Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam
Disusun Oleh :
Akhmad Fauzi Hamdani
1210202014
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Arab pra Islam”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam. Terimakasih yang setulusnya
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari kuantitas maupun kualitas, saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II ARAB PRA ISLAM....................................................................................................2
A. Letak Geografis Jazirah Arab........................................................................................2
B. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan.............................................................................4
C. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan..........................................................................5
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab..................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban Islam dari awal Islam terbentuk sampai sekarang merupakan
sebuah perjalanan panjang, hal ini dapat kita ketahui dengan cara mengurutkan semua
sejarah peradaban Islam dari awal hingga masa sekarang. Sejarah mencatat bahwa Islam
lahir di Jazirah Arab kemudian menyebar luas keseluruh belahan dunia. Sebagai tempat
lahirnya Islam, Jazirah Arab memiliki kebudayaan yang tentu sangat erat kaitanya dengan
peradaban Islam. Untuk itu kami mengangkat tema Jazirah Arab sebelum lahirnya Islam
untuk mengetahui peradaban tempat lahirnya Islam tersebut.
B. Rumusan masalah
1. Letak geografis Jazirah Arab
2. Sistem politik dan kemasyarakatan
3. Sistem kepercayaan dan kebudayaan
4. Kehidupan sosial masyarakat Jazirah Arab
C. Tujuan
Dengan selesainya makalah ini, kami bertujuan untuk menjelaskan dan
memaparkan tentang sejarah sosial Arab sebelum datangnya Islam, sehingga para
mahasiswa dapat memahami materi dengan baik.
BAB II
ARAB SEBELUM ISLAM
1
A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003), 28.
2
Supriyadi, dedi . Sejarah Peradaban Islam.( Bandung: CV Puastaka Setia, 2008)
3
Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 6-7
• Arab Felix,yaitu negeri Yaman yang terkenal dengan sebutan “Bumi Hijau”.
Ketika membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam,
biasanya orang membatasi pembicaraan hanya pada Jazirah Arab, padahal bangsa Arab
juga mendiami daerah-daerah disekitar Jazirah.4 Jazirah Arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu bagian tengah dengan bagian pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap,
yang ada hanya lembah-lembah berair dimusim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah
adalah padang pasir Sahara yang terletak ditengah dan memiliki keadaan dan sifat yang
berbeda-beda, karena itu bisa dibagi menjadi tiga bagian5 :
1. Sahara Langit memanjang 140mil dari Utara ke Selatan dan 180mil dari Timur ke
Barat, disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin
seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan yang membentang menyambung Sahara Langit ke arah Timur sampai
Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir
bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan al-Arub’ al-Khali (bagian yang sepi)
3. Sahara Harrat, sesuatau daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam
bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar keluasan Sahara ini,
seluruhnya mencapai 29 buah.
4
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 9
5
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm.10
D. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan
Penduduk Sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai gaya
hidup pedasaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah kedaerah lain guna mencarai air
dan padang rumput untuk gembalaan mereka, kambing, dan unta.6
Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan
selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata
pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai macam
budaya bahkan kerajaan.7
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi
dua golongan besar8, yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan
Islamil ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan ‘Adnaniyun, dan
wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua
golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari Utara ke Selatan atau
sebaliknya.
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan
badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang
komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa
kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka
sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok
menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.9 Bahkan mereka rela mati demi
membela kaluarga atau kabilahnya. Mereka juga rela mati demi membela sukunya.
Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi. Sikap
ini tampaknya telah menjadi tabiat yang telah mendarah daging dalam diri orang Arab.
Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.
Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia Arab ketika itu
merupakan kancah peperangan terus menerus.
Pada sisi lain, meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin, namun mereka
hanya tunduk kepada syaikh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu, syaikh atau
amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.
6
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
7
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
8
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
9
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 11
E. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan
Pada mulanya sebagian besar penduduk Jazirah Arab memenuhi seruan dakwah Nabi
Ismail AS. Yang mengajak mereka untuk mengikuti agama Ayahnya, yaitu Ibrahim AS.
Mereka menyembah Allah SWT dan mengesakannya. Namun dengan berjalannya waktu
dan lamanya masa fatrah, mereka mulai mencampur adukkkan antara yang hak dan bathil.
Maka masuklah ajaran kemusyrikan dan mereka mulai menyembah berhala. Akhirnya
berkembanglah polytheisme.10
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid
dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay (Pemimpin Bani
Khuzaah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek
terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang menyukainya dan hampir-hampir
mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala dan ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik
dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para rasul dan diturunkanya kitab. Maka
dia pulang dengan membawa Hubal dan meletakanya di Kabah11. Setelah itu dia mengajak
penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz banyak
yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Kabah dan
penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-
tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi Laut Merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Thaif.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti:
10
Safi al-Rahman al-Mubarakfuri. Al-Rahiq al-Makhtum; Bahth fi al-Sirah al-Nabawiyah (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1999), 35
11
Muhammad Sa’id Ramadan al-Buthi. Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah Ma’ Mujaz li Tarikh al-Khulafa al-Rashidah. (Kairo: Dar al-Salam,
1990), 37-38
1. Mereka mengelilingi berhala dan menandatanganinya, berkomat kamit
dihadapanya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdoa untuk memenuhi
kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa
memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang dia kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan
bersujud dihadapanya
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya,
berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu. Bangsa Arab
juga berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal
itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya. Selain
itu orang Arab juga mempercayai pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala
Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan ramalan nasib sial dengan sesutau. Ada
juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram
jika dendamnya belum dibalaskan, ruhnya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan
dipadang seraya berkata , “Berilah aku minum, berilah aku minum !” jika dendamnya sudah
dibalaskan maka ruhnya akan menjadi tentram.
Walaupun demikian, masyarakat Arab jahiliyah tidak meninggalkan ajaran Ibrahim,
seperti mengagungkan Kabah, thawaf disekelilingnya , haji, umrah, wuquf di Arafah dan
Muzdalifah, namun hal-hal baru dalam pelaksanaanya. Semua gambaran agama dan
kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari,
yakin terhadap hayalan dan khurafat sealu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama
dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu, sementara sebelum itu sudah ada agama
Yahudi, Masehi, Majusi dan Shabiah yang masuk kedalam masayarakat Arab. Tetapi itu
hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah
terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan Islam.
Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak.
Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaanya jauh sekali dari
perintah dan larangan syariat Ibrahim.
B. Saran-saran
Dengan mengetahui sejarah sosial Arab sebelum datangnya Rosulullah SAW, penulis
menyarankan agar ini bisa menjadi cermin bagi kita dan motivasi untuk bisa lebih maju
dalam memahami sejarah peradaban islam dan melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad
SAW.
DAFTAR PUSTAKA