You are on page 1of 19

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU

DAN MAHLUK SOSIAL

1. M SATRIA ATMAJA
2. ANGGA TRIADI
3. FIRNANDO
4. A TEMMA OKTARIZA

Dosen Pengampu :
Dra.Hj Amalia Z. Ridho, M.Pd
NIP.

JURUSAN ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manusia Sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata pelajaran Ilmu Sosial dan Budaya.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Manusia Sebagai
Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Pendahuluan
Dalam kamus bahasa Indonesia – W.J.S Poerwadarminta “manusia adalah makhaluk
yang berakal budi”
Arti akal budi adalah daya piker dan daya ikhtiar (untuk melakukan sesuatu sebagai
alat batin untuk menimbang baik –buruk , benar salah.)

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-
unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu
sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak
lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita
melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial
yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan
perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia
menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seeorang.

Kedudukan Manusia sebagai Mahluk Individu

- Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau
sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan
secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.

Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada di
sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu unsur benda, hidup, naluri,
dan akal budi.

1). Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja.
Misalnya, batu, kayu, dan meja.

2). Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya, tumbuh-
tumbuhan dan pepohonan.

3). Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/ instink.
Misalnya, binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.

4). Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan
akal budi. Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan
dibanding dengan makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu
benda, hidup, instink, dan naluri.
- Hakikat manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai
dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.

1) Kodrat manusia

Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakatbakat


alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara
pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami
yang melekat padanya.

2. Harkat manusia

Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Martabat manusia

Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan
manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi
sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan
martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan
makhluk lainnya

4. Hak asasi manusia

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai
anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau
kemerdekaan.

5. Kewaiban manusia

Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban
manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai
makhluk individu yang mempunyai hak-hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia
berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban
hidupnya sehari-hari.

- Karakteristik Manusia Sebagai Mahluk Individu

Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau menjadi
dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena dengan adanya
individulitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat, daya tahan yang berbeda.  Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri
merupakan ciri yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.

Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan individualitas
setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut

1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.
3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian

- Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di
antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran
diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan
dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang
menjadi dasar bagi self-realisation.

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan
merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens
memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan
akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya
seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan
waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang
jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia
dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam
kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Kepribadian
- Defenisi
Banyak para ahli yang memberikan perhatian dan mencurahkan penelitiannya untuk
mendeskripsikan penelitiannya mengenai tentang pola tingkah laku yang nantinya merunut
juga pada pola tingkah laku manusia sebagai bahan perbandingannya.
Pola-pola tingkah laku bagi semua individu yang tergolong dalam satu ras pun tidak ada
yang seragam. Sebab tingkah laku Manusia tidak hanya ditentukan oleh system organic
biologinya saja, melainkan juga akal dan pikirannya serta jiwanya, sehingga variasi pola
tingkah laku Manusia sangat besar diversitasnya dan unik bagi setiap manusia.
Jadi “Kepribadian” dalam konteks yang lebih mendalam adalah “susunan unsur-unsur
akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu”.
- Unsur-unsur Kepribadian
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang
yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui
panca inderanya yang masuk kedalam berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Dan
didalam otak tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh individu
kealam sekitar. Dan dalam Antropologi dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh proses
akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu penggambaran
berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian. Penggambaran yang terfokus
secara lebih intensif yang terjadi karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan
psikologi biasanya disebut dengan “Pengamatan”.
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian yang paling
menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam aklanya yang
menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain yang sejenisnya yang sebelumnya
pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai
kenangan.
Dan penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi disebut
“Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis secara
konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses kemampuan untuk membentuk suatu
penggambaran baru yang abstrak, yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari
sekian macam bahan konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang tempat-tempat
tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau mempersepsikan tempat-tempat
tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang lingkungan
mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan, tetapi ada pula yang dikurangi
atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu. Dan ada pula yang digabung dengan
penggambaran-pengambaran lain sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali,
yang sebenarnya tidak nyata.
Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam Psikologi disebut dengan
“Fantasi”.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi merupakan unsur-
unsur pengetahuan yang secara sadar dimiliki seorang Individu.
2. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam
perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang individu yang melihat suatu hal yang
buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat
menimbulkan dalam kesadaranya perasaan negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga mengisi alam
kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan” adalah suatu keadaan dalam
kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau
negative.
3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan lain yang tidak
ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi karena memang sudah
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan
yang sudah merupakan naluri disebut “Dorongan”.

- Tujuh Macam Dorongan naluri


Ada perbedaan paham mengenai jenis dan jumlah dorongan naluri yang terkandung
dalam naluri manusia yaitu ;
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu
kekutan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.
2. Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropolagi,
dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang
mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaanya di
dunia ini muncul pada setiap individu yang normal yang tidak dipengaruhi oleh
pengetahuan apapun.
3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan
sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakannya dengan mencari puting susu
ibunya atau botol susunya tanpa perlu dipelajari.
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesame manusia, yang memang
merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai kolektif.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula
dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia
mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (conform)
dengan manusia-manusia di sekelilingnya.
6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karena manusia adalah makhluk
kolektif. Agar manusia dapat hidup secara bersama manusia lain diperlukan suatu
landasan biologi untuk mengembangkan Altruisme, Simpati, Cinta, dan sebagainya.
Dorongan itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh
perasaanya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi.
7. Dorongan untuk keindahan. Dorongan ini seringkali saudah tampak dimiliki bayi,
yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warni, dan suara-suara, irama,
dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian.
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain
itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan
selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga
karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-
tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Fungsi – fungsi pokok keluarga, adalah :
1. Fungsi biologis
Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orang tua ialah
melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat.
Namun fungsi ini juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cendrung
kepada jumlah anak yang sedikit.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses dimana kepribadian si anak ditentukan lewat interaksi
social. Agen utama dalam hubungan ini adalah keluarga, dan kontak pertama dari si
anak hamper hanya dengan anggota – anggota kelompok ini. Tiap – tiap masyarakat
seharusnya mengajar si anak untuk menjadi anggota yang bertanggung jawab, dan ini
paling utama adalah melalui keluarga.
3. Fungsi kasih sayang
Fungsi kasih sayang merupakan kesediaan yang ada untuk menanggaoi perasaan intim
dan kasih sayang. Ini termasuk bagi dorongan – dorongan seksual yang lebih banyak.
Semakin besar jumlah anggota masyarakat cendrung akan semakin banyak pula
spesialisasi pekerjaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di dalam kehidupan
masyarakat juga terdapat suatu kondisi yang sifatnya saling ketergantungan dari para
anggota masyarakat. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam suatu masyarakat terdapat
saling ketergantungan dalam fungsi (independent of function) (Budhi Oetoyo : 2005)
Karakteristik Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitik
beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-
unsur keharusan biologis, yang terdiri dari:

1. Dorongan untuk makan

2. Dorongan untuk mempertahankan diri

3. Dorongan untuk melangsungkan jenis

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya


sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh
peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk


meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

1) penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk


pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah
pengetahuan.

2) penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu
menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam
masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok
tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas
bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk
membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu
sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya
suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang
dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1) Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu


sama lain.

2) Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia
yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.

3) Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak
dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan
pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.

Manisfestasi manusia sebagai makhluk sosial, nampak pada kenyataan bahwa tidak
pernah ada manusia yang mampu menjalani kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki


keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga
suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi
dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif
maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus
watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap
pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka
ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia
memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional
dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan,
dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh
apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia
dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.

Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.

B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi


1. Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai:
pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi
sosial.

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut

a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.


b. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha
hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu
dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

2. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial


Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk
keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang
kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai
pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka
ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a. Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
b. Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1) Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation)
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan
kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu:
 Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
 Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
 Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang
sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
 Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
 Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
ada.
 Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak
sanggup untuk mencapainya sendiri
 Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam
persoalan yang ada.
 Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
 Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan
mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
 Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.

2) Bentuk Interaksi Disosiatif


a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian
atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.

b. Kontraversi (contaversion)
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.
Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka
yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala
tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.

c. Pertentangan (conflict)
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang
berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi,
pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentanfan politik.

3. Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam
teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan
tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat
lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized
other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa ia berinteraksi.
Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran
yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized
others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah
memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya
dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap
berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208)
mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
sistem pendidikan.

4. Bentuk dan Pola Sosialisasi


a. Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam
kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau pendidikan
berkesinambungan.
b. Pola-pola Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan
pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola partisipatori yabg merupakan pola
yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat
sosialisasi.

C. Masyarakat dan Komunitas


Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar
hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-
unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki
sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang dimiliki
bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki kebudayaan.

a. Masyarakat Setempat (community)


Masyarakat setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi
dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan
interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
Adapun ciri – ciri dari masyarakat setempat adalah :
a. Memiliki tempat tinggal (Lokasi)
b. Adanya community sentiment yaitu suatu perasaan diantara anggota bahwa mereka
saling memerlukan dan bahwa tanah yang mereka tinggali memberikan kehidupan
kepada mereka.
Unsur – unsur perasaan komunity antara lain :
1. Seperasaan, yaitu suatu unsure perasaan akibat seseorang berusaha untuk
mengindentifikasi dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut,
sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”.
2. Sepenanggungan, yaitu setiap individu sadar akan perannanya dalam kelompok dan
keadaan masyarakat sendiri memungkinan peranannya dalam kelompok dijalankan.
3. Saling memerlukan, yaitu individu yang tergabung dalam masyarakat setempat
merasakan dirinya tergantung pada komunitynya yang meliputi kebutuhan fisik
maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.
c. Adanya bahasa, yaitu adanya logat bahasa yang khas di masing – masing kelompok
atau masyarakat setempat yang membedakannya dengan masyarakat setempat lainnya

b. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota


Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan
orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan pokok,
pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan. Berkembangnya cara bertani menyebabkan
lahirnya suatu epreskutuan hidup permanen pada suatu tempat, kampong babakan dengan
sifat khas, yaitu :
a. Kekeluargaan
b. Adanya kolektifitas dalam pembagian tanah dan pengerjaannya.
c. Adanya kesatuan ekonomis yang memenuhi kebutuhan sendiri.

c. Masyarakat Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas,
keragaman, dan multikultural.
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep multikultralisme
sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan
menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan
kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya
itu mereka adalah sama diruang publik.

d. Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara


dan Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi
bangsa dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan,
krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi
asing.

You might also like