Professional Documents
Culture Documents
•
4. Bila dengan pemberian dosis maksimum
obat pertama tidak dapat mengontrol
bangkitan, maka perlu ditambahkan obat
anti epilepsi kedua. Bila obat anti epilepsi
telah mencapai kadar terapi maka obat anti
epilepsi pertama diturunkan bertahan
(tapering off), perlahan-lahan.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap
Riwayat Tumbuh Kembang
• Tersenyum : 4 bulan
• Tengkurap : 9 bulan
• Merangkak : 10 bulan
• Berjalan : 18 bulan
• Bersuara : 18 bulan
• Berbicara beberapa kata : 3 tahun
• Bermain dengan orang lain : 3 tahun
• Pertumbuhan fisik pasien normal
• Perkembangan pasien di usia 9 tahun :
kontak mata : sulit dinilai, berbicara hanya
kata-kata, tidak bisa merangkai kalimat
dengan baik, vokal suara tidak jelas, tidak
bisa berinteraksi baik dengan teman
sebaya, menghitung dan membaca tidak
bisa, tidak bisa mandi dan berpakaian
sendiri. Tahun ini pasien akan bersekolah di
SLB (Sekolah Luar Biasa).
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Komposmentis (GCS 15)
• Vital Sign : BP=100/70 mmHg, T =37,2°C, HR=100
×/i, RR = 22 ×/i
Status Gizi :
• TB : 125 cm BB : 30 kg
• CDC : BB ideal 24 kg
• Status Gizi : 24/30 x 100% : 125 % (Obesitas)
• Lingkar Kepala : 51 cm (Normal)
Kepala
• Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
• Mata kiri dan kanan :
Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : sulit dinilai
Kornea : Mikrokornea
Pergerakan Bola Mata : tidak beraturan
dan tidak bisa dikontrol
• Telinga : Tidak ada kelainan bawaan,
serumen (-), nyeri tekan preaurikuler (-)
• Hidung : Bentuk simetris, sekret (-)
• Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak
kotor, tidak hiperemis,Palatum tidak terbelah.
• Leher : Tidak terdapat pembesaran
kelenjar, kaku kuduk (-)
Paru-paru
• Inspeksi : bentuk dada normal, gerak nafas simetris,
retraksi iga (-)
• Palpasi : Fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rh -/-, wh -/-
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba pada linea
midklavikula sinistra RIC V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal,
reguler, bising jantung (-)
Abdomen
• Inspeksi : Perut datar, venektasi (-)
• Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
Elektrolit :
• Na+ : 139 umol/l
• K+ : 4,1 umol/l
• Ca++ : 0,64 umol/l
Pemeriksaan urin
• protein : (-)
• reduksi : (-)
• bilirubin : (+)
• urobilinogen : 3,2 µmol/l
• BJ : 1,005
• pH : 6,0
• Bakteri : (-)
• kejernihan : jernih
• warna : kuning
• nitrit : (-)
• keton : (-)
• blood : (-)
sedimen:
eritrosit 0 /LPB
leukosit 3-4 /LPB
ep cell 2-3 /LPB
cylinder 0 /LPK
kristal 0 /LPB
bakteri (-)
HAL-HAL YANG PENTING DARI ANAMNESIS
DIAGNOSIS KERJA
Epilepsi + Gangguan Perkembangan+
Nistagmus
PEMERIKSAAN ANJURAN
• EEG
• CT Scan
• Pungsi lumbal
TERAPI
• MEDIKAMENTOSA : Depakene Syrup 2 x 1 cth
• DIIT
Kebutuhan Energi : 1920 kal
Diit : Makanan Biasa
• ANJURAN : Konsultasi ke Fisioterapis
PROGNOSIS
QUO AD VITAM : Bonam
QUO AD FUNGSIONAM : Dubia ad malam
• Senin / 16 Agust 2010
S : Kejang (-), Demam (-), Sakit kepala (-)
O : Komposmentis, TD : 110/60, T : 36,50C,
HR : 90x/I, RR: 22x/i
Kaku kuduk (-)
Reflex patologis (-)
A : Epilepsi+gangguan perkembangan +
nistagmus
P : Konsul mata
Depakene 2x1 cth
Rabu, 18 Agustus 2010
S : Kejang (-), Demam (-), Sakit kepala (-)
O : Komposmentis, TD : 110/60, T : 36,30C, HR :
89x/I, RR: 22x/i
Kaku kuduk (-)
Reflex patologis (-)
A : Epilepsi +gangguan perkembangan+nistagmus
P : Pasien boleh pulang
Depakene 2x1 cth
PEMBAHASAN
• Dari anamnesa dapat disimpulkan bahwa
pasien mengidap epilepsi, yang
disimpulkan dari riwayat kejang pasien
yang terjadi 2 tahun yang lalu, dimana
kejang tidak didahului demam, kejang
pertama tersebut terjadi pada usia 7 tahun
dan kejang berlangsung lama.
• Pasien tidak mendapat terapi rumatan atas
keluhan tersebut.
• Etiologi epilepsi pada pasien tidak
diketahui.
Pasien tidak mendapatkan terapi kejang
sesuai standar, terapi yang diberikan hanya
sampai pada diazepam rectal, sehingga
kejang pasien tidak berhenti dan lebih dari
30 menit.
Secara definisi, kejang yang terjadi pada
pasien dapat digolongkan status epileptikus,
karena kejang lebih dari 30 menit, dan tidak
kembalinya kesadaran selama kejang,
namun pasien sendiri tidak mendapatkan
terapi maksimal sesuai prosedur, sehingga
lamanya kejang kemungkinan diakibatkan
tidak maksimalnya terapi yang diberikan.
• Etiologi kambuhnya serangan epileptik pada
pasien ini dipikirkan karena tidak dikonsumsinya
obat antikonvulsan secara teratur dan dari
leukositosis dari hasil laboratorium
menunjukkan terjadi infeksi pada pasien yang
dapat merupakan salah satu pencetus
kambuhnya serangan epileptik.
• Kekurangan dalam pelaporan kasus ini adalah
penulis tidak menemukan sumber infeksi pada
pasien. Seharusnya pasien ini diberikan
antibiotik berdasarkan pemeriksaaan
laboratorium yang menunjukkan leukositosis.
• Kelainan mata pada pasien sudah terjadi
sejak lahir, jadi bukan merupakan komplikasi
dari penyakit pasien.
• Pasien mengalami gangguan perkembangan,
hal ini kemungkinan merupakan kelainan
bawaan,karena dari anamnesis yang didapat
perkembangan pasien terlambat dari kecil.
• Sebaiknya pasien mendapat terapi dari
fisioterapi agar pasien mampu untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti
mengurus kebersihan diri dan makan.
Perlu pemeriksaan CT Scan untuk
menemukan apakah ada kelainan pada
intrakranial pasien, dan pungsi lumbal
untuk mengetahui apakah terdapat
infeksi SSP, selanjutnya perlu diberikan
terapi rumatan untuk mencegah
kambuhnya kejang.