total correlation) lebih besar
dari 0.20. Instrumen reliable karena koefisien alpha mencapai r tt = 0.9047. Berdasarkan
hasil ujicoba ini, maka instrument gaya kepemimpinan kepala sekolah hanya
a. Definisi Konseptual
4
Ibid.
78
Secara konseptual lingkungan kerja sekolah adalah kualitas lingkungan kerja fisik
yang mencakup sarana dan prasarana serta kualitas lingkungan sosial yang mencakup
hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan guru dengan tata usaha, hubungan
guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan guru dengan orangtua
siswa/masyarakat.
b. Definisi Konseptual
kualitas lingkungan kerja fisik yang mencakup sarana dan prasarana serta kualitas
lingkungan sosial yang mencakup hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan
guru dengan tata usaha, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa,
c. Kisi-kisi
Tabel 7
Kisi-kisi Instrumen Kualitas Lingkungan Kerja Sekolah
Angket dibuat dalam bentuk pernyataan skala Likert dengan lima pilihan jawaban:
d. Kalibrasi
diujicobakan untuk menguji validitas dan relibailitasnya. Karena skor butir angket
memerlukan satu kali putaran. Semua butir valid karena r (item-total correlation) lebih
besar dari 0.20. Instrumen reliable karena koesfisen alpha mencapai rtt = 0.8905.
kecendrungan penyebaran data (rentangan dan simpang baku), serta pembuatan tabel
efikasi kolektif guru terhadap skor kepemimpinan kepala sekolah dan skor kesehatan
organsiasi sekolah, secara serentak. Koefisien regresi baku yang dihasilkan persamaan
regresi ganda merupakan koefisien jalur yang menunjukan (1) pengaruh gaya
kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap motivasi kerja guru (X3) yang dinyatakan
dengan p31, dan (2) pengaruh lingkungan kerja sekolah (X2) terhadap motivasi kerja
baku yang dihasilkan persamaan regresi sederhana merupakan koefisien jalur yang
Ketiga, signifikansi koefisien setiap jalur akan diuji dengan uji t. Koefisien setiap
jalur signifikan apabila t hitung lebih besar dari t tabel. Apabila salah satu jalur tidak
signifikan, akan dilakukan analisis ulang dengan membuang jalur yang tidak signifikan
tersebut. Pada tahap akhir, terhadap model yang dihasilkan (model yang semua jalurnya
signifikan) dilakukan uji kecocokan model dengan data, dengan menggunakan teknik
6
Sudjana. 2007. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi Peneliti. Bandung: Tarsito, h.302.
81
G. Hipotesis Statistik
Dimana:
ρ31 = Koefisien jalur pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap
motivasi kerja guru
ρ32 = Koefisien jalur pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi kerja guru
ρ21 = Koefisien jalur pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap
lingkungan kerja sekolah.
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data motivasi kerja guru dikumpulkan melalui angket berisi 29 butir dengan
respon 1 hingga 5. Skor akhir setiap responden diperoleh dengan menghitung skor rata-
rata semua butir sehingga rentang skor teoretik berkisar antara 1 terendah hingga 5
tertinggi. Analisis terhadap respon 167 guru diperoleh skor terendah 1.5 dan skor
tertinggi 4.4 dengan ukuran pemusatan mean 3.03, median 3.0, dan modus 3.3
Nilai mean 3.4 setara dengan 60.6% kemungkinan skor tertinggi yang
menunjukkan bahwa secara rata-rata skor motivasi kerja guru berada dalam kategori
sedang. Rentang 2.9 dan simpangan baku 0.73 menunjukkan bahwa perbedaan skor
setiap responden cukup bervariasi. Gambaran penyebaran data disajikan dalam tabel
Tabel 8
Tabel Frekuensi Skor Motivasi Kerja Guru
Frekuensi Frekuensi
Interval Frekuensi Relatif Kumulatif
1.3 - 1.7 7 4.2 4.2
1.8 - 2.2 29 17.4 21.6
2.3 - 2.7 32 19.2 40.7
2.8 - 3.2 35 21.0 61.7
3.3 - 3.7 38 22.8 84.4
3.8 - 4.2 23 13.8 98.2
4.3 - 4.7 3 1.8 100.0
167 100.0
81
83
Berdasarkan nilai mean 3.03 yang terletak pada pada interval kelas 2.8-3.2
butir dengan respon 1 hingga 5. Skor dirata-ratakan sehingga rentang skor teoretik
berkisar antara 1 terendah hingga 5 tertinggi. Dari analisis terhadap respon 167 guru
diperoleh diperoleh skor terendah 1.5 dan skor tertinggi 4.4 dengan ukuran pemusatan
mean 2.96, median 3.0, dan modus 2.8 sedangkan ukuran penyebaran rentang 2.9 dan
Nilai mean 2.96 setara dengan 59% keumungkinan skor tertinggi yang
menunjukkan bahwa secara rata-rata skor gaya kepemimpinan kepala sekolah berada
dalam kategori sedang. Rentang 2.9 dan simpangan baku 0.66 menunjukkan cukup
Tabel 9
Tabel Frekuensi Skor Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Frekuensi Frekuensi
Interval Frekuensi Relatif Kumulatif
1.3 - 1.7 8 4.8 4.8
1.8 - 2.2 26 15.6 20.4
2.3 - 2.7 37 22.2 42.5
2.8 - 3.2 43 25.7 68.3
3.3 - 3.7 36 21.6 89.8
3.8 - 4.2 16 9.6 99.4
4.3 - 4.7 1 0.6 100.0
167 100.0
Berdasarkan nilai mean 3.96 yang terletak pada pada interval kelas 2.8-3.2
dengan respon 1 hingga 5. Skor dirata-ratakan sehingga rentang skor teoretik berkisar
antara 1 terendah hingga 5 tertinggi. Dari analisis terhadap respon 167 guru diperoleh
ukuran pemusatan data mean 3.07, median 3.1, dan modus 3.5 sedangkan ukuran
Nilai mean 3.07 setara dengan 61% keumungkinan skor tertinggi yang
menunjukkan bahwa secara rata-rata skor persepsi guru terhadap lingkungan kerja
sekolah berada dalam kategori sedang. Rentang 2.9 dan simpangan baku 0.77
Tabel 10
Tabel Frekuensi Skor Lingkungan Kerja Sekolah
Frekuensi Frekuensi
Interval Frekuensi Relatif Kumulatif
1.3 - 1.7 12 7.2 7.2
1.8 - 2.2 24 14.4 21.6
2.3 - 2.7 25 15.0 36.5
2.8 - 3.2 35 21.0 57.5
3.3 - 3.7 41 24.6 82.0
3.8 - 4.2 26 15.6 97.6
4.3 - 4.7 4 2.4 100.0
167 100.0
86
Berdasarkan nilai mean 3.07 yang terletak pada pada interval kelas 2.8-3.2
terlihat bahwa 35 responden (21%) persepsinya terhadap lingkungan kerja sekolah sama
atas rata-rata.
dahulu perlu dilakukan pengujian prsyarat statistik terhadap data. Pengujian prasyarat
1. Uji Normalitas
56
Santosa Muwarni. 2000. Satistika Terapan. Jakarta: PPs UHAMKA
87
Syarat lain untuk dapat menggunakan analisis jalur adalah bahwa galat baku
taksiran variabel terikat terhadap variabel bebas harus berdistribusi normal. Pengujian
Galat baku taksiran berdistribui normal apabila dihasilkan nilai Z-KS dengan p-value >
Tabel 11*
Hasil Pengujian Normalitas Galat Baku Taksiran Regresi
Nilai p-value yang dihasilkan lebih besar dari 0.05 sehingga disimpulkan bahwa
galat baku taksiran motivasi kerja guru (X3) terhadap gaya kepemimpinan kepala
sekolah (X1), galat baku taksiran motivasi kerja guru (X3) terhadap lingkungan kerja
sekolah (X2), dan galat baku lingkungan kerja sekolah (X2) terhadap gaya
terpenuhinya syarat normalitas galat baku taksiran, maka penggunaan analisis jalur
dapat dilakukan.
*
Lampiran 4, hal. 151, 156, dan 160 (Output SPSS “Menguji Normalitas”)
88
2. Uji Homogenitas
Syarat lainnya untuk penggunaan analisis jalur adalah bahwa varians veriabel
dilakukan melalui SPSS dengan menggunakan uji Lavene. Suatu varians homogen
apabila dihasilkan nilai L dengan p-value > 0.05. Hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 12*
Hasil Pengujian Homogenitas Varians
Terlihat bahwa nilai p-value yang dihasilkan statistic Lavene semuanya lebih
besar dari 0.05. Karena itu disimpulkan bahwa varians motivasi kerja guru (X 3)
terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1), varians motivasi kerja guru (X3)
terhadap lingkungan kerja sekolah (X2), dan varians lingkungan kerja sekolah (X2)
terpenuhinya syarat homogenitas varians ini, maka penggunaan teknik analisis jalur
*
Lampiran 4, hal. 151, 155, dan 160 (Output SPSS “Menguji Homogenitas”).
89
3. Uji Linearitas
Salah satu prasyarat untuk analisis jalur adalah, bahwa hubungan antara variable
bebas dengan variabel terikat linear. Untuk menguji linearitas dilakukan dengan analisis
regresei sederhana. Hasil analisis dengan SPSS disajikan pada lampiran. Hasil
Analisis regresi motivasi kerja guru (X3) atas kepemimpinan kepala sekolah (X1)
Tabel 13*
Tabel ANAVA = 0.98+0.69X1
Sumber Ftabel
Variasi dk JK RJK Fhitung 0.05 0.01
Total 167 1620.68
Koefisien (a) 1 1533.15
Regresi (b|a) 1 35.12 35.12 110.55** 3.90 6.79
Sisa 165 52.41 0.32
Tuna Cocok 22 6.86 0.31 0.98ns 1.62 1.96
Galat 143 45.55 0.32
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
dk = derajat kebebasan
** = Regresi amat siginikan (F hitung > F table)
ns = Regresi linear (F hitung < F table)
motivasi kerja guru dan X1 = gaya kepemimpinan kepala sekolah. Regresi signifikan (F
= 110.55 > 6.79) yang menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dapat ditaksir melalui
gaya kepemimpinan kepala sekolah. Tuna cocok tidak signifikan (F = 0.98 < 1.62) yang
*
Lampiran 4, hal. 148 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”) dan 149 (Output SPSS
“Menguji Linearitas”).
90
menunjukkan bahwa regresi linear, karena tidak ada pencilan data yang akan
sekolah. Selanjutnya gambaran hasil regresi dapat dilihat dari diagram pencar sebagai
berikut:
X3
5.0
Motivasi kerja guru = 0.98 + 0.69 * x1
R-Square = 0.40
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0 X1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Gambar 12. Diagram Pencar Regresi Motivasi Kerja Guru (X3) atas Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
seiring dengan peningkatan skor gaya kepemimpinan kepala sekolah. Titik-titik data
memencar di sekitar garis persamaan regresi, akan tetapi penyimpangannya dari garis
regresi tidak signifikan, sehingga regresi linear, dalam arti motivasi kerja guru dapat
ditaksir secara cukup baik melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah. Hubungan linear
gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja sekolah dinyatakan dengan
91
koefisien korelasi r13 = 0.63 yang signifikan (t = 10.51, p < 0.01). Dengan
mengandung arti bahwa 40% varians motivasi kerja guru dapat dijelaskan oleh gaya
Analisis regresi motivasi kerja guru (X 3) atas lingkungan kerja sekolah (X2)
Tabel 14**
Tabel ANAVA = 2.04+0.32X2
Ftabel
Sumber Variasi dk JK RJK Fhitung 0.05 0.01
Total 167 1620.68
Koefisien (a) 1 1533.15
Regresi (b|a) 1 10.22 10.22 21.81** 3.90 6.79
Sisa 165 77.31 0.47
Tuna Cocok 22 8.60 0.39 0.81ns 1.62 1.96
Galat 143 68.71 0.48
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
dk = derajat kebebasan
** = Regresi amat siginikan (F hitung > F table)
ns = Regresi linear (F hitung < F table)
motivasi kerja guru dan X2 = lingkungan kerja sekolah. Regresi signifikan (F = 21.81 >
6.79) yang menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dapat ditaksir melalui lingkungan
kerja sekolah. Tuna cocok tidak signifikan (F = 0.81 < 1.62) yang menunjukkan bahwa
regresi linear, karena tidak ada pencilan data yang akan mengganggu penaksiran
*
Lampiran 4, hal. 148 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”)
**
Lampiran 4, hal. 153 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”) dan 154 (Output SPSS
“Menguji Linearitas”).
92
motivasi kerja guru melalui lingkungan kerja sekolah. Gambaran mengenai hasil
regrresi dapat dilihat lebih jelas dalam diagram pencar sebagai berikut:
X3
5.0
1.0
0.0 X2
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Gambar 13. Diagram Pencar Regresi Motivasi Kerja Guru (X3) atas
Lingkungan Kerja Sekolah (X2)
seiring dengan peningkatan skor lingkungan kerja. Titik-titik data memencar di sekitar
garis persamaan regresi, akan tetapi penyimpangannya dari garis regresi tidak
signifikan, sehingga regresi linear, dalam arti motivasi kerja guru dapat ditaksir secara
cukup baik melalui lingkungan kerja sekolah. Hubungan linear lingkungan kerja
sekolah dengan motivasi kerja guru dinyatakan dengan koefisien korelasi r 23 = 0.34
diperoleh koefisien determinasi r223 = 0.12 yang mengandung arti bahwa 12% varians
Analisis regresi lingkungan kerja sekolah (X2) atas gaya kepemimpinan kepala
Tabel 15**
Tabel ANAVA = 2.36+0.24X1
Ftabel
Sumber Variasi dk JK RJK Fhitung 0.05 0.01
Total 167 1667.85
Koefisien (a) 1 1569.11
Regresi (b|a) 1 4.19 4.19 7.32** 3.90 6.79
Sisa 165 94.55 0.57
Tuna Cocok 22 14.95 0.68 1.22ns 1.62 1.96
Galat 143 79.59 0.56
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
dk = derajat kebebasan
** = Regresi amat siginikan (F hitung > F table)
ns = Regresi linear (F hitung < F table)
signifikan (F = 7.32 > 6.75) yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja sekolah dapat
ditaksir melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah. Tuna cocok tidak signifikan (F =
1.22 < 1.62) yang mengandung arti bahwa regresi linear, karena tidak ada pencilan data
*
Lampiran 4, hal. 153 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”)
**
Lampiran 4, hal. 157 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”) dan 158 (Output SPSS
“Menguji Linearitas”).
94
kepemimpinan kepala sekolah. Gambaran mengenai hasil regrresi dapat dilihat lebih
X2
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0 X1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Gambar 14. Diagram Pencar Regresi Lingkungan Kerja Sekolah (X2) atas Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
seiring dengan peningkatan skor gaya kepemimpinan kepala sekolah. Titik-titik data
memencar di sekitar garis persamaan regresi, akan tetapi penyimpangannya dari garis
regresi tidak signifikan, sehingga regresi linear, dalam arti lingkungan kerja sekolah
dapat ditaksir secara cukup baik melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah. Hubungan
linear lingkungan kerja sekolah dengan motivasi kerja guru dinyatakan dengan koefisien
korelasi r12 = 0.21 yang signifikan (t = 2.7, p < 0.01). Dengan mengkuadratkan koefisien
korelasi diperoleh koefisien determinasi r212 = 0.04 yang mengandung arti bahwa 4%
95
varians lingkungan kerja sekolah dapat dijelaskan oleh gaya kepemimpinan kepala
sekolah. *
C. Uji Hipotesis
dengan variable terikat adalah linear, galat baku taksiran variable terikat terhadap
variable berdisbusi normal, dan varians variable terikat berdasarkan variable bebas
dengan menggunakan analisis jalur. Analisis jalur dapat dilakukan dengan SPSS,
koefisien jalur sedangkan keberartiannya diuji dengan uji t. Analisis jalur juga dapat
dilakukan secara manual dengan mengunakan matriks korelasi. Kedua cara ini
digunakan sekaligus. Hasil analisis dengan SPSS disajikan pada Lampiran 4, sedangkan
1. Analisis Jalur
koefisien korelasi variable bebas dengan variable terikat. Koefisien korelasi tersebut
*
Lampiran 4, hal. 157 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”).
96
Tabel 16*
Matriks Korelasi Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Lingkungan
Kerja Sekolah, dan Motivasi Kerja Guru
X1 X2 X3
Gaya Kepemimpinan
1 0.21** 0.63**
Kepala Sekolah (X1)
Lingkungan Kerja
1 0.34**
Sekolah (X2)
Motivasi Kerja Guru
1
(X3)
** Korelasi amat signifikan, p < 0.01
sebagai berikut:
r12 = ρ21
0.20 = ρ21
*
Lampiran 4, hal. 148, 153, 157 (Output SPSS “Mencari Persamaan Regresi”) dan 147 (Ouput
SPSS “Analisis Korelasional”).
97
ρ21 = 0.21
0.63 0.21
0.34 1
ρ31 = = 0.255
1 0.21
0.21 1
1 0.63
0.21 0.34
ρ32 = = 0.345
1 0.21
0.21 1
X1
0.59 (0.63)
X3
0.21 (0.21)
0.22 (0.34)
X2
r12 = ρ21
= 0.21 (Cocok)
≈ 0.63 (Cocok)
≈ 0.34 (Cocok)
Dengan demikian, model koefisien jalur cocok dengan data sehingga dapat
manual untuk memperoleh kefisien jalur di atas sama hasilnya dengan pengolahan data
β = 0.59 (t = 9.91, p < 0.01) untuk ρ31, dan koefisien regresi baku β = 0.22 (t
= 3.72, p < 0.01) untuk ρ32. Besar varians X3 yang bisa dijelaskan oleh X1
*
Lampiran 4, hal. 162. (Output SPSS “Regresi X3 atas X1 dan X2“ tabel Coefficirnt).
99
= 2.71, p < 0.01) untuk ρ21. Besar varians X2 yang bisa dijelaskan X1 adalah
4.2%.**
2. Pengujian Hipotesis
Dari analisis jalur pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap
motivasi kerja guru (X3) diperoleh koefisien jalur ρ31 = 0.59. Dari perhitungan manual,
nilai kofisien jalur ini lebih besar dari 0.05 dan cocok dengan data. Hasil yang sama
regresi baku β = 0.69 untuk ρ31 dengan t = 9.91 dan p-value < 0.01.
Karena nilai p-value lebih kecil dari 0.01 maka koefisien jalur siginifikan,
karena itu disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan terdapat pengaruh
langsung positif gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru,
terdukung.
kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru Sekolah Menengah Kejuruan Subrayon Satu
Kota Bekasi.”
**
Lampiran 4, hal. 157 (Output SPSS “Regresi X 2 atas X1“ tabel Coefficirnt).
100
Dari analisis jalur pengaruh lingkungan kerja sekolah (X2) terhadap motivasi
kerja guru (X3) dihaslikan koefisien jalur ρ32 = 0.22. Dari perhitungan manual, nilai
kofisien jalur ini lebih besar dari 0.05 dan cocok dengan data. Hasil yang sama
regresi baku β = 0.22 untuk ρ32 dengan t = 4.72 dan p-value < 0.01.
Karena nilai p-value lebih kecil dari 0.01 maka koefisien jalur siginifikan,
karena itu disimpulkan hipotesis kedua yang menyatakan terdapat pengaruh langsung
Dari analisis jalur pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap
lingkungan kerja sekolah (X3) menghasilkan koefisien jalur ρ21 = 0383. Dari
perhitungan manual, nilai kofisien jalur ini lebih besar dari 0.05 dan cocok dengan data.
Hasil yang sama diperoleh melalui analisis regresi X2 terhadap X1 yang menghasilkan
koefisien regresi baku β = 0.383 untuk ρ21 dengan t = 2.71 dan p-value < 0.01.
Karena nilai p-value lebih kecil dari 0.01 maka koefisien jalur siginifikan,
karena itu disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat pengaruh
langsung positif gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap lingkungan kerja sekolah,
terdukung.
D. Pembahasan
101
Kejuruan Subrayon Satu Kota Bekasi. Ini mengandung arti bahwa baik atau buruknya
rendahnya motivasi kerja guru. Semakin baik gaya kepemimpinan kepala sekolah
semakin tinggi motivasi kerja gurunya. Sebaliknya semakin buruk gaya kepemimpinan
kepemimpinan kepala sekolah adalah pendekatan yang digunakan kepala sekolah dalam
perilaku hubungan, kepribadian, derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan
dari situasi. Dengan mempertimbangan semua hal ini dalam menjalankan tugas dan
perannya, kepala sekolah akan dapat mendorong guru untuk bekerja secara lebih
Dengan tanggungjawab yang muncul dari dalam dirinya, guru yang bermotivasi
tugas dengan sebaik-baiknya. Demikian juga dengan deisplin yang muncul dari dalam
dirinya, guru yang bermotivasi kerja tinggi tidak perlu dikendalikan oleh pihak lain
untuk menjalan tugasnya itu. Yang tidak kalah pentingnya, dengan dorongan berperstasi
yang dimilikinya, guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan berusaha melaksanakan
Hasil analisis deskrpitif menunjukkan bahwa motivasi kerja guru SMK Subrayon
Satu Kota Bekasi secara rata-rata tergolong sedang, dengan mean 3.03 dan simpangan
baku 0.73. Sementara itu persepsi mereka terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah
secara rata-rata juga tergolong dengan mean 2.96 dan simpangan baku 0.66. Koefisien
jalur koefisien pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru adalah ρ31 = 0.59. Temuan ini mengandung arti bahwa dengan membiarkan tetap
pengaruh variabel lainnya, setiap peningkatan satu satuan skor gaya kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap peningkatan skor motivasi kerja guru sebesar 0.59
mengupayakan dukungan dan kerjasama dari pihak luar organisasi.57 Selain itu temuan
kami juga sejalan dengan temuan Lethwood bahwa kepemimpinan kepala sekolah
berpengaruh terhadap motivasi kerja guru motivasi kerja guru, selanjutnya motivasi
kerja guru mempengaruhi perilaku mengajar guru, dan perilaku mengajar guru
kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru. Artinya, tinggi atau rendahnya lingkungan
kerja sekolah berpengaruh langasung terhadap tinggi atau rendahnya motivasi kerja
guru. Semakin tinggi lingkungan kerja sekolah semakin tinggi motivasi kerja guru.
57
G. Yukl. 1994. Leadership in Organizations (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, h. 3
58
K. Leithwood, & B. Levin. 2005. Assessing School Leader and Leadership Programme Effects
on Pupil Learning. Research Report RR662. Canada: Department for Education and Skills, h. 39.
103
Sebaliknya semakin rendah lingkungan kerja sekolah semakin tinggi motivasi kerja
guru.
secara langsung melalui lingkungan kerja sekolah. Lingkungan kerja sekolah adalah
kualitas lingkungan kerja fisik yang mencakup sarana dan prasarana serta kualitas
lingkungan sosial yang mencakup hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan
guru dengan tata usaha, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa,
kualitas fisik dan sosial ini, maka guru akan terkondisi untuk bekerja dengan mtotivasi
yang tinggi. Guru dengan motivasi kerja yang tinggi akan bekerja secara
Hasil analisis dekspitif menunjukkan bahwa secara para guru SMK Subrayon
Satu Kota Bekasi secara rata-rata cukup baik persepsinya terhadap lingkungan kerja
sekolah, dengan mean 3.07 dan simpangan baku 0.77. Koefisien jalur koefisien
lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru adalah ρ32 = 0.22. Koefisien jalur
ini mengandung arti bahwa dengan membiarkan tetap pengaruh variabel lainnya, setiap
peningkatan satu satuan skor persepsi guru terhadap lingkungan kerja sekolah
berpengaruh terhadap peningkatan skor motivasi kerja guru sebesar 0.22 simpangan
lingkungan kerja lebih kecil terhadap motivasi kerja guru. Padahal taraf skor gaya
kepemimpinan kepala sekolah (rata-rata 2.96) lebih kecil dari taraf skor lingkungan
kerja (rata-rata 3.07). Hal ini mengindikasikan, bahwa bagaimanapun baiknya kondisi
104
lingkungan kerja kepemimpinan kepala sekolah yang tetap lebih menentukan bagi
Sekolah
terhadap lingkungan kerja sekolah. Artinya baik atau buruknya gaya kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh langsung terhadap tinggi atau rendahnya lingkungan kerja
sekolah. Semakin baik gaya kepemimpinan kepala sekolah semakin baik lingkungan
kerja sekolah. Sebaliknya semakin buruk gaya kepemimpinan kepala sekolah semakin
ditingkatkan secara langsung melalui gaya kepemimpinan kepala sekolah. Melalui gaya
hubungan, kepribadian, derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari
situasi, seorang kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan kerja yang berkualitas di
sekolah. Lingkungan kerja yang berkualitas terdiri dari lingkungan fisik yang mencakup
sarana dan prasarana serta lingkungan sosial yang mencakup hubungan guru dengan
kepala sekolah, hubungan guru dengan tata usaha, hubungan guru dengan guru,
langsung terhadap lingkungan kerjas sekolah melalui koefisien jalur ρ21 = 0.34.
Koefisien jalur in mengandung arti bahwa dengan membiarkan tetap pengaruh variabel
lainnya, setiap peningatan satu skor gaya kepemimp-inan kepala sekolah berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas lingkungan kerja sebesar 0.34 simpangan baku di atas
rata-rata.
106
motivasi kerja guru, maka kepala sekolah juga berpengaruh tak langsung melalui
lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru. Bahkan kepala sekolah dapat
Misalnya, dengan kebijakan dan sumberdya yang dimilikinya kepala sekolah dapat
menyedian sarana dan prasaran yang dibutuhkan bagi terwujudnya kualitas lingkungan
fisik dan lingkungan sosial sekolah yang dapat meningkatkan motivasi kerja guru.
E. Keterbatasan
penelitian ini hanya menggunakan sampel guru Sekolah Menengah Kejuruan Subrayon
Satu Kota Bekasi Jawa Barat. Hasil ini meyakinkan untuk menarik kesimpulan karena
keterwakilan sampel guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Kota Bekasi Jawa
Barat yang terlibat sebagai responden. Hasil penelitian hanya bisa digeneralisasi pada
populasi Sekolah Menengah Kejuruan Subrayon Satu Kota Bekasi Jawa Barat, tidak
dapat diperluas pada seluruh Sekolah Dasar di seluruh Beksi apalagi di seluruh Jawa
Barat. Karena keterbatasan ini, maka disarankan penelitian serupa dilakukan pada
sampel yang mewakili sub populasi yang lain, misalnya pada sampel Sekolah
dan lingkungan kerja sekolah sebagai variable bebas yang mempengaruhi motivasi kerja
guru. Akan tetapi kedua variable bebas hanya menyumbang 44.8% varians di dalam
107
motivasi kerja kerja guru. Artinya, masih ada terdapat 55.2% lagi varians motivasi kerja
guru yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua variabel. Oleh karena itu disarankan agar
tersebut dapat berupa karakteristik guru itu sendiri, seperti gender, pengalaman kerja,
Selain itu kepemimpinan kepala sekolah hanya dapat menjelaskan 4.2 varians di
dalam lingkungan kerja di sekolah. Kecilnya pengaruh kepala sekolah terhada kualitas
dapat diigunakan kepala sekolah dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih di
SMK Subrayon Satu Kota Bekasi. Karena itu disarankan hendaknya penelitian
BAB V
A. Kesimpulan
dan lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi kerja guru pada Sekolah Menengah
Kejuruan Subrayon Satu Kota Bekasi Jawa Barat. Hasil analisis jalur terhadap data
suvei terhadap 167 sampel guru di wilayah tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
motivasi kerja guru, melalui koefisien jalur ρ31 = 0.59 yang signifikan pada taraf alpha
guru melalui koefisien jalur ρ32 = 0.22 yang signifikan pada taraf alpha 0.01 (t = 3.72, p
< 0.01).
motivasi kerja guru melalui koefisien jalur ρ21 = 0.34 yang signfifikan pada taraf alpha
Keempat, model analisis jalur memiliki kecocokan dengan data, di mana 44.8%
varians di dalam motivasi kerja guru dapat dijelaskan oleh kepemipinan kepala sekolah
dan lingkungan kerja sekolah, sementara itu 4.2% varians di dalam lingkungan kerja
106
109
B. Implikasi
Hasil penelitian ini mengandung implikasi teoretik dan praktis. Secara teoretis
temuan ini mengandung arti bahwa semakin baik gaya kepemimpinan kepala sekolah
dan semakin tinggi lingkungan kerja sekolah, akan semakin tinggi motivasi kerja guru.
Sebaliknya, semakin buruk gaya kepemimpinan kepala sekolah dan semakin rendah
lingkungan kerja sekolah, akan semakin rendah motivasi kerja guru. Secara praktis hasil
Pertama, motivasi kerja guru dapat ditingkatkan secara langsung melalui gaya
derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari situasi. Dengan
mempertimbangan semua hal ini dalam menjalankan tugas dan perannya, kepala
sekolah akan dapat mendorong guru untuk bekerja secara lebih bertanggungjawab, lebih
lingkungan kerja sekolah. Lingkungan kerja yang berkualitas terdiri dari lingkungan
fisik yang mencakup sarana dan prasarana serta lingkungan sosial yang mencakup
hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan guru dengan tata usaha, hubungan
guru dengan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan guru dengan orangtua
siswa/masyarakat. Dengan tersedianya lingkungan kerja yang berkualitas ini, para guru
derajat situasi, kekuatan dalam diri manajer, kekuatan dari situasi, kepala sekolah dapat
kepala akan berusaha menetapkan dan menjalankan kebijakan yang dapat meningkatkan
saran dan prasarana fisik sekolah yang penting bagi terwujudnya lingkungan kerja yang
berkualitas di sekolah. Selain itu kepala sekolah juga dapat mendorong terjadinya
peningkatan lingkungan sosial yang mencakup hubungan guru dengan kepala sekolah,
hubungan guru dengan tata usaha, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan
C. Saran
sebagai berikut:
Pertama, motivasi kerja guru pada Sekolah Menengah Kejuruan Subrayon Satu
Kota Bekasi Jawa Barat masih harus ditingkatkan lagi. Secara rata-rata skor motivasi
kerja guru berada dalam kategori sedang karena nilai mean 3.4 setara dengan 60.6%
kemungkinan skor tertinggi. Dari 167 responden hanya 87 guru (59.3%) dengan skor
yang sama atau lebih tinggi dari dari rata-rata, sedangkan 73 guru (40.7%) skornya di
bawah rata-rata dalam motivasi kerja. Terkait dengan peningkatan motivasi kerja guru
ini sejumlah usaha praktis dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
111
dalam bekerja.
Menengah Kejuruan Subrayon Satu Kota Bekasi Jawa Barat masih harus ditingkatkan.
Secara rata-rata skor gaya kepemimpinan kepala sekolah termasuk kategori sedang,
dengan mean 2.96 yang setara dengan 59% keumungkinan skor tertinggi. Di antara 167
responden, 96 guru (57.5%) dengan skor sama atau lebih dari rata-rata sedangkan 71
sekolah. Peningkatan gaya kepemimpinan kepala sekolah perlu dilakukan karena akan
berpengaruh langsung terhadap motivasi kerja guru dan juga terhadap lingkungan kerja
sekolah. Untuk meningkatkan gaya kepemimpinan kepala sekolah sejumlah usaha dapat
ditempuh.
112
sekolahnya. Dengan cara demikian kepala sekolah akan lebih peduli kepada
Kota Bekasi Jawa Barat juga masih perlu ditingkatkan. Secara rata-rata lingkungan
kerja sekolah dalam persepsi guru termasuk kategori sedang, dengan nilai mean 3.07
yang setara dengan 61% kemungkinan skor tertinggi. Dari 167 responden, hanya 106
guru (63.5%) dengan persepsi yang sama atau lebih tinggi dari rata-rata, sedangkan 35
guru (36.5%) lebih rendah dari rata-rata. Untuk peningkatan lingkungan kerja, dapat
hubungan yang harmonis antar guru, kepala sekolah, siswa, orangtua dan
bagi penilaian kinerja sekolah. Dengan cara demikian kepala sekolah dan
guru akan memberikan perhatian yang lebih nyata dalam usaha peningkatan
KEPUSTAKAAN
ALA (American Lung Association). 2002. “Asthma in children fact sheet.” New York,
N.Y.: American Lung Association. http://www.lungusa.org/asthma/
ascpedfac99.html (Diunduh 16 Desember 2010)
Anoraga, Pandji. 2007. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmara, U. Husna. 1982. “Pengaruh Tindakan kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Penmalangan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMAN Pantianak.”
Bandung. Tesis.FPS IKIP.
Bittle, L. R. & Newstrom, J. 2006. Pedoman Penyelia. Penerjemah Bambang Hartono.
Jakarta: Pustaka Binawan Pesindo.
Damayanti, Ninin. 2007. “Indeks Pembangunan Indonesia Terendah di Asia Tenggara.”
Tempo Interaktif, 17 Desember. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/
2007/12/17/ brk,20071217-113690,id.html (Diunduh 16 Desember 2010).
Depdiknas, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Edisi 2. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
-----------. 2000. Pandunan Manajemen Sekolah. Jakarta: Dikmenum.
-----------. 2000. Standar Pelayanan Minimal (SPM) SLTP, SMU, ASIK. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Dirawat, dkk. 2003. Pengantar Kepemimpinan dadam Rangka Inowasi Pendidikan
Pertumbuhan Jabalan Guru. Jakarta.
Dirgagunarsa, Singgih. 2002. Psikologi Perkembangan Seri Pendidikan Keluarga.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djaali & Muljono, Pudji. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Djaenabong.1994. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah TK di Kodya Ujung Pandang.
Ujung Pandang: LPM IKIP.
Earthman, G. I., and L. Lemasters. 1998. “Where children learn: A discussion of how a
facility affects learning.” Paper presented at the annual meeting of Virginia
Educational Facility Planners. Blacksburg, Va., February. (ED419368)
Fatah, Nanang. 2000. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
-----------. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fiedler, F. E. & Chermer, M. M. 2004. Leadeship and Effective. Glein View: Scott,
Foreman & Company.
115
Smedje, G., and D. Norback. 1999. “The school environment: Is it related to the
incidence of asthma in the pupils?” In Indoor Air '99, vol. 5. 445–50.
Sudjana. 2007. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi Peneliti. Bandung: Tarsito.
Sunarno, Agus. 2005. “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Guru (Suatu Studi Berdasarkan Persepsi
Guru SMK Negeri Kota Tegal).” Tesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakhmad, Winarno. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jernmars.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung
Jernmars.
Thoha, Miftah. 2005. Kepemirnpinan Dalain Manajemen Serta Pendekatan Perilaku.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wahjosumidjo. 2007. Kepemirnpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghana Idonesia.
Wyon, D.P. 1991. “The ergonomics of healthy buildings: Overcoming barriers to
productivity.” In IAQ '91: Post Conference Proceedings. Atlanta, Ga.: American
Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers, Inc., pp. 43–
46.
Yukl, G. 1994. Leadership in Organizations (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-
Hall.
Zainun, Buchari. Tth. Manajemen Motivasi. Jakarta: Balai Pustaka.
117
Proposal Tesis
Oleh :
NIM: 0808036323
PENGANTAR
Pengisian angket ini tidak akan berdampak kepada pernilaian terhadap diri Bapak/Ibu.
Kami mohon agar Bapak/Ibu mengisi angket dengan sebenarnya. Bapak/Ibu tidak perlu
Sekali lagi terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu mengisi
angket ini.
Wassalam
Peneliti
119
No PERNYATAAN TS KS R S SS
No PERNYATAAN TS KS R S SS
No PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
NO PERNYATAAN TS KS R S SS
memberikannya.
A. Instrumen
Motivasi kerja guru adalah dorongan dari dalam diri guru untuk melaksanakan
prestasi.
Kisi-kisi:
sekolah dalam menjalankan peran kepemimpinan yang diukur dari faktor kedewasaan,
perilaku tugas, perilaku hubungan, kepribadian, derajat situasi, kekuatan dalam diri
Kisi-kisi:
Lingkungan kerja sekolah adalah kualitas lingkungan kerja fisik yang mencakup
sarana dan prasarana serta kualitas lingkungan sosial yang mencakup hubungan guru
dengan kepala sekolah, hubungan guru dengan tata usaha, hubungan guru dengan guru,
Kisi-kisi:
B. Pelaksanaan Ujicoba
1. Sampel
Sampel ujicoba terdiri 30 guru SMK Subrayon Satu Kota Bekasi yang tidak
Ujicoba dillaksanakan pada akhir Oktober 2010 di sebuah SMK Subrayon Satu
Kota Bekasi.
130
3. Teknik Analisis
a. Pengujian Validitas
Karena instrument berbentuk angket skala sikap dengan skor butir berskala interval,
maka pengujian validitas menggunakan rumus korelasi produk momen (Djaali & P.
N ( XY ) ( X Y )
r =
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2 ]
di mana:
r = koefisien korelasi skor butir dengan skor total
N = jumlah sample
X = skor butir
Y = skor total
Suatu butir dianggap valid apabila koefisien korelasi mencapai minimal r = 0.20 (S.
b. Penghitungan Reliabilitas
Karena instrumen berbentuk angket skala sikap dengan skor butir berskala interval
1-5, maka perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach (Djaali & P.
k i 2
rtt = (1 )
k 1 2
di mana:
rtt = koefisien reliabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan yang valid
σi2 = varians butir
σ2 = varians total
Suatu instrumen pengukuran reliabel apabila koefisien alpha mencapai minimal rtt =
0.80 (S. Azwar, Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
131
C. Hasil Ujicoba
a. Data
Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Respd 0 1 2 3
1 4 5 5 3 4 5 4 5 5 3 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 3 4 3 5 5 3 4 4
2 2 5 5 2 3 5 2 5 5 2 3 5 1 5 5 2 4 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 2 2 2
3 2 4 5 2 3 4 2 4 5 2 3 5 3 4 4 3 2 4 4 5 5 5 3 4 2 4 2 3 3 2
4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 4 3
5 4 5 5 1 4 4 4 5 5 1 4 5 3 4 4 3 4 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 4 2
6 5 5 5 3 4 4 5 5 5 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 2
7 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 3 5 5 4 4 1
8 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 5 4 3 5 5 4 2 3 4 2
9 5 5 5 4 4 2 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 3 2 3 4 4 5 5 3 3 2
10 5 5 5 3 4 4 5 5 5 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 2
11 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 4 4 5 5 1 4 4
12 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4
13 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 2 4 4 3 2 4 4 5 3 4 2 3 4 4 3 2 4 3
14 5 5 5 1 4 4 5 5 5 1 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2
15 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 3 2
16 5 5 5 3 2 5 5 5 5 3 2 5 1 5 5 2 4 5 4 4 4 4 5 4 2 5 5 5 4 2
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 1 3 3 5 5 1 5 5
18 2 4 4 4 5 4 2 4 4 4 5 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 3 2 2 2 4 2 2 4 2
19 3 5 4 1 4 4 4 5 4 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 5 4 2 4 2
20 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 1 5 5 4
21 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 4 2 4 4 4 4 2 4 4
22 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 2
23 5 2 4 4 3 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 2 1 2 2 4 4 2
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 2
25 5 5 5 2 3 5 5 5 5 2 3 4 4 4 4 3 4 5 5 3 5 4 4 4 4 5 2 4 4 1
26 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4
27 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4
28 5 4 4 3 4 3 5 4 4 3 4 2 1 4 4 4 2 4 4 1 3 2 4 4 5 4 5 4 4 2
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 2
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2
132
b. Hasil
Reliability
******Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 119.4333 115.6333 10.7533 30
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
133
Reliability Coefficients
Alpha = .8352
c. Penafsiran
Semua butir valid karena r (item-total correlation) lebih besar dari 0.20 kecuali
butir 25 (r = 0.11). Butir tidak valid ini harus dibuang, sehingga meningkatkan
reliabilitas instrument dari koefisien alpha rtt = 0.8352 menjadi rtt = 0.8395 (lihat alpha
a. Data
Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Respd 0 1 2 3
1 5 5 5 3 4 5 4 5 4 4 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4
2 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 2
3 5 5 4 5 5 2 5 5 5 4 2 5 2 2 5 2 5 2 5 5 5 5 2 5 5 4 5 4 5 2
4 3 5 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 5 4 4 3 5 4 4 4 5 5 3
5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 5 5 5 2
6 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 5 3 4 2 5 5 2
7 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 5 4 3 4 5 5 5 5 5 1
8 5 3 5 5 5 4 5 5 3 5 5 5 3 5 5 3 5 3 5 5 4 5 3 5 4 4 4 4 4 2
9 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 2 4 4 3 2 5 4 5 5 2
10 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 5 2 5 5 2
11 4 3 3 4 5 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 3 3 5 5 5 5 4
12 5 5 5 4 5 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
13 5 3 4 4 4 4 5 5 3 3 4 5 3 4 5 3 5 4 5 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
14 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2
15 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 2
16 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 2
17 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 3 4 3 3 3 4 5 5 5 5 5
18 4 4 4 4 1 2 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 2 4 4 3 2 2 4 3 4 2 4 4 2
19 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 5 4 2
20 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4
21 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4
22 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 2 5 5 5 4 2 5 5 4 4 5 5 2
23 4 4 4 4 5 4 2 4 1 2 1 5 1 1 5 1 4 4 4 4 2 5 4 4 2 4 4 2 4 2
24 5 5 5 4 5 4 5 5 2 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2
25 3 5 5 3 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 3 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 1
26 5 5 5 4 4 4 5 5 2 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4
27 4 5 3 4 5 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4
28 2 5 4 4 2 2 3 4 2 4 5 3 2 5 3 2 2 4 1 3 2 3 4 3 2 4 2 4 4 2
29 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2
30 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 3 4 4 2
135
b. Hasil
Reliability
******Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 120.7000 161.3897 12.7039 30
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
136
Reliability Coefficients
Alpha = .8978
c. Penafsiran
Ada tiga butir dengan r (item-total correlation) lebih kecil dari 0.20, yaitu butir 4 (r
mencapai rtt = 0.8979 akan tetapi ketiga butir tidak valid harus dibuang kemudian
dilakukan pengujian ulang kepada butir yang tersisa. Hasil pengujian ulang sbb:
137
d. Pengujian ulang
Reliability
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 109.8000 150.0966 12.2514 27
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H
A)
Item-total Statistics
Reliability Coefficients
Alpha = .9047
e. Penafsiran
Semua butir valid karena r (item-total correlation) lebih besar dari 0.20. Instrumen
a. Data
Butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Respd 0 1 2 3
1 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5
2 5 4 3 5 5 5 2 5 4 3 3 2 5 3 5 5 5 5 4 4 5 3 5 3 5 5 5 5 2 5
3 5 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 5 4 3 4 4 5 5 2 5 4 4 4 5 4 4 5 2 4
4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4
5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 2 4
6 2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 2 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 2 4
7 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5 1 5
8 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4 5 4 5 4 4 4 2 4
9 4 3 4 4 4 2 5 5 5 4 4 2 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 2 2
10 2 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 2 2 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 2 4
11 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 4 5 5 4 4
12 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5
13 3 4 4 5 5 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 2 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 2 4
15 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 2 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 2 5
16 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 2 5
17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 3 5 5 5 4 5
18 2 2 4 5 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 4 4 2 3
19 2 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 2 4 2 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 2 4
20 5 4 5 5 4 4 5 5 1 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4
21 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4
22 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4
23 4 4 4 4 4 4 5 2 2 4 4 2 4 4 4 4 2 4 5 1 4 4 4 4 5 4 2 4 2 4
24 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 2 4
25 4 3 4 4 4 5 5 5 2 4 4 1 4 4 4 5 5 5 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 1 5
26 5 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5
27 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4
28 2 2 4 4 4 3 5 4 5 4 4 2 2 4 4 5 4 4 3 2 2 4 4 4 2 5 4 4 2 3
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4
30 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4
140
b. Hasil
Reliability
******Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 123.9000 122.8517 11.0838 30
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Item-total Statistics
141
Reliability Coefficients
Alpha = .8905
c. Penafsiran
Semua butir valid karena r (item-total correlation) lebih besar dari 0.20. Instrumen
D. Kesimpulan
Dari 30 butir, satu butir tidak valid yaitu butir 25 sehingga harus dibuang.
Membuang butir tidak valid meningkatkan reliabiltas instrument dari koefisien alpha rtt
= 0.8352 menjadi rtt = 0.8395. Dengan demikian angket motivasi kerja hanya
Dari 30 butir, tiga butir tidak valid butir 4, 26, dan 30 sehingga harus dibuang.
Membuang ketiga butir tidak valid ini meningkatkan reliabilitas instrument dari
koefisien alpha rtt = 0.8979 menjadi rtt = 0.9047. Dengan demikian angket
Dari 30 butir angket, semua butir valid sedangkan reliabilitas instrumen mencapai
koesfisen alpha rtt = 0.8905. Dengan demikian angket lingkungan kerja menggunakan
Keterengan:
A. ANALISIS DESKRIPTIF
Frequencies
Statistics
Gaya
kepemimpi
nan kepala Lingkungan Motivasi
sekolah kerja sekolah kerja guru
N Valid 167 167 167
Missing 0 0 0
Mean 2.957 3.065 3.030
Median 3.000 3.100 3.000
Mode 2.8a 3.5 3.3
Std. Deviation .6635 .7712 .7261
Range 2.9 2.9 2.9
Minimum 1.5 1.5 1.5
Maximum 4.4 4.4 4.4
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Descriptives
Descriptive Statistics
N Sum
KUADX1 167 1533.79
KUADX2 167 1667.85
KUADX3 167 1620.68
Valid N (listwise) 167
151
B. ANALISIS KORELASIONAL
Correlations
Correlations
Gaya
kepemimpi
nan kepala Lingkungan Motivasi
sekolah kerja sekolah kerja guru
Gaya kepemimpinan Pearson Correlation 1 .206** .633**
kepala sekolah Sig. (1-tailed) . .004 .000
N 167 167 167
Lingkungan kerja sekolah Pearson Correlation .206** 1 .342**
Sig. (1-tailed) .004 . .000
N 167 167 167
Motivasi kerja guru Pearson Correlation .633** .342** 1
Sig. (1-tailed) .000 .000 .
N 167 167 167
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
152
C. REGRESI X3 TERHADAP X1
Regression
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Gaya
kepemimp
inan . Enter
kepala a
sekolah
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 35.118 1 35.118 110.555 .000a
Residual 52.412 165 .318
Total 87.530 166
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan kepala sekolah
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .980 .200 4.905 .000
Gaya kepemimpinan
.693 .066 .633 10.514 .000
kepala sekolah
a. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
153
Casewise Diagnosticsa
Motivasi
Case Number Std. Residual kerja guru
88 3.159 3.8
89 3.145 4.0
90 3.431 4.3
a. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Residuals Statisticsa
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Motivasi kerja guru *
Gaya kepemimpinan 167 100.0% 0 .0% 167 100.0%
kepala sekolah
154
Report
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Motivasi kerja guru * Between (Combined) 41.978 23 1.825 5.730 .000
Gaya kepemimpinan Groups Linearity 35.118 1 35.118 110.244 .000
kepala sekolah Deviation from Linearity 6.860 22 .312 .979 .494
Within Groups 45.552 143 .319
Total 87.530 166
Measures of Association
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
ANOVA
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 167
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .99698340
Most Extreme Absolute .057
Differences Positive .057
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov Z .738
Asymp. Sig. (2-tailed) .647
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
156
Interactive Graph
5.0
Motivasi kerja guru = 0.98 + 0.69 * x1 Linear Regression
R-Square = 0.40
4.0
Motivasi kerja guru
3.0
2.0
1.0
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
D. REGRESI X3 TERHADAP X2
Regression
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Lingkunga
n kerja a . Enter
sekolah
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10.218 1 10.218 21.808 .000a
Residual 77.312 165 .469
Total 87.530 166
a. Predictors: (Constant), Lingkungan kerja sekolah
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.044 .218 9.388 .000
Lingkungan kerja sekolah .322 .069 .342 4.670 .000
a. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
158
Residuals Statisticsa
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Motivasi kerja guru *
167 100.0% 0 .0% 167 100.0%
Lingkungan kerja sekolah
Report
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Motivasi kerja guru * Between (Combined) 18.820 23 .818 1.703 .032
Lingkungan kerja sekolah Groups Linearity 10.218 1 10.218 21.266 .000
Deviation from Linearity 8.602 22 .391 .814 .705
Within Groups 68.710 143 .480
Total 87.530 166
Measures of Association
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
ANOVA
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 167
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .99698340
Most Extreme Absolute .054
Differences Positive .046
Negative -.054
Kolmogorov-Smirnov Z .693
Asymp. Sig. (2-tailed) .723
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Interactive Graph
161
5.0
Linear Regression
Motivasi kerja guru = 2.04 + 0.32 * x2
R-Square = 0.12
4.0
Motivasi kerja guru
3.0
2.0
1.0
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
E. REGRESI X2 TERHADAP X1
Regression
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Gaya
kepemimp
inan . Enter
kepala a
sekolah
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Lingkungan kerja sekolah
162
Model Summaryb
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.192 1 4.192 7.315 .008a
Residual 94.547 165 .573
Total 98.739 166
a. Predictors: (Constant), Gaya kepemimpinan kepala sekolah
b. Dependent Variable: Lingkungan kerja sekolah
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.357 .268 8.784 .000
Gaya kepemimpinan
.239 .089 .206 2.705 .008
kepala sekolah
a. Dependent Variable: Lingkungan kerja sekolah
Residuals Statisticsa
Means
163
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Lingkungan kerja sekolah
* Gaya kepemimpinan 167 100.0% 0 .0% 167 100.0%
kepala sekolah
Report
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Lingkungan kerja sekolah Between (Combined) 19.145 23 .832 1.495 .081
* Gaya kepemimpinan Groups Linearity 4.192 1 4.192 7.531 .007
kepala sekolah Deviation from Linearity 14.953 22 .680 1.221 .239
Within Groups 79.594 143 .557
Total 98.739 166
Measures of Association
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
ANOVA
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 167
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .99698340
Most Extreme Absolute .095
Differences Positive .049
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z 1.228
Asymp. Sig. (2-tailed) .098
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
165
Interactive Graph
5.0
Linear Regression
Lingkungan kerja sekolah = 2.36 + 0.24 * x1
R-Square = 0.04
4.0
Lingkungan kerja sekolah
3.0
2.0
1.0
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Regression
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Lingkunga
n kerja
sekolah,
Gaya
. Enter
kepemimp
inan
kepala a
sekolah
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 39.194 2 19.597 66.490 .000a
Residual 48.337 164 .295
Total 87.530 166
a. Predictors: (Constant), Lingkungan kerja sekolah, Gaya kepemimpinan kepala
sekolah
b. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .491 .233 2.104 .037
Gaya kepemimpinan
.643 .065 .588 9.915 .000
kepala sekolah
Lingkungan kerja sekolah .208 .056 .221 3.719 .000
a. Dependent Variable: Motivasi kerja guru
167
TABEL F
168
LAMPIRAN 6: PERIZINAN
169