Professional Documents
Culture Documents
Top of Form
Cari Artikel:
Bottom of Form
Beranda Referensi Definisi Artikel Umum Definisi Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para
Ahli
MENU TOPIK
Artikel Umum Definisi
Warna
( 13 ) | Jumlah komentar: 4
Artikel Terkait
• Pengertian Wirausaha dan Tips
• Pengertian Lingkungan Hidup dan Perawatannya
• Pengertian Sopan Santun dan Masalah Seputarnya
• Memahami Definisi Prestasi untuk Kesuksesan
Pengertian prestasi belajar menurut para ahli pada intinya adalah capaian atau hasil akhir yang bisa
dilihat setelah proses belajar. Terkait capaian itu dalam aspek apa dan bagaimana, masing-masing ahli
memiliki pandangan tersendiri.
Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi
belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuh proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar
seorang peserta didik biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan.
Seberapa besar peserta didik mampu memberikan feed back dari setiap evaluasi yang diberikan,
demikianlah gambaran prestasi belajar yang ia miliki.
Winkel (1996)
Winkel berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan
atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot/nilai yang berhasil
diraihnya.
Winkel lebih menekankan prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum
S. Nasution (1996)
S. Nasution berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang peserta didik dalam
berpikir, merasa dan berbuat.
Menurut Nasution prestasi belajar seorang peserta didik dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek
yaitu:
Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat
dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu aspek kognitif selalu
menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Hal itu dapat dilihat dari metode penilaian pada
sekolah-sekolah di negeri kita dewasa ini sangat mengedepankan kesempurnaan pada aspek kognitif.
Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat
pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek afektif berkaitan
erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik.
Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi sederhananya aspek ini
menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan.
Kecerdasan dan Bakat
Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak selalu berputar pada aspek kecerdasan dan bakat,
namun demikian tidak juga meninggalkan kedua aspek tersebut. Kecerdasan dan bakat memiliki
pengaruh terhadap prestasi belajar namun tidak mutlak.
Kecerdasan demikian juga bakat adalah potensi dasar yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Hanya saja
kadarnya berbeda antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Ia merupakan faktor internal yang
sangat berpengaruh terhadap terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik.
Namun dalam beberapa kasus besarnya kecerdasan dan bakat tidak berbanding lurus dengan prestasi
belajar siswa. Mengapa demikian? Karena prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar selain bakat dan kecerdasan antara lain adalah;
minat dan motivasi. Ketika keempat faktor ini ada dalam diri seorang peserta didik maka prestasi
belajarnya cenderung akan lebih tinggi.
Faktor eksternal
Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam
meningkatkan prestasi belajar. Faktor eksternal seperti kualitas guru, metode mengajar, lingkungan,
fasilitas mengajar dan lain sebagainya ikut mempengaruhi prestasi belajar. Namun, pengaruhnya tidaklah
sebesar faktor internal.
Faktor internal dan eksternal adalah dua hal yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
Jadi untuk menghasilkan peserta didik yang berprestasi, seorang pendidik haruslah mampu
mensinergikan kedua faktor di atas.
http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli.htm
Top of Form
Cari Artikel:
Bottom of Form
Beranda Referensi Definisi Artikel Umum Definisi Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para
Ahli
MENU TOPIK
Warna
5
3
( 4 ) | Jumlah komentar: 2
Artikel Terkait
Kegiatan belajar sebagai suatu proses, tentu dilaksanakan melalui tahapan yang telah
terencana dan terstruktur. Melalui tahapan itu pula perkembangan subyek didik atau
orang yang belajar dapat diketahui. Hal ini penting untuk melihat prestasi yang telah
diraihnya. Seperti pengertian prestasi belajar menurut para ahli, perkembangan
subyek didik dapat diketahui untuk kepentingan evaluasi.
Suatu Proses
Untuk memahami pengertian prestasi belajar menurut para ahli, maka kita perlu
memilahkan menjadi dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Belajar, menurut Skinner,
merupakan suatu proses yang berlangsung secara progresif dalam melakukan adaptasi
atau penyesuaian perilaku. Proses adaptasi ini menurut Morgan, dilakukan atau
berlangsung melalui proses latihan praktis maupun dari pengalaman.
Sedangkan menurut Zainal Aqib, proses belajar tidak berlangsung dengan sendirinya
melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik yang bersifat intrinsik atau dari dalam
subyek didik itu sendiri maupun ekstrinsik yang berasal dari pengaruh lingkungan.
Faktor pengaruh inilah yang kemudian memotivasi seseorang dalam kegiatan atau
proses belajarnya.
Faktor pengaruh yang turut menentukan motivasi seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan belajar cukup kompleks. Menurut Abu Ahmadi, pengaruh intrinsik meliputi
unsur intelegensi, kondisi fisik dan psikis atau kesehatan, serta unsur minat. Sedangkan
pengaruh dari luar atau ekstriksik meliputi semua pengaruh yang berasal dari
lingkungan keluarga (hubungan orang tua dan saudara), sekolah (pengaruh
pertemanan maupun guru), serta pengaruh dari masyarakat dalam arti luas, termasuk
di dalamnya media massa.
Sedangkan prestasi, seperti batasan yang disampaikan Purwadarminto, merupakan
pencapaian dari sesuatu. Begitu juga Webster’s New Internasional Dictionary
mengartikan prestasi sebagai bentuk pengukuran terhadap pengetahuan ataupun
keterampilan seseorang dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu pengertian prestasi
selau dihubungan dengan alat pengukuran, khususnya yang terstandar untuk dapat
melihat suatu pencapaian.
Evaluasi Sistem
Sebagai suatu kegiatan yang berlangsung terus menerus, belajar harus
memperlihatkan adanya prestasi yang terukur. Oleh karena itu, pengertian prestasi
belajar menurut para ahli dapat dirumuskan sebagai adanya tahapan pencapaian dari
suatu proses penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang dapat dilihat
melalui suatu alat pengukur yang terstandar.
Alat, metode, maupun bentuk pengukuran terhadap prestasi belajar, seperti
dilaksanakan sistem pendidikan nasional kita, terlihat dalam berbagai bentuk.
Sedangkan seperti hasil tes terlihat dalam bentuk buku rapor, hasil EBTA, EBTANAS,
dan sebagainya.Pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan untuk melihat atau
melakukan evaluasi, baik terhadap subyek didik yang mengalami proses belajar,
maupun sumber belajar.
Evaluasi diperlukan bukan saja untuk meningkatkan prestasi belajar subyek didik,
namun yang tak kalah pentingnya adalah mempengaruhi sumber belajar agar dapat
memberikan pembelajaran yang positif. Termasuk dalam hal ini kapasitas, kapabilitas,
dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran juga penting untuk
dievaluasi.
Seperti yang terlihat dari pengertian prestasi belajar menurut para ahli, prestasi sebagai
hasil dari proses belajar tidak hanya menunjuk salah satu pihak saja, melainkan juga
menyangkut semua faktor yang turut berpegaruh dalam sistem belajar tersebut.
7404
4
Berikan rating untuk artikel di atas :
5
1. Anda harus mencantumkan sumber tulisan dengan link aktif menuju www.AnneAhira.com
2. Anda tidak mengubah baik sebagian atau pun keseluruhan tulisan TERMASUK SEMUA LINK YANG ADA DI
DALAM ARTIKEL harus tetap ada dan aktif.
Nama "Anne Ahira" dilindungi oleh Direktorat Jendral HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) Republik Indonesia No.Agenda J00-
2007027969
Top of Form
Nama:
Email:
Komentar:
Catatan :
Setiap komentar memerlukan persetujuan moderator
7404
http://www.anneahira.com/pengertian-prestasi-belajar-menurut-para-ahli-7404.htm
Bottom of Form
http://artikele-aby.blogspot.com/2009/08/prestasi-belajar-kajian-teoritis.html
17 Agustus 2009
PRESTASI BELAJAR (KAJIAN TEORITIS)
<!--[if !supportLists]-->A. Prestasi Belajar<!--[endif]-->
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah
prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang
telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat
diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah
laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau
munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi
a. W.S. Winkel (1991: 36) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran.
Menurutnya, pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
b. S. Nasution MA (1982: 68) mendefinisikan belajar sebagai perubahan kelakuan,
pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individu
yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman,
pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,
minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi
individu yang belajar.
c. Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990: 29) dalam buku: Pengantar Psikologi
Pendidikan, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri
berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian
dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi
oleh yang menjalani proses belajar itu.
d. Supartinah Pakasi (1981: 41) dalam buku: “Anak dan Perkembangannya,” mengatakan
pendapatnya antara lain: 1) Belajar merupakan suatu komunikasi antar anak dan
lingkungannya; 2) Belajar berarti mengalami; 3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar
berarti suatu aktivitas yang bertujuan; 5) Belajar memerlukan motivasi; 6) Belajar
memerlukan kesiapan pada pihak anak; 7) Belajar adalah berpikir dan menggunakan
daya pikir; dan 8) Belajar bersifat integratif.”
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar tersebut, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruh tingkah laku inividu yang relatif menetap
(permanent) sebagai hasil pengalaman. Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan bahwa
perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan (maturation), keadaan gila, mabuk,
lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil atau
akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif,
yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat dari belajar. Demikian
pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara belajar dengan segala tingkah laku
yang merupakan hasil dari proses kematangan (maturation) fisik atau psikis. Sehingga
kemampuan-kemampuan yang disebabkan oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat
Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar menurut Muhibbin
Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008) adalah “taraf
keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok
pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru”.
tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan
kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan
peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat
penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes
seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk perubahan
tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang
meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau
mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin
Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad
Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah
kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor
(psychomotor domain).
Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada
pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah
yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang
dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat
formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat
sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga
aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek
being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang
berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-
benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu
meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas
kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang
terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi
tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi
belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi.
Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang
pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar
dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari
tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151).
Tabel 1
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
mendefinisikan dengan
lisan sendiri
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
memberikan contoh
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
menggunakan secara
tepat
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
menguraikan
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
mengklasifikasikan/memil
ah-milah
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
menghubungkan
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
menyimpulkan
<!--[if !supportLists]-->§
<!--[endif]-->Dapat
menggeneralisasikan
(membuat prinsip umum)
<!--[if !supportLists]-->e.
<!--[endif]-->Karaktirasasi
Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur
oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada
beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam
perkembangan prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan Seminar
belajar adalah antara lain sebagai berikut: 1) pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul;
(http://ditptksd.go.id, 2008).
prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian, yaitu: 1) faktor-faktor intern;
Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain: 1) kecerdasan/intelegensi;
2) bakat; 3) minat; 4) motivasi. Adapun faktor-faktor ekstern, yaitu faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri
seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah antara lain: 1) keadaan
lingkungan keluarga; 2) keadaan lingkungan sekolah; dan 3) keadaan lingkungan
masyarakat (Sunarto, 2009).
Kedua uraian pendapat tersebut di atas kurang merepresentasikan kesemua faktor yang
dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang. Masih banyak faktor-faktor lain
yang belum tercover di dalamnya. Oleh karenanya, untuk melengkapi kedua pendapat
tersebut, penulis sajikan pandangan Muhibbin Syah mengenai hal tersebut. Menurut beliau,
faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara
yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-faktor
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil
belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
antara lain:
kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini antara
lain yaitu :
<!--[if !supportLists]-->2) <!--[endif]-->Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak
gedung sekolah, keadaan dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan
sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor
sekolah.
yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Muhibin Syah, 2008: 139).
Dan untuk lebih memudahkan dalam memahami hubungan antara proses dan prestasi
belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berikut ini penulis sajikan skema
hubungan tersebut:
Gambar 1
DAFTAR PUSTAKA:
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Abu Muhammad Ibnu Abdullah. 2008. Prestasi Belajar,
(Online) (http://spesialis-torch.com, diakses 22 Januari 2009).
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiah Populer. Visi7
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Agus Hikmat Syaf. 2008. Pengembangan Sistim Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Ahmad Tafsir. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. ke -7.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->----------------- 2008. Strategi Meningkatkan Mutu
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Maestro.
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->http://ditptksd.go.id. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak, (Online) (http://ditptksd.go.id, diakses 2 Pebruari 2009).
<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet. ke -14.
<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Noehi Nasution dkk. 1998. Materi Pokok Psikologi
Pendidikan, Modul Program Penyetaraan D-II Guru PAI SD dan MI. Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
http://www.membuatblog.web.id/2010/08/pengertian-belajar-efektif.html
GO
Bottom of Form
Tagged As:
pengertian belajar - belajar efektif - pengertian belajar efektif - definisi belajar - pengertian belajar
menurut para ahli - belajar yang efektif - definisi belajar efektif - arti belajar menurut pendapat para
ahli - definisi belajar menurut para ahli - pengertian prestasi belajar menurut para ahli -
Related posts:
1. Hakikat belajar dan pembelajaran
2. Pengertian manajemen
3. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup
4. Pengertian Otonomi Daerah
5. Pengertian koperasi
6. Blog tempat belajar ngeblog
7. Pengertian Daerah Aliran Sungai
8. Pengertian hakikat manusia
9. Pengertian modal
Comment Form
Top of Form
Your Name
Your Email
Your URL
Post 698
Bottom of Form
Categories
• berita (48)
• blog (33)
• english knowledge (7)
• Hiburan (30)
• ilmu (138)
• internet (21)
• kesehatan (42)
• sejarah (5)
• template (2)
• tips (19)
• Uncategorized (5)
Archives
• November 2010
• October 2010
• September 2010
• August 2010
• July 2010
• June 2010
• May 2010
• April 2010
• March 2010
• February 2010
• January 2010
• December 2009
• November 2009
• September 2009
Links
• mastegar
• Ega Abdillah
• Casio Men's Watch
• Tips kesehatan
• World news
• Theanon techno news
Baru masuk
pengertian prestasi belajara menurut para ahli - bahan pengawet makanan - struktur sel hewan -
pengertian protein - cara hipnotis orang download - contoh tanaman dikotil - kasus hak asasi manusia
- gambar pemandangan - bagaimana cara mengedit fhoto di komputer - panduan membuat web
gratis - penyebab stroke - template blog gratis - arti mimpi digigit ular - CARA HIPNOTIS UYA KUYA -
pembuahan ganda pada spermatophyta -
Latest comments
• sycilia: thank's....
• ignatius: bagaimana cara membuka email?
• KEPEMIMPINAN DALAM BERWIRAUSAHA : Warta Warga: [...]
http://www.membuatblog.web.id/2010/05/kepemimpinan-dalam-organisasi.html [18 Februari
2011] [...]
• evans: alhmdllh setelah lama menunggu akhirnya blogku link data alexanya gk nol lagi.......
usahaku membuahkan hasil......
• adinda mutiara radani: hay semuanya
• adinda mutiara radani: tezzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz
• vicky anjar: mantaaab lengkapnya
• Annida Miftakhul: klo ala romi rafael tuhgmn??
• kha: Jadi Penyebabnya ; perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara
daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara,
• bobby: emang hipnotis itu gatakut dosa karna sudah bikin oranglain terbuka
aibbnya!!!!!!!!!!!!! iiiiiccccchhhhh ngeeerrriiii
Recent Posts
• Lemak trans
• Demi lovato cutting problem
• Manfaat buah alpukat
• Mengatasi insomnia
• Peluang usaha modal kecil
• Mengobati Gigitan Serangga
• Penyebab stroke
• Facebook Threatened Blocked
• Why mobile phone signals more often crash
• Penyebab asam urat
Paling ngetop!
• contoh surat pengunduran diri
• buat email
• surat pengunduran diri
• sejarah perkembangan komputer
• membuat email
• terjemahan inggris indonesia
• terjemah
• PEMANDANGAN
• buat email baru
• penyebab global warming
• contoh surat resign
• kultur jaringan
• jaringan tumbuhan
• surat pengunduran diri kerja
• perkembangan islam di indonesia
My colega
ID news
• Best superbowl commercials of all time
• Black eyed peas super bowl performance
• Christina aguilera national anthem super bowl 2011
• Superbowl kickoff time 2011
• My life as liz season 2
• Chocolate covered strawberries wedding
• Real housewives of beverly hills reunion
• Challenger explosion crew
• Challenger explosion facts
• ps3 update 3.56
Prestasi Belajar
Oleh: Abu Muhammad Ibnu Abdullah
Pada bulan Mei, ada 2 hari besar yang biasa dirayakan oleh bangsa Indonesia,
yakni Hari Pendidikan Nasional (2/5) dan Hari Kebangkitan Nasional (20/5).
Beberapa hari terakhir ini, sekolah-sekolah dari strata pendidikan dasar dan
menengah di Indonesia secara serentak melakukan ujian nasional. Tingkat
keberhasilan kelulusan murid atau siswa sangat ditentukan oleh sejauh mana
mereka mempersiapkan diri menghadapi ujian melalui keseriusannya dalam
belajar.
Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia.
Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri
individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu
tersebut telah terjadi proses belajar.
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai belajar. Di
antaranya adalah W.S. Winkel (1991 : 36) dalam bukunya yang berjudul:
‘Psikologi Pengajaran.’ Menurutnya, pengertian belajar adalah: “Suatu aktivitas
mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan
dan berbekas.”
Menurut S. Nasution MA (1982 : 68) belajar adalah: “Sebagai perubahan
kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada
diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah
pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan,
sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek
organisasi atau pribadi individu yang belajar.”
Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990 : 29) dalam buku: Pengantar Psikologi
Pendidikan, mendefinisikan bahwa: “Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan.
Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak
dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya
sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.”
Kemudian, Supartinah Pakasi (1981 : 41) dalam buku: “Anak dan
Perkembangannya,” mengatakan pendapatnya antara lain: “1) Belajar
merupakan suatu komunikasi antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti
mengalami; 3) Belajar berarti berbuat; 4) Belajar berarti suatu aktivitas yang
bertujuan; 5) Belajar memerlukan motivasi; 6) Belajar memerlukan kesiapan
pada pihak anak; 7) Belajar adalah berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8)
Belajar bersifat integratif.”
Proses Pembelajaran
Menurut pengertian secara psikologis: “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baik secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.”
Menurut Slameto (1995 : 2) mengatakan bahwa ciri perubahan tingkah laku
dalam belajar adalah sebagai berikut: “a) Perubahan terjadi secara sadar; b)
Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional; c) Perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif; d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat
sementara; e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; dan f)
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.”
Menurut R. Gagne belajar didefinisikan: a) Belajar ialah suatu proses untuk
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah
laku; dan b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Teori belajar disebut juga teori perkembangan mental yang pada prinsipnya
berisi tentang apa yang terjadi dan apa yang akan diharapkan terjadi pada
mental anak didik yang dapat dilakukan pada usia tertentu. Maksudnya kesiapan
anak didik untuk bisa belajar, sedangkan teori mengajar adalah uraian tentang
petunjuk bagaimana semestinya mengajar anak didik pada usia siap untuk
menerima pelajaran.
Hakikat Belajar dan Sumber Belajar
Istilah belajar sudah terlalu akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Di
masyarakat, kita sering menjumpai penggunaan istilah belajar seperti: belajar
membaca, menyanyi, berbicara; dan lainnya. Masih banyak lagi penggunaan
istilah, bahkan termasuk kegiatan belajar yang sifatnya lebih umum dan tak
mudah diamati, seperti: belajar hidup mandiri, menghargai waktu, berumah
tangga, bermasyarakat, mengendalikan diri dan seterusnya.
Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa
mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belaja.r merupakan usaha
yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk
mengubah perilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah
berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Tentu saja, perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif
atau yang lebih baik.
Jadi, sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar
adalah terjadinya perubahan menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil,
dari pembohong menjadi jujur dan lain sebagainya.
Kegiatan belajar, sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya
kaitannya, sehingga keduanya sulit dipisahkan. Kegiatan mengajar dikatakan
berhasil hanya apabila dapat mengakibatkan/menghasilkan kegiatan belajar
pada diri murid. Jadi, sebenarnya hakekat guru mengajar adalah usaha guru
untuk membuat muridnya belajar. Dengan kata lain, mengajar merupakan upaya
menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan mengajar. Istilah pembelajaran lebih
menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para muridnya.
Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan
menyajikan materi pelajaran. Meskipun menyajikan materi pelajaran memang
merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya.
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan guru untuk membuat murid belajar.
Pesan yang seharusnya dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap murid
dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru
hanya merupakan salah satu (bukan satu-satunya) sumber belajar bagi murid.
Selain guru, masih banyak lagi sumber-sumber belajar yang lain.
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), (2003 : 6)
sumber belajar adalah “Semua sumber (baik berupa data, orang atau benda)
yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi murid.
Sumber belajar itu meliputi : pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan
lingkungan / latar”
Hasil dan Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi
selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert
M. Gagne (1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata
yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement)
seseorang.
Muhibbin Syah (1997 : 141) menjelaskan bahwa: “Prestasi belajar
merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh. Menurut pandangan
ahli jiwa Gastalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh
baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar
bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh
fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat
memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes
tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari
proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau
perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk
bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya
ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama
pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan sebagainya.
Dalam tulisan ini hasil belajar yang dimaksudkan adalah dalam pengertian
yang terakhir, yaitu tes terakhir catur wulan. Oleh karena itu proposisi yang
dipakai adalah sebagai berikut:
Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru
dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah untuk
meningkatkan prestasi belajar murid;
Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid; dan
Ketiga, hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok
pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar murid, guru dapat menggunakan
bermacam-macam “achievement test,” seperti “oral test,” “essay test” dan
“objective test” atau “short-answer test”. Sedangkan untuk nilai proses belajar
dan hasil belajar murid yang bersifat keterampilan (skill), tidak dapat
dipergunakan hanya dengan tes tertulis atau lisan, tapi harus dengan
‘performance test’ yang bersifat praktek.
Selanjutnya Davis mengatakan bahwa dalam setiap proses belajar akan
selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat dikur
dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.
Benjamin S. Bloom (1956 : 1-10) mengklasifikasi hasil belajar dalam tiga
ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective
domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Hasil belajar dalam
ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil
belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar yang diidentifikasi dalam tulisan ini mengacu pada ranah
kognitif. Dalam kaitan ini Soedjarto mengemukakan pula bahwa hasil belajar
adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program
belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dari uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada
akhirnya akan menghasilkan kemampuan seseorang yang mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan
merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar murid.. Hasil
prestasi belajar murid diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes ini
disusun dan dikembangkan dari pokok-pokok bahasan yang dipelajari oleh murid
dalam beberapa materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren. Lalu
bagaimana hasil dan prestasi belajar anak kita? (*)
Users' Comments
(0 vote)
Display 1 of 1 comments
[+] Expand comment
pelajar
By: nisa () on 08-06-2010 22:41
[-] Collapse comment
pelajar
By: nisa ( IP 202.70.54.23) on 08-06-2010 22:41
Top of Form
Name
0
E-mail
Title
Comment 1. Bold
2. Italics
3. Underline
4. Link
5. Image
6. Quote
7. Code
8. Help
Reset
120 0 1 0 en com_maxcommen
savecomment 1
Bottom of Form
http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/
Entri Populer
Naturalisme Yaitu suatu bentuk karya seni lukis (seni rupa) dimana seniman berusaha
melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature atau alam...
• Pengertian Globalisasi
• Pengertian Teropong
Pengertian Teropong Teropong atau Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk
melihat benda-benda yang sangat jauh seperti gunung d...
INOVATIF Kata inovatif berasal dari kata bahasa inggis “innovate” yg artinya
memperkenalkan sesuatu yg baru sedangkan innovative ...
• Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya
kebiasaan, perangai, tabiat dan agama. Menurut Al Gazali, ...
KumpulBlogger.com
belajar bila dapat diasumsikan dalam diri seseorang itu menjadi suatu proses
Menurut the Liang Gie, belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang
perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan atas
dimaksud belajar adalah segenap aktifitas yang dilakukan seseorang sadar, baik
b. Pengertian prestasi.
Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil
dan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa. Ka!au menurut W.J.S
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak
pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “.
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan
waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan
a. Faktor internal.
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
1) Faktor lntelegensi
memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena
tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak
2) Faktor Minat
tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran
keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada
keadaan stabilitas / Iabilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Faktor Guru
kemasyarakatan.
dan gaya memirnpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi
kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa
semaksimal mungkin.
mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian
adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat
berupa media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. AIat bantu
belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa
lebih bermakna.
3. Evaluasi belajar
terhadap hasil belajar yang dilaksanakan dengan cara dan bentuk yang sesuai
Bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir semester yang
mestinya.
belajar mengajar.
DIPOSKAN OLEH ARIANTO SAM DI 10:15:00 AM
LABEL: ARTIKEL
0 KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR
Ads Powered
by:KumpulBlogger.com
Pasang iklan
Mini Banner di sini
, Komisi 3% untuk
Blogger
Kategori
Artikel Resep Kesehatan Techno Motivasi Bisnis Sejarah Busana Cerpen Puisi Pantun Profile
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian-belajar.html
Makalah Pendidikan: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak
Posted on Jumat, November 6, 2009 by Ichsan
Kegiatan Belajar
Terhadap Prestasi Yang Dicapai
A. Pengertian Belajar
Sebelum membicarakan pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang
dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya, namun demikian selaku mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap
orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Menurut Slameto (1995:2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53)
belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik
(1983:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.”
B. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan
suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah
mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap oengetahuan. Belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi
apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan
belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu
titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya
sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi
belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan
psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri
siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak
antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat
digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi
yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak
dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas
bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat
menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat
kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang
tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan
intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi
merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.
Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa
“bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan,
yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat
ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.
Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-
keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau
kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam
menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk
melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap
sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.
Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang
mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam
kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk
belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi
instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang
datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada
untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam
diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk
membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan
kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di
luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan
sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada
individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah
“keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi
bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman
merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-
lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik
dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana
orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian
orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.
Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru
dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik
akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru
harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat
dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena
lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab
dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu
berada.
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat:
Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak
akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya
merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat
terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam
pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-
kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa
pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
D. Fase dan Teknik yang Efektif dalam Belajar
The Liang Gie (1983:12) membagi fase belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan belajar
dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik belajar tersendiri.
Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang
baik adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan
sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan
mental siswa dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran,
terutama pada saat siswa dihadapi paa berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar sekurang-
kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercayaan
paa diri sendiri dan keuletan.
Tujuan Belajar
Belajar di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan
dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa
siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman (1994:99)
bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui
tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata
pelajaran sesuai dengan tujuan itu.”
Minat terhadap mata pelajaran
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti,
karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha
belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie (1983:12) adalah “keriangan hati akan
memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang
dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan
menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran
itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap siswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu
dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang tidak
dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
Keuletan
Hidup seorang siswa selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu
setiap siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan
tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang
harus diatasi.
Materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan
aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman
Hudoyo (1989:15) menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja
menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif melibatkan diri dalam
menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih
lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”
Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase proses belajar
ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar.
Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya
usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie (1983:13) mengemukakan bahwa:
“Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin
dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka
hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai
dengan saran Al-Falasany (1992:15) bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara
belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat
menangguhkan usaha belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat
mengatasi semua hal itu, Al-Falasany (1992:15) mengemukakan bahwa dengan kemauan yang
keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya
malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan
pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin
dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar
dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan oleh
guru. Karena seperti ET Ruseffendi (1982:18) mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar
berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efedien anak
belajar.”
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran
dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan
yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa aktif melibatkan diri
dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah,
sebaiknya siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi
sebelumnya, karena Herman Hudoyo (1989:18) menekankan bahwa: “Pada waktu siswa
mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep
tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.”
c. Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat
pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di sini, tetapi siswa
perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi tersebut.
Belajar memang tidak lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana
yang kita bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis.
Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan
belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek.
Mereka membaca sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan
tertentu lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang
telah dibaca.
Kesukaran belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang
menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau
tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto (1993:35) yaitu: “Jarak
membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat
dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah
untuk memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo (1989:27) menegaskan
bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan
untuk menyelesaikan suatu masalah.”
E. Prinsip-prinsip Belajar
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga
halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip
sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan
diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh
Oemar Hamalik (9183:23) meliputi:
Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi huungan mempengaruhi secara dinamis antara
siswa dan lingkungan.
Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa.
Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber
dari dalam diri siswa itu sendiri.
Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup
menghadapi atau mengatasi secara tepat.
Belajar memerlukan gimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.
Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada
pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan masalah melalui kerja
kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-
pengertian.
Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Banyak siswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang
diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu menjamin
seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang siswa perlu memperhatikan
syarat-syarat dapat belajar secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut:
Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit tertentu cukup
dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan
stabil
Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian dan gangguan lalu
lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.
Tersedia cukkup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu menjadi
sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
• Share this:
• StumbleUpon
• Digg
• Reddit
•
Filed under: Artikel Ditandai: | Belajar, Minat, Motivasi, Prestasi belajar
TANGGAL 8-3-2011