Professional Documents
Culture Documents
Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia
hanya bertahan beberapa menit saja. Jadi Anda tentu bisa menyimpulkan sendiri betapa pentingnya udara bagi
kehidupan di bumi. Karena tanpa udara, maka manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat hidup. Udara
untuk kehidupan sehari-hari terdapat di atmosfer.
Struktur Lapisan Atmosfer
ATMOSFER BUMI
Atmosfer adalah campuran gas yang mengelilingi permukaan bumi. Campuran gas ini mengitari bumi
karena ditarik oleh gaya gravitasi yang ada pada bumi dan campuran gas ini disebut dengan udara. Lapisan
gas tersebut mengelilingi bumi dengan ketebalan yang sulit untuk ditentukan secara teliti, namun ketebalan
rata-rata dari atmosfer ini ditentukan kira kira 500 km [Spiegel & Gruber, 1983].
Udara bercampur secara baik di atmosfer. Meskipun bercampur, atmosfer mempunyai perbedaan-perbedaan
yang signifikan dalam temperatur dan tekanan dalam setiap perbedaan ketinggiannya. Perbedaan ini
didefinisikan ke dalam sejumlah lapisan atmosfer.
Lapisan atmosfer ini terdiri dari troposfer (0-16 km), stratosfer (16-50 km), mesosfer (50-80 km) dan
termosfer (80-640 km). batas antara keempat lapisan ditentukan dengan perubahan temperatur yang
mencolok, dan termasuk berturut-turut tropopause, stratopause, dan mesopause. Di dalam troposfer dan
mesosfer, temperatur secara umum menurun sesuai dengan kenaikan ketinggian, sebaliknya pada
stratosfer dan termosfer, temperatur naik seiring dengan kenaikan ketinggian [pettersen,1958;Miller et
al,1983].
Hampir seluruh udara (90 %) mengandung uap air dan sisanya tidak mengandung uap air [Kurniawan,
1998]. Udara yang tidak mengandung uap air ini disebut dengan udara kering.
—————————————————————————————————————————————————
LAPISAN TROPOSFER
Lapisan troposfer merupakan persentase terbesar dari total masa atmosfer yaitu lebih dari 75%. Sedangkan
sisanya menyebar pada lapisan yang lain [Spiegel &Gruber, 1983]. Troposfer tersusun atas nitrogen ( 78 %)
dan oksigen (21 %) dengan hanya sedikit konsentrasi gas lainnya.
Penurunan rata-rata temperatur pada troposfer adalah 6.5° C/km [Pettersen, 1958]. Tingkat penurunan ini
dikenal dengan susut temperatur rata-rata troposfer. Susut temperatur maksudnya adalah derajat
penurunan temperatur. Di tempat yang temperaturnya berkurang sejalan dengan ketinggian seperti
lazimnya pada troposfer susut temperaturnya adalah positif. Berkurangnya temperatur terhadap ketinggian
pada troposfer ini disebabkan oleh [ Yulanda, 1997] : Pemanasan udara yang terbanyak berasal dari bumi,
uap air dan debu yang menyerap panas, semakin keatas semakin berkurang, udara pada lapisan bawah
lebih rapat daripada lapisan diatas sehingga udara pada lapisan bawah lebih panas
Ketika melalui troposfer, sinyal GPS akan mengalami refraksi yang menyebabkan perubahan kecepatan dan
arah sinyal GPS. Efek utama dari troposfer dalam hal ini adalah terhadap hasil ukuran jarak dari satelit GPS
ke receiver GPS di permukaan [Abidin, 2000]. Data pseudorange dan data fase keduanya sama diperlambat
oleh troposfer, dan besar magnitudo dari bias troposfer pada kedua data pengamatan tersebut adalah sama.
Magnitudo dari bias troposfer berkisar sekitar ≈ 2.3 m di arah zenit sampai ≈ 20 m pada 100 m di atas
horison [Abidin, 2000; Seeber, 1993; Wells et al, 1986].
—————————————————————————————————————————————————
Uap air adalah air yang berada pada fase gas. kandungan uap air dalam troposfer menurun secara tajam
dengan kenaikan ketinggian. Kandungan uap air memainkan peranan penting dalam mengatur temperatur
udara karena menyerap radiasi matahari dan radiasi termal dari permukaan bumi. Uap air terbesar berada
diatas daerah tropis. Jumlahnya bervariasi dari waktu ke waktu dan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun secara umum diperkirakan jumlah atau konsentrasi uap air di atmosfer berkisar antara hampir 0%
sampai 4%. Maksudnya adalah 4 gram air untuk setiap 100 gram udara. Perubahan ekstrim menurut
tempat dan waktu dari jumlah uap air di atmosfer tersebut disebabkan karena kemampuan air yang unik
untuk berada pada tiga fase (gas, cair, dan padat) pada temperatur yang biasanya terdapat di bumi [Miller,
1983]
Dari jumlah yang berkisar antara 0 % sampai denga 4% tersebut, hampir keseluruhannya ( 99 %) berada
pada lapisan troposfer. Pada troposfer, air pada bentuk cair ditemukan sebagai gerimis (hujan rintik), awan,
kabut, dan embun. Es merupakan air dalam bentuk padat dan ditemukan dalam atmosfer dalam berbagai
bentuk, seperti salju, hujan es (hail), hujan es yang bercampur salju, awan kristal es, dan butiran salju
(snow pellets) [Spiegel &Gruber, 1983]. Sedangkan bentuk gas dari air disebut dengan uap air,
sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Semua fenomena cuaca terjadi di dalam lapisan troposfer. Ini disebabkan karena pegerakan vertikal atau
konveksi udara membangkitkan awan-awan yang menyebabkan terjadinya hujan dari uap air dalam
troposfer, dan memberikan banyak perubahan dalam cuaca.
Pada tropopause, temperatur mengalami kestabilan. Tropopause ini adalah lapisan yang membatasi
troposfer dan stratosfer. Temperatur udara mulai meningkat di dalam stratosfer. Peningkatan temperatur
mencegah terjadinya konveksi udara diluar tropopause, dan konsekuensinya banyak fenomena cuaca,
termasuk awan petir cumulonimbus yang paling tinggi terjadi di dalam troposfer.
Jumlah kandungan uap air yang tepat yang berada pada setiap tempat dan waktu sangat penting untuk
diketahui oleh para ahli meteorologi. Peranan penting yang dimaksud adalah [Miller, 1983] : Uap air
merupakan penyerap radias yang sangat penting di udara dan dengan demikian mempengaruhi
keseimbangan energi di atmosfer. Pelepasan panas laten dari proses kondensasi merupakan sumber energi
yang penting untuk memelihara proses-proses cuaca yang terjadi di atmosfer. Kandungan uap air
merupakan komponen yang sangat penting bagi peramalan cuaca.
————————————————————————————————————————————————–
Bias yang disebabkan oleh adanya lapisan troposfer dan ionosfer ini ditambah dengan kesalahan orbit dan
waktu akan menyebabkan kesalahan pada ukuran jarak dari satelit GPS ke antena receiver, yang akan
menyebabkan kekurang telitian pada penentuan posisi pengamat. Oleh karena itu estimasi besaran bias
troposfer dan ionosfer perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti. Bias yang diakibatkan oleh
lapisan troposfer memberikan efek yang lebih signifikan jika diakibatkan oleh bias yang diakibatkan oleh
lapisan ionosfer, terutama terhadap komponen tinggi yang di berikan oleh GPS [Abidin et al,1998].
Metode yang digunakan dalam penentuan bias troposfer ini adalah dengan menggunakan metode inversi
GPS. Metode inversi ini pada dasarnya adalah menentukan besarnya penyimpangan jarak dari satelit GPS ke
antena receiver GPS sebagai akibat dari perlambatan waktu tempuh selama sinyal melewati lapisan
troposfer. Penyimpangan jarak akibat perlambatan waktu tempuh sinyal GPS umumnya disebut dengan
Zenith Tropospheric Delay (ZTD). Harga ZTD ini nantinya dijadikan sebagai faktor koreksi untuk
menentukan jarak dari satelit GPS ke antena receiver GPS yang bebas pengaruh troposfer.
Besaran ZTD juga dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan menganalisis kondisi troposfer di sekitar
daerah pengamatan GPS. Hal ini dapat dilakukan dengan memisahkan komponen basah (wet component)
dari ZTD, sehingga diperoleh ZWD (Zenith Wet Delay) yang lebih dikenal dengan sebutan wet delay. Wet
delay yang diperoleh selanjutnya akan dipantau dan dipetakan, yang pada tahapan berikutnya akan
dianalisis untuk berbagai keperluan aplikasi, terutama dalam bidang meteorologi (GPS-Meteorology).
Analisis dari pemantauan wet delay terhadap kondisi meteorologis suatu daerah tentunya berlainan antara
yang satu dengan yang lainnya, diantaranya tergantung dari lokasi geografis dan kondisi topografis dari
daerah penelitian tersebut. Selain itu cakupan wilayah juga menjadi faktor penting dalam analisis tersebut.
Atmosfer (Troposfer)
Posted by mtnugraha in Ilmu Kebumian. 2 Comments
Postingan berikut ini merupakan sambungan dari postingan sebelumnya mengenai atmosfer. Kali ini
akan dibahas mengenai struktur vertikal atmosfer, dan akan diawali dengan lapisan troposfer.
Gambar 1 Berbagai Lapisan Dalam Atmosfer
(Sumber : Essentials of Meteorology – C. Donald Ahrens)
Pembagian struktur vertikal atmosfer menjadi berbagai lapisan seperti troposfer, stratosfer, mesosfer,
dan termosfer, didasarkan atas perbedaan suhu pada berbagai lapisan diatas. Nah, untuk lapisan
troposfer yang merupakan lapisan terbawah dari struktur lapisan vertikal atmosfer (lihat Gambar 1),
terjadi penurunan suhu yang nilainya antara 0,5 dan 10 C tiap 100 m dengan nilai rata-rata 0,650 C tiap
100 meter atau 3,6 derajat Fahrenheit setiap 1000 kaki (penurunan suhunya tergantung dari pada situasi
meteorologi). Penurunan suhu terhadap ketinggian ini biasa disebut sebagai temperatur lapse rate.
Penurunan suhu tersebut banyak diakibatkan dikarenakan oleh sangat sedikitnya troposfer menyerap
radiasi gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah memberikan panas pada lapisan
troposfer yang terletak diatasnya melalui konduksi, konveksi, dan panas laten kondensasi atau sublimasi
yang dilepaskan oleh uap air atmosfer.
Konduksi : Suatu mekanisme perpindahan panas melalui suatu media/bahan oleh gerakan
molekul tanpa disertai gerakan media/bahan itu sendiri
Konveksi : Suatu gerakan internal dalam lapisan udara yang mengakibatkan perpindahan panas
secara vertikal, momentum dan sebagainya
Kondensasi : Proses perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair
Sublimasi : Proses perubahan fasa, dari fasa es ke fasa uap
Panas laten : Panas yang tersimpan dalam suatu bahan/media
Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa ada suatu lapisan pembatas antara lapisan troposfer dengan lapisan
stratosfer yang dinamakan lapisan tropopause. Dari gambar tersebut terlihat bahwa setelah ketinggian
sekitar 10 atau 11 km yaitu di lapisan tropopause, terjadi penghentian penurunan suhu terhadap
ketinggian (lapse rate-nya sama dengan 0), dan setelah itu malah terjadi kenaikan suhu terhadap
ketinggian ( biasa disebut dengan inversi suhu). Ketinggian tropopause sendiri sendiri sebenarnya
berbeda-beda di setiap lintang, dan yang paling tinggi berada di atas ekuator (antara 16-18 km) dengan
suhu mencapai -800C, sedangkan di kutub ketinggian tropopause hanya mencapai 6-8 km dengan suhu
mencapai -400 C. Hal ini dikarenakan karena di ekuator terjadi pemanasan dan turbulensi serta konveksi
vertikal yang kuat.
Lapisan troposfer itu sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu lapisan batas (boundary layer) dan
atmosfer bebas. Apa itu lapisan batas?
Gambar 2 Lapisan Troposfer Dibagi Menjadi 2 Bagian – Lapisan Batas & Atmosfer Bebas
(Sumber : Tri WH – PPT Dinamika Lapisan Batas Planeter)
Seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa lapisan troposfer ini merupakan lapisan terbawah dan salah
satu bagiannya yaitu lapisan batas planeter merupakan bagian dimana sifat-sifat fisis dan dinamisnya
banyak dipengaruhi oleh kondisi permukaan bumi serta lapisan batas ini memberikan respon terhadap
pengaruh gaya-gaya permukaan dalam selang waktu sekitar satu jam atau kurang. Pengaruh gaya-gaya
yang dimaksud berupa gesekan, penguapan dan transpirasi, emisi polutan, transfer panas dan aliran
udara yang dipengaruhi oleh topografi. Sedangkan pengertian atmosfer bebas sendiri dapat diartikan
sebagai suatu bagian dari lapisan troposfer yang tidak mendapatkan pengaruh dari permukaan bumi.
Nah, sekian dulu pembahasan mengenai troposfer, semoga bermanfaat. Postingan selanjutnya saya akan
bercerita lebih dalam mengenai lapisan batas. See You!
Daftar Pustaka
v Abidin, Zainal.(2009), Pengamatan Turbulensi Atmosfer Di Lapangan Meteorologi ITB
v Ahrens, C. Donald., Essentials of Meteorology – An Invitation to the Atmosphere 3rdEdition.
v Prawirowardoyo, Susilo. (1996), Meteorologi, Penerbit ITB : Bandung
v Tjasyono, Bayong HK. (2004), Klimatologi, Penerbit ITB : Bandung
v Wahyu Hadi, Tri., PPT Dinamika Lapisan Batas Planeter