You are on page 1of 3

Penggunaan obat 

www.emir-fakhrudin.com

pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara
sembarangan dapat menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi
hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.

Resiko terjadinya efek merugikan akibat mengonsumsi obat pada ibu hamil tergantung pada jenis dan
kapan obat tersebut diberikan. Dalam dua minggu pertama, pertumbuhan embrio janin diketahui rentan
terhadap efek teratogenik (kecacatan pada janin) yang berakibat abortus spontan, malformasi bawaan,
perlambatan pertumbuhan janin dan perkembangan mental. Periode paling kritis dari pertumbuhan
embrio dimulai sekitar 17 hari pascakonsepsi (pasca pembuahan) saat sistem organ sedang
berkembang, hingga 60-70 hari. Pada periode itu dapat menyebabkan terjadinya cacat bawaan.

Obat-obat yang perlu diperhatikan semasa kehamilan diantaranya:

Obat peluruh kencing (golongan thiazide): obat jenis ini biasanya diberikan jika tungkai dan kaki ibu
hamil membengkak, atau tekanan darah ibu sedikit meninggi. Obat jenis ini perlu diwaspadai karena
dapat menyebabkan bayi lahir berbibir sumbing.

Obat-obat “Peluntur”: Penggunaan obat pelancar haid, untuk haid terlambat yang dapat berarti terjadi
kehamilan, sebenarnya bekerja sebagai obat penggugur kandungan. Apabila dengan obat tersebut anak
gagal dikeluarkan dan kehamilan terus berlanjut, maka kemungkinan besar anak akan lahir cacat.
Hormon golongan norethisteron dan progesteron dapat membuat anak perempuan yang dilahirkan
bersifat kelaki-lakian.

Obat TBC: Obat-obat ini dilarang bagi ibu hamil, terutama pada trimester pertama kehamilan. Jika
dikonsumsi akan mengakibatkan bayi lahir dengan kondisi bisu tuli. Obat-obatan antituberkulosis seperti
isoniazid dan rifampisin, aman digunakan pada kehamilan

Obat Diabetes: Untuk obat diabetes yang diminum, sebaiknya dihentikan sementara. Lebih baik
utamakan pengaturan diet atau penggunaan insulin injeksi jika diperlukan.

Obat Penghalus Kulit: Salah satu kandungan obat ini yaitu vitamin A asam (retinoic acid), baik yang
diminum maupun yang dioleskan pada kulit. Golongan retinoic acid dapat menyebabkan anak lahir tanpa
kepala, cacat sumsum tulang belakang, bibir sumbing, atau ginjal membalon (hydronephrosis).

Antibiotika: contohnya yaitu tetrasiklin. Obat ini dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi, selain
itu anak dapat lahir sumbing. Golongan streptomisin, gentamisin, kanamisin, bisa mengakibatkan
gangguan saraf telinga. Golongan metronidazol yang biasa diberikan untuk keputihan mengakibatkan
bibir anak sumbing. Pemberian antibiotik berisiko menyebabkan kanker darah bagi janin dan risiko
kelainan lainnya. Untuk antibiotik, dipakai golongan penisilin dan golongan sepalosporin yang relatif aman
bagi ibu hamil.

Obat penghilang rasa sakit dan demam: Umumnya dokter memberikan golongan aspirin dan
parasetamol, serta analgetik golongan narkotik. Namun bila aspirin digunakan dalam dosis tinggi dapat
mempengaruhi keasaman lambung, dan dapat menimbulkan pendarahan pada janin.
Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas
atau keracunan pada ginjal.

Obat kina atau obat demam dan sakit kepala golongan salisilat seperti dikandung dalam puyer sakit
kepala yg dijual bebas dipasaran dapat mengakibatkan bayi lahir dengan kondisi bisu tuli.

Untuk kasus preeklamsia, yaitu suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat dengan tiba-tiba pada
usia kehamilan 20 minggu, tekanan darah sistolik diatas 140 mm Hg dan tekanan darah diastolik di atas
90 mm Hg, bisa diberikan magnesium sulfat lewat infus. Kadang pasien diminta minum aspilet atau
Omega-3 dengan harapan tidak terjadi pembekuan darah. Sedangkan penggunaan kodein dalam jangka
pendek diperbolehkan untuk menghilangkan batuk.

Obat mual dan muntah: dapat dengan mengkonsumsi obat kombinasi antara dioksilamin dan piridoksin
(Vitamin B6).

Obat tukak lambung: dapat mengkonsumsi antasida atau ranitidine

Obat asma: obat-obatan golongan bronkodilator umumnya aman. Malah obat ini mempunyai efek
menguntungkan untuk janin yaitu penyediaan oksigennya bertambah sehingga kesejahteraan janin lebih
meningkat.

Dekongestan atau obat pelega sumbatan hidung adalah obat yang digunakan untuk meredakan
gejala flu yang terjadi. Dekongestan oral (diminum) diantaranya adalah pseudoefedrin, fenilpropanolamin,
dan fenilepinefrin. Pada triwulan pertama pemakaian pseudoefedrin berkaitan dengan
kejadian gastroschisis karena itu sebaiknya dipikirkan alternatif penggunaaan dekongestan topikal
(hanya disemprotkan di bagian tertentu tubuh, hidung) pada triwulan pertama.

Glukokortikoid: Inhalasi glukokortikoid (cara pemasukan obat melalui pernapasan, diuap) dilaporkan
tidak menyebabkan kecacatan dan dapat digunakan selama menyusui. Glukokortikoid sistemik (diminum
dengan reaksi pada seluruh tubuh) meningkatkan risiko bibir sumbing sebanyak 5 kali dari normal.

Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)


Aspirin adalah golongan NSAIDs yang bekerja dengan menghambat enzim untuk pembuatan
prostaglandin. Perhatian lebih diperlukan pada konsumsi aspirin melebihi dosis harian terendah karena
obat ini dapat melalui plasenta. Pemakaian aspirin pada triwulan pertama berkaitan dengan peningkatan
risikogastroschisis.  Dosis aspirin tinggi berhubungan dengan abruptio plasenta (plasenta terlepas dari
rahim sebelum waktunya). The World Health Organization (WHO) memiliki perhatian lebih untuk
konsumsi aspirin pada wanita menyusui.
Indometasin dan ibuprofen merupakan NSAIDs yang sering digunakan. NSAIDs jenis ini dapat
mengakibatkan konstriksi (penyempitan) dari arteriosus duktus fetalis (pembuluh darah janin) selama
kehamilan sehingga tidak direkomendasikan setelah usia kehamilan memasuki minggu ke – 32.
Penggunaan obat ini selama triwulan pertama mengakibatkan oligohidramnion (cairan ketuban
berkurang) atau anhidramnion (tidak ada cairan ketuban) yang berkaitan dengan gangguan ginjal janin.
Obat ini dapat digunakan selama menyusui.
Asetaminofen banyak digunakan selama kehamilan. Obat ini dapat melalui plasenta namun cenderung
aman apabila digunakan pada dosis biasa. Asetaminofen dapat digunakan secara rutin pada semua
triwulan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Dapat digunakan untuk wanita menyusui.

Narkotik termasuk di dalamnya adalah opiat, kokain, atau kanabinoid. Efek narkotika adalah hambatan
pertumbuhan janin, kematian janin dalam kandungan, dan ketergantungan pada janin. Penggunaan
kokain selama kehamilan dapat meningkatkan risiko abruptio plasenta, ketuban pecah dini, dan bayi
berat lahir rendah. Amfetamin, obat yang digunakan untuk mengatasi depresi, dapat meningkatkan risiko
bibir sumbing. Penggunaan obat narkotik dengan suntikan bersama dapat meningkatkan risiko Hepatitis
B atau HIV/AIDS, dimana janin dapat tertular oleh virus tersebut.
Sebagai tambahan, nikotin yang terkandung di dalam rokok juga dapat menyebabkan bayi berat lahir
rendah. Nikotin mengurangi aliran darah menuju plasenta dan meningkatkan risiko kelahiran preterm,
bayi berat lahir rendah, dan kematian mendadak pada janin. Alkohol pada wanita hamil dapat
menyebabkan sindroma alkohol janin yang ditandai dengan perubahan kraniofasial (tulang kepala dan
wajah) dan gangguan kognitif. Tidak ada batas aman untuk konsumsi alkohol selama kehamilan.

Epilepsi adalah penyakit gangguan saraf yang dapat terjadi selama kehamilan. Semua obat antiepilepsi
dapat melalui plasenta dan memiliki potensi teratogen. Penelitian membuktikan bahwa obat antiepilepsi
dapat menyebabkan cacat bawaan. Fenitoin (Dilantin) dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janin. Karbamazepin dapat meningkatkan risiko spina bifida. Fenobarbital dapat mengakibatkan kelainan
jantung bawaan dan sumbing orofasial (bibir dan wajah). Asam valproat memiliki risiko peningkatan 1-2%
kelainan spina bifida.

Sakit kepala sering dialami selama kehamilan. Sumatriptan dapat digunakan untuk mengobati sakit
kepala dan tidak bersifat teratogen. Obat untuk migrain yaitu ergotamin tidak memiliki sifat yang
berbahaya bagi janin. Obat ini dapat merangsang kontraksi rahim sehingga dapat menyebabkan
prematur janin.

You might also like