Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Indonesia dapat di lihat dari beberapa hal. Pertama adalah hukum
yang berasal dari adat-isriadat dan norma-norma masyarakat yang diterima secara
turuntemurun yang berlangsung sedak lama kali dan melekat dalam kesadaran
masyarakat.
Kedua adalah hukum yang berasal dari ajaran agama. Dari dahulu kala sudah
di catat dalam sejarah sejumlah orang yang mengklaim menerima pesan ilahi atau
hikmah (wisdom) untuk disampaikan kepada masyarakat. Pesan itu berupa aturan
yang harus ditaati bila manusia ingin selamat dalam hidupnya. Dalam tradisi agama
samawi, sejak manusia pertama diciptakan tuhan dimuka bumi, manusia telah diberi
petunjuk untuk menempuh kehidupan ini, baik menyangkut hubungan dengan tuhan,
dengan sesama manusia, atau dengan lingkungan alam.
Kata “hukum” berasal dari kata Arab hukm (kata jamaknya ahkam) yang
berarti “putusan” (judgement,verdict,decision), ”ketetapan” (provision), “perintah”
(command), “pemerintahan” (government), “kekuasaan” (authority, power),
“hukuman” (sentence) dan lain-lain. Kata kerjanya, hakama, yahkumu, berarti
“memutuskan”, “mengadili”, “menetapkan”, “memerintahkan”, “memerintah”,
“menghukum”, “mengendalikan”, dan lain-lain.
Hukum Islam yang sebenarnya tidak lain daripada Fiqh Islam, atau Syari’at
Islam, yaitu : “Koleksi daya upaya para fuqaha dalam menerapkan Syari’at Islam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat”.
Istilah Hukum Islam walaupun berlafad Arab, namun telah dijadikan bahasa
Indonesia, sebagai terjemahan dari Fiqh Islam, atau Syari’at Islam, yang bersumber
kepada Al-Qur’an, As Sunnah dan “Ijmak para sahabat dan Tabi’in.
Hukum Islam (Fiqh) itu, adalah hukum yang terus hidup, sesuai dengan undang-
undang gerak dan subur. Dia mempunyai gerak yang tetap dan perkembangan yang
terus menerus. Karenanya Hukum Islam senantiasa berkembang, dan perkembangan
itu merupakan tabi’at Hukum Islam yang terus hidup.
Tugas Hukum Islam (Fiqh) ialah menerapkan dasar-dasar Islam atas aneka
masalah dan menundukkan kehidupan madaniyah kepada jiwa Islam dan asas-
asasnya. Tugas ini adalah suatu tugas yang dibebankan atas ahli-ahli Hukum Islam.
Karenanya dapatlah dikatakan bahwa Hukum Islam atau Fiqh , adalah penjelasan bagi
Sayri’at Islam terhadap hukum-hukum yang tumbuh dalam masyarakat sesuai dengan
perkembangan kehidupan dan suasana masyarakat.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak
pernah berhenti dikejar sampai akhir hayat.Cita-cita sosial bersandarkan pada
hukum.Setiap keberadaan hokum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek
hokum.Harapan manusia terhadap hokum pada umumnya meliputi harapan keamanan
dan ketenteraman hidup tanpa batas waktu.
Apabila satu minit sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hokum yang
kuat,masyarakat dengan semua komponannya akan rosak,karena seminit tanpa adanya
jaminan hokum bagaikan adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat
tersebut.
Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hokum .Yang berbahaya
lagi adalah memendan hokum tidak berguna lagi karena keberpehakan hokum kepada
keadilan dan persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hokum.
Cita-cita hokum adalah menegakkan keadilan,tetapi yang menegakkan keadilan
bukan teks-teks hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim,pengacara
penguasa hokum,penegak hokum,polisi dan sebagainya.
Identitas hokum Islam adalah adil,member rahmat dan mengandungi hikmah yang
banyak bagi kehidupan.Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan
kezaliman,tidak member rasa keadilan,jauh dari rahmat,menciptakan kemafsadatan bukan
merupakan tujuan hokum Islam.
1- Memelihara Agama
2- Memelihara Jiwa
3- Memelihara Akal
4- Memelihara Keturunan
5- Memelihara Kekeyaan
Contoh : Solat lima waktu.Jika solat itu diabaikan,maka akan terancamlah eksestensi
agama.
Contoh : Solat Jamak dan Solat Kasarbagi orang yang sedangbepergian. jika tidak
dilaksanakan solat tersebut,maka tidak akan mengancam eksestensi agamanya,melainkan
hanya mempersulitkan bagi orang yang melakukannya.
2- Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad
nikah dan diberi hak talaq padanya.Jika mahar itu tidak disebut pada waktu akad maka si
suami akan mengalami kesulitan,kerana suami harus membayar mahar misl.
1. Dharuriyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain.Jika
Diabaikan maka akan mengakibatkan eksestensi harta.
2. Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam.Jika tidak dipakai salam,
Maka tidak akan mengancam eksestensi harta.