You are on page 1of 10

Agama Islam

Hukum dan Ibadah dalam Islam

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum


adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengilat yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah. Menurut ulama fikih, hukum adalah akibat
yang ditimbulkan oleh tuntutan syariat (Al-Qur’an)
berupa al wujub, al mandub, al hurmah, al karahah, dan
al ibahah. Sumber hukum islam adalah sesuatu yang
menjadi landasan dasar, acuan, atau, rujukan dalam
menetapkan perkara yang berdasarkan syariat islam.

AYU

Dwi Ayuningtiyas. X.5


Hukum dan ibadah dalam islam

A. Sumber-sumber hukum islam


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah peraturan atau adat yang secara
resmi dianggap mengilat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Menurut ulama fikih,
hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh tuntutan syariat (Al-Qur’an) berupa al wujub, al
mandub, al hurmah, al karahah, dan al ibahah. Sumber hukum islam adalah sesuatu yang menjadi
landasan dasar, acuan, atau, rujukan dalam menetapkan perkara yang berdasarkan syariat islam.

Al Quran dan hadia adalah sumber hukum islam yang menjadi pokok atau landasan utama
hukum dalam islam. Setiap persoalan yang muncul di lingkungan individu ataupun masyarakat
muslim harus merujuk pada sistem hukum yang ada dalam kedua sumber hukum utama tersebut.

1. Pengertian Al Quran
Dari segi bahasa al quran berarti ‘yang dibaca’ atau ‘bacaan’, sedangkan dari segi istilah al
quran adalah firman (wahyu) Allah SWT. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara Malaikat Jibril yang merupakan mukjizat dan menggunakan bahasa Arab, berisi tentang
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia, dan bila kita membacanya merupakan ibadah. Fungsi
kitac suci al quran itu sendiri adalah sebagai berikut:

a. Al Quran sebagai sumber hukum


Al Quran sebagai sumber hukum memiliki tiga inti atau komponen dasar hukum, yaitu
sebagai berikut:

1) Hukum yang berhubungan dengan masalah akidah (keimanan) dan tercermin dalam
rukun iman. Ilmu yang mempelajari tentang keimanan disebut ilmu tauhid, ilmu
kalam, atau ilmu usuluddin.
2) Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah secara lahiriah, antara
manusia dengan sesamanya, dan dengan lingkungan sekitarnya. Hukum yang dapat
dilihat yakni berupa pelaksanaan hukum Islam yang disebut hukum syarak atau
syariat atau disebut juga hukum amaliah. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut
ilmu fikih. Hukum syarak dapat dibagi atas dua bagian, yaitu sebagai berikut.
a) Hukum ibadah yakni hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT. Seperti hal-hal yang berhubungan dengan tata cara salat, puasa, zakat,
haji, kurban, dan lain-lain. Biasanya hal tersebut mengacu kepada mazhab
yang ada, diantaranya:
1. Mazhab Syafi’i,
2. Mazhab hanafi,
3. Mazhab maliki, dan
4. Mazhab hambali
b) Hukum muamalat, yakni hukum yang mengatur manusia dengan sesama
manusia serta alam sekitarnya. Beberapa contoh hukum yang berkaitan
dalam hukum muamalat yaitu sebagai berikut:
1. Hukum tentang pidana (jinayah)
2. Hukum tentang warisan (fara’id)
3. Hukum tentang hukuman (hudud)
4. Hukum tentang perkawinan (munakahat)
5. Hukum tentang perjuangan (jihad)
6. Hukum tentang tata Negara (khilafah)
7. Hukum tentang jual beli (khiyar)
8. Hukum tentang pengadilan (aqdiah)
9. Hukum tentang makanan dan penyembelihan
10. Hukum tentang hubungan antarbangsa
3) Hukum yang berhubungan dengan perilaku atau akhlak manusia, baik sebagai
makhluk individu ataupun makhluk social. Huum ini tercermin dalam konsep
perbuatan manusia yang dapat dilihat, mulai dari gerakan mulut, tangan, maupun
kakinya. Ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu akhlak.

b. Al Quran sebagai pedoman hidup


Sebagai kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., Al Quran
memiliki kelebihan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya. Keistimewaan
dan kelebihannya antara lain sebagai berikut:

1) Al Quran mengandung rinkasan ajaran ketuhanan yang pernah dimuat pada kitab-
kitab sebelumnya.
2) Al Quran ditunjukan bagi semua umat sepanjang masa. Adapun kitab-kitab
sebelumnya hanya untuk bansa tertentu saja dan dalam kurun waktu tertentu pula.
3) Sebagai pedoman hidup abadi, Al Quran mempunyai kelengkapan yang luar biasa
mengenai berbagai aspek kehidupan dan memiliki keluwesan dari segi pemahaman.
4) Al Quran diturunkan dalam bahasa yang sangat indah, mudah dibaca, di ingat, dan di
pahami.

Cara pemeliharaan Al Quran pada masa Rasulullah saw:

1) Hafalan dari para penghafal Al Quran


2) Penulisan Al Quran untuk Rasulullah saw secara khusus.
3) Pencatatan Al Quran yang ditulis oleh mereka yang mahir baca tulis untuk disimpan
sendiri.

Sesudah rasulullah wafat atau pada masa khalifah abu bakar as siddiq, umar bin khattab
mengajukan usul pembukuan al quran mengingat banyaknya penghafal quran yang gugur di
pertempuran. Atas persetujuan khlifah, Zaid bin Sabit pun ditugaskan untuk menulis dan
membukukan al Quran. Pada masa khalifah usman bin affan, pembukuan al quran ditindaklanjuti
dan disempurnakan. Penyempurnaan itu meliputi penyeragaman ejaan dan tulisan serta susunan
ayat dan surah seperti yang diperintahkan rasulullah saw.

Al quran merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang meyakininya. Allah
SWT memberi pedoman hidup atau penjelasan kepada manusia di antaranya sebagai berikut:

1) Pemahaman islam sebagai agama tauhid yang diridhoi Allah harus didasarkan
kepada tuntunan Allah.
2) Allah SWT telah menjelaskan bahwa kedengkian, kebencian, perselisihan, pertikaian,
permusuhan, dan perusakan adalah sifat iblis atau setan yang terkutuk, bukan sifat
manusia yang meyakini Al Quran sebagai pedomannya.
3) Allah telah memerintahkan dan member petunjuk kepada seluruh umat manusia
untuk berpedoman kepada kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT.

Penyempurnaan pembukuan Al Quran ini dipimpin oleh Zaid bin Sabit sengan anggota
Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Dari kerja keras itu
dihasilkan lima buah kitab Al Quran yang dinamai Al Mushaf. Salah satu mushaf yang diserahkan
kepada Khalifah Usman di Madinah disebut Mushaf Al Imam atau Mushaf Usmani.

2. Pengertian Hadis
Hadis menurut lugat atau bahasa artinya baru atau kabar. Hadis menurut istilah ialah segala
tingkah laku Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Kedudukan hadis dalam ajaran islam adalah sebagai sumber hukum yang kedua setelah Al Quran.

3 bentuk hadis Nabi Muhammad saw:


a. Hadis qauliyah yaitu hadis atas dasar segenap perkataan Nabi Muhammad saw
b. Hadis fi’liyah yaitu hadis atas dasar perilaku yang dilakukan Nabi Muhammas saw
c. Hadis taqririyah yaitu hadis atas dasar persetujuan Nabi Muhammad saw terhadap
apa yang dilakukan oleh para sahabatnya.

Kedudukan atau fungsi hadis Nabi Muhammad saw dalam hukum islam:

a. Sebagai sumber hukum islam kedua.


b. Sebagai pengukuh atau penguat hukum yang telah disebutkan oleh Allah di dalam
kitab suci-Nya sehingga keduanya, yaitu Al Quran dan hadis menjadi sumver hukum
yang saling melengkapi dan menyempurnakan.
c. Sebagai penjelasan atau perincian terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih bersifat
umum.
d. Menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al Quran.

Ilmu untuk mengetahui istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu hadis disebut mustalah hadis.
Kegunaannya adalah untuk menilai tentang sebuah hadis itu sahih (benar) atau palsu dan untuk
mengetahui tingkatan hadis itu. Contoh-contoh istilah:

a. Matan, yaitu perkataan (isi) hadis yang disampaikan.


b. Rawi (perawi), yaitu orang yang meriwayatkan hadis.
c. Sanad, yaitu orang-orang yang menjadi sandaran dalam meriwayatkan hadis.

Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadis itu terbagi
kepada dua macam, yakni hadis mutawatir dan hadis ahad.

a. Hadis Mutawatir.
Hadis mutawatir adalah hadis yang memiliki banyak sanad dan mustahil perawinya berdusta
atas nama Nabi Muhammad saw karena hadis itu diriwayatkan oleh banyak orang.

2 macam hadis mutawatir:

1) Mutawatir lafzi, yaitu perkataan nabi yang mutawatir


2) Mutawatir amali yaitu perbuatan nabi yang mutawatir

b. Hadis Ahad
Adalah hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir.
3 macam hadis ahad:

1) Hadis masyur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga sanad yang berlainan.
2) Hadis azis, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang.
3) Hadis garib, yaitu hadis yang sanadnya hanya seorang diri yakni tidak ada oran lain
yang meriwauatkan selain rawi itu sendiri.

3 tingkatan hadis ahad:

1) Hadis sahih, yaitu hadis yang cukup sanadnya dari awal sampai akhir dan
disampaikan oleh orang-orang yang sempurna hafalannya. Syarat hadis itu sahih:
a. Sanadnya harus bersambung.
b. Perawinya sudah balig
c. Berakal
d. Tidak mengerjakan dosa besar.
e. Sempurna hafalannya
f. Perawi yang ada dalam sanad itu harus adil dan hadis yang diriwayatkannya
tidak bertentangan dengan hadis mutawatir atau dengan ayat Al Quran.
2) Hadis hasan, yaitu hadis yang dari segi hafalan perawinya kurang dari hadis sahih.
3) Hadis daif, yaitu hadis yang kehilangan satu atau lebih dari syarat-syarat hadis sahih
dan hasan.

Pemeliharaan hadis dilaakukan dengan hafalan para sahabat. Rasulullah melarang


penulisan hadis pada masa itu sebab beliau khawatir akan tercampur dengan Al Quran.
Pembukuan hadis pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis (daulat
Bani Umayyah) dan atas perintah khalifah sendiri. Kitab hadis pertama disusun oleh Malik
bin Anas aau Imam Malik dengan kitabnya Al MuwataI. Pada masa pemerintahan Bani
Abbasiyyah, lahirlah kitab-kitab hadis sahih terkenal yang disebut Kutubus Sittah (kitab induk
yang enam).

B. Ijihad dan hukum taklifi


Menggunakan pertimbangan akal dalam hukum agama atau undang-undang memegang
peranan penting dalam ajaran islam. Al quran mengakui bahwa wahyu (Al Quran) sebagai sumber
ilmu yang lebih yang lebih tinggi dari akal, tetapi di samping itu Al quran mengakui bahwa kebenaran
ajaran agama yang ditetapkan oleh wahyu dapat dipertimbangkan oleh akal dan berulang kali al
quran berseru untuk menggunakan akal dan mencela orang yang tidak menggunakan akalnya.
Kata ijtihad berasal dari bentuk fi’il madi yakni ijtihada, bentuk fi’il mudari yaitu yajtahidu,
dan bentuk masdar yakni ijtahadan yang artinya telah bersungguh-sungguh, mencurahkan tenaga,
menggunakan pikiran, dan bekerja semaksimal mungkin. Secara terminology (istilah) pengertian
ijtihad adalah suatu pekerjaan yang mempergunakan segala kesanggupan daya rohaniah untuk
mendapatkan hukum syara atau menyusun suatu pendapat dari suatu masalah hukum yang
bersumber dari al quran dan hadis. Orang yang berijtihad disebut mujtahid. Hasil ijtihad dari para
mujtahid tersebut kemungkinan memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.

Hasil ijtihad merupakan dasar hukum islam ketiga sesudah al quran dan hadis. Beberapa
persyaratan bagi orang yang akan melakukan ijtihad:

1. Mengerti memahami isi kandungan al quran dan hadis terutama yang berkaitan
dengan hukum-hukum
2. Mampu berbahasa arab dengan baik sebagai kelengkapan dan kesempurnaan dalam
menafsirkan al quran dan hadis
3. Mengetahui ilmu usul fikih secara luas.
4. Mengetahui dan mengerti soal-soal ijmak
5. Masalah yang sedang diijtihadkan adalah bukan hukum syarak yang sudah jelas
dasar hukumnya, tetapi persoalan yang tidak ada dalil qat’I (pasti) serta bukan
hukum yang bersangkutan dengan akal dan ilmu kalam.

1. Bentuk-bentuk ijtihad
a. Ijmak
Kesepakatan para ulama islam (cendikiawan muslim) dalam menetapkan suatu
masalah yang tidak diterangkan oleh al quran dan hadis setelah rasulullah saw wafat
dengan tata cara bersidang (musyawarah).
b. Kias
Menetapkan hukum suatu persoalan atau masalah yang belum disebutkan secara
konkret dalam al quran dan hadis dengan cara menyamakan hukumnya dengan
masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya secara jelas karena kedua masalah itu
memiliki dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya secara jelas karena
kedua masalah itu memiliki kesamaan sifat.
c. Istihasan (istislah)
Menetapkan hukum suatu masalah yang tidak dijelaskan secara rinci dalam al quran
dan hadis yang didasarkan atas kepentingan (kemaslahatan) umum dan demi
keadilan.
d. Istishab
Meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah ditetapkan karena
adanya suatu dalil sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum
tersebut.
e. Istidlal
Menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebut secara tegas dalam al quran
dan hadis dengan didasarkan bahwa hal tersebut telah menjadi adat istiadat atau
kebiasaan dalam masyarakat sebelumnya, seperti beberapa hukum-hukum allah
yang diwahyukan sebelum Nabi Muhammad saw.
f. Maslahah mursalah
Menurut masalah artinya kebaikan yang terbesar. Adapun menurut istilah adalah
perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan sesuai dengan maksud syarak dan
hukumnya tidak diperoleh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas.
g. Urf
Adalah urusan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam perkembangan
hidupnya dan telah menjadi kebiasaan atau tradisi.

h. Zara’i
Menurut bahasa berarti wasilah, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan
untuk mencapai maslahah atau jalan untuk menghilangkan mudarat.

Ijtihad tersebut sudah dimualai sejak zaman rasulullah. Empat orang imam yang hasil
karyanya dijadikan pedoman dalam pengamalan ibadah:
1) Abu hanifah (80 H atau 150 H/699-767 M)
dikenal sebagi imam hanafi dan merupakan ulama yang pertama kali menyusun ilmu
fikih.
2) Malik bin anas al asbahi (93 H – 170 H atau 713-795 M)
Dikenal sebagai imam malik dan yang pertama kali menyusun kitab hadis al muwata.
3) Muhammad bin idris bin syafi’I (150 H – 240 H atau 767-812 M)
Dikenal sebagai imam syafi’I dan orang yang pertama kali menyusun ilmu usul fikih.
4) Ahmad bin Muhammad bin hambal bin hilal (164-241 H atau 788-865 M)
Dikenal dengan sebutan imam hambali, dan mazhabnya menjadi mazhab resmi
pemerintah Saudi Arabia sampai saat ini.

2. Kedudukan dan fungsi ijtihad


ijtihad memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:

a. Merupakan sumber hukum islam yang ketiga setelah al quran dan hadis
b. Merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul
dengan tetap berpegang pada al quran dan sunah.
c. Berfungsi pula sebagai suatu cara yang disyariatkan untuk menyesuaikan
perubahan-perubahan social dengan ajaran-ajaran islam.
d. Berfungsi sebagai wadah pencurahan pemikiran kaum muslim dalam mencari
jawaban dari masalah-masalah seperi berikut ini:
1) Masalah asasi
2) Masalah esensial
3) Masalah incidental

3. Pembagian hukum taklifi


a. Wajib
b. Sunah
c. Haram
d. Makruh
e. Mubah

C. Perilaku berminan penghayatan terhadap sumber hukum islam


Sikap dan perilaku pencerminan dari sikap penghayatan terhadap sumber-sumber hukum
islam adalah:

1. Berpedoman terhadap al quran


2. Berpedoman terhadap hadis
3. Berijtihad,dll
D. Hikmah ibadah shalat, puasa,zakat dan haji

1. Salat
Menurut bahasa berarti doa, dan salat menurut ahli fikih adalah tindakan ibadah disertai
membaca doa-doa yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai syarat dan
rukunnya. Hakikat salat yaitu menghadapkan jiwa (hati) kepada allah SWT untuk menumbuhkan rasa
takut kepada-Nya serta mengakui keagungan dan kesempurnaan-Nya.

2. Puasa
Puasa dalam bahasa arab adalh saum yang mengandung arti meninggalkan sesuatu atau
menahan diri dari sesuatu. Adapun menurut istilah, saum adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat untuk
berpuasa.

3. Zahat
Ibadah ini banyak terkait dengan pemberian harta yang kita miliki kepada kaum duafa yang
sangat membutuhkannya.

4. Haji
ibadah yang paling membutuhkan persiapan dan kesiapan karena haji mengandung unsure
kegiatan fisik dan spiritual yang berupa napak tilas perjuangan para nabi terdahulu.

You might also like