You are on page 1of 14

ARAB PRA ISLAM

MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam

Disusun Oleh :
Akhmad Fauzi Hamdani
1210202014

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Arab pra Islam”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas matakuliah Sejarah Peradaban Islam. Terimakasih yang setulusnya
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari kuantitas maupun kualitas, saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
kami harapkan demi perbaikan.

Bandung, 22 Februari 2011

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II ARAB PRA ISLAM....................................................................................................2
A. Letak Geografis Jazirah Arab........................................................................................2
B. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan.............................................................................4
C. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan..........................................................................5
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab..................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah peradaban Islam dari awal Islam terbentuk sampai sekarang merupakan
sebuah perjalanan panjang, hal ini dapat kita ketahui dengan cara mengurutkan semua
sejarah peradaban Islam dari awal hingga masa sekarang. Sejarah mencatat bahwa Islam
lahir di Jazirah Arab kemudian menyebar luas keseluruh belahan dunia. Sebagai tempat
lahirnya Islam, Jazirah Arab memiliki kebudayaan yang tentu sangat erat kaitanya dengan
peradaban Islam. Untuk itu kami mengangkat tema Jazirah Arab sebelum lahirnya Islam
untuk mengetahui peradaban tempat lahirnya Islam tersebut.

B. Rumusan masalah
1. Letak geografis Jazirah Arab
2. Sistem politik dan kemasyarakatan
3. Sistem kepercayaan dan kebudayaan
4. Kehidupan sosial masyarakat Jazirah Arab

C. Tujuan
Dengan selesainya makalah ini, kami bertujuan untuk menjelaskan dan
memaparkan tentang sejarah sosial Arab sebelum datangnya Islam, sehingga para
mahasiswa dapat memahami materi dengan baik.
BAB II
ARAB SEBELUM ISLAM

A. Letak Geografis Jazirah Arab


Jazirah ditinjau dari segi bahasa berarti pulau sedangkan Arab berarti gurun atau
tanah tandus yang tidak ada air dan tumbuhannya. Sehingga tanah yang di sebelah barat
berbatasan dengan Laut Merah, sebelah timur berbatasan dengan teluk Arab dan Irak
Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arab dan di utara berbatasan dengan
negara-negara Syam ini disebut Jazirah Arab. Begitu pula penduduk yang tinggal di
daerah ini, mereka disebut Orang Arab.1
Dilihat dari peta, Jazirah Arab berbentuk persegi panjang yang sisi-sisinya tidak
sejajar.2 Batasan-batasan alam yang membatasi Jazirah Arab adalah:
1. Di bagian barat: Berbatasan dengan Laut Merah.
2. Di bagian timur: Berbatasan dengan Teluk Arab.
3. Di bagian utara: Berbatasan dengan Gurun Irak dan Gurun Syam.
4. Di bagian selatan: Berbatasan dengan Samudra Hindia.
Jazirah Arab terbagi atas dua bagian3 yaitu bagian bagian tengah dan bagian tepi.
Setiap bagian memiliki bentangan alam tersendiri. Bagian tengah terdiri dari daerah
pegunungan yang sangat jarang dituruni hujan.di bagian tengah inilah orang Badui
tinggal.
Bagian tengah dari Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian yang lebih kecil
yaitu:bagian utara yang disebut Najed dan bagian selatan yang disebut Al-Ahqaf. Bagian
selatan penduduknya amat sedikit. Karenanya bagian ini disebut Ar-Rab'ul Khali (tempat
yang sunyi).
Jazirah Arab bagian tepi merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah
Arab. Pada bagian tepi ini, hujan yang turun cukup teratur. Bagian tepi inilah yang
didiami oleh orang atau penduduk kota .
Sedangkan ahli –ahli ilmu purba membagia Jazirah Arab menjadi tiga bagian:
• Arab Petrix, yaitu daerah-daerah yang terletek di sebelah barat daya lembah Syam.
• Arab Deserta, yaitu daerah Syam sendiri.

1
A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003), 28.
2
Supriyadi, dedi . Sejarah Peradaban Islam.( Bandung: CV Puastaka Setia, 2008)
3
Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 6-7
• Arab Felix,yaitu negeri Yaman yang terkenal dengan sebutan “Bumi Hijau”.

Ketika membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum Islam,
biasanya orang membatasi pembicaraan hanya pada Jazirah Arab, padahal bangsa Arab
juga mendiami daerah-daerah disekitar Jazirah.4 Jazirah Arab memang merupakan
kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terbagi menjadi dua bagian besar,
yaitu bagian tengah dengan bagian pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap,
yang ada hanya lembah-lembah berair dimusim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah
adalah padang pasir Sahara yang terletak ditengah dan memiliki keadaan dan sifat yang
berbeda-beda, karena itu bisa dibagi menjadi tiga bagian5 :
1. Sahara Langit memanjang 140mil dari Utara ke Selatan dan 180mil dari Timur ke
Barat, disebut juga Sahara Nufud. Oase dan mata air sangat jarang, tiupan angin
seringkali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan daerah ini sukar ditempuh.
2. Sahara Selatan yang membentang menyambung Sahara Langit ke arah Timur sampai
Selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir
bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan al-Arub’ al-Khali (bagian yang sepi)
3. Sahara Harrat, sesuatau daerah yang terdiri dari tanah liat yang berbatu hitam
bagaikan terbakar. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar keluasan Sahara ini,
seluruhnya mencapai 29 buah.

4
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 9
5
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm.10
D. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan
Penduduk Sahara sangat sedikit terdiri dari suku-suku Badui yang mempunyai gaya
hidup pedasaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah kedaerah lain guna mencarai air
dan padang rumput untuk gembalaan mereka, kambing, dan unta.6
Adapun daerah pesisir, bila dibandingkan dengan Sahara sangat kecil, bagaikan
selembar pita yang mengelilingi Jazirah. Penduduk sudah hidup menetap dengan mata
pencaharian bertani dan berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai macam
budaya bahkan kerajaan.7
Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi
dua golongan besar8, yaitu Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan
Islamil ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan ‘Adnaniyun, dan
wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi, lama kelamaan kedua
golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari Utara ke Selatan atau
sebaliknya.
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan
badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang
komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa
kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka
sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok
menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.9 Bahkan mereka rela mati demi
membela kaluarga atau kabilahnya. Mereka juga rela mati demi membela sukunya.
Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi. Sikap
ini tampaknya telah menjadi tabiat yang telah mendarah daging dalam diri orang Arab.
Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.
Situasi seperti ini terus berlangsung sampai agama Islam lahir. Dunia Arab ketika itu
merupakan kancah peperangan terus menerus.
Pada sisi lain, meskipun masyarakat Badui mempunyai pemimpin, namun mereka
hanya tunduk kepada syaikh atau amir (ketua kabilah) itu dalam hal yang berkaitan dengan
peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu, syaikh atau
amir tidak kuasa mengatur anggota kabilahnya.

6
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
7
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
8
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 10
9
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2010), hlm. 11
E. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan
Pada mulanya sebagian besar penduduk Jazirah Arab memenuhi seruan dakwah Nabi
Ismail AS. Yang mengajak mereka untuk mengikuti agama Ayahnya, yaitu Ibrahim AS.
Mereka menyembah Allah SWT dan mengesakannya. Namun dengan berjalannya waktu
dan lamanya masa fatrah, mereka mulai mencampur adukkkan antara yang hak dan bathil.
Maka masuklah ajaran kemusyrikan dan mereka mulai menyembah berhala. Akhirnya
berkembanglah polytheisme.10
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid
dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay (Pemimpin Bani
Khuzaah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek
terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang menyukainya dan hampir-hampir
mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala dan ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik
dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para rasul dan diturunkanya kitab. Maka
dia pulang dengan membawa Hubal dan meletakanya di Kabah11. Setelah itu dia mengajak
penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang-orang Hijaz banyak
yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Kabah dan
penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-
tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi Laut Merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Thaif.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.

Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti:
10
Safi al-Rahman al-Mubarakfuri. Al-Rahiq al-Makhtum; Bahth fi al-Sirah al-Nabawiyah (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1999), 35
11
Muhammad Sa’id Ramadan al-Buthi. Fiqh al-Sirah al-Nabawiyah Ma’ Mujaz li Tarikh al-Khulafa al-Rashidah. (Kairo: Dar al-Salam,
1990), 37-38
1. Mereka mengelilingi berhala dan menandatanganinya, berkomat kamit
dihadapanya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdoa untuk memenuhi
kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa
memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang dia kehendaki.
2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan
bersujud dihadapanya
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya,
berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu. Bangsa Arab
juga berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal
itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya. Selain
itu orang Arab juga mempercayai pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala
Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan ramalan nasib sial dengan sesutau. Ada
juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram
jika dendamnya belum dibalaskan, ruhnya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan
dipadang seraya berkata , “Berilah aku minum, berilah aku minum !” jika dendamnya sudah
dibalaskan maka ruhnya akan menjadi tentram.
Walaupun demikian, masyarakat Arab jahiliyah tidak meninggalkan ajaran Ibrahim,
seperti mengagungkan Kabah, thawaf disekelilingnya , haji, umrah, wuquf di Arafah dan
Muzdalifah, namun hal-hal baru dalam pelaksanaanya. Semua gambaran agama dan
kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari,
yakin terhadap hayalan dan khurafat sealu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama
dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu, sementara sebelum itu sudah ada agama
Yahudi, Masehi, Majusi dan Shabiah yang masuk kedalam masayarakat Arab. Tetapi itu
hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah
terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan Islam.
Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak.
Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaanya jauh sekali dari
perintah dan larangan syariat Ibrahim.

F. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab


 Ada dua cara dalam mempelajari syair Arab dimasa Jahiliyah, kedua cara itu sangat
besar faedahnya :
 Mempelajari syair itu sebagai suatu kesenian, yang oleh bangsa Arab sangat
dihargai.
 Mempelajari syair itu dengan maksud, supaya kita dapat mengetahui adat istiadat dan
budi pekerti bangsa Arab.
 Syair adalah salah satu seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimulyakan
oleh bangsa Arab. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyir-penyair, untuk
mendengarkan syair-syair mereka.
 Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul, yaitu : Pasar Ukaz, Majinnah,
dan Zul Majas. Dipasar-pasar itu penyir-penyair memperdengarkan syairnya yang telah
disiapkannya untuk maksud itu, dengan di kelilingi oleh warga sukunya; yang memuji dan
merasa bangga dengan penyair-penyair mereka. Dipilihlah diantara syair-syair itu yang
terbagus, lalu digantungkan di Kabah tidak jauh dari patung dewa-dewa pujaan
mereka.Seorang penyair mempunyai kedudukan yang sangat amat tinggi dalam masyarakat
bangsa Arab.Salah satu pengaruh dari syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat
meninggikan derajat seorang yang tadinya hina, atau sebaliknya, dapat menghina-dinakan
seseorang yang tadinya mulia.
 Sebagai contoh dapat kita sebutkan disini Abdul Uzza Ibnu Amir, dia adalah seorang
yang hidupnya melarat dan putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak ada pemuda-pemuda
yang mau memperistri mereka. Kemudian dia dipuji oleh al Asya seorang penyair ulung.
Syair al Asya yang berisi pujian itu tersiar kemana-mana. Dengan demikian menjadi
masyhurlah Abdul 'Uzza itu; penghidupanya menjadi baik, maka berebutlah pemuda-
pemuda meminang putri-putrinya. Itulah syair dan demikianlah pengaruhnya, syair itu
sebagai suatu seni yang telah menggambarkan kehidupan, budi pekerti, dan adat istiadat
bangsa Arab.
    Syair-syair dari penyair-penyair yang hidup dimasa Jahiliyah menjadi sumber yang
terpenting bagi sejarah bangsa Arab sebelum Islam. Syair-syair dapat menggambarkan
kehidupan bangsa Arab dimasa Jahiliyyah. Orang yang membaca syair Arab, akan melihat
kehidupan bangsa Arab tergambar dengan jelas pada syair itu. Dia akan melihat padang
pasir kemah-kemah tempat permainan dan sumber-sumber air. Dia akan mendengar tutur
kata pemimpin-pemimpin laki-laki dan wanita. Di akan mendengar bunyi kuda dan
gemerincingan pedang. Syair itu akan mengisahkan kepadanya peperangan-peperangan,
adat istidat dan budi pekerti bangsa Arab, dan banyak lagi hal-hal lain yang syair Arab
Jahiliyah itu adalah sumber untuk mengetahuinya.
Menurut Musthafa Sa’id Al-Khinn dalam buku Dirasat Tarikhiyyat Li al-Fiqh wa
Ushulih wa al-lati zaharat fihima yang dikutip Jaih Mubarok, bahwa bangsa Arab para
Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Dalam perkawinan
mereka mengenal beberapa maca, diantaranya :
1. Istibla, yaitu seorang suami meminta kepada isterinya supaya berjimak
dengan laki-laki yang dipandang mulia atau memiliki kelebihan tertentu
seperti keberanian dan kecerdasan. Selama isterinya “bergaul” dengan laki-
laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak berjimak dengan Isterinya
ebelum terbukti bahwa isterinya hamil. Tujuan perkawinan semacam ini
adalah agar isteri melahirkan anak yang memiliki sifat yang dimiliki oleh
laki-laki yang menyetubuhinya yang tidak dimiliki suaminya. Seperti seorang
suami merelakan issterinya berjimak dengan raja sampai terbukti hamil agar
memperoleh anak yang berasal dari orang terhormat.
2. Maqhtu, yaitu seorang laki-laki yang menikahi ibu tirinya setelah bapaknya
meninggal dunia. Jika seorang anak mengawini ibu tirinya, dia
menginginkanya; sementara ibu tirinya tidak memiliki kewenangan untuk
menolak. Jika anak laki-laki tersebut masih kecil, ibu tiri diharuskan
menunggu sampai anaknya itu dewasa. Setelah dewasa, anak tersebut berhak
memilih untuk menjadikanya sebagai isteri atau melepaskanya.
3. Badal, yaitu tukar menukar tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan
untuk memuaskan hubungan seks dan menghindari kebosanan.
4. Shighar, yaitu seorang wali menikahi anak atau saudara perempuanya kepada
seoarang laki-laki tanpa mahar.
Disamping tipe perkawinan diatas, Abdul Karim Khalil mengemukakan analisis
Fyzee yang mengutip pendapat Abdur Rahim dalam buku Kasf Ghumma, bahwa beberapa
perkawinan lain yang terjadi pada bangsa Arab sebelum datanya Islam yaitu :
1. Bentuk perkawinan yang diberi sanksi oleh Islam, yakni seseorang yang
meminta kepada orang lain untuk menikahi saudara perempuan atau budak
dengan bayaran tertentu (mirip kawin kontrak)
2. Prostitusi sudah dikenal. Biasanya dilakukan kepada para pendatang / tamu di
tenda-tenda dengan cara mengibarkan bendera tanda memenggil. Jika
wanitanya hamil, maka ia akan memilih diantara laki-laki yang
mengencaninya itu sebagai bapak dari anak yang dikandung.
3. Mutah adalah praktik yang umum dilakukan bangsa Arab sebelum Islam.
Meskipun pada awalnya Nabi Muhammad saw. Mentolelir, namun akhirnya
melarang. Hanya kelompok syiah Itsna Ashhariah yang mengizinkan
perkawinan bangsa Arab.
Sedangkan dalam bidang muamalat, Subhi Mahmashshani sebagaimana yang
dikutip Jain Mubarok mengatakan bahwa diantara kebiasaan mereka adalah kebolehan
transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerjasama pertanian (Muzara’at) dan riba. Selain itu,
terdapat jual beli yang bersifat spekulatif seperti bay al-munabadzat., diantara ketentuan
hukum keluarga Arab Pra Islam adalah berpoligami dengan perempuan dengan jumlah tanpa
batas, serta anak kecil dan perempuan tidak dapat menerima harta pusaka atau harta
peninggalan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jazirah ditinjau dari segi bahasa berarti pulau sedangkan Arab berarti gurun atau tanah
tandus yang tidak ada air dan tumbuhannya. Bila dilihat dari asal-usul keturunan, penduduk
Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun (keturunan
Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Islamil ibn Ibrahim). Mereka membentuk kelompok-
kelompok atau suku-suku dan mereka suka berperang antara satu dan lainya.
Ditinjau dari segi kepercayaan, bangsa Arab sebelum Islam telah mengikuti ajaran
agama Nabi Ibrahim As. Namun lama kelamaan praktik ibadah yang mereka lakukan jauh
dari ajaran Ibrahim dan mereka malah menggunakan berhala sebagai sarna untuk meminta
dan memohon pertolongan kepada Allah. Jika ditinjau dari kehidupan sosial masyarakat,
mereka sangat merendahkan derajat perempuan.

B. Saran-saran
Dengan mengetahui sejarah sosial Arab sebelum datangnya Rosulullah SAW, penulis
menyarankan agar ini bisa menjadi cermin bagi kita dan motivasi untuk bisa lebih maju
dalam memahami sejarah peradaban islam dan melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad
SAW.
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada


Suntiah, Ratu dan Maslani. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Insan Mandiri
Supriyadi, dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Puastaka Setia
A. Syalabi. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru
Hasan Ibrahim Hasan. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Kalam Mulia

You might also like