You are on page 1of 19

Ê Ê

   



‘ Ê  

Masalah kependudukan merupakan titik sentral dan menjadi pusat
perhatian dalam setiap proses pembangunan, mengingat penduduk merupakan
sumber daya utama penggerak sekaligus sasaran dari pembangunan itu sendiri.
Setiap perubahan fenomena kependudukan seperti kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), dan perpindahan (migrasi) tentu saja akan berimplikasi terhadap
pelaksanaan pembangunan.
Integrasi antara permasalahan kependudukan dengan pembangunan dapat
digambarkan melalui sebuah siklus sebagai berikut : perubahan dalam tiga elemen
pokok dinamika kependudukan yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan dalam
mempengaruhi jumlah, komposisi/ struktur dan persebaran/ distribusi penduduk.
Sedangkan perubahan dalam jumlah, struktur dan distribusi penduduk dapat
berpengaruh ke berbagai aspek pembangunan. Selanjutnya perubahan pada
berbagai aspek pembangunan akan mempengaruhikelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas) demikian seterusnya.
Sebagai contoh, perubahan jumlah penduduk antara lain berimplikasi
terhadap masalah penyediaan pangan dan pelayanan kesehatan. Komposisi umur
penduduk antara lain berkaitan dengan masalah kesehatan balita, pendidikan,
penyediaan lapangan pekerjaan dan penanganan penduduk lanjut usia (lansia).
Sedangkan masalah persebaran penduduk antara lainakan berimplikasi terhadap
masalah tata ruang kota, perumahan, lingkungan, distribusi penduduk antar
wilayah, transportasi, keamanan, kerawanan sosial dan lain-lain. Selanjutnya
untuk menyelesaikan berbagai masalah kependudukan yang ada diperlukan
berbagai kebijakan pembangunan, dan kebijakan ini pada gilirannya akan
berpengaruh terhadap jumlah, komposisi dan persebaran penduduk. Keadaan ini
akan berlangsung secara berkesinambungan.
Namun demikian bila diamati lebih mendalam, dinamika kependudukan
sebenarnya tidak hanya terkait dengan proses pembangunan saja. Aspek lain yang
turut mempengaruhi antara lain adalah kebiasaan/ nilai-nilai yang dianut
masyarakat, adat istiadat, agama dan keadaan sosial budaya lainnya.
Mengingat demikian kompleksnya aspek kependudukan dan juga
demikian pentingnya aspek ini bagi pembangunan, maka diperlukan adanya
analisis yang mampu memberikan gambaran atas berbagai fenomena
kependudukan yang terjadi, sehingga berbagai permasalahan yang ada bisa segera
diidentifikasikan untuk selanjutnya dicari jalan pemecahannya. Berbagai aspek
kependudukan yang dicakup dalam tulisan ini antara lain meliputi jumlah dan
komposisi penduduk, fertilitas dan mortalitas, migrasi, pendidikan,
ketenagakerjaan, kesehatan dan perumahan.

c

 ‘ G  
Secara umum tujuan disusunnya Profil Kependudukan tahun 2000 adalah
sebagai berikut:
a)‘Memberikan gambaran mengenai dinamika kependudukan di Provinsi
Jawa Timur sampai dengan keadaan tahun 2000, perkembangannya antar
waktu, serta variasinya antar kabupaten/ kota, jenis kelamin, daerah tempat
tinggal, maupun kondisi sosial-demografi lainnya.
b)‘Sebagai bahan dalam melakukan evaluasi, monitoring maupun
perencanaan kegiatan yang bersifat makro, khususnya mengenai kegiatan
pembangunan di daerah.

 ‘    
Profil Kependudukan Provinsi Jawa Timur ini mencakup gambaran
tentang ciri-ciri Kependudukan Jawa Timur dengan segala aspek yang terkait
didalamnya. Pembahasan hanya dilakukan secara umum, dan mencakup keadaan
pada tahun 1980,1990, dan 2000.
Berdasarkan kelengkapan data yang ada, aspek-aspek yang disajikan
adalah sebagai berikut:
a)‘ Aspek Gambaran Umum Wilayah secara keadaan geografis, ekonomi dan
sosial budaya
b)‘ Aspek Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, dan
Komposisi Penduduk

 ‘   
Vata yang digunakan dalam penyusunan Profil Kependudukan Provinsi
Jawa Timur tahun 2000 bersumber dari hasil Sensus Penduduk 2000, Survei
Modul Kependudukan (SP2000-MK), Susenas, dan lainnya.

0
Ê Ê
 Ê    

ë   !
Provinsi Jawa Timur terletak di Pulau Jawa pada posisi 111º , 0¶ hingga
114º , 4¶ Bujur Timur dan 7º , 12¶ hingga 8º , 48¶ Lintang Selatan. Wilayah
Provinsi Jawa Timur yang luasnya 46.713 km², secara umum terdiri dari dua
bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan kepulauan Madura. Luas wilayah
Jawa Timur daratan mencakup hampir 90 persen dari keseluruhan luas wilayah
Provinsi Jawa Timur dan sisanya yaitu sekitar 10 persen adalah luas kepulauan
Madura.
Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau terdiri dari 162 pulau bernama
dan 67 pulau tak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. Provinsi
Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudera
Indonesia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Secara administratif,
Jawa Timur terdiri atas 29 kabupaten dan 9 kota, menjadikan Jawa Timur sebagai
provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia.

  

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan


memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,28
persen terhadap Produk Vomestik Bruto (PVB) nasional serta bobot penimbang
daerah Jawa Timur dalam penghitungan inflasi nasional sebesar 12,08 persen.
Peran strategis lainnya adalah sebagai daerah yang menjadi sumber pangan
nasional, konsentrasi pengembangan industri pengolahan dan menjadi pintu
gerbang perdagangan bagi Kawasan Timur Indonesia.

Kegiatan ekonomi di Jawa Timur mengalami kemajuan pesat hingga paruh


pertama dasawarsa sembilan puluhan. Pertumbuhan tertinggi mencapai puncaknya
pada tahun 1996 yang tercatat sebesar 8,26 persen. Namun krisis ekonomi yang
berkepanjangan sejak awal paruh kedua tahun 1997 telah menimbulkan
kemunduran ekonomi yang ditandai dengan melemahnya tingkat pertumbuhan
ekonomi pada tahun 1997 yang hanya mencapai 5,02 persen dan bahkan pada
tahun 1998. Vampak krisis ekonomi telah menimbulkan kontraksi pertumbuhan
yang belum pernah dialami sebelumnya. Hal ini tercermin dari angka
pertumbuhan pada tahun 1998 sebesar minus 16,22 persen. Pada tahun 1999 ±
2000 keadaan ekonomi mulai sedikit membaik yang ditunjukkan dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1,18 persen (pada tahun 1999) dan 3,19 persen
(pada tahun 2000).

Kontribusi perekonomian di Jawa Timur banyak disumbang oleh sektor


industri. Pada tahun 1997 sektor ini menyumbang sebesar 29,9 persen dan sedikit

º
mengalami penurunan menjadi 27,8 persen pada tahun 1998, kemudian pada
tahun1999 turun menjadi 27,4 persen dan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi
27,08 persen. Penyumbang perekonomian terbesar kedua adalah sektor
perdagangan, yaitu 21,3 persen pada tahun 1997 dan kontribusinya pada tahun-
tahun berikutnya relatif stabil.

Penyumbang terbesar berikutnya berasal dari sektor pertanian. Meskipun


sumbangannya sektor ini tidak terlalu besar, tetapi ada kecenderungan
persentasenya mengalami kenaikan, yaitu dari 16 persen pada tahun 1997 menjadi
18,1 persen dan 18,2 persen pada tahun 1998 dan 1999. Hal ini mungkin terkait
dengan dampak krisis ekonomi yang mengakibatkann banyak pekerja di sektor
industri pindah ke sektor pertanian yang pada gilirannya meningkatkan output di
sektor ini. (lihat Tabel 2.2)

G 


Ê    "!# $ G G % 


&&' (
)))

 
&&'
&&*
&&+
&&& )))
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertumbuhan PV B (%) 8,26 5,02 -16,22 1,18 3,19**
2. Kontribusi sektoral dalam
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
PV B (%)
Pertanian 16,60 16,0 18,1 18,2 17,81
Pertambangan 1,59 1,35 0,92 0,88 0,85
Industri 28,66 29,9 27,8 27,4 27,08
Listrik, gas & air bersih 1,85 1,76 2,17 2,42 2,59
Perdagangan 21,04 21,3 20,9 21,3 21,89
Pengangkutan 6,74 6,53 7,45 8,07 8,26
Keuangan 6,44 6,39 6,06 5,65 5,59
Jasa-jasa 10,21 10,00 11,28 11,29 11,19
Konstruksi 6,87 6,77 5,32 4,79 4,74
3. Inflasi (%) 7,35 10,40 82,31 0,57 10,35
4. Penganggur terbuka (%) 3,6 3,5 4,7 4,96 4,45
Catatan : **) Angka Sangat Sementara
Sumber : BPS-Jawa Timur

Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, juga


berdampak pada angka pengangguran di Jawa Timur. Banyaknya perusahaan
industri yang tidak dapat beroperasi mengakibatkan banyak pekerja yang
kehilangan pekerjaannya. Sampai dengan tahun 1999 angka pengangguran

D
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi maka angka pengangguran mulai
menunjukkan penurunan yaitu menjadi 4,45 persen pada tahun 2000.

  ! Ê  , 
Beberapa aspek penting dalam konteks sosial dan budaya yang perlu
mendapat perhatian serius dalam pembangunan daerah Jawa Timur yaitu aspek
pendidikan, kebudayaan, kesenian, kesehatan, sosial, pariwisata, kedudukan dan
peran perempuan serta kehidupan umat beragama.
Pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis dalam pembangunan
suatu daerah, karena pendidikan sangat menentukan masa depan penduduknya.
Permasalahan pendidikan yang sangat mendasar adalah rendahnya kualitas
penyelenggaraan pendidikan. Beberapa faktor penting yang mendorong terjadinya
permasalahan tersebut antara lain adalah inefisiensi penggunaan fasilitas
pendidikan , lemahnya manajemen pendidikan, rendahnya kualitas tenaga
pengajar, irrelevansi kurikulum dengan tuntutan masa depan, dan rendahnya
kesadaran masyarakat serta lemahnya ekonomi orang tua murid. Oleh karena itu
pemerintah daerah akan terus memberikan perhatian yang besar, dengan
mengalokasikan anggaran pembangunan pendidikan secara lebih memadai.
Vi bidang kebudayaan, seni dan pariwisata Jawa Timur merupakan daerah
yang dikenal kaya nuansa budaya serta memiliki aneka jenis kesenian (modern
dan tradisional) sebagai ekspresi dari realitas kehidupan. Visamping itu juga kaya
akan objek wisata yang cukup dikenal oleh wisatawan baik domestik maupun
manca negara.

Selanjutnya di bidang kesehatan, kemampuan masyarakat untuk


memelihara kesehatan semakin menurun sebagai akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu penyelenggaraan pembangunan masyarakat di
Provinsi Jawa Timur diarahkan pada hal-hal yang dapat meningkatkan mutu
sumber daya manusia secara dini, lingkungan yang saling mendukung,
pemberantasan penyakit infeksi serta perbaikan gizi masyarakat.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur yang mencapai 34,78 juta orang
terdiri dari berbagai macam agama/ kepercayaan dengan mayoritas penduduknya
adalah pemeluk agama Islam. Oleh karena itu upaya-upaya yang dapat
memperkokoh keberadaan serta identitas hidupnya, secara pribadi maupun
bersama-sama, atas dasar nilai-nilai keagamaan senantiasa dilakukan secara
bersama-sama pula sehingga dapat membangun masyarakat yang sejahtera, maju,
mandiri, demokratis dan berperadaban.

å
Ê Ê
#  ë  ë

Jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan keseimbangan
dinamis karena sifatnya yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan yang
terjadi setiap saat tersebut perlu dicermati dan membutuhkan perhitungan terus
menerus agar hasilnya bermanfaat dalam membuat perencanaan yang sedapat
mungkin relevan dengan kondisi di masa depan.

 #  %  
Fenomena perubahan jumlah penduduk senantiasa dialami suatu wilayah
administrasi. Hal ini dikarenakan perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh
perubahan komponen-komponen demografis seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi.


    %   
Berdasarkan data Sensus Penduduk 1980 sampai dengan 2000 jumlah
penduduk Jawa Timur terus bertambah. Pada tahun 1980, jumlah penduduk Jawa
Timur sebanyak 29,1 juta jiwa, selanjutnya pada tahun 1990 meningkat menjadi
32,5 juta jiwa atau mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 1,11persen.
Kemudian pada tahun 2000, menjadi 34,7 juta jiwa atau mengalami pertumbuhan
sebesar 0,7 persen selama periode 1990-2000.

Indonesia Jawa Timur


Tahun Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan
Penduduk Penduduk Penduduk Penduduk
(1) (2) (3) (4) (5)
1980 147.490.298 2,32 29.188.852 1,39
1990 179.321.641 1,97 32.503.815 1,11
20001) 196.582.579 0,94 34.765.998 0,69
Sumber: SP1980, SP1990, dan SP2000
Keterangan : 1) Jumlah penduduk tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 17.642 jiwa.
Pada periode 1980-1990 secara umum memperlihatkan adanya
kecenderungan semakin menurunnya laju pertumbuhan penduduk di sebagian
besar kabupaten/kota di Jawa Timur. Bahkan kabupaten Madiun mempunyai laju
pertumbuhan penduduk negatif yaitu sekitar -0,10 persen per tahun. Vaerah
kab/kota lain yang juga mempunyai laju pertumbuhan penduduk sangat kecil
adalah kabupaten Blitar yaitu sebesar 0,08 persen per tahun. Tetapi yang perlu
dicatat, sebenarnya penyebab rendahnya laju pertumbuhan penduduk di kabupaten
Madiun dan Blitar ini bukan semata-mata disebabkan oleh dinamika komponen
demografis seperti kelahiran, kematian, dan migrasi, melainkan lebih disebabkan

·
oleh adanya pemekaran wilayah kota Madiun dan Blitar yang mengambil
sebagian wilayah kabupaten dan tentu saja berikut penduduk yang bertempat
tinggal di daerah tersebut. Vaerah kabupaten/kota lain yang mempunyai laju
pertumbuhan penduduk rendah dan diduga memang disebabkan oleh dinamika
komponen demografis adalah kabupaten Banyuwangi (0,24% per tahun),
kabupaten Magetan(0,30% per tahun) , kabupaten Ngawi(0,40 per tahun) , dan
kabupaten Pacitan (0,46 per tahun). Sebaliknya daerah kab/kota yang mempunyai
laju pertumbuhan yang sangat tinggi adalah kabupaten Sidoarjo(3,17% per tahun)
dan kota Surabaya(2,05% per tahun). Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
di sebagian besar wilayah kota lebih disebabkan oleh adanya perubahan wilayah
administrasi, kecuali di kota Surabaya dan kota Kediri karena di kedua kota
tersebut tidak ada perubahan wilayah administrasi.

Selanjutnya pada periode 1990-2000, rata-rata pertumbuhan penduduk per


tahun menurut kab/kota memperlihatkan gambaran pertumbuhan per tahun yang
cukup bervariasi yaitu berkisar antara -0,39 sampai 3,06 persen per tahun.
Sekalipun masih ada daerah yang pertumbuhannya cukup tinggi, pertumbuhan
meningkat, menurun bahkan adapula yang pertumbuhannya negative, tetapi
gambaran secara umum memperlihatkan kecenderungan semakin menurun.
Vaerah kab/kota yang mempunyai pertumbuhan penduduk cukup tinggi
selama periode 1990-2000 (di atas 1%) sebanyak 4 daerah tingkat dua, antara lain
kab. Sidoarjo mencapai sekitar 3,06% per tahun. Kab. Gresik mencapai sekitar
1,67% per tahun, kab. Mojokerto sekitar 1,49% per tahun dan kab. Pasuruan
mencapai sekitar 1,52% per tahun. Hal ini dapat dimaklumi karena empat daerah
tersebut merupakan daerah industrialisasi yang cukup besar yaitu sebagai
pengembangan wilayah industrialisasi di kota Surabaya. Khusus untuk kabupaten
Sidoarjo dan Gresik pertumbuhan penduduk juga berkaitan dengan
pengembangan daerah pemukiman(komplek perumahan) di kedua daerah tersebut
yang sebagian besar penghuninya merupakan penduduk yang bekerja di Surabaya
ataupun penduduk yang sebelumnya tinggal di Surabaya.
Adapun daerah kab/kota yang mengalami laju pertumbuhan penduduk
negatif selama periode 1990-2000 sebanyak tiga daerah, antara lain kota Madiun
mengalami pertumbuhan sebesar -0,39 persen per tahun, kota Kediri sebesar -0,22
persen per tahun, kab. Magetan sebesar -0,20 persen per tahun.

Beberapa hal yang diduga menyebabkan negatifnya pertumbuhan


penduduk di empat daerah tersebut antara lain adalah perpindahan penduduk ke
daerah lain baik untuk bekerja, sekolah, ataupun pindah tempat tinggal terutama
untuk penduduk daerah kota pindah ke komplek perumahan yang dibangun di
wilayah kabupaten.

 

  ,   ë     
Berdasarkan data Sensus Penduduk 1980 sampai 2000 jumlah penduduk
Jawa Timur terus bertambah. Pertambahan jumlah penduduk tersebut tentunya
akan menjadi masalah jika penyebarannya tidak merata. Fenomena yang terjadi
hingga saat ini adalah terjadinya perpindahan penduduk dari perdesaan ke
perkotaan atau dari daerah yang bersifat rural ke daerah yang bersifat urban.
Keadaan ini mengakibatkan jumlah penduduk antara satu wilayah dengan lainnya
menjadi tidak seimbang yang pada akhirnya akan memicu permasalahan sosial
dan ekonomi khususnya bagi daerah yang menjadi sasaran migrasi. Sedangkan
bagi daerah yang ditinggalkan oleh penduduknya akan mengalami krisis sumber
daya manusia.

Tabel 2
Kepadatan Penduduk Indonesia dan Beberapa Propinsi Terpadat
Tahun 1980, 1990, dan 2000 (jiwa per km2)

Propinsi 1980 1990 20001)


(1) (2) (3) (4)
VKI Jakarta 11.291 14.330 12.628
VI Yogyakarta 876 928 976
Jawa Tengah 735 827 948
Jawa Barat 559 720 1.009
Jawa Timur 609 678 729
Indonesia 77 93 106
Sumber: BPS Jawa Timur, SP1980, SP1990, dan SP2000
Keterangan: 1) Jumlah penduduk tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 17.642 jiwa.

ÿ
c0

c

ÿ

·
cèÿ
D
cèè
0 0c

Vari tahun 1980 sampai 1990 kepadatan penduduk Jawa Timur meningkat
menjadi 678 jiwa dan terakhir pada tahun 2000 menjadi 726 jiwa per kilometer
persegi atau mengalami peningkatan 6,61 persen.
Persebaran penduduk Jawa Timur apabila disimak berdasarkan persentase
penduduk kab/kota terhadap penduduk propinsi pada tahun 1980 yang terbesar
adalah kab. Malang yaitu meliputi sekitar 7,01 persen terhadap total penduduk
Jawa Timur. Posisi kedua adalah kota Surabaya sekitar 6,95 persen, sedangkan
kab. Jember berada di posisi ketiga yaitu sekitar 6,44 persen, disusul kab.
Banyuwangi sekitar 4,87 persen dan kab. Kediri 4,23 persen. Sedangkan pada
tahun 1990 proporsi penduduk tertinggi adalah kota Surabaya yaitu meliputi
sekitar 7,64 persen baru kemudian kab. Malang (6,87%). Kemudian pada tahun
2000 proporsi penduduk tertinggi tetap kota Surabaya(7,48%) kemudian kab.
Malang (6,94%). Apabila laju pertumbuhan penduduk tetap stabil seperti
sekarang, diduga kota Surabaya di masa mendatang akan tetap menjadi kota
terbanyak penduduknya.
Jika diperhatikan proporsi penduduk menurut status daerah perkotaan dan
perdesaan selama tahun 1980-2000, maka proporsi yang terbesar adalah di kota.
Untuk tahun 2000 proporsi penduduk perkotaan di daerah kota antara 80-100
persen. Tingginya persentase penduduk perkotaan yang dicapai daerah kota lebih
disebabkan karena adanya perubahan klasifikasi urban-rural. Vaerah kota yang
tidak mempunyai desa yang berstatus perdesaan antara lain kota Kediri, kota
Blitar, kota Mojokerto, dan Surabaya. Persentase penduduk perkotaan di
kabupaten yang tertinggi terdapat di kab. Sidoarjo (85,69%), kab. Jombang
(54,56%), dan kab. Gresik (49,82%).

è
Tabel 3

Empat Kab/Kota Berpenduduk Terbanyak di Propinsi Jawa Timur


Tahun 1980, 1990, dan 2000 1)
Persentase penduduk terhadap penduduk Perubahan(%
propinsi poin)
Kabupaten
1980 1990 2000 ¶80-µ90 ¶90-
µ00
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kota Surabaya 6,95 7,64 7,48 0,69 -1,16
Kab.Malang 7,01 6,87 6,94 -0,14 0,07
Kab.Jember 6,44 6,35 6,29 -0,09 -0,06
Kab.Banyuwangi 4,87 4,48 4,28 -0,39 -0,20
Sumber: BPS Jawa Timur, SP1980, SP1990, dan SP2000
Keterangan: 1) Jumlah penduduk tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 17.642 jiwa.
Vi samping itu adanya bias pembangunan yang cenderung ke kota juga
menyebabkan arus perpindahan penduduk tidak terdistribusi merata ke seluruh
wilayah. Berdasarkan pengamatan perkembangan kepadatan menurut daerah
kab/kota selama tahun 1980 sampai 2000, tampaknya di masa yang akan datang
kota Surabaya akan tetap merupakan daerah terpadat di Jawa Timur. Hal ini
terjadi karena kota Surabaya memiliki potensi yang sangat besar di bidang
perdagangan, industry, jasa dan transportasi, dan hiburan, dan fasilitas sosial
ekonomi lainnya. Berbagai potensi ini menjadi pendorong bagi penduduk dari
daerah sekitarnya bahkan dari propinsi lain untuk datang ke Surabaya. Apabila
kondisi ini tetap dibiarkan, bisa jadi daya tamping dan daya duku ng kota
Surabaya menjadi semakin tidak memadai, sehingga berbagai kerawanan seperti
kesehatan, pengangguran, kesenjangan sosial dan kriminalitas akan semakin sulit
untuk ditangani.

 ë!!  
 
     
 Komposisi penduduk menurut umur di Jawa Timur disajikan pada Tabel 4.
Pada tahun 1990, penduduk di bawah usia 15 tahun sekitar 31,4 persen, sedangkan
persentase penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sekitar 63,78 persen dan
sekitar 4,82 persen merupakan penduduk usia tua (65 tahun ke atas). Pada tahun
2000, persentase pada kelompok umur muda, produktif, dan tua masing-masing
adalah 25,51 persen, 68,53 persen, dan 5,95 persen.

c
Tabel 4

Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Propinsi


Jawa Timur
Tahun 1990 dan 20001)

Kelompo 1990 20001)


k umur Lk Pr Jml Lk Pr Jml
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
32,84 30,01 31,4 26,48 24,56 25,51
0-14 5.224.81 4.975.13 10.199.9 4.553.17 4.316.58 8.869.76
3 3 46 6 5 1
62,92 64,62 63,78 68,29 68,76 68,53
15-64 10.009.2 10.711.9 20.721.2 11.740.7 12.083.6 23.824.4
55 47 02 84 25 09
4,24 5,37 4,82 5,22 6,67 5,95
65+ 674.539 890.924 1.565.46 898.159 1.171.11 2.069.27
3 9 8
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Jumlah 15.908.6 16.578.0 32.486.6 17.193.2 17.572.7 34.765.9
07 04 11 72 26 98
Sumber : Hasil SP 1990 dan SP 2000 1), BPS Jawa Timur
Catatan: 1) Jumlah penduduk tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 17.642 jiwa.

cc
Selanjutnya berdasarkan informasi penduduk menurut struktur umur tersebut
dapat dihitung angka ketergantungan penduduk yang merupakan perbandingan
antara penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif. Pada
tahun 1990, rasio ketergantungan penduduk Jawa Timur sebesar 56,78 yang
berarti untuk setiap 100 penduduk usia produktif(15-64 tahun) menanggung
sekitar 57 penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65+ tahun). Angka
tersebut turun menjadi 45,92 pada tahun 2000.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proporsi penduduk


muda semakin menurun dan sebaliknya proporsi penduduk tua semakin semakin
meningkat. Kenyataan ini memberikan indikasi bahwa semakin menurunnya
tingkat kelahiran, di mana hal ini akan menyebabkan struktur umur penduduk
bergeser kea rah penduduk tua.

   !#!ë 


Komposisi penduduk menurut jenis kelamin atau disebut rasio jenis
kelamin (sex ratio) menggambarkan banyaknya penduduk laki-laki untuk setiap
100 penduduk perempuan. Biasanya rasio yang dihasilkan berbeda untuk setiap
kelompok umur. Pada waktu dilahirkan umumnya memiliki rasio di atas 100 dan
selanjutnya secara berangsur-angsur semakin menurun sejalan dengan kenaikan
umur sehingga pada kelompok umur tua semakin jauh dari 100. Gejala alami
tersebut biasanya ditafsirkan sebagai kelebihan perempuan dibanding laki-laki
dalam hal kelangsungan hidup.

Secara umum rasio jenis kelamin selama tahun 1980-2000


memperlihatkan kecenderungan semakin mendekati 100. Untuk Indonesia pada
tahun 1980 rasio jenis kelamin adalah 98,76, tahun 1990 meningkat menjadi
99,53, dan pada tahun 2000 meningkat lagi menjadi 100,48. Hal ini diduga
berkaitan dengan semakin tingginya angka kelangsungan hidup untuk penduduk
laki-laki dengan laju kenaikan yang lebih besar dibanding perempuan.
Untuk sebagian besar propinsi juga memperlihatkan kecenderungan yang hamper
sama, bahkan beberapa propinsi tampak rasionya di atas 100, artinya untuk setiap
100 perempuan terdapat lebih dari 100 laki-laki. Untuk propinsi di Jawa yang
pada tahun 2000 rasionya di atas 100 adalah VKI Jakarta dan Jawa Barat,
sedangkan untuk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan VIY masih di bawah 100.
Bagi daerah yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100 persen,
biasanya lebih disebabkan oleh banyaknya migrant laki-laki yang memasuki ke
wilayah tersebut, misalnya VKI Jakarta dan Jawa Barat. Sebaliknya bagi daerah
yang memiliki rasio jenis kelamin kurang dari 90 biasanya diakibatkan oleh
banyaknya penduduk laki-laki yang keluar dari wilayah tersebut.

c0
Tabel 5

Sex atio untuk Propinsi di Jawa dan Indonesia


Tahun 1990 dan 20001)
Popinsi 1980 1990 2000
(1) (2) (3) (4)
VKI Jakarta 102,8 102,26 102,40
Jawa Barat 99,1 100,52 102,11
Jawa Tengah 96,6 97,47 99,45
VIY 96,3 96,72 98,30
Jawa Timur 95,6 96,01 97,84
Indonesia 97,4 99,53 100,48
Sumber : Hasil SP 1980, SP 1990, dan SP 2000 1).
Catatan: 1) Jumlah penduduk tidak termasuk penduduk yang tidak bertempat
tinggal tetap sebesar 17.642 jiwa.
asio jenis kelamin menurut kelompok umur pada tahun 1990
menunjukan pola tertentu. Pada kelompok umur 0-4 tahun hingga 15-19 tahun
memperlihatkan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Namun, pada
kelompok umur 20-24 tahun hingga 35-39 tahun terjadi sebaliknya yaitu,
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Selanjutnya pada kelompok umur
40-44 tahun kembali laki-laki lebih banyak dari perempuan. Pada kelompok umur
40 tahun ke atas, perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Akan tetapi pada
tahun 2000 ada sedikit perdbedaan pola, yaitu angka sex ratio di atas 100 terdapat
pada kelompok umur 0-19 tahun, kemudian pada kelompok 20-39 tahun rasio
jenis kelamin kurang dari 100. Selanjtnya pada kelompok umur 40-54 tahun
kembali di atas 100 dan pada usia berikutnya terus mengalami penurunan hingga
mencapai 83,83.
Lebih banyaknya perempuan pada usia produktif(20-39 tahun)
diperkirakan karena pada tahun 2000 banyak laki-laki yang keluar dari Jawa
Timur untuk mencari pekerjaan atau berusaha. Selanjutnya, pada kelompok usia
40-54 tahun mereka kembali ke Jawa Timur dan tinggal menetap. Sementara pada
kelompok umur 55 tahun ke atas, lebih banyak perempuan dibanding laki-laki
merupakan fenomena universal mengingat usia harapan hidup perempuan lebih
tinggi dibanding laki-laki.
Selanjutnya, jika diperhatikan angka sex ratio menurut kab/kota di Jawa
Timur selama tahun 1980-1990 menunjukkan angka sex ratio masih di bawah 100
atau jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan. Sedangkan pada tahun
2000 terdapat lima daerah kab/kota yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100
yaitu kab. Kediri (100,44), kb. Malang (101,78), kab. Banyuwangi (100,45), kab.
Mojokerto (100,51), dan kota Madiun (108,6). Hal ini diduga disebabkan
rendahnya angka migrasi keluar untuk penduduk laki-laki tetapi sebaliknya angka
migrasi masuk untuk laki-laki justru lebih tinggi.


        -  % .! -
#!ë -  ! $ 
Tabel 6
Penduduk Menurut Golongan Umur, Vaerah Perkotaan/Perdesaan, dan Jenis
Kelamin
Propinsi Jawa Timur
Tahun 2000

Golongan Perkotaan
umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 603.565 572.908 1.176.473
5-9 597.010 564.729 1.161.739
10-14 602.911 579.574 1.182.485
15-19 744.624 761.447 1.506.071
20-24 705.170 737.574 1.442.744
25-29 687.780 710.272 1.398.052
30-34 623.029 639.395 1.262.424
35-39 559.248 585.615 1.144.863
40-44 495.838 481.595 977.433
45-49 399.689 368.048 767.737
50-54 283.315 285.962 569.277
55-59 233.602 236.483 470.085
60-64 191.682 227.378 419.060
65-69 126.731 167.429 294.160
70-74 102.085 127.927 230.012
75+ 84.777 123.079 207.856
Tak Terjawab 339 419 758
Jumlah 7.041.395 7.169.834 14.211.229
Sumber: SP2000

cD
  D
··D
ååD
DDD
  

ººD
     
00D
ccD
D

c å  å c

Sumber: SP2000
Berdasarkan data di atas, penduduk propinsi Jawa Timur di daerah
perkotaan lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki dan
jika dilihat bentuk piramida penduduknya maka Jawa Timur khususnya di daerah
perkotaan lebih banyak penduduk muda dibanding penduduk tua.

 å
·å·è
åååè
DåDè
 
ºåºè 

0å0è      


cåcè
åè

cå c å  å c cå

Sumber: SP2000


Tabel 7

Penduduk Menurut Golongan Umur, Vaerah Perkotaan/Perdesaan, dan Jenis


Kelamin
Propinsi Jawa Timur
Tahun 2000

Golongan Perdesaan
umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 863.935 832.894 1.696.829
5-9 930.829 877.632 1.808.461
10-14 954.926 888.848 1.843.774
15-19 973.982 921.295 1.895.277
20-24 773.401 852.804 1.626.205
25-29 848.156 933.627 1.781.783
30-34 818.336 878.755 1.697.091
35-39 834.299 874.465 1.708.764
40-44 739.724 722.878 1.462.602
45-49 618.305 574.610 1.192.915
50-54 479.639 475.608 955.247
55-59 382.333 397.457 779.790
60-64 348.632 418.357 766.989
65-69 234.314 299.953 534.267
70-74 193.927 236.567 430.494
75+ 156.325 216.164 372.489
Tak Terjawab 814 978 1.792
Jumlah 10.151.877 10.402.892 20.554.769
Sumber: SP2000

Sama halnya dengan di perkotaan, jumlah penduduk perempuan lebih


banyak dibanding penduduk laki-laki dan termasuk piramida penduduk muda.


Tabel 8

Penduduk Menurut Golongan Umur, Vaerah Perkotaan+Perdesaan, dan Jenis


Kelamin
Propinsi Jawa Timur
Tahun 2000

Golongan Perkotaan+Perdesaan
umur Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
0-4 1467500 1405802 2873302
5-9 1495558 1442361 2937919
10-14 1557837 1468422 3026259
15-19 1718606 1682742 3401348
20-24 1478571 1590378 3068949
25-29 1535936 1643899 3179835
30-34 1441365 1518150 2959515
35-39 1393547 1460080 2853627
40-44 1235562 1204473 2440035
45-49 1017994 942658 1960652
50-54 762954 761570 1524524
55-59 615935 633940 1249875
60-64 540314 645735 1186049
65-69 361045 467382 828427
70-74 296012 364494 660506
75+ 241102 339243 580345

Tak
1153 1397 2550
Terjawab

Jumlah 17193272 17572726 34765998


Sumber: SP2000


 å
·å·è
åååè
DåDè  
ºåºè 

0å0è
     
cåcè
åè

0  0 D

Sumber: SP2000
Secara umum propinsi Jawa Timur memiliki jumlah penduduk muda yang
lebih banyak. Hal ini menjadi investasi tersendiri bagi propinsi ini untuk lebih
berkembang karena memiliki jumlah sumber daya manusia yang tersedia.
Tabel 9
Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Golongan Umur dan Status
Perkawinan
Propinsi Jawa Timur
Tahun 2000
1.‘ Vaerah perkotaan
Golongan Belum Cerai Cerai
Kawin Jumlah
umur kawin hidup mati
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10-14 1.179.091 3.047 262 85 1.182.485
15-19 1.425.437 74.884 4.806 944 1.506.071
20-24 970.336 454.566 14.784 3.058 1.442.744
25-29 449.282 923.107 19.795 5.868 1.389.052
30-34 152.690 1.074.537 23.623 11.574 1.262.424
35-39 57.971 1.040.665 26.260 19.967 1.144.863
40-44 27.067 889.926 24.455 35.985 977.433
45-49 15.757 683.550 19.461 48.969 767.737
50-54 9.583 473.341 14.333 72.020 569.277
55-59 6.908 367.621 11.547 84.009 470.085
60-64 6.345 278.864 10.337 123.514 419.060
65-69 4.802 173.099 6.814 109.445 294.160
70-74 3.713 115.262 4.833 106.204 230.012
75+ 5.282 83.600 3.953 115.021 207.856
Tak
395 134 11 218 758
Terjawab
Jumlah 4.314.659 6.636.203 185.274 736.881 11.873.017

cÿ
2.‘ Vaerah peredesaan
Golongan Belum Cerai
Kawin Cerai mati Jumlah
umur kawin hidup
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10-14 1.835.115 7.944 489 226 1.843.774
15-19 1.675.947 204.635 12.736 1.959 1.895.277
20-24 769.427 820.380 30.886 5.512 1.626.205
25-29 319.277 1.410.925 40.952 10.629 1.781.783
30-34 96.510 1.537.331 44.068 19.182 1.697.091
35-39 40.152 1.589.895 46.227 32.490 1.708.764
40-44 19.219 1.344.581 41.095 57.707 1.462.602
45-49 11.613 1.073.778 32.130 75.394 1.192.915
50-54 8.360 803.023 26.380 117.484 955.247
55-59 6.624 619.492 20.571 133.103 779.790
60-64 6.624 518.964 20.732 220.669 766.989
65-69 5.713 328.841 13.537 186.176 534.267
70-74 4.139 220.905 10.349 195.101 430.494
75+ 6.730 160.482 7.727 197.550 372.489
Tak
953 337 37 465 1.792
Terjawab
Jumlah 4.806.403 10.641.513 347.916 1.253.647 17.049.479

Penduduk muda di perdesaan lebih besar kecenderungannya untuk kawin


dibanding daerah perkotaan. Hal ini dapat dilihat jumlah penduduk yang berstatus
kawin berusia 24 tahun ke bawah di daerah perdesaan lebih banyak dibanding
daerah perkotaan. Hal ini menyebabkan angka fertilitas di daerah perdesaan lebih
tinggi dibanding daerah perkotaan.

You might also like