You are on page 1of 14

Partisipasi Politik

Pertemuan ke-11 MK Sosiologi Politik


Akhmad Satori, S.IP., M.S.I
Pendahuluan
 Partisipasi politik dianggap sebagai prasyarat
dari bangunan dan berkembangnya demokrasi
 Partisipasi politik menurut Sherman dan Kolker
merupakan jalan bagi masa untuk
mempengaruhi atau mengontrol pemerintah.
Sehingga dalam proses mempengaruhi dan
mengontrol pemerintah itu, dapat dalam berupa
kelembagaan dan non-kelembagaan.
 Moderenisasi dalam segala bidang kehidupan
menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut
untuk ikut dalam kekuasaan politik.
 Perubahan-perubahan struktur kelas. Masalah
siapa yang berhak berpartisipasi dan pembuatan
keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi
politik
 Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa
modern.
 Ide demokratisasi partisipasi telah berkembang ke
negara-negara baru sebelum mengembangkan
moderenisasi secara matang.
 Konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika
timbul konflik antar elit, maka yang dicari adalah
dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas
melawan aristokrat yang menarik kaum buruh dan
membantu memperluas hak pilih rakyat.
 Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam
urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah
sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan
yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut
serta dalam pembuatan keputusan politik.
Definisi Partisipasi Politik
 Miriam Budiardjo : Partisipasi Politik adalah
kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara
dan, secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public
policy).
 Vote dalam pemilu, menghadiri rapt umum,
menjadi anggota parpol atau interest group,
mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen, dsb.
“Rambu2” Partisipasi Politik
 Pertama, berupa kegiatan atau prilaku luar individu warga negara
biasa yang dapat diamati, bukan dalam bentuk sikap atau
orientasi.
 Kedua, berupa kegiatan diarahkan untuk mempengaruhi
pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.
 Ketiga, berupa kegiatan yang berhasil atau gagal mempengaruhi
pemerintah.
 Keempat, kegiatan langsung atau tidak langsung mempengaruhi
pemerintah.
 Kelima, menggunakan prosedur wajar (konvensional) atau tidak
wajar
Bentuk Partisipasi Politik
 Kegiatan pemilihan suar
 Lobiying
 Menjadi pejabat
 Mencari konecsi
 Tindakan kekerasan
Bentuk Partisipasi Politik
Konvensional Non-Konvensiaonal
Pemberian suara Pengajuan petisi
Diskusi politik Berdemonstrasi
Kegiatan kampanye Konfrontasi
Membentuk dan bergabung Mogok
dalam kelompok kepentingan Tindak kekerasan politik
Komunikasi individual dengan terhadap harta benda
pejabat politik dan Tindakan kekerasan terhadap
administrative manusia
Perang gerilya, revolusi
Tingkatan Partisipasi Politik
(menyimpang) pembunuh politik, pembajak, teroris

Pejabat umum, pejabat parpol sepenuh waktu,


pimpinan kelompok kepentingan

Petugas kampanye, aktif dalam parpol/kelompok


kepentingan, aktif dalam proyek-proyek sosial

Menghadiri rapat umum, anggota kelompok kepentingan,


usaha meyakinkan orang, memberikan suara dalam pemilu,
mendiskusikan masalah politik,
Perhatian pada perkembangan politik

Orang yang apolitis


Hierarki Partisipasi Politik
 Menduduki jabatan politik atau administratif
 Mencari jabatan politik atau administratif
 Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
 Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
 Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik
 Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik
 Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi,dsb
 Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat
umum dalam politik.
 Voting (pemberian suara)
 Apathi total
Alasan untuk tidak berpartisipasi
 Apathi (masa bodoh), tidak punya minat atau
tidak punya perhatian terhadap orang lain,
situasi, atau gejala-gejala pada umumnya atau
pada khususnya.
 Sinisme, kepasifan dan ketidakaktifan relatif juga
didefinisikan sebagai kecurigaan buruk dari sifat
manusia yaitu perasaan yang menghayati
tindakan dan motif orang lain dengan rasa
kecurigaan.(perasaan bahwa politik itu tidak
dapat dipercaya, politik itu kotor, dll)
 Alienasi (terasing), yaitu perasaan keterasingan
seseorang dari politik dan pemerintahan
masyarakat. Kecenderungan berfikir mengenai
pemerintahan dan politik bangsa, yang dilakukan
orang lain dan untuk orang lain mengikuti
sekumpulan aturan-aturan yang tidak adil.
 Anomi (terpisah) yaitu perasaan kehilangan nilai
dan ketiadaan arah dalam mana individu
mengalami perasaan ketidakefektifan dan bahwa
para penguasa bersikap tidak peduali yang
mengakibatkan devaluasi daripada tujuan-tujuan
dan hilangnya urgensi untuk bertindak.
Karakteristik Sosial dalam Pemilu
Kategori Partisipasi Tinggi Partisipasi Rendah
Pendapatan Tinggi Rendah
Pendidikan Tinggi Rendah
Pekerjaan Bisnis, Karyawan, PNS, Buruh kasar, PRT,
Pedagang Petani
Ras Kulit Putih Kulit Hitam
Jenis Kelamin Pria Wanita
35 – 55< < 35
Situasi Situasi Krisis Situasi Normal
Status Kawin Belum Kawin
Organisasi Anggota Tidak anggota
Bahan Bacaan
 Suryadi, Budi, Sosiologi Politik; Sejarah, Definisi
dan Perkembangan Konsep, IRCiSoD,
Yogyakarta.
 Bottomore, Tom, 1992, Sosiologi Politik,
diterjemahkan Sahar Simamora, Rieneka Cipta,
Jakarta.
 Rush, Michael dan Phillip Althooff,2005,
Pengantar Sosiologi Poitik, Rajawali Press.
Jakarta.
 Dll

You might also like