You are on page 1of 86

Upaya pengklasifikasian media dapat mengungkapkan karakteristik atau ciri-ciri suatu

media berbeda menurut tujuan atau maksudnya pengelompokannya. Dari contoh


pengelompokan yang diadakan oleh para ahli (Schramm), kita dapat melihat media
karakteristik ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan
kontrol pemakai. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan
membangkitkan rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan
maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkat hierarki belajar seperti yang
digarap oleh Gagne, dan sebagainya.
Karakteristik media inisebagaimana dikemukakan oleh Kemp (1975) merupakan dasar
pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Dia mengatakan “The question of
what media attributesare necessary for a given learnign for situation becomes the basis
for media selection”. Jadi klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media
merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran.
Untuk tujuan-tujuan praktis dibawah ini akan dibahas karakteristik beberapa jenis media
yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia.

1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana media yang lain media grafis
berfungsi untuk menyalurkan pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol
komunikasi visual. Selain itu media grafis juga berfungsi pula untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif
murah ditinjau dari segi biayanya. Beberapa media grafis dengan ciri-cirinya adalah
sebagai berkut:

a. Gambar/Foto
Diantara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling mudah dipakai. Dia
merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.
Kelebihan media gambar/foto
1. Sifatnya konkret; lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan
media verbal semata.
2. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu.
3. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
4. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia
berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.
5. Foto harganay murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan
peralatan khusus.
Kelemahan media gambar/foto
1. Gamabr/foto hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Gamar/fota benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.
3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besa.
Untuk dijadikan sebagai media pembelajaran baik, media foto setidaknya mempunyai
beberapa syarat:

1. Autentik
2. Sederhana
3. Ukuran relatif
4. Gamabar/foto sebaiknya mengandung gerak dan perbuatan.

b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagaian-bagian
pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal bisa belajar menggambar,
seorang guru haruslah dapat menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa
selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas
penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan sebab media ini langsung
dibuat guru.

c. Diagram
Sebagai suatu gambar yang sedrhana yang menggunkan garis-garis dan simbol-simbol,
diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram
menunjukan hubungan yang ada antara komponen dan sifat-sifat proses yang ada disitu.
Kriteria diagram yang baik untuk dijadkan sebagai media pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Benar, digambar rapi, diberi titel, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu.
2. Cukup besar dan ditempatkan secara strategis, dan
3. Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan
dan dari atas kebawah.

d. Bagan/Chart
Seperti halnya media grafis yang lain, chart termasuk media visual. Fungsinya yang
pokok adalah menyampaikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya
disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan
ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
Sebagai media yang baik, bagan haruslah:
1. Dapat dimengerti anak
2. Sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit.
3. Diganti pada waktu tertentu agar selain tetap termasa juga tak kehilangan daya tarik.

e. Grafik (Grafhs)
Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-
titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya seringkali simbol-simbol verbal digunakan
pula dsitu.
Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan
perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan
secara singkat dan jelas.
Sebagai media pendidikan yang baik, media grafik harus mampu memenuhi beberapa
kriteria-kriteria, diantaranya:
1. Jelas untuk dilihat oleh seluruh kelas
2. Hanya menyajikan satu ide setiap grafik
3. Ada jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya.
4. Warna yang digunakan kontras dan harmonis.
5. Berjudul dan ringkas
6. Sederhana (simplicity)
7. Mudah dibaca (legibility)
8. Praktis, mudah (manageability)
9. Menggambarkan kenyataan (realisme)
10. Menarik (attractiveness
11. Jelas dan tak memerlukan informasi tambahan (appropiateness
12. Telioti (accuracy))
Ada beberapa jenis grafik yang dapat kita gunakan diantaranya adalah grafik gari (line
graphs), grafik batang (bargraphs), grafik lengkaran (circle atau pie graphs) dan grafik
gambar (pictorial graphs).

f. Kartun
Kartun merupakan salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu gambar interpretatif
yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan
ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

g. Poster
Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu
pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Poster
berfungsi untuk mempengaruhi orang-orang untuk membeli produk baru darei sesuatu
perusahaan, untuk mengikuti program keluarga berencana atau untuk menyayangi
binatang dapat dituangkan lewat poster.
Kriteria poster yang baik hendaklah;
1. Sedehana
2. Menyajikan satu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang pokok
3. Bewarna
4. Slogannya ringkas dan jitu
5. Tulisannya jelas
6. Motif dan disain bervariasi.

h. Peta dan Globe


Peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Alasan kenapa peta dipakai
sebagai media dalam KBM:
1. Memungkinkan siswa mengerti tentang suatu posisi daerah.
2. Dapat merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis.
3. Memungkinkan siswa memperoleh gamabaran tentangimigrasi dan distribusi
penduduk, tumbuh-tunbuhan dan kehidupan hewan serta bentuk muka bumi sebenarnya.
i. Papan Flanel/Flannel Board
Papan Flannel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan
tertentukepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga
praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan
mudahse hingga dapat dipakai berkali-kali.

j. Papan Buletin (Bulletin Board)


Berbeda dengan papan flanel, papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel tetapi langsung
ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu,
papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian-kejadian dalam waktu
tertentu.

2. Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan
yang akan disampaikan dituangkan didalam lambang-lambang auditif, baik verbal
(kedalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal. Beberapa jenis media audio:

a. Radio
Sebagai suatu media, radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan
media yang lain:
1. Harga realtif murah dan program yang variatif
2. Sifatnya mudah dipindahkan (mobile)
3. Jika digunakan dengan alat perekan radio bisa mengatasi problem jadwal
4. Radio mengembangkan daya imajinasi anak
5. Dapat merangsang partisipasi aktif pendengar
6. Radio dapat memperhatikan siswa pada kata-kata yang digunakan, pada bunyi dan
artinya.
7. Siaran lewat suara terbukti amat tepat/cocok mengajarkan musik dan bahasa.
8. Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik bila dibandingkan denagn
jika dikerjakan oleh guru.
9. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
Adapun kelemahan dari media ini meliputi:
1. Sifat komunikasinya hanya satu arah (one way communication)
2. Biasanya siaran disentalisasikan sehingga guru tidak dapat mengontrolnya.
3. Penjadwalan siaran dengan jadwal pelajaran sering menimbulkan masalah.

b. Alat Perekam Pita Magnetik


Alat perekam pita magnetik (magnetic tape recording) atau lazimnya orang menyebutnya
tape recorder adalah salah satu media penddikan yang tak dapat diabaikan untuk
menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya.
Beberapa kelebihan alat perekam sebagai media mendidikan adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai fungsi ganda, untuk merekan, menampilkan rekaman dan menghapusnya.
2. Pita perekam dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume.
3. Rekaman dapat dihapus secara otomatis dan pitanya bisa dipakai lagi.
4. Pita rekaman dapat dipakai sesuai dengan jadwal yang ada.
5. Program kaset dapay menyajikan kegiatan-kegiatan/hal-hal diluar sekolah.
6. Program kaset bisa menimbulkan beberapa kegiatan; diskusi, dramatisasi dll.
7. Program kaset memberiklan efesiensi dalam pengajaran bahsa.
Kelemahan program kaset:
1. Daya jangkauan terbatas
2. Dari segi biaya, bila untuk sasaran yang banyak jauh lebih mahal.

c. Laboratorium Bahasa
Merupakan alat utnuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing
dengan menyajikan materi pelajaran yang disiapkan sebelumnya. Media yang dipakai
adalah alat perekam.

3. Media Proyeksi Diam


Media proyeksi diam (still proyected medium) mempunyai persamaan dengan media
grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Selain itu, bahan-bahan
grafis banyak sekali dipakai dalma media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas antara
mereka adalah pada media grafis dapar secara langsung berinteraksi dengan pesan media
yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan
proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran; terlebih dahulu.
Beberapa jenis media proyeksi diam beserta karekteristik yang dimilkinya dapat dilihat
dalam uraian berikut ini:

a. Film Bingkai
Film bingkai adalah suatu film berukuran 35 mm, yang bisanya dibungkus bingkai
berukuran 2×2 inci terbuat dari karto, atau plastik (dan berbagai ukuran lagi).
Beberapa keuntungan penggunaan film bingkai:
1. Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan kepa siswa secara serentak.
2. Perhatian anak dapat dipusatkan, sehingga menghasilkan keseragaman pengamatan.
3. Fungsi berfikir penonton dirangsang dan dikembangkan secara bebes.
4. Film bingkai berada dibawah kontrol guru.
5. Film bingkai baik untuk menyajikan berbagai bidang studi tertentu, dapat digunakan
baik secara kelompok maupun individual, tidak pandang usia.
6. Penyimpanan film bingkai sangat praktis.
7. Film bingkai dapat mengatasi keterbatasa ruang, waktu dan indera.
8. Program film bingkai dapat menjadikan media yang sangat efektif bila dibandingkan
dengan media cetak yang berisi gambar yang sama.
9. Program film bingkai bersuara mudah direvisi/diperbaiki, baik visual maupun
audionya.
10. Film bingkai adalah media yang relatif sederhana/mudah, baik cara membuatnya
maupun menggunakannya dibandingkan media TV atau film. Biayanya pun relatif
murah.
11. Program dibuat dalam waktu yang singkat

Kelemahan dan keterbatan film bingkai:


1. Seri film bingkai yang terdiri atas gambar-gambar lepas merupakan kelebihan
sekaligus merupakan titik kelemahan
2. Hanya menyajikan objek-objek diam (still). Hingga kurang efektif untuk menyajikan
tujuan pelajaran yang bersifat gerakan.
3. Bila ruanagn tidak digelapkan, gambar yang diproyeksikan kurang jelas sehingga
penyajian film bingaki kurang memuaskan.

b. Film Rangaki
Bebeda dengan film bingakai, gambar (frame) pada film rangkai berurutan merupakan
satu kesatuan. Memiliki ukuran yang sama dengan film bingkai. Jumlah gambar dalam
satu rol film rangkai antara 50-75 gambar. Seyogianya film bingkai, film rangkai bisa
silent dab bisa pula sound.
Kelebihan yang ada pada media pendidikan film rangkai:
1. Kecepatan penyajian bisa diatur, dapat ditambah narasi dengan kontrol oleh guru.
2. Semua kelebihan non projected still picture dimilki film rangkai.
3. Dapat mempersatukan berbagai media pendidikan yang berbeda dalam satu rangkai,
seperti misalnya: foto, bagan, dokumen, gambar, tabel, simbol kartun dll.
4. Cocok untuk mengajarkan keterampilan.
5. Urutan gambar sudah pasti karena film rangkai merupakan satu kesatuan.
6. Penyimpanan muda, cukup digulung, dan dimasukkan dalam tempat khusus.
7. Dapat untuk belajar kelompok dan individu.
Kelemaham pokok film rangkai dibandingkan film bingakaiadalah sulit diedit dan
direvisi karena sudah merupakan satu kesatuan, sukar dibuat sendiri secara lokal dan
memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mengubah film bingkai ke film rangkai.

c. Media Transparansi.
Media tansparansi (overhead transparency=OHT) seringkali disebut dengan perangkat
kerasnya OHP. Media transparansi adalah media visual proyeksi dibuat diatas bahan
transparan, biasanya film acetate atau plastik berukuran 8 ½ “x11”. Sebagai perangkat
lunak, bahan transparan yang berisi pesan-peasan tersebut memerlukan alat khusus untuk
memproyeksikannya, yaitu OHP.
Kelebihan media transparansi:
1. Gambar yang akan diproyeksikan akan lebih jelas dibanding gambar dipapan.
2. Guru sambil mengajar dapat berhadapan dengan siswa.
3. Benda yang kecil dapat diproyeksikan.
4. Memungkinkan diskriminasi warna dan menarik minat siswa.
5. Tak memerlukan tenaga bantuan operator, kaena mudah dioperasikan.
6. Lebih sehat dari papan tulis.
7. Praktis digunakan untuk semua ukuran kelas ruangan.
8. Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang.
9. Sepenuhnya dibawah kontrol guru.
Sekalipun banyak kelebihan, media transparansi memilki keleman:
1. Suku cadang projektor media transparansi kadang sulit dicari.
2. Transparansi memerlukan waktu, usaha dan persiapan yang baik.
3. Karena lepas, transparansi menuntut cara kerja yang sistematis dalam penyajiannya.
4. Jika teknik pemanfaatan serta potensinya kurang dikuasai ada kecendrungan OHP
dipakai sebagai pengganti papan tulis dan siswa cendrung pasif.

d. Proyektor Tak Tembus Pandang


Merupakan alat untuk memproyeksikan bahan bukan transparan, tetapi bahan-bahan tidak
tembus pandang (opaque). Benda-benda tersebut adalah benda datar, tiga dimensi seperti
mata uang, model, serta dan anyaman dapat diproyeksikan.
Kelebihan media proyektor tak tembus pandang:
1. Bahan-bahan cetak pada buku, majalah, foto grafis, bagan, diagram atau peta dapat
diproyeksi langsung tanpa ada pemindahan pada transparan.
2. Dapat digunakam pada semua bidang studi
3. Dapat memperbesar benda yang kecl.
Adapun kelemahannya bahwa proyektor tembus pandang tidak seperti OHP yang bisa
digunakan diruang gelap.

e. Mikrofis (Microfhice)
Adalah lembaran film transparan terdiri dari lamabng-lambang visual (grafis maupun
verbal) yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tak dapat dibaca dengan mata
telanajang. Ukurannya bisa 3×5 inci, 6×8 atau 4×6. Microfis termasuk kelompok media
bentuk kecil (microform). Secara fisik gulungan microform tersebut dapat dibedakan atas
dua jenis, yaitu menggunakan film 16 mm atau 35 mm, dalam bentuk kaset atau terbuka;
yang berbentuk lembaran yaitu yang kita kenal sebagai microfis.
Keuntungan Microfis:
1. Mudah dicopy cetak, dan diduplikasi dengan biaya yang relatif murah
2. Bisa diproyeksi kelayar lebar
3. Karena dalam bentuk lembaran, ringkas, hemat tempat dan praktis untuk dikirim.
4. Informasi kepustakaan yang terletak dibagian atas lembaran mudah untuk
diidentifikasi.
Kelemahan microfis yang perlu diperhatikan:
1. Pembuatan masternya mahal.
2. Mudah hilang.
3. Bila telah banyak, sulit memfilenya sehingga mudah masuk filing.

f. Film
Film merupakan media yang amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar
mengajar. Ada tiga macam ukuran film yaitu 8 mm, 16 mm dan 35 mm. Ukuran yang
dipakai untuk sekolah adalah 16 mm.
Sebagai suatu media, film mempunayi beberapa keunggulan:
1. Film merupakan suatu denominator yang umum. Baik anak yang cerdas maupun
lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama. Keterampilan membaca atau
penguasaan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang bisa diatasi dengan
menggunakan film.
2. Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, dengan gerakan lambat,
pengulanagn akan memperjelas uraian dan ilustrasi.
3. Film dapat kembali menampilkan masa lalu dan menyajikannya kembali.
4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari suatu negara kenegara yang lain.
5. Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik.
6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya dikelas.
7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, animasi dll.
8. Film memikat perhatian anak.
9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai dengan
kebutuhan. Hal yang abstrak dapat menjadi jelas.
10. Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan)
11. Film dapat merangsang dan memotivasi kegiatan anak-anak.
Kelemahan film antara lain; harga/biaya produksi lebih mahal, film tidak dapat mencapai
semua tujuan pembelajaran, penggunaan perlu ruang gelap.

g. Film Gelang.
Film gelang/ film loof (loof film) adalah media yang terdiri dari film berukuran 8 mm
dan 16 mm yang ujung-ujungnya saling bersambunga, sehingga film ini akan berputar
terus beerulang-ulang kalau tidak dimatikan.
Kelebihan film gelang;
1. Ruang tak perlu digelapkan
2. Dapat berputar terus dan berulang sehingga pengertian yang kabur menjadi jelas.
3. Baik sekali utnuk menunjukan periode yang pendek, yang berisikan gerakan-gerakan
tertentu dari suatu objekyagn dipelajari.
4. Film gelang mudah diintegrasikan kepelajaran dan dipakai bersama dengan medium
lain.
5. Karena sederhana muridpun bisa memakainya sendiri.
6. Film dapat dihentikan sesaat untuk diselingi penjelasan dan diskusi.

h. Televisi (TV)
Sealin film televisi adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara
audio visual dengan disertai unsur gerak. Dilihat dari sudut jumlah penerima pesannya,
televisi tergolong kepada media massa.
Kelebihan media televisi meliputi:
1. TV dapat menerima, menggunkan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media
yang lain, menyesuaikan dengan tujuan yang kan dicapai.
2. TV merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak
karena mereka mengenalnya sebagi kehidupan diluar sekolah.
3. TV dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton.
4. TV mempunayi realistis dari film tapi juag mempunayi kelebihan yang lain yaitu
immediacy (objek yang baru ditangkap kamera dapat segera dipertontonkan).
5. Sifatnya langsung dan nyatadengan TV siswa dapat mengetahui kejadian-kejadian
yang mutakhir, mereka bisa mengadakan kontak dengan orang-orang besar/terkenal
dalam bidangnya, melihat dan mendengarkan meeka berbicara.
6. Horison kelas dapat diperlebar dengan TV. Batas dan ruang dapat diatasi.
7. Hampir setiap mata pelajaran bisa diTVkan
8. TV dapat meningkatkan pengetahun dan kemampuan guru dalam mengajar.
Beberapa kelemahan TV sebagai meida:
1. Harga pesawat TV relatif murah
2. Sifat komunikasinya hanay satu arah.
3. Jika akan dimanfaatkan dikelas jadwal siran dan jadwal pelajaran disekolah sering kali
sulit disesuaikan.
4. Program diluar kontrol guru.
5. Besarnya gambar relatif kecil dibanding denagn film, sehingga jumlah siswa yang
dapat memanfaatkannya terbatas.

i. Video
Video sebagai media audio visual yang menmpilakan gerak, semakin lama semakin
populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif,
bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional.
Kelebihan video dalam media pendidikan:
1. Dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dari rangsangan luar lainnya.
2. Denagn lat peekam pita video sejumlah penonton dapat memperoleh informasi dari
ahli-ahli/spesialis.
3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya.
4. Menghemat waktu dan dapat diputar berulang-ulang.
5. Kamera TV lebih dekat dapat mengamati objek yang sedang bergeraka atau objek yang
berbahaya seperti harimau.
6. Keras lemah suaru bisa diatur dan disesuaikan bila ada komentar.
7. Gamabr proyeksi bisa dibekukan untuk diamati secara seksama.
8. Ruang tak perlu digel;apkan saat menyajikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan seiring denagn penggunaan alat peekam pita video dalam
proses menagjar adalah:
1. Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang di praktikan
2. Sifat komunikasinay bersifat satu arah dan ahrus dicari bentuk umpan balik.
3. Kurang mampu menampilkan detail objek yang disajikan secara sempurna.
4. Memerlukan peralatan ayng mahal dan kompleks.
Kriteria media pembelajaran diatas harus dikembangkan selain sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat dan kemampuan dan
sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.

Entry Filed under: TIK kelas 1. .

CAI : Media Pembelajaran Kontekstual Berbasis


Informasi Teknologi

February 18, 2007 by Joyke Christian Kumaat

Pengantar
Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu
pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu
pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini
bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan
pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaan-permintaan dan
pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan
individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang
diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan
semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi,
serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan
memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula.

Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia


maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun
merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut
orang. AECT (Associationfor Educational Communication and
Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar, yaitu:

1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata


pelajaran.
2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan
sebagainya.
3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk
menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks,
modul, program video, film, OHT (over head transparency),
program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut
software).
4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware)
untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya
mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan
sebagainya.
5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan
orang dalam membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan
pembelajaran. Di dalamnya mencakup
ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama
(roleplay), dan sebagainya.
6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah
pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya.

Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain
adalah media pendidikan.

Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari
medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita
membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan
sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.
Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering
muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah
pembelajaran.Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan
konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar
hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari
pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke
dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata& tulisan)
maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-
simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.

Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya


tidak.Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang
didengar, dibaca,dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan
atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah
barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak
pemahaman yang diterima.
Lantas dimana fungsi media? Ada baiknya kita melihat diagram cone
of learning dari Edgar Dale yang secara jelas memberi penekanan
terhadap pentingnya media dalam pendidikan:
Secara umum media mempunyai kegunaan:

1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.


2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman
& menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton,


1985:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar


2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori
belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubahan kearah yang positif

Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu


diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset
audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik
pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan
(pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media
ini tergolong tepat karena bila secara langsung diberikan tanpa media
sering terjadi ketidaktepatan yang akurat dalam pengucapan
pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini
termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber
yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya
menggunakan alat yang sama pula.

Untuk itu perlu dicermarti daftar kelompok media instruksional


menurut Anderson, 1976 berikut ini:

KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL


1 Audio • pita audio (rol atau kaset)

. • piringan audio

• radio (rekaman siaran)


2 Cetak • buku teks terprogram
. • buku pegangan/manual

• buku tugas
3 Audio – Cetak • buku latihan dilengkapi kaset
.
• gambar/poster (dilengkapi audio)
4 Proyek Visual • film bingkai (slide)
. Diam
• film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyek Visual • film bingkai (slide) suara
. Diam dengan
Audio • film rangkai suara
6 Visual Gerak
• film bisu dengan judul (caption)
.
7 Visual Gerak • film suara
. dengan Audio
• video/vcd/dvd
8 Benda • benda nyata
.
• model tirual (mock up)
9 Komputer • media berbasis komputer; CAI (Computer
. Assisted Instructional) & CMI (Computer
Managed Instructiona

Klasifikasi & Jenis Media

KLASIFIKASI JENIS MEDIA


Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
Audio K aset, Audio V ission, aktive
Media audio
Audio Vission
Media video Video
Computer A ssisted I nstructional
Media berbasis komputer
( Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit Perangkat praktikum
Media yang Tidak Diproyeksikan

• Realita : Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar

• Model : Benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari


benda
sesungguhnya

• Grafis : Gambar atau visual yang penampilannya tidak


diproyeksikan (Grafik, Chart, Poster, Kartun)

• Display : Medium yang penggunaannya dipasang di tempat


tertentu sehingga dapat dilihat informasi dan
pengetahuan di dalamnya.

Media Video

• Kelebihan

– Dapat menstimulir efek gerak

– Dapat diberi suara maupun warna

– Tidak memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya.

– Tidak memerlukan ruangan gelap dalam penyajiannya

• Kekurangan

– Memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya

– Memerlukan tenaga listrik

– Memerlukan keterampilan khusus dan kerja tim dalam


pembuatannya
Media Berbasiskan Komputer

Bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan

• Praktek dan latihan (drill & practice)

• Tutorial

• Permainan (games)

• Simulasi (simulation)

• Penemuan (discovery)

• Pemecahan Masalah (Problem Solving)

(Heinich,et.al 1996)

Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk


kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan
komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang
dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah
dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi
primadona dalam kegiatan pembelajaran.

Dibalik kehandalan komputer sebagai media pembelajaran terdapat


beberapa persoalan yang sebaiknya menjadi bahan pertimbangan
awal bagi pengelola pengajaran berbasis komputer:

1. Perangkat keras -dan lunak- yang mahal dan cepat ketinggalan


jaman
2. Teknologi yang sangat cepat berubah, sangat memungkinkan
perangkat yang dibeli saat ini beberapa tahun kemudian akan
ketinggalan zaman.
3. Pembuatan program yang rumit serta dalam pengoperasian awal
perlu pendamping guna menjelaskan penggunaannya. Hal ini
bisa disiasati dengan pembuatan modul pendamping yang
menjelaskan penggunaan dan pengoperasian program.

Pemakaian Komputer dalam Proses Belajar


Sebelumnya perlu dijelaskan istilah CAI dan CMI yang digunakan dalam
kegiatan belajar dengan komputer.

CAI; yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk


menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengetes
kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan
guru di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya
bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya,
bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep
abstrak yang kemudian dikonkritkan dalam bentuk visual dan audio
yang dianimasikan.

CMI; digunakan sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi


administratif yang meningkat, seperti rekapitulasi data prestasi siswa,
database buku/e-library, kegiatan administratif sekolah seperti
pencatatan pembayaran, kuitansi dll.

Pada masa sekarang CMI & CAI bersamaan fungsinya dan kegiatannya
seperti pada e-Learning, dimana urusan administrasi dan kegiatan
belajar mengajar sudah masuk dalam satu sistem.

Pemakaian Komputer dalam Kegiatan Pembelajaran


Untuk Tujuan Kognitif
Komputer dapat mengajarkan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-
langkah, proses, dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat
menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana dengan
penggabungan visual dan audio yang dianimasikan. Sehingga cocok
untuk kegiatan pembelajaran mandiri.

Untuk Tujuan Psikomotor


Dengan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam bentuk games &
simulasi sangat bagus digunakan untuk menciptakan kondisi dunia
kerja. Beberapa contoh program antara lain; simulasi pendaratan
pesawat, simulasi perang dalam medan yang paling berat dan
sebagainya.

Untuk Tujuan Afektif


Bila program didesain secara tepat dengan memberikan potongan clip
suara atau video yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran
sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media komputer.

PUSTAKA

• Green L (1996). Creatives Silde/Tape Programs. Colorado:


Libraries Unlimited, Inc. Littleton.

• Hackbarth S. (1996). The Educational Technology Hanbook. New


Jersey: Educational Technology Publication, Englewood
Cliffs.

• Hannafin, M. J., Peck, L. L. (1998). The Design Development and


Education of Instructional Software. New York: Mc. Millan
Publ., Co.

• Heinich, R., et. al. (1996) Instructional Media and Technologies for
Learning. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

• E. Dale, Audiovisual Method in Teaching, 1969, NY: Dyden Press


• Bloom, S. Benyamin (1956). Taxonomy of Educational Objective
The Classification of Educational Goal.

Possibly related posts: (automatically generated)

• sharing RPP TIK SMP Kelas VII


• Informatika dalam pandanganku
• Kapitalisme Media dan Masa Depan

SMP Xaverius1 Frater

Senin, 30 November 2009

Media Visual 2
A. Media Visual Proyeksi
Media Visual Proyeksi diartikan sebagai format media dimana gambar diperbesar dan
ditayangkanpada sebuah layar. Proyeksi biasanya dilakukan dengan melewatkan cahaya
yang sangat terang melalui film transparan, kemudian memperbesar gambar itu melalui
seperangkat lensa dan menayangkan bayangan itu pada permukaan yang memantul.
Aplikasi dari projrcted visual adalah media visual. Alat untuk memproyeksi gambar
dinamakan proyektor

B. Jenis-jenis Visual Proyektor


1. OHP (Overhead Projector)
OHP merupakan jenis perangkat keras yang sangat sederhana, terdiri atas sebuah kotak
dengan bagian atasnya sebagai landasan yang luas untuk meletakkan transparansi.
Cahaya yang amat terang dari lampu proyektor amat kuat menyorot dari dalam kotak
kemudian dibiaskan oleh sebuah lensa khusus, yaitu lensa fresnel, melewati sebuah
transparan ukuran 20 x 25 cm yang ditempatkan di atas landasan tersebut. Sebuah sistem
pemantul cahaya dari cermin dan lensa, yang di tempatkan di atas kotak landasan,
menghasilkan berkas cahaya berbelok 90¬¬¬o. Dengan lampunya yang amat terang dan
sistem optiknya yang efisien, menghasilkan banyak sekali cahaya sehingga
memungkinkan untuk dipergunakan di ruangan biasa tanpa penggelapan.

Gambar OHP
Sarana bantu visual adalah penggambaran secara visual yang mendukung presentasi
dalam format teks, gambar kartun, grafik, ilustrasi, foto. Semuanya dapat berupa
transparansi OHP, handout, flipchart, poster, obyek, dsb. Sarana tersebut membantu
untuk memecahkan suasana yang membosankan, memberikan stimulasi visual untuk
mendukung apa yang didengarkan oleh para peserta didik.
Penggunakan media proyaktor untuk memproyeksikan gambar ke dalam layar yang besar
membuat setiap orang dalam kelas/ruang tersebut dapat melihatnya. Dengan proyektor
overhead memungkinkan presenter dapat merancang teks dengan ilustrasi bergambar
sesuai dengan keinginannya.
a. Cara pengoperasiannya :
1) Periksa tegangan sumber listrik dan sesuaikan tegangan pada peralatan.
2) Hubungkan kabel OHP dengan sumber listrik.
3) Tekan tombol ON/OFF ke posisi ON
4) Letakkan transparansi pada posisi yang benar (diatas stage). Lalu, aturlah posisi lens
headassembly dan posisi OHP itu sendiri untuk menghindarkan energi keystone-effect.
5) Atur tombol pengatur fokus, sehingga didapatkan hasil gambar proyeksi yang jelas dan
tajam (fokus).

b. Membuat Overhead Transparasi


Dalam membuat transparasi banyak cara yang dipergunakan dari yang sederhana sampai
yang rumit atau memakai alat pembuat untuk mengkopy transparan yang disebut
transparan maker.
Cara pembuatan transparan adalah sebagai berikut :
1) Langsung pada transparan
Dengan menulis/menggambar materi yang akan digunakan pada slide transparansi,
dengan menggunakan pana yang berlabel “ overhead projector pen”
2) Membuat transparan dengan cara reproduksi
Maksudnya yaitu dengan memperbanyak gambar/tulisan/isi yang persis sama. Alat
reproduksi yang banyak dipakai adalah mesin foto copy, dan termofax.

c. Kelebihan dan kelemahan OHP


1). Kelebihan OHP
a) Gambar/ tulisan yang diproyeksikan lebih jelas
b) Sambil mengajar, guru dapat berhadapan dengan siswa
c) Benda-benda kecil dapat diproyeksikan langsung, meskipun hasilnya berbentuk
bayangan
d) Tidak memerlukan proyeksionis khusus
e) Lebih sehat bila dibandingkan dengan papan tulis

2) Kelemahan OHP yaitu:


a) Tidak dapat diprogram
Efektifitas tergantung pada presenter.
b) Tidak dapat diperintah
c) Membutuhkan proses produksi
Bahan presentasi harus dibuat dalam bentuk transparansi
d) Distrosi gambar yang ditampilkan
d. Pemanfaatan dalam pembelajaran
Beberapa gagasan dalam penggunaan gambar, chart, bagan, foto, pada beberapa mata
pelajran agar dapat lebih menarik perhatian siswa, sangat disarankan, diproyeksikan
secara visualisasi misalnya :
1) Konsep Visual yang dipakai
2) Proses, prosedur, siklus Bagan alur (flowchart)
3) Fakta, data Tabel, matriks, daftar
4) Data perbandingan Grafik
5) Hubungan ruang Peta
6) Hubungan dalam struktur Bagan, skema, diagram
7) Hubungan keluarga Bagan silsilah
2. LCD Projector
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan salah satu metoda tampilan yang menggunakan
panel-panel kristal cair sebagai pembentuk gambar.
Pada LCD Projector, gambar yang di layar dibentuk dari 3 buah LCD Panel (Red, Green,
Blue) yang masing-masing membentuk element gambar Merah, Hijau dan Biru. Dari
ketiga element gambar tersebut lalu disatukan lewat prisma dan kemudian difokuskan ke
lensa dan diteruskan ke layar.
Dalam hal ini LCD Panel seperti deretan jendela-jendela yang bisa membuka-tutup,
dengan sudut bukaan dari tertutup rapat hingga membuka lebar, lalu disorot oleh lampu
dari belakang. Dari kombinasi susunan jendela-jendela yang terbuka dan tertutup
tersebut, terbentuklah sebuah gambar.

a. Tata Cara Operasional LCD Projector :


1) Sambungkan kabel konektor data dari LCD ke PC / Laptop yang akan digunakan
2) Tekan tombol ON/OFF untuk menyalakan LCD projector, kemudian tekan tombol
ON/STANDBY
3) Bila LCD Projector tidak automatis mendeteksi INPUT tampilan ( bila dihubungkan
dengan LAPTOP/PC) maka perlu diatur secara manual INPUT tampilan yang
dikehendaki dengan menekan tombol INPUT di LCD Projector.
4) Atur lensa untuk mengatur fokus dan zooming gambar yang baik (atur sudut
kemiringan bila diperlukan, gunakan pengatur kemiringan dibagian kaki depan LCD)
5) Bila telah selesai pemakaian, tekan ombol ON/STANDBY untuk mematikan LCD
(untuk tipe tertentu harus menekan tombol ON/STANDBY 2 kali)
6) Tunggu beberapa saat (kipas pendingin masih akan berjalan beberapa saat untuk
mendinginkan LCD Projector, indikator FAN tetap akan menyala) hingga posisi
STANDBY
7) Tekan Tombol ON/OFF (bila LCD tidak akan digunakan lagi) lalu cabut kabel power
dari stopkontak dan kabel konector dari PC/Laptop
b. Kelebihan dan Kelemahan LCD
1) Kelebihan
a) Dapat menayangkan apa saja yang ada di monitor ( misalnya teks, data, gambar dll)
b) Warna lebih matang/solid
c) Cocok untuk gambar yang cerah dan berwarna-warni
d) Lebih bagus untuk gambar yang bergerak cepat/motion picture
2) Kekurangan:
a) Ruangan harus gelap (Contrast Ratio rendah)
b) Kurang bagus untuk gambar/tampilan yang gelap
c) Air Filter harus selalu dibersihkan/maintenance rutin
c. Pemanfaatan dalam pembelajaran
Dengan LCD proyektor, gambar yang akan dipancarkan dapat berasal dari komputer,
vedio player atau siaran televisi. Power point merupakan salah satu program yang sangat
populer digunakan, karena mudah penggunaannya dan memiliki kekayaan warna.
Sehingga dalam pembelajaran setiap mata pelajaran dapat menggunakan media ini.
Misalnya CD Interaktif dari pelajaran Fisika, Pemutaran film pada pelajaran agama dll.

3. Slide
Slide merupakan gambar transparan yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor.
Film slide biasa dibuat dengan ukuran 35 mm. Slide memiliki dua bentuk, yaitu pertama,
bentuk tradisional yang lepas satu persatu, dan kedua, bentuk baru yang dibungkus dalam
tempat khusus lalu dimasukkan ke dalam proyektor dan secara otomatis berputar seperti
film biasa.
a. Cara pengoperasiannya :
1) Hubungkan kabel power ke sumber listrik.
2) Hubungkan kabel remote control
3) Masukkan lensa jika belum jelas.
4) Pastikan dasar cincin terkunci pada tray slide.
5) Dudukan tray slide pada proyektor
6) Atur timer otomatis pada “m”
7) Gerakkan switch ke lampu”low” atau “hight”
8) Atur besar kecil gambar pada layar
9) Focuskan gambar
10) Gunakan remote control untuk melakukan proyeksi gambar.
11) Proyektor ini akan memproyeksikan film-bingkai yang ada dalam posisi proyeksi
(berada didepan jendela proyeksi/gate proyektor).
12) Film bingkai yang telah disusun sesuai dengan urutan satu per satu didorong
(diletakkan) pada posisi proyeksi.
13) Setelah selesai pemroyeksian, film bingkai tersebut dikembalikan ke tempatnya,
untuk digantikan dengan film bingkai berikutnya, begitulah seterusnya.
Penggantian film bingkai yang satu ke film bingkai berikutnya dilakukan dengan suatu
sistem mekanik. Gerakan mekanik tersebut ada yang sepenuhnya dilakukan dengan
tangan dan ada yang menggunakan sistem elektronik.
b. Pembuatan Slide
1) Pembuatan slide dapat dilakukan oleh siswa maupun pendidik
2) Pembuatan slide show dengan kamera digital.
3) Pembuatan dengan duplikasi gambar
4) Pembuatan slide dengan komputer
5) Pembuatan silde dari polaroid dan video.

c. Kelebihan dan kelemahan


1). Kelebihan Slide
a) Materi yang sama dapat disebarkan kepada siswa secara serentak.
b) Pengurutan lebih fleksibel dibanding dengan film
c) Perhatian siswa dipusatkan kepada satu point tertentu.
d) Fungsi berpikir siswa dikembangkan secara bebas.
e) Kecepatan dan frekwensi putar bisa diatur oleh guru.
f) Slide dapat disimpan, sewaktu-waktu dapat digunakan kembali

2). Kelemahan :
a) Tidak terorganisir, slide bias tercecer, jika penyimpanannya kurang baik
b) Mudah rusak, karena debu atau sidik jari
c) Perbedaan ukuran ketebalan slide dapat menyebabkan slide macet
d) Biasanya lebih mahal jika disbanding dengan filmstrip.

d. Pemanfaatan dalam pembelajaran


Slide dapat digunakan untuk menayangkan tabel, gambar, denah, grafik dan lain
sebagainya. Sehingga semua mata pelajaran dapat menggunakan media ini. Misalnya
menampilkan gambar manusi pada pelajaran biologi

4. Sound Slide
Sound Slide disebut juga slide suara, slide tape, atau photo play; merupakan perpaduan
antara dua media, yaitu media pandang berupa slide dan media dengar berupa rekaman.
Kedua media tersebut dipresentasikan secara bersamaan untuk mengkomunikasikan suatu
program/ pesan. Prinsip kerjanya berupa pemroyeksian slide yang telah diurutkan
sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan urutan kejadian, pemunculannya
dilakukan satu persatu disertai narasi hasil pemutaran pita rekaman.

Program sound slide dapat disusun melalui beberapa tahap, yaitu:


a. tahap perencanaan,
b. tahap penyusunan naskah,
c. tahap pelaksanaan pembuatan,
d. tahap pemresentasian.

Kelebihan dan kelemahan sound slide


a. Kelebihan :
1) Dapat mengkomunikasikan pesan melalui lambang verbal dan visual sekaligus.
2) Dapat dipresentasikan tanpa kehadiran guru.
3) Dapat digunakan secara individual maupun kelompok.
4) Mudah direvisi atau diganti jika dibutuhkan

b. Kelemahan sound slide


1) Sinkronisasi yaitu diatur antara slide dan suara.
2) Media ini belum dapat mengkomunikasikan informasi melalui lambang gerak.
3) Proses pembuatannya memerlukan waktu relatif lama.
4) Presentasi gambar tidak dapat diperlama, karena harus menyesuaikan dengan
presentasi audionya.

5. Filmstrips
Filmstrips adalah Sebuah gulungan yang berukuran 35 mm film yang transparan yang
berisi rangkaian gambar yang saling berhubungan yang dirancang untuk pertunjukkan
secara sekaligus.

a. Jenis-jenis proyektor filmstrip


Berdasarkan sistem (cara) memproyeksikan gambar, maka proyektor filmstrip ini dapat
dibedakan dalam tiga jenis, diantaranya :
1) Proyeksi belakang layar
Proyektor jenis ini dibuat untuk pemakaian individu. Hal itu karena bentuknya kecil dan
konsumsi listriknya pun sedikit. Proyektor ini dilengkapi dengan layar yang terpasang
menjadi satu dengan proyektor. Untuk memajukan film rangkai yang telah dipasang,
dapat dilakukan dengan memutar kenob atau dengan menekan tombol geser.
Pengoperasiannya sangat sederhana. Setelah film rangkai dipasang, hidupkan lampu
proyektor dengan menekan saklar lampu (ON). Kemudian majukan film rangkai tersebut
satu bingkai demi satu bingkai dengan memutar kenob ataupun menekan tombol
penggeser.
2) Proyeksi depan layar
Proyeksi jenis ini (baik manual maupun elektronik) dilengkapi dengan kenob pengatur
fokus dan kenob pengatur bingkai.
3) Proyeksi belakang dan depan layar
Proyector ini memiliki kelebihan diantara proyector film rangkai yang lain adalah dapat
digunakan sebagai proyector dengan sistem proyeksi belakang layar maupun depan layar.
Proyeksi jenis ini dilengkapi dengan layar yang terpasang menjadi satu dengan proyektor,
sebagai layar proyeksi pada pemakaian dengan sistem proyeksi belakang layar. Apabila
proyeksi ini akan digunakan menjadi sistem proyeksi depan layar, cukup dengan
menekan tombol pembuka penutup jendela proyeksi yang terletak di samping kiri
proyektor. Selain dilengkapi dengan layar terpadu, umumnya proyektor jenis ini
dilengkapi dengan perekam kaset audio yang terpasang menjadi satu dengan proyektor
dan mempunyai kemampuan menggerakkan proyektor. Dengan sinyal perintah.

b. Cara pengoperasiannya :
Pengoperasian proyektor film rangkai dengan proyeksi belakang layar dengan perekam
kaset terpadu adalah sebagai berikut :
1) Hubungkan proyektor dengan sumber listrik, setelah diperiksa bahwa tegangan
peralatan sesuai dengan tegangan sumber listrik.
2) Masukkan film rangkai (filmstrip) yang akan diproyeksikan ke dalam sambang
(catridge).
3) Pasang sambang filmstrip pada tempatnya.
4) Putar saklar utama sehingga lampu proyektor menyala (pada posisi Lamp).
5) Tekan tombol FWD film, sehingga di layar terlihat gambar proyeksi pertama.
6) Atur tombol focus hingga didapatkan gambar yang jelas dan tajam.
7) Pasang saklar pada posisi AUTO.
8) Masukkan kaset suara pada tempatnya.
9) Tekan tombol main ulang dari perekam kaset audio.
10) Atur tombol geser, level volume, dan tone.
11) Secara otomatis, filmstrip akan maju pada saatnya.
12) Apabila program tersebut tidak otomatis, setiap kali terdengar tanda bel dari pita
kaset, tekanlah tombol FWD film.
c. Kelebihan dan Kelemahan
1) Kelebihan
a) Ringan
b) Mudah ditangani
c) Pengurutan secara permanen
d) Penampilan dapat dikontrol

2) Kelemahan
a) Pengurutan tetap, tidak dapat menampilkan gambar yang sudah lewat.
b) Mudah rusak

d. Pemanfaatan dalam pembelajaran


Media film strip ini sangat cocok untuk media dalam menjelaskan materi dalam bentuk
deskripsi. Misalnya pada pelajaran sejarah tentang terjadinya perang Diponegoro, pada
pelajaran kimia misalnya bahaya polusi, dan lain-lain.

C. Manfaat menggunakan media projector vcisual dalam pembelajaran


Salah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media
pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas, uraikan dengan jelas manfaat
media pembelajaran.
Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan dalam belajar mengajar adalah pemilihan
media pembelajaran yang tepat. Menurut Hamalik (1986), media pembelajaran yang tepat
dapat membangkitkan motivasi, keinginan minat, dan rangsangan kepada siswa.
Sehingga dapat membantu pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi.
Adapun mengapa media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan belajar
dan mengajar di kelas, menurut Levie dan Lentz (1982), itu karena media pembelajaran
khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:
1. Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.
2. Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
3. Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.
4. Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yaitu:


1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan
pembelajaran dengan baik.
3. Metode pengajaran akan bervariasi
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
5. Mengatasi taraf berpikir siswa mulai dari taraf berfikir konkret menuju abstrak,
dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan adanya media
pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat
disederhanakan.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Dengan meningkatnya teknologi, banyak alat atau media yang disediakan agar
memudahkan para pengajar berinterksi terhadap siswanya.
b. Media Visual Overhead Projector (OHP), LCD, slide (film bingkai), dan filmstrips
merupakan contoh alat yang selalu digunakan dalam proses pembelajaran.
c. Media Projector visual OHP, LCD, Slide dan Filmstrips mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
d. Dengan pemakaian alat-alat tersebut sebagai media pembelajaran membuat interaksi
siswa dan gurunya lebih efektif dan efisien.
e. Dengan penggunaan media dalam pembelajaran, akan memotivasi siswa untuk belajar
dan akan meningkatkan hasil belajarnya.

2. Saran
Dalam proses pembelajaran media, telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang
seharusnya dimanfaatkan oleh guru. Seharusnya guru harus memanfaatkan media dalam
proses pembelajaran agar bisa memperjelas materi serta membantu siswa dalam proses
memahami materi Selain itu diharapkan agar media visual tersebut lebih memperlancar
efektifitas dan efisiensi guru untuk berinteraksi terhadap muridnya.

DAFTAR PUSTAKA
Barman, C. 1982. ”Some Ways to Improve Your Overhead Projection Transparencies.”
American Biology Teacher.
Beatty, LaMond F. 1981. ”Educational Tecnhnology Publication”.
Heinich Russell.dkk 1982. Instructional Media and The New Technology
of Instruction. Canada: John Wiley & Son.
Miarso, Yusufhadi dkk.1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali
Diposkan oleh Xaverius Frater di 23:34

MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaram yaitu media dimana seluruh pelajar bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan
Selasa, 10 Maret 2009

MULTIMEDIA DALAM MEDIA PEMBELAJARAN


1. Fungsi Media Pembelajaran.
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya
berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud,
dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology)
dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam
proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media
sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau
dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991)
menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan
media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber
belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs
berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi
(pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai
wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramm mencermati
pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia
mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf
hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga
mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses
belajar pada diri peserta didik
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan
alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian
untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan
alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar
disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber
belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan
pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan
sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat
peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak
dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat
bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
memotivasi belajar pesertaÞ didikmemperjelas informasi/pesan pengajaranÞmemberi
tekanan padaÞ bagian-bagian yang pentingmemberi variasi pengajaranÞmemperjelasÞ
struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat
menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik
sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah
bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera
pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan
bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat
mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
2. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo (1991) menguraikan dengan berangkat dari teori belajar diketahui bahwa
hakekat belajar adalah interaksi antara peserta didik yang belajar dengan sumber-sumber
belajar di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku belajar dari tidak
tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak jelas menjadi jelas, dsb. Sumber belajar
tersebut dapat berupa pesan, bahan, alat, orang, teknik dan lingkungan. Proses belajar
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti
sikap, pandangan hidup, perasaan senang dan tidak senang, kebiasaan dan pengalaman
pada diri peserta didik. Bila peserta didik apatis, tidak senang, atau menganggap buang
waktu maka sulit untuk mengalami proses belajar.
Faktor eksternal merupakan rangsangan dari luar diri peserta didik melalui indera yang
dimilikinya, terutama pendengaran dan penglihatan. Media pembelajaran sebagai faktor
eksternal dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai
potensi atau kemampuan untuk merangsang terjadinya proses belajar. Contohnya, (a)
menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi
konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran
radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara benar dan taat
asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film pendidikan,. (e)
memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis
dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan
bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual
dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit
pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar
terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan
semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as
you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami
suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar “berbicara“ seribu
kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a thousand words). Hal ini
tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih
menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan
seribu kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya. Salah satu dari sarana visual
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut adalah OHT atau
“overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila digarap dengan baik dan
benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep dan daya serap belajar
siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara terarah, bersistem dan
menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat yang harus dioptimalkan
dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.
3. Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang
hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang
penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher
independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut
media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh,
tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan secara
terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan
sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media
audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.1. Media Audio : radio,
piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon .2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan
barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film
stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster,
gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu.
3. Media Audio-visuala. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film
rangkai dan suara , buku dan suara. b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai
dan suara, televisi, gambar dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan
magnetic, white board, mesin pangganda.
b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi,
pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.d. Sumber belajar pada
masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.e. Belajar terprogram f. Komputer
Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :Papan tulis /Ø
whiteboardTransparansi (OHT)ØBahan cetak ( buku, modul, handoutØ )Media yang
memerlukan keahlian khusus :Program audioØ visualProgram slide, Microsoft
PowerpointØProgram internetØ
Yang tergantung hadirnya guru misalnya :Papan tulis / whiteboardØTansparansiØ
(OHT )Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :UmumnyaØ media
rekamBahan belajar mandiriØ(dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )
Pemilihan MediaTiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas
tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-
sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan
media ialah :Jangkauan:Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual
misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program
computer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya
media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada
juga yang lebih sesuai untuk pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio,
televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio).Keluwesan :Dari segi keluwesan, media
ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan kapan saja, dan oleh siapa
saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat , dll.Ketergantungan
Media :Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau
hadirnya seorang penyaji/guru.Kendali / control :Kadang-kadang dirasa perlu agar
control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar individu), pada guru ( pelajaran
klasikal ) , atau peralatan.Atribut :Penggunaan media juga dapat dirasakan pada
kemampuanya memberikan rangsangan suara, visual, warna maupun gerak.Biaya :Alasan
lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau
pembuatanya .Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang,
gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau
transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan menggunakan alat
yang disebut “overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya dengan semua jenis
media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan untuk membesarkan bayanganya di layar
atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar proyeksinya dapat mendukung . Oleh
sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan seminar, lokakarya, pengajaran maupun
latihan yang melibatkan kelompok sasaran yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang.
Selebihnya mungkin perlu ditunjang dengan sarana “sound system“ yang memadai
karena keterbatasan jangkauan suara pengajar. Untuk dapat menggarap maupun
memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT
mempunyai kelebihan- kelebihan dan kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan
dalam perencanaannya.
Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaranNasution (1987)
menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat
pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad
ke lima belas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan
fotografi mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita
melihat dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti .
Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes
terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video
recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua
kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media
komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap
hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan
digunakan setiap waktu diperlukan .Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan
dalam media komunikasi itu bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang
peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang
lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek
kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa .
Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas
20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam
waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh
Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan
digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui
pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai
media komunikasi bagi pendidikan.Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang
diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui
televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV
misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari
pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .Penggunaan alat media dalam
pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika
Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar,
sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya.
Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis
oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran
berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi
sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam
proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada
perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan
dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di
Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem
evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi
pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni
sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses
belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang
pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar
itu.Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan
internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-
alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan
secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat
dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning
“atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti
buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya.
Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan
sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya
segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual
dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran
berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode
yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber)
berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-
sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa
sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-
lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus
diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi,
komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar
.Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan
merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari
produk program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft
office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.
Diposkan oleh INDONESIAKU di 23:39

Media Pembelajaran Audio Visual

Media Pembelajaran
Audio Visual

Pada bagian ini dibahas media pembelajaran audio visual yang terdiri atas media dengar
(audio), media pandang (visual) dan media pandang dengar (audio visual).

Bab 10
Media Dengar

Tujuan Khusus
Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan akan mampu:
1. Menjelaskan manfaat penggunaan media radio. 2. Menjelaskan keterbatasan
penggunaan media radio. 3. Menjelaskan langkah-langkah penggunaan media radio.
4. Menjelaskan macam-macam program radio. 5. Menjelaskan cara menyusun naskah
siaran radio yang baik. 6. Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan Audio Cassete Tape
Recorder (ATR) sebagai media pembelajaran. 7. Menjelaskan cara penggunaan dan
rekaman pada Audio Cassete
Tape Recorder. 8. Mejelaskan cara menyusun sebuah naskah-naskah rekaman pada
Audio Cassete Tape Recorder.

MEDIA DENGAR

Yang dimaksud dengan Media Dengar (Media Audio) adalah alat media yang isi
pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran saja. Pada penggalan ini berturut-
turut dibahas Media Dengar yaitu Radio Rekaman Suara (Audio Cassete Tape Recorder).
Perkembangan komunikasi suara sebenarnya telah melalui sejarah yang lama.Dalam
tahun 1844, Samsul F.B.Morse mengirim berita lewat kawat dari Baltimore ke
Washington, maka lahirlah Telegrafi. Kemudian Alexander Graham Bell berpikir “Kalau
bunyi bisa di-salurkan melalui kawat, mengapa suara tidak?”. Maka pada tanggal 14
pebruari tahun 1875 untuk pertama kali Bell melakukan percakapan lewat telepon. Dan
sejak Guglielmo Marconi untuk pertama kali dalam tahun 1896 mengirim dan menerima
pesan (suara) tanpa kawat. Sembilan tahun kemudian suara manusia dapat disiarkan
keseluruh dunia melalui radio. Demikian pula pemakaian alat perekam suara pemakaian
alat perekam suara baru di-mulai sejak tahun 1877, ketika Thomas Edison menemukan
phonograf. Kemudian melalui alat inilah orang merekam suara melalui piringan hitam
berkat kemajuan teknologi, kini orang dapat pula merekam suara dengan alat perekam
suara yang disebut “Caseete Tape Recorder”. Dengan alat terakhir ini kita dapat
memperoleh beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh alat perekam suara yang ada
sebelumnya.

A. R a d i o

Penggunaan radio sebagai media pendidikan, terutama media pendidikan massa tidak
perlu diragukan lagi peranannya. Hal ini disebabkan karena radio dapat memiliki daya
jangkauan yang luas dan perlu kita sadari pula bahwa dewasa ini lebih dari seperdua
penduduk dunia tidak dapat membaca dan menulis, tetapi dapat mendengarkan dan
mengerti secara efektif penjelasan-penjelasan dengan bahasa lisan, yaitu melalui radio.
Radio adalah suatu alat komunikasi elektro magnetik untuk mengirim dan menerima
pesan suara dengan menggunakan sistem gelombang suara melalui udara.
1. Beberapa keuntungan penggunaan radio bagi pendengarnya. (a) Berita yang langsung
dan up to date.
Berita radio umumnya adalah berita yang langsung dan up to date. Hal ini jika
dibandingkan dengan buku-buku teks yang sering kali tidak sesuai lagi dengan kenyataan
yang ada pada waktu itu, selain memperkaya pengalaman-pengalaman dalam bidang-
bidang tertentu, misalnya pendidikan, ekonomi, pembangunan, politik, dan sebagainya.
(b) Mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu, serta memperkaya
pengalaman. Dengan radio dapat mendengarkan kejadian-kejadian ditempat yang jauh,
kejadian-kejadian masa lampau maupun kejadian-kejadian yang akan datang. (c)
Realistik dan authentik
Mendengarkan siaran mengenai kejadian atau peristiwa akan riil dibandingkan dengan
membaca tentang peristiwa atau kejadian yang sama. Disamping itu siaran radio
dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya, sehingga berita-beritanya dapat
dipertanggungjawabkan. (d) Dapat mempengaruhi emosi dan megembangkan imajinasi.
Pendengar dapat tersentuh perasaannya terhadap hal-hal yang disiarkan melalui radio.
Baik yang menyenangkan, mengharukan, maupun menakutkan. Misalnya berita duka dan
ceritera-ceritera melalui sandiwara radio. Peristiwa, kejadian, maupun ceritera dalam
radio juga mengembangkan daya imajinasi pendengarnya. (e) Murah dan mobil.
Ditinjau dari segi harga, pesawat penerima radio relatif murah dan terjangkau oleh
sebagian besar masyarakat. Di samping itu pesawat yang kecil dan ringan tersebut mudah
untuk dibawa kemana-mana, misalnya mendengarkan radio sambil rekreasi.
2. Keterbatasan penggunaan radio
(a) Merupakan komunikasi satu arah.
Bagi pendengar yang melalui pesawat penerima suka untuk mengadakan balikan
langsung kepada pemberi pesan. Memang dapat saja pendengar mengadakan balikan
melalui telepon atau surat menyurat (balikan tertunda). (b) Menuntut pemusatan
perhatian
Pendengar terbatas daya perhatiannya terhadap hal-hal yang hanya didengarkan saja. (c)
Terikat oleh alat pemancar dan jadwal siaran
Ada radio yang daya jangkauan siarannya terbatas pada radius tertentu saja, tetapi ada
juga yang jangkauan siarannya sangat luas, walaupun demikian dapat terjadi juga
gangguan yang disebabkan cuaca dan gangguan teknis yang lainnya. Untuk mendapatkan
pesan tertentu, pendengar harus menunggu jadwal hari dan jam siaran. (d) Tidak dapat
diulang dengar
Karena radio merupakan sarana menyampaikan program yang hanya satu kali didengar,
akibatnya ialah tidak dapat diulang dengar dan diluar kontrol pendengar. (e) Hanya dapat
didengar saja
Karena radio hanya memberikan kesan indera saja, maka kesan pengalaman yang
diperoleh kurang lengkap dan menyeluruh.
3. Penggunaan program siaran radio sebagai bahan pelajaran
Apabila guru ingin memanfaatkan program siaran radio sebagai bahan pelajaran di kelas,
pada umumnya dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Langkah
Persiapan (a) Guru menentukan tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai/
diperoleh anak setelah mengikuti kegiatan mendengarkan siaran. (b) Tugas-tugas apa saja
atau pertanyaan-pertanyaan apa saja yang akan ditemukan jawabannya melalui
mendengarkan siaran. (c) Periksa kondisi alat yang akan digunakan, apakah semua dalam
keadaan normal. (d) Guru hendaknya dapat memotivasi anak untuk bersikap, bahwa
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui mendengarkan secara teliti dan kritis adalah
merupakan bagian dari proses pengembangan pribadi anak. (e) Persiapan berbagai bahan
tentang siaran (kalau ada), misalnya buku petunjuk, buku pegangan dan kalau mungkin
bahan penyerta siaran.
(2) Langkah penerimaan (a) Guru hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas yang
memungkinkan siswa dapat mendengarkan dengan baik. (b) Bantulah siswa agar jangan
sampai lupa dengan tugas yang telah direncanakan semula pada saat murid
mendengarkan dengan teliti dan kritis. (c) Guru dapat pula membantu dengan membuat
catatan-catatan atau menulis kata-kata baru yang sulit dimengerti oleh siswa.
(3) Langkah lanjut/follow up (a) Kegiatan apa pun tidak akan dapat diketahui tingkat
keberhasilannya bila dievaluasi. (b) Beritahukan kepada siswa tentang tingkat
keberhasilan yang telah dicapainya, agar menjadi motivasi untuk mengikuti program
berikutnya. (c) Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi jalannya program
mendengarkan radio, apakah kebaikan dan kekurangnnya, misalnya guru menyediakan
format balikan yang tinggal mengisi dengan memberikan tanda cek (V) pada point
yang sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung atau telah diikuti. (d) Rencanakan
program berikutnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hasil balikan yang telah
ada.
4. Penggunaan Radio Pendidikan sebagai media belajar jarak jauh.
Belajar jarak jauh (BJJ) adalah merupakan sistem belajar mengajar di mana antara siswa
dan guru tidak terjadi komunikasi langsung secara tatap muka atau komunikasi langsung
secara tatap muka tersebut terjadi sangat terbatas. Karena komunikasi langsung guru-
siswa tidak terjadi sebanyak-banyaknya, perlu ditempuh cara komunikasi yang lain, yaitu
komunikasi dengan alat media.
Peserta program BJJ memungkinkan untuk belajar/ mengikuti program belajar tanpa
meninggalkan tempat pekerjaan-nya atau tempat dimana ia berdomisili. Beberapa
program yang menggunakan media belajar jarak jauh antara lain ialah paket belajar yang
berupa modul, radio pendidikan, televisi, kaset suara, slides suara, film, strip suara film.
Khususnya penggunaan radio sebagai media belajar jarak jauh antara lain telah
dilaksanakan di negeri kita pada Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT). Hal ini
dimungkinkan beberapa pertimbangan akan keuntungan penggunaan radio sebagai media
belajar jarak jauh, yang antara lain adalah: (1) daya jangkauan yang luas terutama untuk
daerah pedesaan atau daerah yang terpencil, (2) penghematan biaya pendidikan serta (3)
pemerataan kualitas pendidikan dan keseragaman informasi.
Dalam penyelenggaraan program radio pendidikan dikenal beberapa macam format
program radio pendidikan, yang antara lain yaitu: (1) Single vocing (suara tunggal), (2)
Dialog, (3) Program majalah (magazine program), (4) Feature dan (5) Drama radio.
Format program radio pendidikan ditentukan antara lain oleh (1) tujuan yang ingin
dicapai, (2) bahan yang akan disajikan, (3) pendengar yang akan mendengarkan program
itu, (4) kemampuan penyusun program, dan (5) fasilitas yang ada.

Berikut ini dijelaskan beberapa format progam radio pendidikan yaitu:


(1) Single Voicing (suara tunggal)
Suatu program radio yang disampaikan hanya lewat satu suara manusia disebut format
“Single Voicing” atau suara tunggal. Penulis naskah untuk program dalam format suara
tunggal. Penulis naskah untuk program dalam format suara tunggal harus mengikuti cara
dan prinsip-prinsip seperti: (a) harus digunakan bahasa lisan, (b) kalimat-kalimat yang
sederhana yang tidak terlalu panjang, dan (c) harus ramah. Dalam single voicing ini
terdapat juga suatu bentuk yang disebut narasi (narration).
(2) Dialog
Suatu program yang disusun dalam format dialog yaitu percakapan antara dua orang atau
lebih. Dengan dialog kita dapat menyampaikan suatu pesan dengan lebih mudah untuk
dimengerti. Kecuali itu dengan dialog kita dapat menunjukkan kepada pendengar apa
yang terjadi, dimana kejadian itu berlangsung, mengapa itu terjadi, pada hal apa yang
terjadi dan siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu. Agar kita dapat membuat program
radio dalam bentuk dialog yang baik, kita harus memperhatikan bagaimana orang
berbicara, menjawab pertanyaan, dan mengajukan pendapat dalam bercakap-cakap.
Bagaimana orang berbicara dalam kehidupan sehari-hari inilah yang dijadikan dasar
dalam menyusun naskah dialog untuk program radio pendidikan.
(3) Program Majalah (Magazine Programme)
Suatu program radio yang penting dan menarik juga ialah yang disebut “Magazine
Programme” atau sering disebut “Majalah Udara”. Kata “magazine” berasal dari kata
Arab “Makhsan” yang berarti “gudang” sebuah tempat untuk menyimpan bermacam-
macam benda. Majalah berarti juga sebuah publikasi yang berisi bermacam-macam
artikel yang ditulis oleh berbagai macam penulis. Program majalah pada radio merupakan
suatu program dengan bermacam-macam topik dalam bentuk bermacam-macam juga
seperti talk, sanjak, ceritera, atau pun lagu. Namun bahan atau isi program itu harus
dipilih, disusun dengan perencanaan yang tepat dan teliti. Bahan untuk program majalah
dapat diambil dari banyak sumber antara lain dari: (a) Hasil interview dengan tokoh-
tokoh yang menarik (b) Majalah atau surat kabar (c) Bagian dari pidato-pidato yang
sudah direkam (d) Ceritera pendek atau novel (e) Musik yang khusus direkam atau dari
piringan hitam (f) Drama pendek atau (g) Dari buku-buku atau sumber-sumber lainnya

(4) Feature
Feature dan program majalah mempunyai banyak persamaan. Perbedaan yang pokok
ialah program majalah mempunyai dua tema atau lebih dalam satu cara, sedangkan
feature program biasanya terbatas satu thema dan seluruh waktu dan dalam acara tersebut
digunakan untuk membahas thema tersebut. Tujuan feature ialah memberikan pendapat
dan penerangan melalui penggunaan suara/ bunyi, baik di studio maupun di luar studio,
baik langsung maupun dalam bentuk interview atau diskusi. Feature mempunyai dasar
yang lebih luas daripada program majalah. Karena feature membatasi dirinya ada satu
tema saja, maka subyeknya dapat dibahas secara lebih luas, dari sudut yang lebih banyak,
jadi penjelasan dapat diberikan secara lebih mendalam.
(5) Drama Radio
Salah satu bentuk program yang menarik adalah drama radio. Drama radio tidak sama
dengan drama pentas. Drama radio hanya menggunakan suara untuk menyajikan ceritera,
sedangkan drama pentas di samping menggunakan suara juga menampilkan pemainnya
dengan tata rias, tata lampu, dan lain-lainnya yang dapat dilihat untuk mementaskan
drama tersebut. Suara yang digunakan dalam drama radio ialah suara manusia, musik dan
efek suara (sound effect). Dasar dari penulisan drama radio biasanya sebuah ceritera,
misalnya ceritera pendek.
Menulis sebuah ceritera sebenarnya menciptakan suatu dunia dalam imajinasi kita.
Dalam dunia imajinasi ini terdapat orang-orang yang mempunyai cara hidup dan
tindakan-tindakan yang menarik pendengar. Kehidupan dan perbuatan orang-orang ini
bergerak dari kejadian yang satu ke kejadian yang berikutnya yang selalu menuju ke
akhir dari ceritera itu. Mana yang terpenting di antara “Setting”, “Character”, dan “plot”
adalah tidak tentu. Yang pasti adalah bahwa ketiganya harus selalu ada di dalam sebuah
ceritera. Oleh karena itu apabila kita mempunyai suatu ide ceritera yang baik, kita harus
mengerjakannya dengan terinci setting, pelaku, pelaku, dan plotnya supaya menjadi
ceritera yang menarik.
Perlu diingat bahwa pendengar drama radio selalu mengharapkan sesuatu akan terjadi,
sehingga ia akan terus mendengarkan program ceritera drama radio itu.
B. Audio Cassete Tape Recorder (ATR)

Sejak ditemukan phonopgraph oleh Thomas Edison tahun 1877, sebagai alat perekam
suara. Kemudian berkembanglah alat perekam suara yang disebut piringan hitam. Berkat
kemajuan dalam bidang magnetik, optik, dan elektronik, maka sekarang ini telah dapat
dibuat alat perekam suara yang lebih praktis yaitu Magnetic Tape Recorder yaitu
merekam suara melalui pita magnetik yang disebut “Cassete” (kaset). Alat itu disebut
Audio Cassete Tape Recorder (ATR).
Dibandingkan dengan media dengar yang lain, maka media kaset memiliki beberapa
kelebihan, yaitu: (1) Memiliki fungsi ganda yang efektif.
Alat ini dapat digunakan untuk merekam, menampilkan kembali (play back) dan
menghapusnya. Semuanya dapat dilakukan melalui satu alat tersebut. (2) Cepat dan
praktis
Play-Back dapat segera dilakukan begitu selesai rekaman pada mesin yang sama.
Kelebihan ini tidak dimiliki oleh piringan hitam. (3) Dapat diputar berulang-ulang tanpa
mempengaruhi volume.
Bahkan dapat dihentikan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Misalnya diselingi
diskusi, tanya jawab dan kemudian mendengarkan kaset kembali. (4) Dapat digunakan
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan atau dengan kata lain jadual dapat diatur sendiri
oleh pemakai. (5) Mudah diperbanyak/direproduksi
Untuk memperbanyak rekaman kaset yang sama kualitasnya dengan kaset aslinya tidak
memerlukan waktu yang lama, bahkan lebih cepat dari pada waktu yang digunakan untuk
merekam. (6) Mudah menggunakannya
Karena tidak memerlukan keterampilan teknis yang rumit, maka murid maupun guru, di
sekolah maupun di rumah dapat membuat rekaman sendiri, cukup dengan sedikit
mempelajari petunjuk-petunjuk praktis.
b. Keterbatasan media kaset suara
Beberapa keterbatasan media kaset suara antara lain ialah: (1) Rekaman hanya
memberikan “konsumsi suara” saja. Dewasa ini telah ada alat perekam suara dan rupa
sekaligus pada suatu mesin yang disebut Video Cassete Recorder. (2) Komunikasi hanya
satu arah
Pendengar tidak dapat berdialog langsung dengan suara yang dikeluarkan oleh pita
rekaman. (3) Pita kaset suara memiliki kekuatan terbatas.
Sebagai alat penyimpan data suara, rekaman kaset memiliki umur tertentu. (4) Tidak
memiliki jangkauan yang luas
Sejauh mana jangkauan dari media kaset suara tergantung dari berapa banyak kaset
tersebut direproduksi dan digunakan oleh para pemakainya.
c. Pengoperasian Audio Cassete Tape Recorder
Untuk mendengarkan (play back) dari ATR dapat kita lakukan hal-hal berikut: (1)
Hubungkan power cord pesawat ke stop kontak.
Perhatikan apakah tegangan listrik yang ada sesuai dengan yang dibutuhkan. Ada pula
ATR yang menggunakan tenaga batterey. (2) Tekan tombol ” Eject” untuk membuka
tempat kaset. Lihat dulu, apakah pita kaset sudah dalam keadaan tergulung dalam
kumparan penyalur. Jika belum, tekan tombol “Rewind” untuk mengembalikan pita kaset
ke dalam kumparan penyalur. (3) Tekan tombol “Play” dan aturlah volume/toone control.
Dengan demikian maka pita kaset berjalan dari kumparan penyalur ke kumparan
penerima. (4) Dalam perjalanan dari kumparan penyalur ke kumparan penerima kaset
menyentuh “head” atau puting suara. Dengan demikian suara akan terdengar melalui
speaker. (5) Jika sudah selesai, tekan tombol “stop”. Tetapi dewasa ini banyak juga
pesawat ATR yang secara otomatis berhenti bila putaran kaset sudah habis (auto stop).
d. Penggunaan rekaman kaset suara
Banyak manfaat yang diperoleh anak dengan menggunakan kaset suara, antara lain ialah:
(1) Komando hitungan untuk pelajaran senam.
Baik dengan hitungan satu, dua, tiga, empat, dan sebagainya maupun dengan iringan
lagu. Dengan demikian guru/pelatih dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-
siswa yang sedang latihan. (2) Latihan mengucapkan kata-kata untuk pelajaran bahasa
asing.
Guru merekam ucapan yang benar, kemudian direkam pula ucapan yang salah dari
seorang murid. Dengan memutar pita, kedua ucapan itu dapat dibandingkan, sehingga
ucapan yang salah itu dapat diperbaiki. (3) Pelajaran berceritera
Ceritera yang bagus direkam, yaitu dengan cara dibacakan oleh guru atau murid yang
pandai membaca. Sesudah itu diputar kembali untuk dapat didengar seluruh anak di
kelas. Dengan demikian akan merangsang anak untuk membuat ceritera yang baik. (4)
Pembacaan puisi.
Pembacaan puisi yang baik yang direkam dapat diputar berulang-ulang dan bila didengar
bersama-sama dengan hidmad akan lebih menggugah jiwa para pendengarnya. Hal ini
akan menambah apresiasi mereka kepada puisi yang baik dan menjadi pendorong untuk
mencoba membuatnya. (5) Sandiwara.
Sandiwara yang baik dapat direkam pula. Baik sandiwara yang dimainkan oleh murid-
murid atau sandiwara radio. Apabila sandiwara tersebut siswa-siswa sendiri yang
membawakan, maka akan memberikan kepuasan dan rasa bangga bagi yang terlibat
dalam sandiwara tersebut. Apabila berasal dari sandiwara radio, maka akan menambah
apresiasi dengan sandiwara yang baik pula. (6) Menari
Seperti halnya senam, pelajaran menari pun dapat diiringi dengan lagu-lagu atau gending-
gending yang sudah direkam terlebih dahulu, hal ini disamping menghemat tenaga, guru
dapat mencurahkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang sedang berlatih. (7) Diskusi
Banyak diskusi yang bermutu dilupakan begitu saja, karena sukar untuk membuat
rangkumannya dengan teliti. Alangkah baiknya jika diskusi yang bermutu itu direkam
untuk didengar kembali dan dimanfaatkan. (8) Mengiringi slide.
Keterangan atau komentar untuk mengiringi slide yang tidak bersuara dapat direkam
pada pita kaset, kemudian pada saat slide yang bersangkutan diproyeksikan, sehingga
suara sinkron dengan gambar di layar.

Kerjakan tugas-tugas ini dalam buku kerja!


1. Sesuai dengan fungsinya yang sangat menonjol sebagai
mengkomunikasi pendidikan, radio sering disebut dengan
“one way traffict communication”. Apa maksudnya?
Mengapa disebut demikian? Jelaskan! 2. Sebagai media pendidikan radio memiliki
beberapa kelebihan
yang cukup berarti dibanding dengan media lain, di samping
terdapat keterbatasan-keterbatasan tertentu. Coba anda jelaskan
kelebihan dan keterbatasan manakah yang terdapat pada radio? 3. Bilamana radio
digunakan sebagai media pembelajaran?
4. Jika anda ingin memanfaatkan program siaran radio sebagai
bahan pelajaran di kelas, langkah-langkah manakah yang perlu
diperhatikan? 5. Ada beberapa aspek yang sangat menentukan dalam penyusunan
format program siaran radio pendidikan, terangkan dengan jelas! 6. Didalam
penyelenggaraan program siaran radio pendidikan
yang baik diharapkan adanya komponen program yang baik
pula. Jelaskan dengan singkat formulasi isi/bobot setiap program
tersebut? 7. Setelah anda memahami keberadaan radio dilihat dari berbagai
aspeknya, lanjutkan dengan mengadakan observasi langsung ke
stasiun radio amatir yang ada di sekitar anda. (Buatlah sebuah
catatan atau laporan singkat tentang apa saja yang sempat anda
amati). 8. Mungkin anda tidak asing lagi dengan alat yang disebut Audio
Cassete Tape Recorder (ATR). Sebagai salah satu media dengar
yang cukup menunjang dalam pembelajaran, ATR memiliki
kelebihan dan keterbatasan tertentu yang juga dimiliki oleh
media dengar lainnya. Jelaskan apa kelebihan dan keterbatasan
yang terdapat pada ATR? 9. Untuk menjaga agar ATR terpelihara dengan baik, maka
didalam pengoperasiannya diperlukan cara-cara yang baik pula.
Coba anda terangkan bagaimana cara pengoperasian alat tersebut
secara efektif? (baik dalam play back maupun untuk rekaman
kaset suara). 10. Jelaskan dengan singkat bagaimana cara menyusun suatu
naskah untuk direkam kaset pada ATR? 11. Setelah anda memahami dengan baik tentang
ATR, dalam
prinsip dan teknik operasional, lanjutkanlah dengan
mengadakan praktek.(Bila ada sesuatu yang perlu didiskukan
catatlah).

Bab 11
MEDIA PANDANG
TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari/mengerjakan bagian ini anda diharapkan dapat: 1. Menjelaskan


fungsi dan cara penggunaan OHP. 2. Menjelaskan karakteristik OHP. 3. Menjelaskan
cara membuat transparansi untuk OHP.
4. Menjelaskan kegunaan opaque projector. 5. Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan
opaque sebagai media
pembelajaran. 6. Menjelaskan cara penggunaan opaque projector yang baik. 7.
Menjelaskan kelebihan dan keterbatasan slide sebagai media
pembelajaran. 8. Menjelaskan cara membuat dan menggunakan projector slide. 9.
Menjelaskan keuntungan dan kelemahan penggunaan film
rangkai sebagai media pembelajaran.
10. Menjelaskan cara membuat dan menggunakan film rangkai. 11. Menjelaskan macam-
macam motion picture film.
12. Menjelaskan keuntungan dan keterbatasan motion picture film
sebagai media pembelajaran.
13. Menjelaskan cara menggunakan projector film (motion picture
film).
14. Menjelaskan jenis-jenis film.
15. Menjelaskan langkah-langkah dalam pembuatan film
pendidikan. 16. Mengoperasikan projector film slide, film rangkai, dan film
loop.

Media Pandang

Konotasi media pandang dalam pengajaran memiliki pengertian yang sangat luas, karena
pada dasarnya media pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran hampir semuanya
dapat dinikmati oleh indera penglihatan kita. Dalam bahasan ini media pandang yang
dimaksud, adalah media yang penampilan materialnya dengan menggunakan alat
proyeksi atau proyektor, karena melalui media ini perangkat lunak (soft ware) yang me-
lengkapi alat proyeksi ini akan dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai de-
ngan materi yang diinginkan.
Berdasarkan fungsi penggunaannya media pandang hasil bias elektronik dapat
diklasifikasikan menjadi media pandang tak bergerak (diam) ialah media yang dapat
menampilkan atau membiaskan gambar diam pada layar, seperti: Overhead Projector
(OHP), Opaque Projector, Slides dan Film Strip. Sedangkan media pandang yang
bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan
yang dapat bergerak di layar bias, seperti: bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh
motion picture film dan loop film.
Masing-masing media, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak dilihat
penggunaannya tak lepas dari kelebihan dan keterbatasan yang ada, tergantung pada
situasi dan kondisi pengoperasiannya. Secara terinci bahasan tentang karakteristik alat-
alat elek-tronik yang tergolong dalam kategori media pandang bergerak maupun tak
bergerak akan dijelaskan pada bagian berikut. Disamping itu akan disinggung pula secara
singkat bahasan mengenai Micro Projecttion, Micro Film, dan Micro Card.
1. Overhead Projector (OHP) dan Transparansi
Overhead Projectore (OHP) adalah alat pembias/proyeksi yang dirancang sedemiki-an
rupa, sehingga bahan yang berbentuk transparansi (tembus cahaya) dapat dibiaskan ke
layar bias. OHP mula-mula sekali dibuktikan faedahnya dalam program latihan angkatan
bersenjata di Amerika Serikat waktu Perang Dunia ke II sedang berkecamuk. Pemimpin-
pemimpin militer waktu itu cepat menanggapi nilai penggunaan alat-alat Audio-visual
untuk pendidikan tentara. Alat ini dapat memproyeksikan tulisan, gambar, bagan, grafik,
dan peta secara besar, sehingga dapat dilihat oleh sekelompok orang yang besar pula jum-
lahnya, disamping fungsi yang lain yaitu sebagai pengganti papan tulis. Bahan-bahan
yang diproyeksikan hendaknya yang tembus cahaya (transparan), karena itu sering
disebut trans-paransi. Apabila kita meletakkan benda-benda kecil yang tidak tembus
cahaya, maka akan diperoleh bayangan (silhouete) dari bentuk benda tersebut pada layar.
a. Kelebihan penggunaan OHP
Beberapa keistimewaan penggunaan OHP dalam mengajar antara lain yaitu:
(1) Dapat ditempatkan di muka kelas, dekat dengan guru/ operator dan guru dapat selalu
beradu pandang dengan murid, sehingga mudah untuk mengawasi keaktifan kelas.
(2) Mudah menggunakannya, karena tidak memerlukan operator pembantu dan
ketrampilan teknis yang rumit.
(3) Tidak memerlukan ruangan yang gelap, sehingga murid dapat mencatat hal-hal yang
dianggap penting.
(4) Gambar atau tulisan yang diproyeksikan ke layar lebih besar, sehingga lebih jelas jika
dibandingkan dengan tulisan guru pada papan tulis.
(5) Bahan transparansi dapat dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pelajaran dan bila
perlu dapat disimpulkan untuk digunakan di waktu yang akan datang.
(6) Guru dapat juga langsung menulis pada transparansi yang masih kosong, dengan
demikian OHP berfungsi sebagai pengganti papan tulis.
(7) Dapat dipakai untuk kelompok besar atau kelompok kecil murid-murid.
(8) Benda-benda kecil (tidak transparan) dapat diproyeksikan hanya dengan
meletakkannya di atas alas kaca OHP, dengan tujuan untuk mengenalkan bentuk benda,
meskipun hasilnya hanya berupa bayangan atau “silhouete”.
b. Beberapa keterbatasan penggunaan OHP. (1) Jika penempatan proyektor tidak tepat,
maka kepala OHP dapat menghalangi garis pandangan siswa.
(2) Memerlukan tenaga listrik yang cukup besa, sedangkan di daerah-daerah di Indonesia
belum seluruhnya berlistrik.
(3) Alat ini masih dirasakan sebagian besar sekolah sebagai media yang mahal, termasuk
suku cadang lampunya, transparansi dan alat tulisnya.
(4) Kekuatan lampu OHP terbatas, yaitu berumur antara 50 jam sampai 90 jam pakai.
c. Cara menggunakan OHP.
Sebelum dibahas tentang bagaimana cara menggunakan OHP terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana bentuk OHP dan bagian-bagian dari alat itu, sehingga dapat
diketahui bagaimana cara kerja dari pada alat itu.Walaupun OHP sekarang telah banyak
bentuk dan tipenya, secara umum bentuk dan bagian-bagiannya terdiri atas:
1. Cermin cekung/reflektor 2. Lampu proyektor 3. Tombol ON/OFF 4. Lensa Fresnel
5. Alas kaca tempat meletakkan transparansi
6. Kepala OHP 7. Layar 8. Pengatur Fokus
9. Ventilasi udara
Secara umum cara bekerja OHP dapat dijelaskan berikut ini. Setelah OHP diletakkan
pada tempat yang benar dan kabel “power” telah dihubungkan dengan sumber listrik
(ingat voltage pada sumber listrik harus sesuai dengan yang dibutuhkan) bukalah tombol
“ON” maka menyalalah lampu proyektor dari jenis lampu Quartziodine dengan kekuatan
600 watt dan tegangan 110V atau 220 V. Selama lampu ini menyala secara oto-matis
kipas angin akan berputar melalui ventilasi yang tersedia untuk mendinginkan atau
menahan lampu supaya tidak lekas panas. Jadi cahaya dari lampu proyektor (2)
dipantulkan oleh relfektor (1) ke arah lensa (4) yaitu yang disebut Lensa Fresnel, yaitu
sebuah lensa kondensor yang mengumpulkan sinar ke arah lensa obyektif yang terdapat
pada kepala OHP (6), melalui cermin pemantul yang terdapat pada kepala OHP dengan
sebuah lensa obyektif, maka sampailah gambar itu ke layar (7). Untuk memperoleh
gambar yang bagus dapa diatur melalui pengatur focus (8).
Adapun cara atau langah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan OHP ialah: (1) Tempatkan OHP di muka kelas dengan kepala proyektor
menghadap ke layar atau dinding depan kelas.
(2) Aturlah pemasangan sedemikian rupa, sehingga tidak ada siswa yang terhalang pan-
dangannya oleh kepala proyektor.
(3) Jarak OHP dengan layar tergantung pada berapa besar gambar yang dikehendaki atau
besar layar yang tersedia. Sebagai pedoman saja apabila jarak proyektor-layar 1,50 m
menghasilkan gambar pada layar 1x 1 m, sedangkan jarak proyektor – layar 3 m
diperoleh gambar 2 x 2 m dan tinggi layar dari lantai kelas minimal adalah 1 m.
(4) Apabila tegangan listrik yang ada sudah sesuai dengan yang dibutuhkan, maka kabel
power tenaga listrik dapat dihubungkan.
(5) Letakkan transparansi pada alas kaca proyektor dalam posisi yang dapat dibaca oleh
guru/operator yang menghadap siswa.
(6) Tekan tombol ON untuk menyalakan lampu proyektor. Jika gambar atau tulisan yang
diproyeksikan masih kabur, dapat dipertajam dengan cara memutar tombol pada tangkai
kepala proyektor, yaitu tombol pengatur focus.
(7) Perlu diketahui ada jenis/merk OHP yang bertombol tiga, misalnya merk Gakken.
Apabila menggunakan OHP jenis ini, pertama ialah menekan tombol ke dua untuk
menya-lakan lampu proyektor, sedangkan tombol ke tiga berfungsi untuk menambah
terangnya lampu bila gambar atau tulisan pada layar masih dianggap kurang jelas.
Demikian pula bila selesai menggunakan, pertama yang dimatikan adalah tombol lampu
dan baru kemudian tombol kipas bila proyektor sudah cukup dingin. Untuk proyektor
yang otomatis kipas angin akan berputar waktu proyektor digunakan dan kipas akan
berhenti sendiri apabila sudah cukup dingin setelah dipakai.
(8) Pada waktu kita menambah penjelasan secara lisan yang tidak berhubungan langsung
dengan gambar atau tulisan pada transparansi, maka OHP harus dimatikan (tekan tombol
OFF). Hal ini perlu dilakukan untuk menghemat lampu proyektor disamping kekuatannya
terbatas juga mudah putus. Oleh karena itu waktu OHP menyala dilarang keras mengge-
rakkan/memindahkan OHP. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai bola
lampu tersentuh tangan secara langsung atau terkena benda berminyak, karena dapat
menyebabkan terputusnya lampu tersebut.
d. Mengajar dengan transparansi OHP.
Penggunaan transparansi OHP dalam mengajar dapat memperbaiki penampilan
(performance) guru dalam proses belajar mengajar. Tentu saja apabila cara
penggunaannya tepat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal yang berkaitan
dengan penggunaan transparansi OHP antara lain ialah: (1) Siapkanlah transparansi yang
akan digunakan dalam mengajar dalam urutan yang teratur sesuai dengan langkah-
langkah sajian yang telah direncanakan. (2) Gunakanlah alat petunjuk atau pensil untuk
menarik perhatian siswa terhadap bagian-bagian penting yang sedang dijelaskan. Dengan
cara demikian akan memberikan bayang-an bergerak pada layar.
(3) Tambahkan garis dengan menggunakan spidol transparansi yang dapat dihapus (water
base) pada bagian-bagian yang dianggap penting, agar lebih memberikan tekanan ter-
hadap apa hal-hal yang sedang dijelaskan.
(4) Gunakanlah selembar kertas atau kertas manila untuk menutup seluruh atau sebagian
transparansi untuk mengatur bagian visual dari pada penyajian pelajaran.
(5) Untuk mengerjakan suatu pertumbuhan atau proses perkembangan sesuatu, dapat di-
gunakan teknik “overly” atau teknik menumpuk.Teknik ini dapat menunjukkan suatu
pro-ses dengan menambahkan transparansi satu demi satu sambil menjelaskan, sehingga
selu-ruh transparansi merupakan bagan proses yang utuh.
(6) Apabila menggunakan transparansi kosong yang digunakan sebagai pengganti fungsi
papan tulis, maka gunakan spidol transparansi yang non permanen (water base). Biasanya
OHP sudah dilengkapi dengan alat penggulung transparansi. Transparansi yang telah
ditulis dan dibaca siswa gulunglah ke arah depan. (7) Apabila guru menggunakan
transparansi buatan pabrik (transparansi siap pakai), dan ingin menambahkan tambahan
keterangan dengan tulisan, maka taruhlah transparansi kosong diatasnya dan tulisi sesuai
dengan kebutuhan.
(8) Lebih ideal apabila transparansi yang kita gunakan semua adalah transparansi yang
isinya permanen dan akan digunakan untuk berkali-kali. Disamping penyimpanannya
akan lebih rapi, pada bingkai tersebut kita dapat menuliskan katalog atau kode tertentu.
(9) OHP dapat pula dipakai untuk membandingkan berbagai bentuk benda yaitu dengan
teknik bayangan. (10) Dapat pula untuk memperlihatkan suatu proses percobaan
sederhana. Misalnya memperlihatkan serbuk besi yang dipengaruhi oleh berbagai jenis
magnit, me-nunjukkan proses bercampurnya berbagai macam warna dalam air, dengan
cara meneteskan dua atau tiga macam tinta yang berbeda warnanya pada air yang ditaruh
pada tempat yang transparan dan percobaan-percobaan yang lainnya.
e. Membuat Transparansi OHP
Ada dua cara untuk membuat transparansi OHP yaitu:
Pertama, yaitu dengan menggunakan mesin pembuat transparansi (transparancies maker)
yang bekerjanya seperti mesin foto copy. Ke dua, yaitu dengan membuat sendiri dengan
menggunakan spidol tertentu.
Beberapa hal yang perlu diketahui dalam menyiapkan transparansi buatan sendiri ialah:
(1) Bahan yang ditulis adalah bahan yang transparan seperti plastik, asetate film dan
bahan tembus cahaya yang lain.
(2) Alat tulis yang dipakaipun bermacam-macam, ada yang dapat dihapus dengan mudah
(water base), dan yang dapat dihapus dengan menggunakan alkohol atau spiritus dan ada
yang tidak dapat dihapus. (3) Pilihlah alat-alat tulis tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Apabila transparansi yang akan dibuat akan dipergunakan berkali-kali gunakanlah spidol
yang permanen, sebaliknya bila untuk sementara saja gunakanlah spidol yang tidak
permanen.
(4) Disamping alat-alat tulis tersebut, dapat pula digunakan lembaran film transparan
untuk mewarnai gambar atau membuat bayangan yang tidak hitam, tetapi sesuai dengan
warna yang dikehendaki.
(5) Satu lagi perlengkapan transparansi OHP yaitu bingkai. Bingkai OHP dapat dibuat
sendiri atau membeli di toko.

2. Opaque Projector

Yang dimaksud dengan Opaque Projector ialah alat proyeksi yang dapat mempro-
yeksikan benda-benda atau bahan yang tidak tembus cahaya seperti gambar, photo,
tulisan bahkan benda asli yang berukuran kecil yang dapat ditempatkan pada alat tersebut
dapat diproyeksikan pula. Istilah “opaque” atau bahan Opaque adalah semua bahan yang
tidak tembus cahaya (non transparan). Dengan menggunakan proyektor ini gambar/
bayangan yang diperoleh pada layar akan lebih besar dan dengan demikian akan lebih
menarik untuk kelompok besar anak, asalkan ruangan betul-betul gelap. Jika guru ingin
menyajikan gambar atau bagan yang rumit dalam sebuah buku, maka guru cukup
menem-patkan buku/gambar tersebut pada proyektor ini.
a. Manfaat dan keuntungan menggunakan proyektor Opaque. (1) Gambar atau bahan
yang tadinya hanya dapat dinikmati oleh sekelompok orang yang berjumlah besar.
(2) Dapat memproyeksikan bahan-bahan yang tidak tembus cahaya.
(3)Menghemat waktu dan tenaga guru, karena bahan-bahan asli dari buku, benda asli
(asal berukuran kecil), gambar/photo dan peta dari buku atlas langsung dapat
diproyeksikan. (4) Mudah menggunakan dan dapat dipakai untuk pelajaran apa saja.

b. Beberapa kelemahan penggunaan Proyektor Opaque (1) Karena ruangan harus gelap,
guru sukar untuk melihat reaksi murid dan murid pun tidak dapat mencatat hal-hal yang
dianggap penting. (2) Apabila ventilasi tidak diatur dengan baik, maka tuangan menjadi
panas dan akan mengganggu perhatian siswa. (3) Jika guru tidak mempunyai operator
pembangu sukar untuk menerangkan gambar sambil menunjuk pada layar. Karena jarak
antara letak proyektor dengan layar cukup jauh.
c. Cara menggunakan proyektor Opaque
Untuk mendapatkan gambaran tentang bentuk, bagian-bagian dan cara kerja proyektor ini
terlebih dahulu perhatikanlah gambar berikut ini. Bagian-bagian proyektor Opaque terdiri
atas:
A. Lampu proyektor
B. Alas tempat bahan Opaque C. Cermin pemantul
D. Lensa proyeksi E. Layar
Dengan bagan sederhana di atas dapat dijelaskan cara bekerjanya sebagai berikut: (1)
Lampu proyektor (A) sebagai sumber cahaya memantulkan cahaya ke permukaan alas
tempat bahan Opaque (B). (2) Benda atau bahan Opaque tersebut karena kekuatan cahaya
lampu direfleksikan oleh cermin pemantul (C) ke arah lensa proyeksi (D).
(3) Oleh lenca (D) bayangan dari cermin pemantul (C) tadi diteruskan ke layar (E).
Adapun langkah-langkah umum mengoperasikan proyektor Opaque adalah sebagai
berikut: (1) Siapkan proyektor, layar dan bahan Opaque yang akan disajikan dan
tempatkan masing-masing pada tempat yang tepat. (2) Hubungkan kabel power pada
sumber listrik. Periksalah dulu apakah tegangan yang ada pada sumber listrik sesuai
dengan yang dibutuhkan. (3) Nyalakan lampu proyektor (untuk percobaan) dan hidupkan
motor pendingin proyektor. (4) Letakkan bahan yang akan diproyeksikan pada talam/
tempat bahan Opaque, tekan alat pengungkit agar bahan Opaque itu naik. (5) Aturlah
letak gambar serta ketajaman gambar dengan memutar lensa ke kiri atau ke kanan
(pengatur focus). (6) Setelah selesai matikan lampu dan biarkan dulu kipas pendingin
tetap berputar. Setelah cukup dingin baru kipas dimatikan. (7) Cabut kabel yang
menghubungkan proyektor dengan sumber listrik dan kemasi serta simpan semua alat
perlengkapan di tempatnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan proyektor Opaque (1)
Bahan-bahan yang akan diproyeksikan harus sudah diatur menurut urutan sajian yang
akan dilakukan. (2) Proyektor, layar serta segala perlengkapan lain harus sudah
dipersiapkan secara sempurna sebelum murid-murid masuk ruangan kelas. (3) Perhatikan
duduk murid-murid. Jangan sampai ada yang tidak melihat layar dengan jelas. (4) Harus
diingat bahwa pada waktu presentasi ruangan harus betul-betul gelap, agar diperoleh
gambar pada layar yang jelas.
(5) Perhatikan kesegaran ruangan dan ventilasi udara karena dalam ruangan yang gelap
dan panas (dari lampu proyektor dan ruangan yang tertutup) dapat mengganggu
konsentrasi murid. (6) Lebih ideal apabila guru dibantu oleh operator pembantu. Ingat
jarak antaraproyektor dan layar cukup jauh. (7) Guru hendaknya mengarahkan secara
singkat tentang apa tujuan penyajian dan apa yang harus dikerjakan murid pada saat
ruangan masih terang. (8) Adakah evaluasi setelah belajar mengajar berlangsung dan
sebaiknya apa bentuk evaluasi yang akan diadakan sudah diberitahukan sebelumnya. (9)
Adakan tindak lanjut (follow up), misalnya dengan tanya jawab, diskusi dan sebagainya.

3. S l i d e s (Film Bingkai)

Slides adalah bidang transparan yang bergambar. Bidang transparan itu dapat berupa
kaca, plastik jernih atau seluloid. Gambar transparan tersebut kemudian diproyeksikan
melalui alat yang disebut Slides Projector. Gambarnya bisa berupa hasil lukisan tangan,
tetapi pada umumnya merupakan hasil pemotretan yaitu dengan menggunakan film 35
mm khusus untuk membuat slide. Tiap gambar diberi bingkai dan bingkai ini biasanya
sudah dipersiapkan oleh toko yang menjual alat-alat photografi.
Ukuran gambar (frame) pada slide bisa berbeda-beda dan tentu saja berbeda-beda pula
proyektor slide yang dipakainya. Pada dasarnya slide adalah gambar mati pada bidang
transparan yang diproyeksikan.
a. Beberapa keuntungan penggunaan slide
Dengan menggunakan slide untuk media pendidikan akan diperoleh beberapa keuntungan
yang antara lain ialah: (1) Pembuatannya relatif mudah, demikian pula cara mengoperasi-
kan proyektor slide tidak memerlukan ketrampilan teknis yang rumit. (2) Tiap gambar
slide dapat dipertunjukkan satu persatu selama diperlukan dan akan memberikan
kesempatan kepada penonton untuk memperhatikan lebih mendetail. (3) Kalau ada
sebuah atau beberapa slide saja yang rusak atau tidak cocok lagi dengan keadaan, slide
tersebut mudah disingkirkan dan diganti yang baru. (4) Karena gambar atau frame-frame
yang terpisah, maka guru mudah mengatur/ menyusun kembali penyajiannya sesuai
dengan urutan sajian yang diinginkan. (5) Slide sudah dibuat duplikatnya. Dengan alat
tertentu slide mudah untuk diperbanyak. Makin banyak sekolah yang membutuhkan slide
tersebut berarti biaya produksi makin murah. (6) Slide dapat dipergunakan untuk
pengajaran klasifikal, kelompok kecil maupun secara individual. (7) Tidak memerlukan
banyak tempat untuk penyimpanannya.
b. Keterbatasan atau kekurangan slide (1) Guru yang tidak terampil memotret, bila
membuat slide harus meminta bantuan orang lain. Tentu saja memerlukan biaya yang
lebih besar dibandingkan dengan membuat sendiri. (2) Oleh karena slide itu tidak terpaut
dalam satu lajur (tidak seperti fimstrips), maka kemungkinan hilang, tercecer, atau
terlupakan dapat terjadi. (3) Memerlukan tenaga listrik dan ruangan gelap untuk
presentasinya. Banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang belum berlistrik. (4) Ruangan
yang tertutup dan harus digelapkan, bila tidak dilengkapi dengan ventilasi yang memadai
akan mengakibatkan panas. Dan tentu saja akan membuat murid-murid resah dan
terganggu perhatiannya.
c. Cara menggunakan proyektor slide
Berbeda tipe dan merk proyektor slide berbeda pula karakteristik dan cara menggu-
nakannya. Namun pada umumnya mempunyai kesamaan komponen utama serta cara
pemakaianya.
Pada umumnya komponen proyektor slide terdiri atas: (1) Power switch, fungsinya untuk
menyambung dan memutus aliran listrik. (2) Focus knob, yaitu mengatur tinggi
rendahnya proyeksi pada layar. Dengan memutar knob ini letak proyektor dapat
ditinggikan. (4) Lensa proyeksi, yaitu lensa obyektif untuk memperbesar gambar. (5)
Advance knob, alat untuk memajukan gambar. (6) Reverse knob, yaitu alat untuk
mendudukkan gambar dalam keadaan terbalik. (7) Tray index, petunjuk nomor/angka
pada nampan tempat frame slide.
(8) Tray, yaitu tempat frame. Bentuknya ada beberapa macam. Ada yang hanya memuat
satu frame dan harus diisi dengan bantuan tangan satu per satu. Ada yang berbentuk
kotak memanjang dapat berisi berpuluh-puluh frame. Ada pula yang berbentuk bundar
dan jalannya memutar serta dapat memuat sekaligus 80 frame dan ada yang 140 frame.
Adapun cara dan langkah-langkah menggunakannya adalah sebagai berikut: (1) Letakkan
proyektor dan pasang layar pada posisi yang benar. (2) Masukkan slide (frame) pada tray
sesuai dengan nomor urut slide yang telah dipersi-apkan. Cara memasang gambar slide
harus dibalik. (3) Pasang pengunci frame (tutup frame, sehingga frame tidak mudah
tumpah dari tray).
(4) Hubungan power cable ke stop kontak. (5) Tekan tombol ‘ON’, aturlah focus knob
dan elevation knob, sehingga diperoleh gambar yang tajam dan jelas. (6) Tekanlah
tombol advance. Jika penjelasannya telah direkam pada kaset, maka aturlah agar
keterangan gambar yang didengar dari tape sesuai (sinkron) dengan gambar yang
dipertunjukkan. (7) Untuk mengoperasikan slide dari jarak jauh digunakan “remote
control”. Alat ini dihu-bungkan dengan kabel ke proyektor dan berisi knob untuk
memajukan frame, mengundur-kan frame, dan mengatur kejelasan gambar.
d. Pembuatan slide
Ada dua cara yang bisa digunakan untuk membuat slide yaitu dengan teknik menggambar
dan dengan teknik fotografi. Cara pertama memerlukan ketelatenan, karena disamping
bahan yang akan digambari cukup sempit, menggambarkan juga harus hati-hati.
Untuk membuat slide teknik ini pertama harus dibaut sketsa terlebih dahulu pada
selembar kertas yang berukuran 2 x 3 inci. Letakkan sketsa dibawah sehelai sheet plastik
atau kaca. Gunakanlah tinta agar diperoleh gambar pada plastik atau kaca tadi.
Perteballah gambar tadi dengan tinta berwarna khusus untuk slide. Letakkan gambar itu
diantara dua kaca, kemudian akan tercipta sebuah gambar pada salah satu kaca tersebut
dan rapikan pinggiran kaca tersebut, jadilah slide buatan tangan.
Cara ke dua relatif lebihmudah. Caranya ialah dengan membeli film berwarna khu-sus
untuk slide. Kita mengadakan pemotretan obyek dengan tustel untuk foto berwarna.
Selanjutnya kita tinggal mencucikan film tersebut ke laboratorium fotografi, maka kita
tinggal menerima kembali slide yang sudah jadi lengkap dengan bingkainya.

4. Film Strip (Film Rangkai)

Film strip pertama mulai muncul kira-kira pada pertengahan tahun 1920-an dan disebut
“picturols”. Ini dapat terjadi berkat perkembangan film gambar hidup yang ber-ukuran 35
mm yang tidak terbakar. Film strip adalah serangkaian gambar pada 35 mm film positip
dalam urutan tertentu. Untuk memproyeksikannya ialah dengan menggunakan proyektor
film strip. Dewasa ini ada pula proyektor film strip yang dikombinasikan untuk proyektor
slide.
Dilihat dari ukurannya film strip ada yang disebut double frame yaitu yang sama
ukurannya dengan gambar negatif film untuk potret biasa dan yang disebut single frame
yaitu berukuran separuh dari yang pertama. Jika menggunakan ukuran single frame, film
yang berisi 36 ex. dapat dibuat menjadi 27 frame gambar. Untuk keperluan ini harus
dipakai kamera khusus yang dapat mengambil gambar dengan ukuran single frame.
Karena ukuran film strip berbeda-beda, maka proyektornya juga berbeda-beda, yaitu
sesuai dengan ukuran filmnya.Tetapi ada juga proyektor film strip yang dapat dipakai
untuk kedua-duanya. Demikian pula posisi pengambilan gambar harus diperhatikan ada
yang posisi tegak, ada pula yang posisi membujur (horizontal). Ada proyektor film strip
yang hanya dapat dipakai untuk posisi gambar tegak saja, tetapi ada pula yang dapat
digunakan untuk keduanya.
Ditinjau dari teknik pengertian suara dan ada pula proyektor film strip yang dilengkapi
suara. Film strip suara ada yang dibuat sinkron dengan audio cassete recorder, yang mana
operatornya sendiri yang memutar film strip tersebut setelah ada tanda bunyi tertentu
yang terdengar dari kaset tersebut. Perkembangan terakhir sudah digunakan film strip
suara yang automatis, begitu film strip diputar sekaligus suara keterangan muncul
mengiri gambar.

a. Keuntungan penggunaan filmstrip


Beberapa keistimewaan penggunaan film strip sebagai media pembelajaran antara lain
yaitu: (1) Pada film strip urutan frame telah diatur terlebih dahulu, bersambung menjadi
satu film. Dengan demikian ada frame yang hilang atau tercecer dan tidak mungkin keliru
dalam urutan penyajiannya.
(2) Proyektor untuk film strip mudah menggunakannya, sekali membaca petunjuk
penggunaan tentu dapat mengoperasikannya. (3) Film strip dapat dengan mudah
disesuaikan dengan kecepatan mengajar dan belajar. Karena dapat dihentikan dulu atau
diputar kembali ke gambar yang sudah ditampilkan untuk memperoleh kejelasan (khusus
untuk film strip tak bersuara).
(4) Dapat dipakai sebagai sumber bahan pelajaran pokok yang harus dipelajari siswa.
b. Beberapa kelemahan penggunaan film strip
(1) Film strip agak mudah rusak. Sehingga jika ada satu atau beberapa frame yang rusak,
maka boleh dikatakan seluruh film strip rusak. Memang bagian frame yang rusak dapat
di-gunting, kemudian disambung dengan alat perekat khusus, tetapi tentu saja akan
mengganggu sikwensi sajian. (2) Jika anda memerlukan beberapa frame saja untuk
dipertunjukkan, anda akan mendapat kesukaran untuk melakukannya.
(3) Kalau ada satu atau beberapa frame yang isinya gambarnya tidak cocok lagi dengan
keadaan, maka seluruh film strip itu dapat dikatakan ketinggalan jaman. (4) Urutan
frame-frame tidak mungkin dibolak-balik atau diatur kembali, jika dibanding- kan
dengan slide filmstrip dalam hal ini kurang fleksibel. (5) Proyektor film strip relatif sukar
diperoleh, sedangkan gambar yang dipertunjukan adalah gambar diam.
c. Cara menggunakan proyektor film strip
Ada bermacam-macam tipe dan merk proyektor film strip, namun pada umumnya
komponen-komponennya terdiri atas: (1) Motor fan switch, yang fungsinya untuk
menghidupkan/ mematikan motor kipas pendingin. (2) Lampu switch, untuk
menghidupkan/mematikan lampu proyektor. (3) Saluran udara atau “air vents”.
(4) Lens, yaitu lensa obyektif pembesar gambar.
(5) Tilt knob, yaitu pengatur tinggi rendahnya proyeksi. (6) Film strip carrier, tempat
film. (7) Film strip slot, tempat penggulung film. (8) Advance knob, untuk menjalankan
film.
(9) Frame adjustment, untuk mengatur posisi film.
Adapun cara dan langkah-langkah penggunaan proyektor film strip adalah
sebagai berikut:
(1) Letakkan proyektor dan layar pada posisi yang benar.
(2) Masukkan film strip yang akan diproyeksikan ke film strip carrier.
(3) Hubungan power cable ke stop kontak. Periksa dulu apakah tegangan yang
dibutuhkan sesuai dengan tegangan sumber listrik yang tesedia. (4) Hidupkan motor fan
dan kemudian hidupkan lampur proyektor. (5) Aturlah ketajaman gambar dengan
memutar pengatur focus pada lensa proyeksi. (6) Aturlah kedudukan frame sehingga
tepat yaitu dengan memutar tombol “frame adjustment”. (7) Aturlah tinggi rendahnya
gambar pada layar.
(8) Majukan film dengan menggunakan “advance knob”
(9) Bila selesai presentasi matikan lampu proyeksi sementara kipas tetap berputar sampai
proyektor cukup dingin, baru matikan kipas pendingin.
(10) Kemasi alat-alat dan simpan di tempat yang aman.

5. Microprojection, Microfilm, dan Microcard

Microprojection adalah film hasil pemotretan dari benda-benda mikro yang telah
diperbesar dengan alat microscope dan dengan proyektor khusus untuk itu gambar dapat
diproyeksikan ke layar.
Alat khusus ini dapat bermanfaat sekali terutama untuk:
(1) Mengamati benda-benda kecil yang biasanya dilakukan secara individual dengan
mikroskop.
(2) Mengatasi problem kekurangan mikroskop, dengan demikian lebih efisien
penggunaannya.
(3) Menjamin bahwa seluruh kelas akan mengamati hal yang sama pada saat yang sama
pula.
(4) Memungkinkan diskusi dan observasi kelas dilakukan secara serentak sehingga tidak
ada point-point yang terlewati oleh anak-anak.

Sedangkan microfilm dan microcard adalah film yang merupakan hasil pemotretan dari
bahan-bahan yang tadinya hanya dapat dilihat secara individual. Media ini terbuat dari
film 16 mm atau 35 mm dengan melalui proyektor khusus dapat menampilkan kembali
obyek-obyek yang telah dipotretnya. Obyek yang diambil dapat berupa halaman-halaman
buku, manuskrip dan bahan-bahan grafis yang lain.
Keuntungan terbesar dari penggunaan alat-alat khusus ini ialah untuk penghemat-an,
karena halaman cetak yang besar dapat diringkas dalam bentuk film yang selanjutnya
dapat dikembalikan ke bentuk dan ukuran semula.
Microcard adalah salah satu microfilm yang dapat meringkas 50 halaman buku biasa ke
dalam satu lembar kartu/ film ukuran 3 x 5 inci. Apabila kita ingin membacanya kembali
bukannya diproyeksikan, melainkan dibaca dengan menggunakan alat pembaca khusus
yang disebut “microcard reader”. Sehingga bahan mikro tadi dapat dibaca lagi seperti
membaca bahan dalam ukuran aslinya.

6. Loop Film

Loop film atau filmloop adalah jenis film (motion picture film) dari ukuran 8 mm atau 16
mm yang ujung-ujungya saling bersambung, sehingga film ini akan berputar terus
berulang-ulang bila tidak dimatikan.Yang berukuran 8 mm lebih praktis karena dirancang
dalam bentuk kaset, lama putarnya berkisarnya antara 3 – 4 menit. Karena tidak bersuara,
maka guru harus memberi narasi/komentar sendiri sementara film berputar.

Beberapa kelebihan loop-film antara lain ialah:


(1) Ruang tidak perlu digelapkan.
(2) Dapat berputar terus berulang-ulang, sehingga pengertian yang kabur menjadi jelas.
(3) Guru atau operator tidak perlu mengembalikan film, setiap akan memutar film
kembali.
(4) Baik sekali untuk menunjukkan proses atau periode pendek, yang berisi gerakan-
gerakan dari obyek yang dipelajari. Obyek yang dipelajari tersebut hanya akan
dimengerti dengan baik kalau dipertimbangkan dengan gerakan. Misalnya perpecahan sel
satu organisme, perkembangbiakan protozoa dan sebagainya.
(5) Filmloop mudah sekali diintegrasikan ke pelajaran dan dipakai bersama dengan
medium yang lain.
(6) Karena perangkatnya sederhana, murid pun bisa memakainya sendiri.
(7) Film dapat dihentikan setiap saat untuk diselingi dengan penjelasan atau diskusi.

Kerjakan tugas-tugas berikut ini dalam buku kerja

1. Terangkan apa yang anda ketahui tentang OHP dan opaque projector, dan apa fungsi
kedua alat tersebut?
2. Sebagai salah satu media, baik OHP maupun opaque projector memiliki kelebihan dan
keterbatasan sesuai dengan fungsinya. Jelaskan apa saja kelebihan dan keterbatasan
kedua alat tersebut?
3. Tahukah anda dengan apa yang disebut transparansi itu? Bagaimana cara membuat
transparansi yang baik?
4. Untuk mengoperasikan kedua alat tersebut diperlukan pemahaman secara khusus
tentang tata cara penggunaannya, jelaskan bagaimana mengoperasikan kedua tersebut?
5. Jika anda sudah memahami dengan baik tentang karakteristik dan langkah
operasionalnya, mengenai OHP, transparansi, dan opaque projector, sekarang
lanjutkanlah dengan mempraktekkan secara langsung (Apabila ada kesulitan mintalah
petunjuk kepada pembimbing anda, kalau perlu catatlah jika ada yang perlu didiskusikan.
6. Uraikan dengan singkat pengertian slides dan film rangkai?
7. Pengajaran dengan bantuan slides maupun film rangkaian memang memiliki suatu
kelebihan, disamping keterbatasan yang ada. Jelaskan kelebihan maupun keterbatasan
yang terdapat pada kedua alat tersebut?
8. Jelaskan bagaimana menggunakan slides dan proyektor film rangkai?
9. Berkaitan dengan tugas di atas, terangkan pula bagaimana cara membuat kedua alat
tersebut?
10. Setelah anda memahami tentang karakteristik langkah operasionalnya. Tugas anda
selanjutnya adalah: pertama membuat program slides pembelajaran serta mencoba
mengoperasikan kedua alat tersebut sebagai langkah kedua.

Bab 12
Media Pandang-Dengar
Tujuan Khusus :

Setelah mempelajari/mengerjakan bagian ini anda diharapkan dapat:


1. Menjelaskan macam-macam motion picture film.
2. Menjelaskan keuntungan dan keterbatasan motion picture film sebagai
mediapembelajaran.
3. Menjelaskan cara menggunakan projector film (motion picture film).
4. Menjelaskan jenis-jenis film.
5. Menjelaskan langkah-langkah dalam pembuatan film pendidikan.
6. Mengoperasikan projector motion picture film.
7. Menjelaskan prinsip kerja siaran TV.
8. Menjelaskan manfaat dan keistimewaan siaran TV sebagai media pembelajaran.
9. Menjelaskan bentuk-bentuk dan cara penyusunan program siaran TV.
10. Menyusun naskah program siaran TV.
11. Menjelaskan manfaat dan keterbatasan Video Cassete/Tape Recorder (VCR/VTR)
sebagai media instruksional.
12. Menjelaskan cara menggunakan dan merekam pada unit VCR/ VTR.
13. Menjelaskan pengertian dan karakteristik TV Siaran Terbatas (Closed Circuit
Television (CCTV).
14. Mengoperasikan unit VCR/VTR.

Media Pandang-Dengar

Pada bagian ini akan dibicarakan perangkat pandang dengar yang menggunakan peralatan
elektromagnetik dengan teknologi tinggi, yaitu Motion Picture Film, Televisi dan Video
Cassete Tape Recorder. Berturut-turut dibahas masing-masing Televisi Pendidikan,
Video Cassete/Tape Recorder dan Televisi Pada Arena Tertutup (Closed Circuit Tele-
vision).

1. Motion Picture Film

Motion picture film disebut juga dengan gambar hidup, dan masyarakat pada umumnya
menyebut motion picture film dengan sebutan ‘film’ saja atau ‘bioskop’. Film atau
gambar hidup sebenarnya adalah serangkaian gambar mati yang merupakan hasil
pemotretan dengan kecepatan tertentu sehingga apabila diproyeksikan dengan
menggunakan proyektor film dengan kecepatan tertentu akan memberikan ilusi
pandangan yang nampak hidup/bergerak. Untuk mengambil gambar-gambar, memotret
(shooting) film dipergunakan alat khusus yaitu kamera film.
Ditinjau dari sejarah film, mula-mula yang ada ialah hitam-putih dan bisu. Sejalan
dengan kemajuan perkembangan teknologi berubah menjadi film hitam-putih yang ber-
suara, dan yang terakhir ialah film berwarna dan bersuara. Perbedaan antara film bisu dan
film bersuara dapat dilihat dari kecepatan pemutaran filmnya, untuk film bisu kecepatan
putarnya adalah 18 frame per detik sedangkan untuk film bersuara, kecepatan putarannya
adalah 24 frame per detik.
Dengan adanya dua teknik rekaman suara pada film tersebut, maka proyektor yang
digunakan juga berbeda. Ada proyektor untuk film bersuara optik. Akan tetapi kini sudah
ada proyektor yang digunakan untuk kedua-duanya, dan pemakai hanya tinggal mengatur
tombol untuk topik atau untuk magnetic.
Ditinjau dari lebar film, film dapat dibedakan menjadi film 16 mm, film 35 mm, dan
bahkan sekarang ada film 70 mm.Tentu saja masing-masing harus menggunakan
proyektor khusus sesuai dengan lebar film. Film 8 mm film 16 mm dapat dipakai untuk
penonton satu kelas dan film 35 mm dan film 70 mm adalah film yang biasa digunakan
untuk bioskop-bioskop yang bersifat komersial.
Ada dua jenis film pendidikan. Pertama adalah film komersial yang berthemakan atau
berisi pesan pendidikan dan kedua, film-film yang sengaja dibuat untuk kepentingan
pendidikan atau pembelajaran, seperti film Ilmu Pengetahuan (science), film Keluarga
Berencana, film tentang Lingkungan Hidup, dan sebagainya.

a. Keistimewaan penggunaan film


Beberapa keistimewaan penggunaan film sebagai media pendidikan antara lain yaitu:
(1) Film dapat menyajikan kejadian-kejadian masa lampau yang tidak mungkin terulang
kembali. Hal ini dapat diperlihatkan oleh film dokumenter.
(2) Film dapat menyajikan kejadian-kejadian yang berlangsung lama dalam waktu yang
singkat. Misalnya perubahan-perubahan pada manusia, hewan, atau tumbuhan, dari bayi
kecil sampai dewasa, dari biji jagung sampai menjadi tumbuhan jagung yang besar dan
berubah hanya dalam beberapa menit saja.
(3) Film dapat menyajikan kejadian-kejadian yang penting-penting saja dari suatu
kejadian atau peristiwa yang panjang. Dengan teknik editing hal-hal yang dianggap tidak
perlu dihilangkan.
(4) Film dapat mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu. Dengan demikian
dapat memperluas cakrawala pengetahuan manusia.
(5) Dengan teknik “fotomikrografi” kita dapat mengikuti perkembangan organisme
benda-benda kecil yang sebenarnya hanya dapat dilihat melalui mikroskop saja.
(6) Dengan teknik ’slow motion’ kita dapat mengikuti suatu gerakan lambat dari suatu
aktivitas obyek yang sebenarnya berlangsung sangat cepat.
(7) Film dapat mempengaruhi emosi. Dengan kemampuan kamera dan teknik
cinematografi dapat menyajikan perasaan, kesedihan, kegembiraan, ataupun kekejaman
secara jelas. Dengan demikian penonton dapat meng¬identifikasikan secara emosional
dengan apa yang ditontonnya.
(8) Dengan teknik pengambilan/shooting yang sempurna, film dapat memberikan
pengalaman estetis yang memuaskan dan lain dengan yang dilihat secara langsung.
(9) Dengan film dapat mengembangkan daya imajinasi anak/ penonton.
(10) Dengan semua keistimewaan di atas, maka film menarik, memuaskan dan
mempertinggi perhatian anak/penonton.

b. Keterbatasan penggunaan film juga memiliki beberapa kelemahaan atau keterbatasan


yang antara lain ialah:
(1) Film dapat memberikan pengertian waktu yang tidak benar.
(2) Film dapat memberikan pengertian ukuran yang tidak benar.
(3) Karena kejadian-kejadian yang sudah diedit, film dapat memberikan kesan dan
kesimpulan yang salah.
(4) Pembuatan film memerlukan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama.

c. Jenis-jenis film
Ditinjau dari segi isinya film dapat diklasifikasikan menjadi 10 jenis. Kesepuluh jenis itu
menurut Oemar Hamalik ialah (1) film informasi, (2) film kecakapan atau drill, (3) film
dokumenter, (4) film rekreasi, (6) film episode, (7) film science, (8) film berita (news),
(9) film industri, (10) film provokasi. Adapun masing-masing jenis film tersebut secara
singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Film informasi


Yaitu film yang dapat memberikan informasi data atau petunjuk sehingga penonton
mendapatkan pengetahuan melalui film itu.
(2) Film kecakapan
Berarti dengan menonton film tersebut penonton akan mendapatkan ketrampilan tertentu,
yaitu dengan memutarnya berulang-ulang dan menirukannya.
(3) Film apresiasi
Yaitu jenis film yang mendorong orang untuk berapresiasi tentang isi film yang
ditampilkan.
(4) Film dokumenter
Berisikan rekaman tentang kejadian yang sebenarnya, walaupun penampilannya mungkin
sudah melalui proses editing.
(5) Film rekreasi
Sesuai dengan namanya film ini bersifat memberikan hiburan semata-mata kepada
penontonnya.

(6) Film episode


Yaitu film yang terdiri atas edisi-edisi pendek mungkin isinya informasi umum,
pengetahuan, industri, dan sebagainya.
(7) Film science
Memberikan perbendaharaan pengetahuan baru bagi penontonnya. Bisa berupa episode-
episode pendek, dapat pula panjang.
(8) Film berita (news)
Berupa liputan dari kejadian langsung yang dianggap penting. Jadi sifatnya sama dengan
film dokumenter.
(9) Film industri
Yaitu film yang memperlihatkan informasi hasil dari industri tertentu. Baik berupa
episode-episode pendek maupun yang panjang.
(10) Film provokasi
Yaitu film yang isinya mendorong atau menantang sekelompok orang bereaksi secara
cepat dan langsung terhadap apa yang disajikan. Film ini mendorong untuk diskusi.

d. Cara menggunakan proyektor film

Proyektor film dibuat dengan maksud agar dapat dipakai untuk memproyeksikan film-
film tertentu. Dengan demikian maka terdapat juga berbagai macam proyektor film.
Tetapi secara umum prinsip-prinsip kerja proyektor serta komponen utamanya adalah
sama. Agar dapat menggunakan/mengoperasikan proyektor film. Film bersuara memiliki
tiga bagian pokok yaitu: untuk reproduksi suara, untuk memproyeksikan gambar yang
terdapat pada film dan bagian yang menggerakkan perputaran film.

Komponen untuk produksi suara terdiri atas:


(1) Power cord, yaitu penghubung aliran listrik.
(2) Amplifier control untuk mengatur suara dengan tombol “ON” dan “OFF” serta
“Volume” dan “Tune”.
(3) Speaker, untuk mengeraskan suara yang mungkin menjadi satu dalam kotak proyektor
atau ditempatkan terpisah di luarnya. Untuk suara magnetik dilengkapi dengan “magnetic
head” dan untuk suara optic dilengkapi dengan “exiter lamp” yang dilalui pita suara pada
film (film sound track).

Komponen untuk memproyeksikan gambar terdiri atas:


(1) Lampu proyektor, yang diatur dengan tombol lampu dan dihubungkan dengan tombol
untuk menghidupan mesin.
(2) Lensa, yang dipakai juga untuk mempertajam gambar (focus).
(3) Elevator knob untuk mengatur kedudukan proyektor disesuaikan dengan kedudukan
gambar pada layar.
(4) Framer, untuk mengatur kedudukan gambar tepat satu frame saja yang nampak pada
layar.

Komponen untuk mengatur perputaran film terdiri atas:


(1) “Feed rell” dan “Take up reel” yaitu tempat gulungan film yang telah diproyeksikan.
(2) “Motor switch control” untuk menghidupkan dan mematikan motor pemutar film.
(3) “Tooth sprocket wheel” yaitu gerigi untuk menempatkan lubang film agar dapat
berputar dengan lancar.
(4) “Guded roller” dan “Snubber” yaitu alat untuk merentangkan film agar dapat berputar
dengan lancar.

Adapun cara atau langah-langkah menggunakan proyektor film yaitu:


(1) Letakkan proyektor film pada meja dengan kedudukan yang kuat dan pasanglah layar.
(2) Hubungkan speaker luar (jika ada) dengan proyektor dan di tempat yang tepat.
(3) Hubungkan power cord ke stop kontak dan hidupkan amplifier.
(4) Letakkan sound selector (jika ada) pada posisi forward.
(5) Letakkan sound selector (jika ada) pada posisi “optic” atau “magnetic” sesuai dengan
jenis film yang akan diproyeksikan.
(6) Hidupkan proyektor (motor dan lampu) dan aturlah sinar yang jatuh pada layar untuk
mendapatkan posisi dan ketajaman yang sesuai. Bila sudah matikan lagi proyektor.
(7) .Pasanglah film sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Pada tiap proyektor
ada petunjuk bagaimana cara memasang film.
(8) Hidupkan kembali proyektor dan aturlah volume dan tone control, sehingga terdengar
suaranya dengan jelas.
(9) Bila sudah selesai kembalikan film ke gulungan film semula (feed reel). Tiap
proyektor ada petunjuk khusus untuk itu.
(10).Kemasi semua peralatan dan simpan kembali di tempat
yang aman.

e. Membuat film pendidikan


Membuat film pendidikan menuntut kemampuan dan keterampilan khusus untuk itu.
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas langkah-langkah umum memproduksi film
pendidikan, yaitu:
(1) Menetapkan tujuan dan calon penonton
Untuk memproduksi film pendidikan tugas pertama yang arus dikerjakan ialah
menetapkan tujuan pendidikan/pengajaran, yaitu apa yang akan dicapai penonton atau
perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diharapkan terjadi setelah menonton film
yang akan dibuat.Disamping itu tetapkan juga siapa yang akan menonton film yang akan
dibuat. Bagaimana kondisi perbendaharaan pengalamannya, penonton satu kelas saja atau
massa.Dengan demikian dapat ditetapkan ukuran film yang akan dibuat. Misalnya film 8
mm untuk kelompok, 16 mm untuk kelas besar dan sebagainya.

(2) Menyusun skrip film


Kembangkan ide pokok tadi dalam sebuah skrip film. Skrip film disusun menurut urutan
sajian atau urutan cerita yang berisi keterangan gambar dan suara yang akan ditam-
pilkan. Pada skrip ini juga harus dilengkapi dengan keterangan tentang teknik
pengambilan gambarnya, Dalam perfileman dikenal beberapa teknik pengambilan
gambar (shooting) yang biasanya disingkat LS, MS, CU dan ACU. LS artinya long shoot
atau pengambilan jarak jauh, MS artinya medium shot atau pengambilan jarak sedang,
CU artinya close up atau pengambilan jarak dekat. ECU artinya extreme close up atau
pengambilan dari jarak dekat sekali.
(3) Pengambilan gambar (shooting film)
Dalam pengambilan gambar (shooting film) ini peran kamerawan dengan kamera filmnya
penting sekali. Memperoleh gambar yang sebaik-baiknya adalah hal yang menjadi
pertimbangan utama dalam langkah ini. Dalam pengambilan gambar film dikenal
beberapa teknik penambilan berdasarkan sifat-sifat dan kondisi obyek yang diambil.
Teknik-teknik pembuatan itu ialah:
(a) Direct or ordinary photography
Yaitu merekam obyek atau kejadian sebagaimana terjadi sesungguhnya seperti yang
dilihat dengan mata.
(b) Slow-motion photography
Tehnik merobah kecepatan gerak gambar yang terlalu cepat diikuti oleh mata menjadi
lambat sehingga mudah dilihat mata.
(c) Time-lapse photography
Teknik photography terhadap gerakan-gerakan obyek yang terlalu lambat yang sukar
diikuti dengan mata perubahannya. Kejadian yang berlangsung berhari-hari dapat
dipertunjukkan dalam beberapa menit.
(d) Animated photography
Dengan teknik dalam gambar animation banyak ide dapat ditunjukkan dalam gambar
yang kongkrit. Film seri karton di TVRI untuk anak pada senja hari adalah contoh dari
teknik ini.
(e) Photomicrography
Dengan teknik ini obyek-obyek yang terlalu kecil dapat dipertunjukkan dengan jelas dan
besar.
(f) Telephotography
Teknik ini menggunakan lensa yang dapat menangkap obyek-obyek yang terlalu jauh
untuk dilihat oleh mata. Misalnya tingkah laku binatang di hutan ataupun benda-benda di
ruang angkasa.
(g) Filmography
Filmography adalah teknik film yang paling sederhana dan paling murah, sebab ia hanya
memotret gambar-gambar biasa dengan menggerakkan kameranya terhadap gambar-
gambar itu satu per satu secara teratur, sehingga gambar-gambar itu sendiri yang
bergerak.
(h) X-ray photography
Teknik ini dapat memotret/merekam hasil pemotretan sinar X atau obyek yang telah
disinari dengan sinar X.
(i) Underwater photography
Teknik ini memungkinkan pengambilan gambar terhadap obyek-obyek di dalam air
dengan jelas.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kamera film, antara lain
ialah:
(a) Pasang kamera film pada sandaran/kaki kamera pada kedudukan yang kokoh,
demikian pula kaki kamera (tripod) harus kokoh pula duduknya.
(b) Perhatikan kondisi obyek yang akan diambil gambarnya. Apakah sudah mendapatkan
cukup cahaya? Bila perlu tambahlah dengan penerangan cahaya tambahan.
Dalam pengambilan gambar film, hindarilah cahaya yang kuat menghadap ke kamera,
sebab dapat mengakibatkan gambar kabur atau dapat juga tidak memperoleh gambar
sama sekali.
(c) Perhatikan selalu titik focus dalam setiap pengambilan gambar, baik jarak dekat, jarak
sedang maupun jarak jauh.
(d) Ambillah gambar sesuai dengan permintaan atas dasar skrip yang telah dibuat.
(e) Untuk film bersuara kecepatan putarnya adalah 24 frame/detik, sedangkan untuk film
bisu kecepatan putarnya 18 frame/detik.

(4) Editing film


Setelah melalui pemrosesan di laboratorium film, tahap berikutnya adalah editing.
Gambar-gambar yang terbaik. Apakah perlu ada gambar-gambar yang dihilangkan agar
sikwensi penyajian lebih bagus. Setelah selesai proses inilah baru kita tampilkan
penyajian film yang final.

(5) Distribusi dan evaluasi film


Film dibuat untuk dinikmati sebanyak mungkin penonton. Oleh karena itu film yang
sudah selesai proses editingnya direproduksi sesuai dengan kebutuhan. Melalui para
pemakai film ini, kemudian akan diperoleh balikan yang dapat dipergunakan untuk
perbaikan dan pengembangan produksi film berikutnya.
Meskipun film merupakan media audio visual yang boleh dikatakan sempurna, masih
harus kita ingat bahwa ia bukanlah satu-satunya media yang terbaik untuk pendi-
dikan/pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar penggunaan film masih tidak lepas
dari peranan media yang lainnya.

2. Televisi

Perkataan televisi berarti menyalurkan gambar melalui jarak jauh. Walaupun istilah
televisi mengandung arti gambar yang disalurkan, namun di dalam istilah ini sudah
terkandung pengertian gambar dan suara. Karena suara yang dikirimkan melalui jarak
jauh sudah dikenal jauh sebelum lahirnya televisi, maka istilah televisi sendiri secara
langsung diartikan orang “tele audio vision”.
Pesawat televisi pertama ditemukan oleh seorang montir berkebangsan Inggris bernama
J.L Baird pada tahun1926. Sedangkan siaran TV yang teratur baru dimulai tahun 1935 di
Jerman baru kemudian diikuti oleh Amerika enam tahun kemudian yaitu tahun
1941.Tentu saja waktu itu masih menggunakan TV hitam putih, baru kemudian tahun
1960- an TV berwarna diciptakan.
Untuk memahami bagaimana proses pengiriman gambar dari jarak jauh, perlu dike-tahui
bahwa gambar yang terbentuk pada TV itu bukanlah gambar yang utuh. Gambar pada TV
terdiri dari 25 gambar yang ditampilkan secara berurutan dalamtiap detik, dan setiap
gambar masih dipecah lagi menjadi 625 garis. Tiap garis masih dipecah lagi menjadi 320
titik. Dengan kata lain tiap gambar/ frame terdiri dari 625 x 320 = 200.000 titik. Padahal
tiap detik ditampilkan 25 frame gambar, berarti tiap detik ditampilkan 200.000 x 25 =
5.000.000 titik.
Bagaimana proses pengiriman titik-titik yang merupakan bagian dari gambar itu terjadi?
Gambar yang dibentuk oleh lensa kamera video dipecah menjadi garisgaris oleh seberkas
penyapu elektron. Untuk menyalurkan/ memancarkannya, titik yang merupakan bagian
dari gambar itu diubah menjadi sinyal elektris atau sinyal video. Sinyal video ini
kemudian disalurkan dengan kabel atau tanpa kabel ke pesawat TV, titik dan garis itu
ditata kembali menjadi bentuk seperti semula. Dengan proses demikianlah, maka
pirsawan di rumah masing-masing dapat melihat gambar pada pesawat TV persis seperti
gambar yang dibentuk oleh lensa kamera TV di studio. Jadi siaran TV dapat diterima
oleh penontonya di rumah dengan melalui proses: produksi siaran (pembentukan
gambar), pemancaran/ penyaluran gambar, dan penerimaan gambar oleh pesawat TV di
tempat para pirsawan. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa kualitas gambar atau
kejelasan gambar pada pesawat TV tergantung juga pada kualitas ketiga komponen
tersebut.

a. Manfaat TV sebagai media pendidikan


Siaran-siaran TV pada umumnya selalu mengandung dua tujuan yaitu untuk pendidikan
dan untuk hiburan. Tujuan siaran pendidikan ialah untuk mengerjakan sesuatu atau
menginformasi-kan sesuatu yang dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan
pembentukan sikap tertentu pada pirsawan. Sedangkan tujuan siaran hiburan ialah untuk
menggembirakan hati para penonton atau memberi kesempatan sebagai pelarian dari
persoalan-per-soalan sehari-hari untuk sementara waktu.
Sebenarnya siaran TV di negara kita sebagian terbesar berisi program siaran pendidikan
dan kalau diisi siaran hiburan, itupun sebagian juga berthemakan atau membawakan
pesan pendidikan juga. Dengan demikian TVRI kita bermanfaat secara maksimal sebagai
media pendidikan masyarakat umum. Dan memang siaran TV yang baik ialah
menyampaikan pesan yang bersifat mendidik dan sekaligus menghibur.

b. Keistimewaan TV sebagai media pendidikan


Beberapa kelebihan penggunaan TV sebagai media pendidikan antara lain ialah:
(1) TV menyajikan suara dan rupa sekaligus serta daya jangkauan siarannya yang luas,
sehingga sejumlah besar orang dalam wilayah tertentu dalam waktu yang sama
mendapatkan pengalaman yang sama pula (keseragaman informasi).
(2) Realistis dan langsung.
Peristiwa yang sedang terjadi pada saat itu dapat disiarkan
dan dapat dilihat oleh banyak orang tanpa melalui proses
rekaman dan editing seperti film.
(3) TV merupakan “kendaraan yang berubah-ubah muatannya” Siarannya TV dapat
memberikan bermacam-macam sajian mulai dari bentuk ceramah biasa sampai dengan
teknik karya wisata, mulai dengan alat visual papan tulis, gambar, model-model sampai
dengan pertunjukkan film.
(4) TV dapat menciptakan kembali semua peristiwa masa lampau, baik berupa rekaman
video, film, ataupun drama.
(5) TV dapat melatih guru, baik untuk pendidikan “pre service” maupun untuk “inservice
training”.
(6) TV dapat memperluas tinjauan kelas (bagi siswa-siswa sekolah) dan dapat membuat
masyarakat mengerti tentang sekolah dan pendidikan pada umumnya.

c. Bentuk-bentuk siaran pendidikan melalui TV


Beberapa bentuk siaran pendidikan melalui TV antara lain:
(1) Ceramah biasa
Seorang pendidik berceramah lewat layar TV tanpa bantuan alat visual lainnya. Agar
tidak menjemukan penonton biasanya digunakan beberapa kamera untuk bergantian
mengambil gambarnya.
(2) Ceramah dengan bantuan alat visual lainnya.
Pengajar dapat menggunakan gambar-gambar bagan, papan tulis, bahkan dapat diselingi
dengan hasil rekaman video.
(3) Wawancara.
Wawancara ini terdiri atas orang yang mewawancarai dan diwawancarai. Yang
diwawancarai bisa satu orang saja atau bisa juga terdiri dari beberapa orang.
(4) Diskusi/diskusi panel.
Dalam siaran ini memperlihatkan beberapa orang yang sedang berdiskusi pada layar TV.
Diskusi dipimpin oleh seorang moderator dan biasanya dalam bentuk diskusi yang
pesertanya terbatas atau berbentuk diskusi panel yang pesertanya 3 atau 4 orang saja.
(5) Sandiwara.
Sandiwara ini dapat dilakukan langsung, tetapi pada umumnya melalui rekaman terlebih
dahulu.
(6) Beberapa bentuk sajian lainnya seperti program cerdas cermat, ceritera boneka,
ceritera bergambar, film, dan sebagainya.

d. Penyusunan Program TV Pendidikan


Didalam penyusunan program TV pendidikan perlu diperhatikan beberapa hal yang akan
menentukan kualitas dari program tersebut.
(1) Menetapkan tujuan dan sasaran. Apa yang akan dicapai oleh pirsawan/siswa setelah
mengikuti program tersebut.
(2) Menentapkan pokok-pokok isi program.
Hal apa saja yang akan disajikan dalam program TV
tersebut. Dengan demikian akan diketahui sifat dari isi
program tersebut.
(3) Menetapkan bentuk penyajian program
Berdasarkan tujuan dan isi program dapat ditetapkan
bentuk penyajian program yang paling tepat.
(4) Menetapkan alat-alat yang digunakan dalam penyajian. Baik berupa perangkat keras
maupun perangkat lunaknya.
(5) Menetapkan alat evaluasi dan balikan.
Evaluasi dan balikan digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan program setelah program dilaksanakan.

3. Video Cassete/Tape Recorder

Video Tape Recorder (VTR) atau Video Cassete Recorder (VCR) adalah alat perekam
gambar dan suara sekaligus. Dan pada saat diperlukan gambar dan suara dapat
ditampilkan kembali, dan jika sudah tidak dipakai dapat dihapus dengan mudah. Perlu
dike-tahui bahwa sebagian besar tugas film dapat dilakukan atau digantikan oleh fungsi
VTR/ VCR.
Istilah CTR biasanya dimaksudkan untuk alat-alat perekam video yang “open-reel” yaitu
pita kaset yang terbuka. Sedangkan VCR adalah alat perekam video yang berbentuk
kotak kaset. Penggunaan VTR/VCR di samping sebagai bagian dari perlengkapan unit
televisi yang berada di stasiun TV juga dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan
tersen- diri.

a. Manfaat dan keistimewaan VTR/VCR


Beberapa manfaat dan keistimewaan penggunaan VTR/VCR sebagai media pendidikan
antara lain ialah:
(1) Dapat merekam peristiwa atau kejadian dalam bentuk suara dan rupa sekaligus dalam
waktu yang singkat dapat ditampilkan kembali hasil rekaman tersebut. Bila tidak
diperlukan lagi mudah juga menghapusnya.
(2) Penggunaannya dapat diulang-ulang, sehingga lebih memperjelas pengamatan.
(3) Dapat mengajarkan demonstrasi mengenai keterampilan yang rumit. Dengan
dipersiapkan secara matang, demonstrasi atau keterampilan yang rumit tersebut dapat
direkam terlebih dahulu, sehingga hasil yang dipertunjukkan kepada penonton adalah
merupakan hasil rekaman yang sudah sempurna.
(4) Alat ini dapat juga melakukan “slow-motion” dari gerakan obyek yang terlalu cepat,
bahkan obyek yang sudah direkam dapat juga di “still” kan sementara. Dengan demikian
akan memperjelas pengamatan.
(5) Dengan menggunakan VTR sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi
dari orang yang ahli/ spesialis.
(6) Keras lemah suara dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat disisipi
dengan komentar ataupun suara lainnya.

b. Beberapa kekurangan atau keterbatasan VTR/VCR


(1) Apabila kita menyajikan program pengajaran melalui alat ini tanpa hadirnya guru,
maka perhatian penonton/siswa sulit untuk dikuasai dan partisipasi mereka jarang
dipraktekkan.
(2) Sifat komunikasinya yang satu arah dan untuk mengatasinya haruslah diimbangi
dengan pencarian bentuk-bentuk balikan yang lain.
(3) Karena merupakan barang baru, dapat terjadi perhatian penonton terpusat pada
alatnya dan bukan pada isi programnya.
(4) Tidak semua orang dapat menggunakannya dengan betul, sedangkan peralatannya
cukup mahal.
(5) Perlengkapan TV ini masih dirasakan terlalu mahal untuk ukuran sekolah-sekolah di
Indonesia pada umumnya.

4. Televisi Pada Arena Tertutup

Televisi pada arena tertutup yang diterjemahkan dari istilah Closed Circuit Television
adalah media audio visual yang perangkatnya sebenarnya merupakan pemanfaatan
pesawat televisi dan perangkat VCR. Program CCTV dapat dilaksanakan misalnya di
sebuah sekolah atau beberapa sekolah dalam satu lingkungan kampus, dimana pada bebe-
rapa kelas dipasang pesawat TV yang dapat menyiarkan acara atau pelajaran yang berasal
dari sebuah studio yang berada di sekolah tersebut. Siaran CCTV ini dapat berupa siaran
langsung dan dapat pula berupa hasil rekaman yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Siaran CCTV dalam satu kampus biasanya pesawat-pesawat TV itu dihubungkan dengan
kabel, tetapi dapat juga digunakan saluran tertentu yang bukan kabel. Hal ini
memungkinkan siaran CCTV pada wilayah yang lebih luas, misalnya untuk sekolah-
sekolah se-wilayah kecamatan atau kabupaten. Pernah pula diadakan percobaan
penggunaan media televisi untuk program pembelajaran, dimana penyiarannya dengan
menggunakan stasiun penyiaran atau relay dari pesawat terbang yang berkeliling di atas
daerah operasi siaran. Cara penyelenggaraan program seperti ini disebut dengan istilah
Stratovision. Sistem ini pernah dicobakan di negara Australia, tetapi ternyata biaya
operasinya dianggap terlalu mahal, sehingga sistem ini tidak dikembangkan lagi.

a. Kelebihan-kelebihan CCTV sebagai media pendidikan


Beberapa kelebihan penggunaan sistem CCTV sebagai media pendidikan ialah:
(1) CCTV dapat memberikan kesempatan dan pengalaman yang sama kepada murid-
murid pada beberapa kelas atau daerah siaran.
(2) Acara-acara siarannya dapat dikontrol guru atau bahkan dapat diisi oleh guru bidang
studi sendiri.
(3) Dapat memanfaatkan sumber-sumber daerah dan interes-interes daerah. Guru-guru
dapat secara bergantian mengisi program siarannya secara terkoordinir.
(4) Dapat mengatasi problem kekurangan sarana dan sumber belajar yang lain.
(5) Problem kekurangan guru-guru yang ahli dapat diatasi dengan menampilkan atau
merekam penampilan guru-guru ahli tersebut melalui CCTV.
(6) Memungkinkan guru-guru di wilayah siaran tersebut untuk membentuk suatu tim
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian menantang guru-guru di wilayah tersebut
untuk selalu meningkatkan kualitas mengajarnya.

b. Keterbatasan sistem CCTV


Beberapa keterbatasan atau kekurangan CCTV sebagai media pendidikan ialah:
(1) Sifat komunikasinya yang satu arah, menyebabkan siswa menjadi pasif.
Walaupun hal ini bisa diatasi dengan jalan menggunakan berbagai media yang lain,
misalnya memanfaatkan pesawat telepon atau berdiskusi dengan guru kelas setelah
selesai pelajaran lewat televisi.
(2) Karena ketidak hadiran guru-guru di kelas-kelas yang siswanya sedang belajar lewat
siaran televisi, maka aktifitas siswa tidak terkontrol.
(3) Seperti hal VTR, alat ini masih merupakan media yang dirasakan terlalu mahal untuk
ukuran sekolah-sekolah di Indonesia, apalagi apabila pemanfaatannya belum bisa
maksimal.

Kerjakan tugas-tugas berikut ini dalam buku kerja!

1. Ada bermacam-macam film(motion picture film), baik dilihat dari segi ukuran frame
maupun kecepatan putarnya. Coba sebutkan masing-masing jenis film tersebut!
2. Jelaskan keuntungan dan keterbatasan motion picture film sebagai media
pembelajaran!
3. Jelaskan langkah-langkah menggunakan projector film (motion picture film).
4. Jelaskan jenis-jenis film dari segi isi pesannya!
5. Jelaskan langkah-langkah dalam pembuatan film pendidikan.
6. Jelaskan bagaimanakah prinsip kerja siaran televisi?
7. Manfaat apa saja yang bisa didapat dari televisi sebagai media pembelajaran!
8. Sebagai salah satu media pembelajaran, televisi memang memiliki suatu keistimewaan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh media lain. Sebutkan keistimewaan media ini!
9. Dilihat dari bentuk siarannya sangat bervariasi. Khusus untuk siaran pendidikan, apa
saja bentuk siaran yang dapat dilakukan?
10. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam penyusunan program siaran
TV.Jelaskan bagaimana cara penyusunan program siaran televisi yang anda ketahui?
11. Untuk lebih memantapkan pengalaman anda didalam penyusunan program siaran TV,
tugas anda berikut mencoba membuat atau menyusun garis besar naskah program siaran
televisi.
12. Apa yang membedakan Video Cassete/Tape Recorder dengan media elektronika lain
yang sejenis?
13. Ada beberapa keistimewaan dari VCR, disamping keterbatasan-keterbatasan yang
ada. Jelaskan dimana letak keistimewaan dan keterbatasan media ini?
14. Bagaimana cara-cara yang efektif didalam penggunaan unit VCR, serta cara untuk
membuat rekaman pada VCR?
15. Setelah anda memahami prinsip-prinsip dan langkah pengoperasian VCR, lanjutkan
dengan praktek. (Jika anda mengalami kesulitan mintalah petunjuk pada pembimbing/
instruktur anda).
16. Coba anda jelaskan pengertian Closed Circuit Television?
17. Bagaimana karakteristik dari TV siaran terbatas tersebut?

Bahan Bacaan:

Andews, T.E. & Barnes, S. Assessment of teaching. In W. R. Houston, M. Haberman, &


J. Sikula (1990) Handbook of
Research on Teacher Education. p. 569-598.New York:
McMillan Publishing Company.
Brown, J. W., R. B. Lewis, F. F. Harcleroad. 1977. Audio
Visual Instruction; Technology, Media and Methods.
New York: Mc Graw Hill Book Company Inc.
Carter, K. 1990. Teacher’s Knowledge and Learning to Teach. Dalam W.R., Houston, M.
Haberman, & J. .Sikula (Eds.)
Handbook of Research on Teacher Education. New
York: MacMillan Publishing Company. p. 291-310.
Clark, R.E. & Sugrue, B.M. 1991. Research on instructional media
1978 -1980. dalam G.J. Anglin. (ed.) Instructional
Technology: Past, Present, & Future. Englewood, CL:
Libraries Unlimited, Inc. p. 327 – 342.

Diamond, R. M. 1976. The Overhead Projector. Center For


Instructional Development Syracuse University.
——–, 1976. Transparancy Making. Centre For Instructional
Development Syracuse University.
Dougherty, K.J. & Hammack, F.M. 1990. Education and society. Orlando, FL: Harcout
Brace Jovanovich College
Publishers. p. 333 – 348.
Driscoll, M.P. 1991. Paradigms for research in instructional
systems. Dalam J.G. Anglin (Ed.)Instructional Technology: Past, Present, and Future.
Englewood, CL: Libraries
Unlimited, Inc. p. 310-326
Hamalik, U. 1980. Media pendidikan. Bandung: Alumni.
Heinich, R., Molenda, M., Russel, J.D. & Smaldino, S. E. 2002.
Instructional Media and Technologies for Learning. N.J.:
Prentice Hall Inc.
Jones, V. 1994. Classroom Management. Handbook of
Research on cience Teaching and Learning. New
York: MacMillan Publishing Company. 503-521.
Kemp, J. E. 1975. Planning and Producing Audio Visual
Materials. New York: Thomas Y, Crowell.
Knight, S.L. & Waxman, H.C. 1991. Paradigms and
programs instructional systems. Dalam Harsolt,
C.Waxman & H.J. Walberg (Eds) Effective
Teaching: Current Research. Berkeley, CA:
McCuthan Publishing Corporation. p. 239-256
Miarso, J. H. (Ed.). 1986. Definisi Teknologi Pendidikan.
Jakarta: C.V.Rajawali.
Minor, E. 1978. Hand Book For Preparing Visual Media.
New York: Mac Graw Hill Book Company Inc.
Shulman, L. 1986. Paradigms and Research Programs in the
Study of Teaching: A Contemporary Perspective.
Dalam M.C. Wittrock. Handbook of Research on
Teaching. New York: MacMillan Publishing
Company. p. 3 – 36.
Sihkabuden. 1984. Pengantar Media Pendidikan. Malang:
Jurusan KTP-FIP IKIP.

Sulaiman, A. H. 1981. Media Audio Visual untuk Pengajaran,


Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta: PT Gramedia
Waxman, H.C. & Walberg, H.J. 1991. Productive teaching
and instruction: Assessing the knowledge base.
Barkely, CA: McCuthan Publishing Corporation. p
33-62
Wittrock, M.C. 1986. Students’ Thought Processes. Dalam
Merlin C. Wittrock. (Ed.) Handbook Research on
Teaching. New York: MacMillan Publishing
Company. p. 297 -314

This entry was posted on Friday, November 20th, 2009 at 9:56 pm and is filed under Uncategorized. You
can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback
from your own site.

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)


Website

Submit Comment

webblog sihkabuden is proudly powered by WordPress


Entries (RSS) and Comments (RSS).

You might also like