Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita
dianjurkan untuk berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga sangat
bermanfaat untuk kesehatan sistem kardiovaskuler.
Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa
kelelahan yang berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu
kegiatan ekstra seperti berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan
cara menjaga makanan agar cukup gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan
ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, dan lain-lain.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana
kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki
gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang
terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang
sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan
aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang
jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah raga juga memiliki kerja jantung
yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah dibanding yang jarang
berolah raga.
Kebugaran tubuh dapat diukur dengan jumlah oksigen yang Anda konsumsi selama
berolahraga pada kapasitas maksimum. Jumlah oksigen maksimal dalam tubuh ini juga
dijadikan sebagai ukuran kebugaran tubuh. VO2max adalah jumlah maksimum oksigen
dalam mililiter, yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan.
Pemanfaatan teori VO2max ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk menggunakan
oksigen yang tersedia dan kemampuan sistem kardiovaskular tubuh untuk mengantarkan
oksigen ke jaringan aktif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa orang dapat
meningkatkan VO2max dengan bekerja atau berolahraga yang meningkatkan denyut
jantung, menjadi antara 65 dan 85 persen dari maksimum.
Jumlah oksigen maksimal dalam tubuh tentunya semakin turun seriring dengan
usia. Sebuah studi oleh Jackson dari Amerika Serikat menemukan bahwa terjadi
penurunan rata-rata 0,46 ml/kg/menit per tahun untuk laki-laki (1,2 persen) dan 0,54
ml/kg/menit untuk perempuan (1,7 persen).
Pemanfaatan Teori berpendapat bahwa VO2max ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk
menggunakan oksigen yang tersedia sedangkan Presentasi Teori mempertahankan itu adalah
kemampuan sistem kardiovaskular tubuh untuk mengantarkan oksigen ke jaringan aktif.
A study by Gollnick PD et al. Sebuah studi oleh Gollnick et al PD menyimpulkan bahwa itu
adalah mengantarkan oksigen ke jaringan aktif yang merupakan faktor pembatas utama untuk
VO2max dan menunjukkan hubungan yang lemah antara kemampuan tubuh untuk
menggunakan oksigen yang tersedia dan VO2max.
Tabel di bawah ini data detail normatif untuk VO2max (ml / kg / menit) dalam berbagai
kelompok populasi.
Non Atlet
Tabel diadaptasi dari: Wilmore JH dan Costill DL. (2005) Physiology of Sport and Exercise:
3rd Edition. Champaign, IL: Human Kinetics
Tekanan sistolik dan diastolik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah
beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan
aliran balik vena.
Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini
menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot
mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh
aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis para atlit sehingga berbeda
dengan yang bukan atlit.
Pada Harvard Step Test menggunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi
denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara
detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor
tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan
kurang sampai kesanggupan amat baik.
Tinjauan pustaka
Harvard step test adalah jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosis penyakit jantung dan pulmonal. Ini juga digunakan untuk pengukuran
yang baik kebugaran, dan kemampuan Anda untuk pulih setelah olahraga berat.
Semakin cepat jantung Anda kembali berelaksasi, semakin baik pula kerja nya. Tes
ini awalnya diciptakan untuk Dinas Kehutanan di tahun 1900-an di University of
Montana di Missoula. Namun ada juga referensi yang mengatakan tes kebugaran
jasmani ini dibuat di Harvard University selama Perang Dunia II.
keuntungan: Tes ini membutuhkan peralatan minimal dan biaya, dan dapat
dikelola sendiri. kelemahan: Karakteristik biomekanis bervariasi antara individu.
Sebagai contoh, mengingat bahwa tinggi langkah standar, orang lebih tinggi berada
pada keuntungan karena akan mengambil energi lebih sedikit untuk meningkatkan ke
langkah. Berat badan juga telah terbukti menjadi faktor.
Pengujian kelompok besar dengan tes ini akan memakan waktu, Tidak pantas
untuk anak-anak , Dipengaruhi oleh variasi denyut jantung maksimum (SDM), dan
Hanya 60 sampai 80% korelasi dengan uji 2 max VO
2. Tujuan
Mengnalisis tingkat kebugaran jantung paru
4. Pertanyaan
1. Jelaskan perjalan oksigen mulai dari saluran nafas sampai ke tingkat seluler!
2. Sebutkan dan jelaskan 3 mekanisme pembentukan ATP pada manusia!
3. Terangkan pengaruh sistem saraf otonom terhadap fungsi jantung dan pembuluh
darah!
5.Jawaban
Cara kerja
1. Lakukan pemanasan ringan selama 5 menit sebelum mulai
2. Naracoba berdiri menghadap bangku sambil mendengarkan detekan metronom
berfrekuensi 120x/menit
3. Pada detakan 1, naracoba menempatkan salah satu kaki dominan diatas kursi
4. Pada detakan 2, kaki yang lain naik keatas bangku sehingga naracoba telah berdiri
tegak diatas bangku.
5. Pada detakan 3, kaki yang pertama naik diturunkan
6. Pada detakan 4, kaki kedua diturunkan sehingga naracoba telah kembali berdiri
diatas lantai
7. Tepat detakan 5, kaki pertama kembali naik. Begitu seterusnya
8. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai naracoba tidak kuat lagi. Namun tidak
lebih dari 5 menit. Catat waktu berapa lama naracoba bertahan.
9. Segera setelah itu naracoba duduk. Hitung frekuensi denyut nadi 3x: 1-1’30”(N1), 2-
2’30”(N2), dan 3-3’30”(N3) setelah duduk.
Hasil Percobaan:
1. Cara lambat :
Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100 k
2 x jumlah ketiga denyut nadi per 30’’
Penilaiannya :
< 55 = keanggupan kurang
55.64 = kesanggupan sedang
65.79 = kesanggupan cukup
80.89 = kesanggupan baik
> 90 = kesanggupan amat baik
2. Cara cepat :
Indeks Kesanggupan Badan = lama naik turun dalam detik x 100 f
5.5 x harga denyut nadi per 30’’pertama
Penilaiannya :
< 50 = kurang
50-80 = sedang
>80 = baik
Pembahasan:
Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan indeks kesanggupan badan
seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Melalui cara perhitungan yang telah dijelaskan
diatas, terlihat dengan jelas bahwa indeks kesanggupan badan sangat bergantung dari lama
orang tersebut mampu terus menerus naik-turun bangku dan frekuensi denyut nadinya segera
setelah ia melakukan aktivitas tersebut. Semakin lama ia mampu bertahan naik-turun bangku
dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik
pula kesanggupannya.
Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional individu
dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada tingkatan latihan fisik,
baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada
sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari
organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Peningkatan curah jantung dilakukan dengan
meningkatan isi sekuncup dan denyut jantung.
Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB)
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB
seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik.
Kesimpulan:
Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan
(IKB). Semakin besar nilai IKB, semakin baik kesanggupan badan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Depok:
Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.
Postest :
1. Menurut analisis anda, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil harvard test? Jelaskan (alat?,
naracoba?)
Faktor-faktor berikut mungkin memiliki dampak pada hasil tes (uji reliabilitas):
a. Naracoba :
Ini berpengaruh terhadap konsumsi oksigen naracoba, orang yang kurang tidur
berpotensi kekurangan asupan oksigen dalam tubuhnya.
Tingkat emosional
Obat yang mungkin dipakai untuk meningkatkan kerja jantung (biasanya atlet)
Obat yang digunakan untuk meningkatkan kinerja otot, seperti misal nya dopamin,
atau kafein, sangat mempengaruhi, karena jika naracoba mengkonsumsinya, maka
kelelahan yang ia dapat bisa datang lebih lama, sehingga hasil tes dapat berbeda
dengan keadaan normal. Ini disebabkan karena, obat tersebut membuat staminanya
lebih baik dan memaksa otot dan otak serta kerja jantung lebih berat.
b. Alat
Ketinggian alat (kursi)
Semakin tinggi kursi yang di pakai, maka dibutuhkan energi yang lebih besar untuk
melakukan uji coba.
c. Cara kerja :
Ritme atau intensitas naik turun yang dilakukan naracoba, semakin cepat ritme nya dan
tidak beraturan, maka kerja otot pun akan lebi tinggi, sehingga kebutuhan akan oksigen
meningkat, sehingga cepat lelah
4. Apakah ada perbedaan hasil step test diantara jenis kelamin? Mengapa demikian?
Ada, karena, laki-laki cenderung memiliki ketahanan fisik lebih tinggi dibandingkan
perempuan, sehingga laki-laki dapat bertahan lebih lama saat melakukan harvard step test.
5. Menurut anda, mengapa sampai timbul 3 metode perhitungan harvard step test?
Adanya perbedaan perhitungan ini disebabkan oleh, penggunaan waktu, dengan metode
lambat jelas kita perhitungan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode cepat,
apalagi dengan melihat tabel. Pada perhitungan lambat pun kita harus mengukur N2 (jumlah
denyut nadi dari menit ke 2-2.30) dan N3 (jumlah denyut nadi dari menit ke 3-3.30),
pemakaian N2, dan N3 ini pada perhitungan indeks kesanggupan akan mempengaruhi hasil
karena, pada menit ke 2 bahkan lebih lama, kondisi semakin kembali memulih, sehingga
aktivitas kerja otot, jantung dan pari-paru pun semakin menuju normal. Ini lah yang menjadi
pertimbangan adanya perhitungan lain yang hanya mengukur jumlah denyut nadi selama 1.30
detik sesaat setelah naracoba berhenti melakukan tes.
6. Apa perbedaan metode perhitungan cepat dan lambat pada harvard step test?
Perbedaan ini terdapat pada penyebut dalam pembagian indeks kesanggupan, pada metode
lambat digunakan perhitungan dari jumlah N1, N2, dan N3. Sedangkan pada metode cepat,
hanya digunakan perhitungan nadi pada N1 saja. Pada metode lambat perhitungan memakan
waktu lebih lama, dann penggunaan perhitungan dengan N1, N2, dan N3 dapat memberikan
hasil yang berbeda, karena semakin lama istirahat naracoba, maka lebih cepat pulih aktivitas
kerja otot, jantung dan pau-parunya, sehingga hasi perhitungan denyut nadi pun berbeda,
perbedaan ini, harus diperhitungkan juga.