You are on page 1of 27

TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMOTHORAX

OLEH:

YUNIA RISTA S.F (J 500 050 034)

PEMBIMBING:

dr. AGUS SUHARTO S, Sp.P

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

1
TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMOTHORAX

OLEH:

YUNIA RISTA S.F (J 500 050 034)

Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadyah Surakarta

Pada hari … tanggal …. 2011

Pembimbing :

dr. Agus Suharto, Sp.P (……………………………………)

Dipresentasikan dihadapan

dr. Agus Suharto, Sp.P (……………………………………)

Disyahkan Ka Program Profesi

dr.Yuni Prasetyo Kurniati M.Kes (……………………………………)

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… 3

BAB I

PENDAHULUAN………………………………………………………… 4

A. Latar Belakang ……………………………………………………… 4

B. Tujuan Penulisan …………………………………………………… 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………. 6

A. Definisi ……………………………………………………………….. 6

B. Etiologi ……………………………………………………………….. 10

C. Pathofisiologi ………………………………………………………... 11

D. Diagnosis ……………………………………………………………. 13

E. Penatalaksanaan …………………………………………………… 17

E 1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum) ……….. 17


E 2. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Spesifik) ……... 19
E 2.a. Pneumotoraks Simpel …………………………………. 19
E 2.b. Pneumotoraks Tension ………………………………. 19
E 2.c. Open Pneumothorax …………………………………. 20
BAB III
KESIMPULAN ………………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis


seperti balon dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila
tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya. Paru-
paru sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh
suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan
paru-paru di dalam rongga. Jadi pada keadaan normal rongga pleura
(1).
berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas
dalam rongga pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura
tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru
sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal
sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumotoraks dapat terjadi
baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu
sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks
traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik (2).
Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya
banyak yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering
terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-
(2)
laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1 . Pada
pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok
berat dibanding non perokok.Pneumothorax spontan sering terjadi
pada usia muda, dengan insidensi puncak pada dekadeketiga
kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu, pneumothorax traumatik

4
dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung pada
dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-
iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax
yangsangat sering terjadiSesuai perkembangan di bidang pulmonologi
telah banyak dikerjakan pendekatan baru berupa tindakan torakostomi
disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy surgery), ternyata
memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien yang mengalami
pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah
sakit (2).

A. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untuk


mengetahui definisi dari pneumotoraks, serta cara menegakkan
diagnosa pneumotoraks secara tepat sesuai jenis dan luasnya
pneumotoraks, karena hal tersebut akan berpengaruh pada
penanganannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas


dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi
udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang terhadap
rongga dada.(3)
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput
yang melapisi paru-paru dan rongga dada.(4)

Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau


gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang
terkena(5). Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura visceralis
yang menimbulkan kebocoran udarake rongga torak. Pneumotorak
dapat terjadi berulang kali (6).

Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :

a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang


berasal dari alveolus akanmemasuki kavum pleura.
Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup,
maka udara yang masuk saatinspirasi tak akan dapat keluar
dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya,
udarasemakin lama semakin banyak sehingga mendorong
mediastinum kearah kontralateral danmenyebabkan terjadinya
tension pneumothorax 
b) .Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat
hubungan antara kavumpleura dengan dunia luar. Apabila

6
lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,maka
udara cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding
traktus respiratorius yangseharusnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari
luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral.Saat ekspirasi,
tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum
pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut
sebagai open pneumothorax (3,6,7,9)

Klasifikasi Menurut penyebabnya, pneumotoraks dapat


(2,5)
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks spontan Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi
secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan lagi ke
dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang
terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya atau tanpa
penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki muda
sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil
(12 cm) subpleural, terutama di bagian puncak paru.

b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang


terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah
dimiliki sebelumnya, Tersering  pada  pasien  bronkitis  dan
emfisema  yang mengalami  ruptur emfisema subpleura atau
bulla. Penyakit dasar lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia,
abses paruatau Ca paru. fibrosis kistik, penyakit paru
obstruktik kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan
infeksi paru.

7
2. Pneumotoraks traumatik, Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat
adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang
(2,5)
menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru .

Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam


dua jenis, yaitu :

a. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumotoraks


yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada
dinding dada, barotrauma.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang
terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks
jenis ini pun masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental Adalah
suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis
karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi
pleura.
2) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan
dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.
Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan
pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberkulosis
sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai
permukaan paru. (2,5)

Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat


(8)
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini,


pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada

8
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif,
namun lambat laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh
jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura,
meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada
waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga
pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu
pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura
dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar
(terdapat luka terbuka pada dada). Dalam keadaan ini tekanan
intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol.
Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang
(8)
disebabkan oleh gerakan pernapasan . Pada saat inspirasi
tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan
(8)
menjadi positif . Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum
dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum
bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound)
(2).

3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax) Adalah


pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan
makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura
viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk
melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya
terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka (8). Waktu
ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar .
Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin

9
tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
(2).
menimbulkan gagal napas
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka
(8)
pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan
pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai
sebagian besar paru (> 50% volume paru)

B. Etiologi

Etiologi Trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu


lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam
terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan. Trauma pada
bagian ini juga sering disertai dengan cedera pada tempat lain
misalnya abdomen, kepala, dan ekstremitas sehingga merupakan
cedera majemuk. Kelainan yang sering timbul secara umum pada
setiap trauma thorax baik tajam maupun tumpul  yaitu(3):

a.      Kulit : dan jaringan lunak : luka, memar, dan emfisema


subkutis
b.      Tulang : fraktur costa, sternum, pernapasan paradoksal.
c.      Pleura :Pneumothorax, hemothoraxhemopneumothorax,
kilothorax, serothorax
d.      Jaringan paru: traumatic wet lug
e.       Mediastinum: pneumomediastinum, robekan esofagus, robekan
bronkus
f.       Jantung: hemoperikardium, luka jantung(3).

10
C. Patofisiologi

Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura


visceralis. Di antara pleura parietalis danvisceralis terdapat cavum
pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous
jaringan.Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan
negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses
respirasi terdiri dari 2 tahap : fase inspirasi dan fase eksprasi.
Padafase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan
pada fase ekspirasi tekananintrapleura: -3 s/d -6 cmH2O.
Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara
pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura
tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu padaproses respirasi.

Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan penyebabnya (6,7,9) :


1. Pneumotorak spontan Oleh karena : primer (ruptur bleb),
sekunder (infeksi, keganasan), neonatal
2. Pneumotorak yang di dapat Oleh karena : iatrogenik,
barotrauma, trauma
Pneumotorak dapat dibagi juga menurut gejala klinis:
1. Pneumotorak simple : tidak diikuti gejala shock atau pre-
shock
2. Tension Pnuemotorak : diikuti gejala shock atau pre-schock
Pneumotorak dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya dengan
hubungan luar menjadi :
1.Open pneumotorak
2.Closed pneumotorak

Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai


dasar patofisiologi yang hampir sama.

11
Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple
pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak.
Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan
pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis yang
lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara
masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi
rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura
yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti
balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan
intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada
pneumotorak spontan,paru-paru kolpas, udara inspirasi ini bocor
masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura akibatnya
menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi
mediastinal kembali lagi ke posisi semula.Proses yang terjadi ini
dikenal dengan mediastinal flutter (6,7,9).

Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga


respirasi paru sisi sebaliknya masihbisa menerima udara secara
maksimal dan bekerja dengan sempurna.

Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala


pre-shock atau shock dikenal dengan simple pneumotorak.
Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya
hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed
pneumotorak .Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik
secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja
sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin
berlanjut,hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan
mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada

12
paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup
terjadilah penekanan vena cava,shunting udara ke paru yang sehat,
dan obstruksi jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock
atau shock oleh karena penekanan vena cava.Kejadian ini dikenal
dengan tension pneumotorak(6,7,9).

Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum


pleura dengan lingkunga luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma
penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis)atau
komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open
pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke
dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena
tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi
cavumpleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat
ekspirasi mediastinal bergeser kemediastinal yang sehat. Terjadilah
mediastinal flutter. Bilamana open pneumotorak komplit maka saat
inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak
mediastinal ke sisi paru yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak
pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat katup
tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava,shunting udara
ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat
timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena
cava. Kejadian inidikenal dengan tension pneumotorak (6,7,9).

D. Diagnosis
Dari anamnesis Sulit bernafas yang timbul mendadak dengan
disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat
disertai batuk dan terkadang terjadi hemoptisis. Perlu ditanyakan
adanya penyakit paru atau pleura lain yang mendasari pneumotorak,
dan menyingkirkan adan yapenyakit jantung.

13
Gejala
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara
yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang
(10)
mengalami kolaps (mengempis) .

Gejalanya bisa berupa:


-Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin
nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
(10).
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
Pemeriksaan fisik Sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai
sianosis pada pneumotorak ventil atau ada penyakit dasar paru.
 Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit
(hiper ekspansi dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian
yang sakit gerakannya tertinggal, Trakea dan jantung terdorong
ke sisi yang sehat , deviasi trakhea, ruang interkostal melebar,
 Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal
atau melebar, Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat ,
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
 Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai
timpani dan tidak menggetar, Batas jantung terdorong ke arah

14
toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, Pada
tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi/sianosis,
gangguanvaskuler/syok.
 Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah
sampai menghilang, Suara vokal melemah dan tidak menggetar
serta bronkofoni negative (5,8).
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Röntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto
(11):
röntgen kasus pneumotoraks antara lain
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang
kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru.
Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis,
akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa
radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini
menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps
paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas
yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat,
spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan
tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau
trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah
terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang
tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi
keadaan sebagai berikut (5) :

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah


hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke

15
apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan
terjebak di mediastinum.

2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga


hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan
kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang
tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan
bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah
leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara
yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak
jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada
depan dan belakang.

3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,


maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis
datar di atas diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA),
bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps2. Analisa Gas
Darah

2. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran


hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak
diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat
secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.
3. CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara
emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara
udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk

16
membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan
sekunder.
Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural
dan empiema.

E. Penatalaksanaan
E 1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum)
Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk
mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan
pneumotoraks adalah sebagai berikut :
Primary Survey
Airway
Assessment :
 perhatikan patensi airway
 dengar suara napas
 perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dada
Management :
 inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan
chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi
jalan napas
 Observasi dan Pemberian O2
Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga
pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam
rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi
(2)
tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2 .

17
Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto
toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari .
Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup
dan terbuka (8).
 re-posisi kepala, pasang collar-neck
 lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi
(oral / nasal)
Breathing
Assesment
 Periksa frekwensi napas
 Perhatikan gerakan respirasi
 Palpasi toraks
 Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management:
 Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
 Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension
pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest
Circulation
Assesment
 Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
 Periksa tekanan darah
 Pemeriksaan pulse oxymetri
 Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
 Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
 Torakotomi emergency bila diperlukan
 Operasi Eksplorasi vaskular emergency
Tindakan Bedah Emergency

18
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular

E 2. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Spesifik)


E 2.a. Pneumotoraks Simpel
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra
toraks yang progresif.
Ciri:
 Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
 Tidak ada mediastinal shift
 PF: bunyi napas ↓ , hyperresonance (perkusi), pengembangan
dada ↓

Penatalaksanaan: WSD
E 2.b. Pneumotoraks Tension
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat
masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
 Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi
: kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum
ke kontralateral), deviasi trakhea , venous return ↓ → hipotensi
& respiratory distress berat.

19
 Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan
cepat, takipneu, hipotensi, JVP ↑, asimetris statis & dinamis
 Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu Ro

Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea
mid-klavikula)
2. WSD

E 2.c. Open Pneumothorax


Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada
sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan
mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar.
Dikenal juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme
ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau
organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

Penatalaksanaan WSD
Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem
drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan
udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura).

TUJUANNYA:

20
• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura
untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut
• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
-Atmosfir 760 760 760
-Intrapulmoner 760 757 763
-Intrapleural 756 750 756
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
• Hemotoraks, efusi pleura
• Pneumotoraks ( > 25 % )
• Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
• Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :


• Infeksi pada tempat pemasangan
(6,7,9)
• Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

Tindakan Dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada
kasuspneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya,
tindakan inibertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura
dengan membuathubungan antara rongga pleura dengan
(2)
udara luar dengan cara :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di
rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena
(2,8)
mengalir ke luar melalui jarum tersebut .

21
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada
sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang
telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan
ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka,
akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus
set yang berada di dalam botol (8).
2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri
dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan
pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus
ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal.
Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus
set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak
gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang
berada di dalam botol (8).
3) Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (toraks
kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit.
Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang
telah dibuatdengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada
lineamid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior.
Selainitu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis
midklavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter
segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar
dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks
yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui
pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di

22
botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air
supaya gelembung udaradapat dengan mudah keluar
(5,8)
melalui perbedaan tekanan tersebut . Penghisapan
dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan
negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru
cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intra pleura sudah negative kembali,
maka sebelum dicabut dapat dilakukuan ujicoba terlebih
dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam.
Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi
positif maka pipa belum bias dicabut. Pencabutan WSD
dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi
maksimal (2).

Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan
tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya :
terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis
dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan
bronkodilator (8).
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat .
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan
bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi
komplikasi, seperti emfisema (5).
Rehabilitasi (8) .
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus
dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit
dasarnya.

23
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk
atau bersin terlalu keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian
antitusif, berilah laksan ringan.
4. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada
keluhan batuk, sesak napas.
BAB III
KESIMPULAN

Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana


rongga pleura terisi oleh udara, sehingga menyebabkan
pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan
gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada
saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering
mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.
Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik
secara spontan maupun traumatik.
Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer
dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatic dapat
bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang
terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup
dan ventil(tension).
Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali
didasarkanpada hasil foto röntgen berupa gambaran translusen
tanpa adanyacorakan bronkovaskuler pada lapang paru yang
terkena, disertai adanyagaris putih yang merupakan batas paru
(colaps line). Dari hasil röntgenjuga dapat diketahui seberapa
berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena
pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.

24
Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa
observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan
dekompresi.
Untukpneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan
pembedahan.Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan
dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga
perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997. p. 598.
2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K,
Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.
3. Prabowo, A.Y.(2010, Desember 20). Water Seal Drainage
Pada Pneumothorax Post Trauma Dinding Thorax. Bagian
Ilmu Penykit Dalam. RSUD Panembahan Senopati Bantul;
2010. Diakses 22 Maret 2011. http://www.fkumycase.net/.
4. Anonim, Medicastore. Kolaps Paru-Paru (Pneumothorax).
Diakses 22 Maret 2011. http://www.medicastore.com
5. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and
Traumatic. Updated: 2010 May 27; cited 2011 January 10.
Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551.
6. Srillian, Vera (2011). Pneumothorax. Diakses 22 maret
2011.

26
http://ad.z5x.net/...,http://scribd.com/doc/48405598/pneumot
orax,
7. Fajrin (2008, Agustus 23), Pneumothorax. Diakses 22 Maret
2011 dari The Power of Muslim Doctor’s :
http://dokterkharisma.blogspot.com/2008/08/pneumothorax.
html
8. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-
179.
9. Anonim, Nefrology Ners (2010 November 3), Pneumothorax,
Diakses 22 Maret 2011 dari Perhimpunan Perawat Ginjal
Intensif Indonesia :
http://nefrologyners.wordpress.com/2010/11/03/pneumothor
ax-2/
10. Fahmi (2010, Februari 02). Kolaps Paru-Paru
(Pneumothorax), Diakses 21 Maret 2011 Universitas Negeri
Malang :
http://forum.um.ac.id/...7ed4eed11a474&topic=9843.msg993
2#msg9932
11. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta :
Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56.

27

You might also like