Akhmad Satori, S.IP., M.S.I Pendahuluan Partisipasi politik dianggap sebagai prasyarat dari bangunan dan berkembangnya demokrasi Partisipasi politik menurut Sherman dan Kolker merupakan jalan bagi masa untuk mempengaruhi atau mengontrol pemerintah. Sehingga dalam proses mempengaruhi dan mengontrol pemerintah itu, dapat dalam berupa kelembagaan dan non-kelembagaan. Moderenisasi dalam segala bidang kehidupan menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik. Perubahan-perubahan struktur kelas. Masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern. Ide demokratisasi partisipasi telah berkembang ke negara-negara baru sebelum mengembangkan moderenisasi secara matang. Konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antar elit, maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas melawan aristokrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. Definisi Partisipasi Politik Miriam Budiardjo : Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Vote dalam pemilu, menghadiri rapt umum, menjadi anggota parpol atau interest group, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dsb. “Rambu2” Partisipasi Politik Pertama, berupa kegiatan atau prilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan dalam bentuk sikap atau orientasi. Kedua, berupa kegiatan diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Ketiga, berupa kegiatan yang berhasil atau gagal mempengaruhi pemerintah. Keempat, kegiatan langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemerintah. Kelima, menggunakan prosedur wajar (konvensional) atau tidak wajar Bentuk Partisipasi Politik Kegiatan pemilihan suar Lobiying Menjadi pejabat Mencari konecsi Tindakan kekerasan Bentuk Partisipasi Politik Konvensional Non-Konvensiaonal Pemberian suara Pengajuan petisi Diskusi politik Berdemonstrasi Kegiatan kampanye Konfrontasi Membentuk dan bergabung Mogok dalam kelompok kepentingan Tindak kekerasan politik Komunikasi individual dengan terhadap harta benda pejabat politik dan Tindakan kekerasan terhadap administrative manusia Perang gerilya, revolusi Tingkatan Partisipasi Politik (menyimpang) pembunuh politik, pembajak, teroris
Pejabat umum, pejabat parpol sepenuh waktu,
pimpinan kelompok kepentingan
Petugas kampanye, aktif dalam parpol/kelompok
kepentingan, aktif dalam proyek-proyek sosial
Menghadiri rapat umum, anggota kelompok kepentingan,
usaha meyakinkan orang, memberikan suara dalam pemilu, mendiskusikan masalah politik, Perhatian pada perkembangan politik
Orang yang apolitis
Hierarki Partisipasi Politik Menduduki jabatan politik atau administratif Mencari jabatan politik atau administratif Keanggotaan aktif suatu organisasi politik Keanggotaan pasif suatu organisasi politik Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi,dsb Partisipasi dalam diskusi politik informal, minat umum dalam politik. Voting (pemberian suara) Apathi total Alasan untuk tidak berpartisipasi Apathi (masa bodoh), tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala pada umumnya atau pada khususnya. Sinisme, kepasifan dan ketidakaktifan relatif juga didefinisikan sebagai kecurigaan buruk dari sifat manusia yaitu perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa kecurigaan.(perasaan bahwa politik itu tidak dapat dipercaya, politik itu kotor, dll) Alienasi (terasing), yaitu perasaan keterasingan seseorang dari politik dan pemerintahan masyarakat. Kecenderungan berfikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa, yang dilakukan orang lain dan untuk orang lain mengikuti sekumpulan aturan-aturan yang tidak adil. Anomi (terpisah) yaitu perasaan kehilangan nilai dan ketiadaan arah dalam mana individu mengalami perasaan ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduali yang mengakibatkan devaluasi daripada tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak. Karakteristik Sosial dalam Pemilu Kategori Partisipasi Tinggi Partisipasi Rendah Pendapatan Tinggi Rendah Pendidikan Tinggi Rendah Pekerjaan Bisnis, Karyawan, PNS, Buruh kasar, PRT, Pedagang Petani Ras Kulit Putih Kulit Hitam Jenis Kelamin Pria Wanita 35 – 55< < 35 Situasi Situasi Krisis Situasi Normal Status Kawin Belum Kawin Organisasi Anggota Tidak anggota Bahan Bacaan Suryadi, Budi, Sosiologi Politik; Sejarah, Definisi dan Perkembangan Konsep, IRCiSoD, Yogyakarta. Bottomore, Tom, 1992, Sosiologi Politik, diterjemahkan Sahar Simamora, Rieneka Cipta, Jakarta. Rush, Michael dan Phillip Althooff,2005, Pengantar Sosiologi Poitik, Rajawali Press. Jakarta. Dll