You are on page 1of 37

REFERAT

ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Pembimbing:
Dr. Renie N.Z, Sp.THT
Dr. Djoko S, Sp.THT
Dr. Faudzan, Sp.THT
Dr. Wahjoe, Dp.THT

Disusun :
RAINY ANJANI
030.06.208

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDI ASIH
PERIODE 29 NOVEMBER 2010 – 1 JANIARI 2011
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disahkan, Referat Ilmu THT yang berjudul

“ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA”

Yang disusun oleh :


NAMA : RAINY ANJANI
NIM : 030.06.208

Sebagai salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Ilmu THT


RSUD Budi Asih Jakarta
Periode 29 November 2010 – 1 Januari 2011

Jakarta, Desember 2010

Tertanda,

Dr. Renie N.Z, Sp.THT

(Korpamit THT RSUD Budi Asih)


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha

Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan

penyusunan referat yang berjudul “Anatomi dan Fisiologi Telinga” ini. Referat

ini saya susun umtuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit

Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) di Rumah Sakit Umum Daerah

Budi Asih Jakarta.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dokter pembimbing

yang telah membimbing dan membantu saya dalam melaksanakan

kepaniteraan dan menyusun referat ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun

referat ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun

format referat ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran saya terima dengan

tangan terbuka.

Jakarta, Desember 2010

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.....................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................iii
DAFTAR BAGAN........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................3
I. ANATOMI TELINGA.........................................................................3
1. 1. TELINGA LUAR.......................................................................4
1. 2. TELINGA TENGAH.................................................................6
1. 1. 1. MEMBRAN TIMPANI......................................................7
1. 1. 2. TULANG-TULANG PENDENGARAN...........................9
1. 1. 3. OTOT-OTOT TELINGA TENGAH..............................11
1. 1. 4. TUBA EUSTACHIUS......................................................12
1. 1. 5. ANTRUM MASTOID......................................................12
I. 3. TELINGA DALAM.....................................................................12
1. 3. 1. TELINGA DALAM OSSEUS..........................................13
1. 3. 2. TELINGA DALAM MEMBRANACEUS......................15
1. 4. PERDARAHAN TELINGA....................................................16
1. 5. PERSARAFAN TELINGA.....................................................18
II. FISIOLOGI TELINGA.....................................................................19
2. 1. FISIOLOGI PENDENGARAN..............................................19
2. 2. FISIOLOGI KESEIMBANGAN...........................................26
BAB III KESIMPULAN..............................................................31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................32
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.........................3

Gambar 2. Bagian-bagian dari auricula telinga luar...................................5

Gambar 3. Membran Timpani........................................................................9

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran.....................................................10

Gambar 5. Telinga Dalam.............................................................................13

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Otot-Otot Telinga Tengah..............................................................11

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Fisiologi Pendengaran....................................................................25


BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi untuk

mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui /

mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

dengan mata kepala kita sendiri. Dalam praktek sehari-hari banyak pasien

mengeluhkan masalah pada bagian telinga, oleh sebab itu diperlukan

pengetahuan akan anatomi serta fisiologi telinga. Anatomi dan fisiologi ini

perlui dipahami untuk dapat menjelaskan secara detail posisi atau letak

terjadinya kelainan, maupun fungsi dari organ-organ yang terkait

didalamnya.1, 2

Untuk tujuan deskriptif, telinga dibagi menjadi tiga bagian, telinga

luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Pembagian ini dapat mempermudah

memahami anatomi telinga secara langsung. Telinga juga terdiri dari beberapa

otot yang melapisinya, tulang-tulang pendengaran, perdarahan, dan persarafan,

yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam referat ini. 1, 2

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus.

Telinga tengah yang merupakan sebuah ruangan yang berisi udara yang

mempunyai batas-batas bagian lateral adalah membran timpani, batas anterior

adalah tuba eustachius, batas inferior vena jugularis, batas posterior adalah

auditus ad antrum, batas superior adalah tegmen timpani, dan batas medial

adalah telinga dalam. Telinga tengah juga terdiri dari tulang-tulang

pendengaran maleurs, incus, dan stapes yang saling berhubungan. Sedangkan

telinga dalam terdiri dari koklea, dan vestibuler. 1, 2


Fisiologi telinga berguna untuk mengetahui proses dari fungsi organ

tersebut. Dalam referat ini akan dijelaskan lebih lanjut bagaimana fisiologi

telinga sebagai fungsi pendengaran dan keseimbangan. 1, 2


BAB II

PEMBAHASAN

I. ANATOMI TELINGA

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara

yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa

yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita

sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas

tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. 1, 2

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam3


1. 1. TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus.

Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran

udara, auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi

kulit. Auricula juga mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanya

dipersarafi oleh N.facialis.4, 5

Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu

bentuk unik yang terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan

bagian crux superior di sebelah kiri dari fossa triangularis, crux inferior pada

sebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus yang berada di bawah tragus,

sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga

di dekat kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran, angulus

conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crus

helix yang berada di atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat

dari concha, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari

saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif di

dekat anthelix, helix yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura

anterior yang berada di antara tragus dan antitragus, serta lobus yang berada di

bagian paling bawah dari daun telinga, dan tragus yang berada di depan

meatus akustikus eksternus.1, 2, 4, 5


Gambar 2. Bagian-bagian dari auricula telinga luar.3

Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga

dengan liang telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah

tabung berkelok yang menghubungkan auricula dengan membran timpani.

Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm,

dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik

auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus ke

belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit

adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.1, 4, 5

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua

pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.

Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar

sebasea, dan glandula seruminosa. Glandula seruminosa ini adalah modifikasi

kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan.


Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah

masuknya benda asing.1, 2, 4, 5

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari

n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus. Sedangkan aliran limfe

menuju nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales superficiales.4, 5

1. 2. TELINGA TENGAH

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis

temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-

tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani

(gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Kavum timpani berbentuk

celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar

dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan

nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.4,5

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding

posterior, dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng

tipis tulang, yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars

petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan

meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media. Lantai

dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan

mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan

kavum timpani dari bulbus superior V. jugularis interna. Bagian bawah

dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum

timpani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat

muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih ba-

wah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk
ke dalam saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang

memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding

medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat. Di bagian atas dinding

posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu auditus

antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,

kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo m. stapedius.

Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.1, 2, 4, 5, 6

1. 1. 1. MEMBRAN TIMPANI

Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu

mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan

lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat

lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila

membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "refleks

cahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.4, 5, 9, 11

Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.

Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus

timpanicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini

berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke

processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang

dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian

lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah

pada permukaan dalam membran timpani oleh membran mucosa. Membran

tympan sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh

n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.4, 5, 11


Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian

terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut

promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di

bawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli,

yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial

fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung

posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan

ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini

terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.4,5. 11

Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas ke

belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra

vestibuli. Tonjolan ini menyokong m. tensor timpani. Ujung posteriornya

melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut processus cochleariformis.

Di sekeliling takik ini tendo m. tensor timpani membelok ke lateral untuk

sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei.1,2,4,5,11

Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas

promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis

nervi facialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung

ke bawah di belakang pyramis.5


Gambar 3. Membran Timpani6

1. 1. 2. TULANG-TULANG PENDENGARAN

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu

tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak

tanpa rongga sumsum tulang.5

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput,

collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan

processus lateral is. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior

dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput.

Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat

pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat

melalui membran timpani pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus

anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding

anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol ke

lateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membran

timpani. 1, 5, 9, 11

Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis

berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum
berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung

bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.

Bayangannya pada membrana tympani kadangkadang dapat dilihat pada

pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan

dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh sebuah ligamen. 6,7

Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput

stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran

sempit dan merupakan tempat insersio m. stapedius. Kedua lengan berjalan

divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis

dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang

disebut ligamentum annulare. 1, 2,4,5

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran.7

1. 1. 3. OTOT-OTOT TELINGA TENGAH


Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.

Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya

berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol

tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk

berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan

tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk

berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara

meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2,4,5

Tabel 11-6. Otot-Otot Telinga Tengah


Nama Otot Origo Inserio Persarafan Fungsi
M. Tensor Dinding tuba Manubrium Divisi Meredam

Tympani auditiva dan mallei mandibularis n. getaran

dinding Trigemius membrana

salurannya tympani

sendiri Collum

M. stapedius Stapedis N. Facialis

Pyramis Meredam

(penonjolan getaran stapes

tulang pada

dinding posterior

cavum tympani)

Tabel 1. Otot-Otot Telinga Tengah.5

1. 1. 4. TUBA EUSTACHIUS

Tuba eustachius terbentang dart dinding anterior kavum timpani ke


bawah, depan, dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posterior-

nya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba

berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas m.

constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan

udara di dalam cavum timpani dengan nasopharing.4,5

1. 1. 5. ANTRUM MASTOID

Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars

petrosa ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui

auditus ad antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.5

Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus

ad antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan

cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum

suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semicircularis

posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen

timpani, yang berhubungan dengan meninges pada fossa kranii media dan

lobus temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan

antrum dengan cellulae mastoideae.5

I. 3. TELINGA DALAM

Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial

terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari

sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus,

tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam telinga dalam

osseus. 4, 5
Gambar 5. Telinga Dalam12

1. 3. 1. TELINGA DALAM OSSEUS

Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis

semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang

terletak di dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum

serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat

labyrinthus membranaceus.4,5

Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak

posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis sennicircularis. Pada

dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis

dan ligamentum annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi oleh

membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan

utriculus telinga dalam membranaceus. 4,5,8,11

Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,

posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis


mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara

ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan

bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus semicircularis. 1,2,5

Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus

terhadap sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga

vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis

semicircularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus ad

antrum, di atas canalis nervi facial is.2,5

Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian

anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus

cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua

setengah putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih

kecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap

anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari

cochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial

telinga tengah.1,4,5,11

Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus

acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n. cochlearis.

Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol ke

dalam canalis dan membagi canalis ini. Membran basilaris terbentang dari

pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga

membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan scala

timpani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari

cavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra

vestibuli. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari cavum timpani


oleh membrana tympani secundaria pada fenestra cochleae. 1, 5, 11

1. 3. 2. TELINGA DALAM MEMBRANACEUS

Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus,

dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. telinga dalam

membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam

vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak di dalam canalis

semicircularis osseus; dan ductus cochlearis yang terletak di dalam cochlea.

Struktur-struktur ini sating berhubungan dengan bebas.2,4,5

Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,

dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus

oleh ductus utriculosaccularis.5

Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti

sudah dijelaskan di atas. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan

ductus utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu

saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada

permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.3,6

Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus

yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan

lain.5

Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari

canalis semicircularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun

tegak lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali

kepala mulai atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala

bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam ductus


semicircularis akan berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding

ductus semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam

ampulla ductus semicircularis.5

Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan

berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus

yang terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti (organ

spiralis) dan mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran. 2,5

1. 4. PERDARAHAN TELINGA

Perdarahan telinga terdiri dari 2 macam sirkulasi yang masing –

masing secara keseluruhan berdiri satu–satu memperdarahi telinga luar dan

tengah, dan satu lagi memperdarahi telinga dalam tampa ada satu pun

anastomosis diantara keduanya. 4,5

Telinga luar terutama diperdarahi oleh cabang aurikulo temporal

a.temporalis superficial di bagian anterior dan dibagian posterior diperdarahi

oleh cabang aurikuloposterior a.karotis externa.4

Telinga tengah dan mastiod diperdarahi oleh sirkulasi arteri yang

mempunyai banyak sekali anastomosis. Cabang timpani anterior a.maxila

externa masuk melalui fisura retrotimpani. Melalui dinding anterior

mesotimpanum juga berjalan aa.karotikotimpanik yang merupakan cabang

a.karotis ke timpanum .dibagian superior, a.meningia media memberikan

cabang timpanik superior yang masuk ketelinga tengah melalui fisura

petroskuamosa. A.meningea media juga memberikan percabangan a.petrosa

superficial yang berjalan bersama Nervus petrosa mayor memasuki kanalis

fasial pada hiatus yang berisi ganglion genikulatum. Pembuluh-pembuluh ini


beranastomose dengan suatu cabang a.auricula posterior yaitu a.stilomastoid,

yang memasuki kanalis fasial dibagian inferior melalui foramen stilomastoid.

Satu cabang dari arteri yang terakhir ini, a.timpani posterior berjalan melalui

kanalikuli korda timpani. Satu arteri yang penting masuk dibagian inferior

cabang dari a.faringeal asendenc.arteri ini adalah perdarahan utama pada

tumor glomus jugular pada telinga tengah. 2,4,5

Tulang-tulang pendengaran menerima pendarahan anastomosis dari

arteri timpani anterior, a.timpani posterior, suatu arteri yang berjalan dengan

tendon stapedius, dan cabang – cabang dari pleksus pembuluh darah pada

promontorium. Pembuluh darah ini berjalan didalam mukosa yang melapisi

tulang-tulang pendengaran, memberi bahan makanan kedalam tulang. Proses

longus incus mempunyai perdarahan yang paling sedikit sehingga kalau terjadi

peradangan atau gangguan mekanis terhadap sirkulasinya biasanya mengalami

necrosis.4,5

Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna (a.

labirintin) yang berasal dari a.serebelli inferior anterior atau langsung dari a.

basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh

darah anastomosis.4,5

Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu : 4

1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli,

sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis

superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus.

2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis

semisirkularisposterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta

putaran basal dari koklea.


3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-

pembuluh arteri spiral yang mendarahi organ corti, skala vestibuli,

skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena

pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna

mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus

koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus

dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus

vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus.

Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus

sigmoid.

Aliran vena telinga luar dan tengah dilakukan oleh pembuluh–

pembuluh darah yang menyertai arteri v.emisari mastoid yang

menghubungkan kortek keluar mastoid dan sinus lateral. Aliran vena telinga

dalam dilakukan melalui 3 jalur aliran .dari koklea putaran tengah dan apical

dilakukan oleh v.auditori interna. Untuk putaran basiler koklea dan vestibulum

anterior dilakukan oleh v.kokhlear melalui suatu saluran yang berjalan sejajar

dengan akuadutus kokhlea dan masuk kedalam sinus petrosa inferior. Suatu

aliran vena ketiga mengikuti duktus endolimfa dan masuk ke sinus sigmoid

pleksus ini mengalirkan darah dari labirin posterior.4,5

1. 5. PERSARAFAN TELINGA

Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabang–cabang sensoris

dari cabang aurikulotemporal saraf ke–5 (N. Mandibularis) dibagian depan,

dibagian posterior dari Nervus aurikuler mayor dan minor, dan cabang–cabang

Nervus Glofaringeus dan Vagus. Cabang Nervus Vagus dikenal sebagai


Nervus Arnold. Stimulasi saraf ini menyebabkan reflek batuk bila teliga luar

dibersihkan. Liang telinga bagian tulang sebelah posterior superior dipersarafi

oleh cabang sensorik Nervus Fasial .4,5

Tuba auditiva menerima serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum

dan saraf–saraf yang berasal dari pleksus timpanikus yang dibentuk oleh

Nervus Cranialis VII dan IX.4

M.tensor timpani dipersarafi oleh Nervus Mandibularis (Nervus

Cranial V3 ).sedangkan M.Stapedius dipersarafi oleh Nervus Fasialis.3

Korda timpani memasuki telinga tengah tepat dibawah pinggir

posterosuperior sulkus timpani dan berjalan kearah depan lateral ke prosesus

longus inkus dan kemudian kebagain bawah leher maleus tepat diatas

perlekatan tendon tensor timpani setelah berjalan kearah medial menuju

ligamen maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani .4

II. FISIOLOGI TELINGA

2. 1. FISIOLOGI PENDENGARAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-

reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan.

Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah

dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan

kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah

sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan

oleh telinga luar dan telinga tengah.13

Daun telinga, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya

ke saluran telinga luar. Banyak spesies (anjing, contohnya) dapat memiringkan


daun telinga mereka ke arah sumber suara untuk mengumpulkan lebih banyak

gelombang suara, tetapi daun telinga manusia relatif tidak bergerak. Karena

bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang

mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu

seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.13

Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang dari kanan

atau kiri ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara

mencapai telinga yang terletak lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat

daripada gelombang tersebut mencapai telinga satunya. Kedua, suara

terdengar kurang kuat sewaktu mencapai telinga yang terletak lebih jauh,

karena kepala berfungsi sebagai sawar suara yang secara parsial mengganggu

perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran mengintegrasikan semua

petunjuk tersebut untuk menentukan lokasi sumber suara. Kita sulit

menentukan sumber suara hanya dengan satu telinga.13,14

Membran timpani, yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga

tengah, bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang

suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan

gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama

dengan frekuensi gelombang suara.11,13

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke

cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang

terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan

stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus,

melekat ke membran timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela

oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani
bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang

tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi

gerakan tersebut dan membran timpani ke jendela oval. Tekanan di jendela

oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti

gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan

frekuensi gelombang suara semula. Namun, seperti dinyatakan sebelumnya,

diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua

mekanisme yang berkaitan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan

gelombang suara dan udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama,

karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar daripada luas

permukaan jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja

di membrana timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan gaya/satuan luas).

Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan

mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya

yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang

suara yang langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup

untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.1,2,4,11,13,14

Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah

suatu sistem tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Akan

lebih mudah untuk memahami komponen fungsional koklea, jika organ

tersebut "dibuka gulungannya", seperti diperlihatkan dalam. Di seluruh

panjangnya, koklea dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi

cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal sebagai skala media,

membentuk kompartemen tengah. Saluran ini berjalan di sepanjang bagian

tengah koklea, hampir mencapai ujungnya. Kompartemen atas, yakni skala


vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani,

kompartemen bawah, mengikuti kontur luar spiral. Cairan di dalam duktus

koklearis disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani keduanya

mengandung cairan yang sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah di luar ujung

duktus koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan

disebut helikotrema. Skala vestibuli disekat dare rongga telinga tengah oleh

jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil berlapis membran

lainnya, yakni jendela bundar, menyekat skala timpani dari telinga tengah.

Membrana vestibularis yang tipis memisahkan duktus koklearis dare skala

vestibuli. Membrana basilaris membentuk lantai duktus koklearis,

memisahkannya dare skala timpani. Membrana basilaris sangat penting karena

mengandung organ Corti, organ untuk indera pendengaran.11,13,14

Transmisi Gelombang Suara (a) Gerakan cairan di dalam perilimfe

ditimbulkan oleh getaran jendela oval mengikuti dua jalur: (1) melalui skala

vestibuli, mengitari helikotrema, dan melalui skala timpani, menyebabkan

jendela bundar bergetar; dan (2) "jalan pintas" dan skala vestibuli melalui

membrana basilaris ke skala timpani. Jalur pertama hanya menyebabkan

penghamburan energi suara, tetapi jalur kedua mencetuskan pengaktifan

reseptor untuk suara dengan membengkokkan rambut di sel-sel rambut

sewaktu organ Corti pada bagian atas membrana basilaris yang bergetar,

mengalami perubahan posisi terhadap membrana tektorial di atasnya. (b)

Berbagai bagian dart membrana basilaris bergetar secara maksimal pada

frekuensi yang berbeda-beda. (c) Ujung membrana basilaris yang pendek dan

kaku, yang terletak paling dekat dengan jendela oval, bergetar maksimum

pada nada berfrekuensi tinggi. Membrana basilaris yang lebar dan lentur dekat
helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada berfrekuensi rendah.1,2,13,14

Organ Corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh

panjangnya mengandung sel-sel rambut, yang merupakan reseptor untuk

suara. Sel-sel rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya

secara mekanis mengalami perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan

di telinga dalam. Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di dalam

membrana tektorial, suatu tonjolan mirip tenda-rumah yang menggantung di

atas, di sepanjang organ Corti.13

Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval

menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena

cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu

stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1) perubahan posisi

jendela bundar dan (2) defleksi membrana basilaris. Pada jalur pertama,

gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas,

kemudian mengelilingi helikotrema; dan ke kompartemen bawah, tempat

gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam

rcngga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika

stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga

tengah, perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela

bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara;

tetapi hanya menghamburkan tekanan.13,14

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara

mengambil "jalan pintas". Gelombang tekanan di kompartemen atas

dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus

koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris ke kompartemen bawah,


tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-

masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi

gelombang tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini

bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar, secara sinkron dengan

gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang pada membrana

basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris

bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam

membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan

membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser

posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut

yang maju-mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang-mekanis di

sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan

perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantianpotensial

reseptor—dengan frekuensi yang sama dengan rangsangan suara semula.13, 14

Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui

sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf

auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana

basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara

mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen.

Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel

rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi

(sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah).2,13,14

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara

menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan

pergerakan maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk


mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan

(secara bergantian) saluran di sel, reseptor, yang menimbulkan perubahan

potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan

kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara

ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat

dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.11,13,14

Bagan 1. Fisiologi Pendengaran 13

2. 2. FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea,


telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yakni aparatus vestibularis,

yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan

untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan gerakangerakan mata dan

postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di

dalam tulang temporalis di dekat koklea—kanalis semisirkularis dan organ

otolit, yaitu utrikulus dan sakulus. 2,13,14

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.

Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung

endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ Corti,

komponen vestibuler masing-masing mengandung sel-sel rambut yang

berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-

gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor

vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,

bergantung pada arah gerakan cairan. Namun, tidak seperti sistem

pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem

vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.2,11,13

Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler

atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,

berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap-tiap telinga memiliki tiga kanalis

semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang-bidang yang

tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis

semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula,

suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu

lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula, yang menonjol ke

dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan


cairan, seperti ganggang Taut yang mengikuti arah gelombang air.13,14

Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi

kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak, di

salah satu kanalis semisirkularis karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut.

Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel rambut yang

terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di

dalam kanalis, yang tidak melekat ke tengkorak, mulamula tidak ikut bergerak

sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia

(kelembaman). (Karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda

yang bergerak akan tetap bergerak, kecuali jika ada suatu gaya luar yang

bekerja padanya dan menyebabkan perubahan.) Ketika endolimfe tertinggal

saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan

kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah

gerakan kepala (serupa dengan tubuh Anda yang miring ke kanan sewaktu

mobil yang Anda tumpangi berbelok ke kiri). Gerakan cairan ini menyebabkan

kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala,

membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya.

Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama,

endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga

rambut-rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan

berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat

melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala

melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambutrambutnya secara

sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan

dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe


secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian,

kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.

Kanalis tidak berespons jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara

sirkuler dengan kecepatan tetap.2,13,14

Rambut-rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh

sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, dan

satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, se-

hingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika stererosilianya

membengkok ke arah kinosilium; pembengkokan ke arah yang berlawanan

menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat

perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-

aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk

saraf vestibularis. Saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk

membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut

meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen;

sebaliknya, ketika sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi

potensial aksi di serat aferen menurun.13,14

Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai

perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan

informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga

mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier (bergerak dalam garis

lurus tanpa memandang arah). Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti

kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis

semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel-sel rambut reseptif di

organ-organ ini juga menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya,


yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan

perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium

karbonat—otolit ("batu telinga")—yang terbenam di dalam lapisan gelatinosa,

sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada cairan

di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut di

dalam utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus

berjajar secara horizontal.1,3,13,14

Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa is

berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi

horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau

deselerasi liner vertikal (misalnya meloncat-loncat atau berada dalam

elevator).13

Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen aparatus

vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis,

suatu kelompok badan sel saraf di batang otak, dan ke serebelum. Di sini

informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit,

mata, sendi, dan otot untuk: (1) mempertahankan keseimbangan dan postur

yang diinginkan; (2) mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap

terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; dan (3)

mempersepsikan gerakan dan orientasi.13,14

Beberapa individu, karena alasan yang tidak diketahui, sangat peka

terhadap gerakan-gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis

dan menyebabkan gejala pusing (dizziness) dan mual; kepekaan ini disebut

mabuk perjalanan (motion sickness). Kadangkadang ketidakseimbangan

cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit Meniere. Tidaklah mengheran-


kan, karena baik aparatus vestibularis maupun koklea mengandung cairan

telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan pendengaran.

Penderita mengalami serangan sementara vertigo (pusing tujuh keliling).13,14


BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa telinga

merupakan salah satu organ tubuh yang kompleks, memiliki struktur

khusus yang memiliki fungsi pendengaran dan keseimbangan.

Telinga dibagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah,

dan telinga dalam. Telinga luar berfungsi sebagai penghantar gelombang

suara dari lingkungan luar ke telinga tengah dengan menggetarkan

membran timpani, telinga tengah berfungsi untuk menghantarkan suara ke

telinga dalam melalui tulang-tulang pendengaran, dan telinga dalam

berfungsi untuk mengubah getaran suara menjadi energi listrik dan

nantinya akan dihantarkan ke pusat auditorik di otak. Selain itu, di telinga

dalam terdapat struktur anatomi yang disebut aparatus vestibular yang

berfungsi sebagai pusat keseimbangan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose,

and Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 5

2. Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .1997
3. http://www.jludwick.com/Notes/Miscellaneous/Insurance.html

4. Moore,keith L. Anatomi Klinis Dasar.EGC. Jakarta .2002


5. Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.

Penerbit: EGC. Jakarta 2006.

6. http://library.thinkquest.org/05aug/00386/hearing/ear/index.htm

7. http://www.rnceus.com/otitis/otimid.htm

8. Anil K : Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology: Head

and Neck Surgery. Publisher: McGraw-Hill Medical : 2007

9. Wonodirekso, S dan Tambajong J : Organ-Organ Indera Khusus

dalam Buku Ajar Histologi. Penerbit: EGC. Jakarta. 1990, edisi V.

10. http://www.palaeos.com/Vertebrates/Bones/Ear/Incus.html

11. Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna

Dwi Resuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan

Kepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

12. http://www.dailywriting.net/Attic%20Diary/InnerEar.htm

13. Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.

Penerbit: EGC. Jakarta 2006.

14. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.

Publisher: Saunders 2010.

You might also like