Professional Documents
Culture Documents
Abstract
PENGARUH PROFITABILITAS,
SOLVABILITAS, UKURAN Timeliness is one of the qualitative
PERUSAHAAN DAN OPINI characteristics that required by
AKUNTAN TERHADAP Indonesian Capital Market and Financial
Institutions Supervisory Agency
KETEPATAN WAKTU PENYAJIAN (BAPEPAMLK). This is also required for
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN BEI Companies as they should publish
PADA PERUSAHAAN their audited financial reporting in 90
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK days. This research tried to test the
JAKARTA influences of profitability, solvability,
company size and audit opinion to the
companies reporting timelines. Data were
collected from 30 companies of BEI’s
Baiq Riffa Fathini companies through purposive sampling
Alumni Jurusan Akuntansi technique. Using multiple linear
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram regression, research found that the
solvability and the company size
significantly influenced the audit delay.
Meanwhile, all the explanatory variables
Siti Atikah were in simultaneously have significant
Dosen Tetap Jurusan Akuntansi influences to the audit delay
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram
Keywords: audit delay, profitability,
solvability, company size, audit opinion
ISSN: 1858 ‐ 0785
Volume 6, No. 1, Juni 2007
Pusat Kajian & Pengembangan Akuntansi (PKPA)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram
Volume 6, No. 1, Juni 2007
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan wahana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan
berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki serta
kinerja kepada pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut. Banyak pihak yang
percaya bahwa ketepatan waktu laporan (timelines) merupakan karakteristik penting bagi
laporan keuangan. Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan determinan
penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan
berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya (IAI:2004). Informasi yang
disajikan tidak tepat waktu akan mengurangi atau bahkan kehilangan kemampuannya sebagai
alat bantu prediksi bagi pemakainya. Informasi yang tidak disajikan tepat pada saat dibutuhkan,
tidak akan mempunyai nilai untuk dasar penentuan tindakan pada masa yang akan datang.
Tepat waktu merupakan kewajiban bagi perusahaan terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Sejak tanggal 30 September 2003,
BAPEPAM memperketat peraturan dengan mengeluarkan lampiran surat Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor : Kep‐36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan
disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim harus disampaikan kepada
BAPEPAM selambat‐lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan
tahunan perusahaan.
Berkenaan dengan hal di atas mencerminkan betapa pentingnya ketepatwaktuan
(timelines) penyajian laporan keuangan tahunan sebagai informasi yang bermanfaat bagi setiap
pelaku bisnis di pasar modal. Faktor‐faktor yang mempengaruhi penyajian laporan keuangan
tepat waktu diantaranya merupakan faktor‐faktor spesifik perusahaan dan faktor‐faktor yang
berkaitan dengan pengauditan (Wirakusuma:2004).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur, di mana penulis tertarik untuk
menguji kembali faktor‐faktor yang memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu penyajian
laporan keuangan tahunan. Selain itu pula, penulis ingin mengkombinasikan antara faktor‐
faktor spesifik perusahaan dan faktor yang berkaitan dengan audit untuk menjelaskan rentang
waktu yang dibutuhkan auditor independen dalam menyelesaikan laporan keuangan auditan
(audit delay) sebagai proksi dari ketepatan waktu penyajian laporan keuangan.
Tujuan Penelitian
1 Menguji pengaruh simultan antara profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini
akuntan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan tahunan pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
2 Menguji pengaruh parsial antara profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini
akuntan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan tahunan pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Soetedjo (2003), menguji faktor‐faktor yang mempengaruhi Audit Report Lag (ARL)
diantaranya yaitu jenis industri, rugi/laba operasi perusahaan, opini auditor, ukuran
perusahaan dan tingkat profitabilitas perusahaan. Metode yang digunakan dalam menganalisis
data yaitu Statistik Deskriptif dan Analisa Regresi Berganda. Hasil dari statistik deskriptif
menunjukkan bahwa rata‐rata audit delay 118 hari. Sedangkan hasil regresi menunjukkan
54
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
bahwa ukuran perusahaan, rugi/laba operasi perusahaan dan jenis pendapat auditor
berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag (ARL).
Penelitian Wirakusuma (2004) menganalisis faktor‐ faktor apa saja yang mempengaruhi
rentang waktu penyajian laporan keuangan ke publik, hal ini terkait dengan keberadaan divisi
internal audit pada perusahaan‐perusahaan yang terdaftar di BEJ. Menggunakan variabel‐
variabel yang dimodelkan, diuji dengan regresi linear berganda. Hasil analisis Tahap I
menunjukkan bahwa rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan, solvabilitas, opini dan internal audit. Selanjutnya pada analisis Tahap II
rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan, bersama‐sama dengan solvabilitas dan
opini, mempengaruhi rentang waktu pengumuman laporan keuangan auditan ke publik.
Ketepatan Waktu Penyajian Laporan Keuangan
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan
terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan akan berkurang.
Dalam Regulasi informasi keuangan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan struktur
pengaturan informasi melalui UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Selanjutnya BAPEPAM
bersama Bursa Efek Jakarta (BEJ) menetapkan Keputusan ketua BAPEPAM Nomor : Kep‐
36/PM/2003 yang menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan
akuntan dengan pendapat lazim harus disampaikan kepada BAPEPAM selambat‐lambatnya
pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal tutup tahun buku perusahaan.
Audit Delay
Audit delay atau dalam beberapa penelitian disebut sebagai audit reporting lag
didefinisikan sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan tanggal
diterbitkannya laporan audit. Dyer dan McHugh (1975) dalam Januarty (2006) membagi
keterlambatan atau lag menjadi 3 kriteria :
1. Keterlambatan Audit (Auditor’s Report Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal
laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
2. Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag), yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan
auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ.
3. Keterlambatan Total (Total Lag), yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan
keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.
Profitabilitas
Menurut Ang (1997: 18.23) dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dari pengertian
tersebut dapat diberikan suatu pengertian umum dari rasio profitabilitas, yaitu sebagai ukuran
dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan kemampuan ekonomi yang
dimiliki oleh perusahaan selama periode tertentu.
Solvabilitas
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua utangnya
(utang jangka pendek maupun utang jangka panjang) dari harta perusahaan tersebut
(Soemardjo, 1997 :5) dalam Januarty (2006). Terdapat dua rasio yang umum digunakan untuk
mengukur rasio solvabilitas yaitu Total Debt to Total Assets dan Times Interest Earned.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan.
Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan, total asset,
55
Volume 6, No. 1, Juni 2007
log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan , dan nilai buku perusahaan. Penelitian ini
menggunakan log total aset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Opini Akuntan
Opini merupakan pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan
perusahaan yang telah diaudit. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi
508) dalam Agoes (2004;53) ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu : (1). Pendapat wajar tanpa
pengecualian (Unqualified opinion), (2). Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified opinion with
explanatory language), (3). Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified opinion), (4).
Pendapat tidak wajar (Adverse opinion), (5). Pernyataan tidak memberikan pendapat
(Disclaimer opinion).
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Kerangka Konseptual
Hipotesis
H1 : Ada pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan secara
simultan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan tahunan pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
H2 : Ada pengaruh profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan secara
parsial terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan tahunan pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek
Jakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling, dengan
jenis metode judgement sampling (pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan).
56
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
Tabel 1. Sampel perusahaan‐perusahaan di Bursa Efek Jakarta
No. Nama Perusahaan Kode
1 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
2 Astra Graphia Tbk ASGR
3 Astra Internasional Tbk ASII
4 Astra Otopart Tbk AUTO
5 Barito Pasific Timber Tbk BRPT
6 Budi Acid Jaya Tbk BUDI
7 Davomas Abadi Tbk DAVO
8 Dynaplast Tbk DYNA
9 Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
10 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
11 Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA
12 Indofood Sukses makmur Tbk INDF
13 Indorama Syntetic Tbk INDR
14 Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP
15 Intikeramik Alamasry Industry Tbk IKAI
16 Intraco Penta Tbk INTA
17 Kalbe Farma Tbk KLBF
18 Lautan Luas Tbk LTLS
19 Mayora Indah Tbk MYOR
20 Multipolar Corporation Tbk MLPL
21 SMART Tbk SMAR
22 Sari Husada Tbk SHDA
23 Suparma Tbk SPMA
24 Sorini Corporation Tbk SOBI
25 Selamat Sempurna Tbk SMSM
26 Tunas Baru Lampung Tbk TBLA
27 Tirta Mahakam Resources Tbk TIRT
28 Trias Sentosa Tbk TRST
29 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC
30 United Tractor Tbk UNTR
Sumber: Indonesian Capital Market Directory, 2006.
Untuk memperoleh sampel yang digunakan sebagai objek penelitian, penulis
mendeskripsikan beberapa kriteria perusahaan, antara lain sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang selalu terdaftar dan saham perusahaan tersebut selalu aktif
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai
dengan 2005.
2. Mempublikasikan laporan keuangan auditan periode 2003‐2005.
3. Perusahaan‐perusahaan yang memiliki total asset lebih dari 500 milyar rupiah.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel‐variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ketepatan Waktu Penyajian
Laporan Keuangan (Audit delay), Profitabilitas (ROA), Solvabilitas (TDTA), Ukuran Perusahaan
(Log Total Asset), Opini Akuntan (variable dummy). Definisi operasional variabel‐variabel yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Audit delay; jumlah hari dari tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember
sampai dengan tanggal ditandatanganinya laporan audit (tanggal opini) yang tertera pada
laporan auditor independen.
2. Profitabilitas; kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva
yang dimilikinya.
57
Volume 6, No. 1, Juni 2007
58
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
b1− 4 = Koefisien Regresi
b0 = Konstanta
e = Variabel Acak (Random Error)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Audit Delay
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan Tabel 2. Audit delay perusahaan
tahunan dalam penelitian ini diukur berdasarkan lamanya manufaktur di BEJ periode 2003‐
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor 2005 (dalam hari)
independen atas audit laporan keuangan tahunan Audit Delay (Hari) Rata-
Kode
perusahaan (audit delay), sejak tanggal tutup buku yaitu per 2003 2004 2005 rata
31 Desember hingga tanggal ditandatanganinya laporan AMFG 39 42 33 38
audit (tanggal opini) yang tertera pada laporan auditor ASGR 36 49 40 42
ASII 76 74 80 77
independen. AUTO 70 69 72 70
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata‐rata audit delay BRPT 82 73 81 79
BUDI 84 82 86 84
perusahaan‐perusahaan sampel di Bursa Efek Jakarta dari DAVO 78 69 87 78
tahun 2003‐2005 mengalami fluktuasi. Rata‐rata audit delay DYNA 77 76 82 78
pada tahun 2005 merupakan rata‐rata tertinggi yaitu selama FASW 56 66 69 64
HMSP 69 75 79 74
70 hari lebih panjang jika dibandingkan dengan rata‐rata HEXA 64 74 74 71
audit delay untuk tahun‐tahun sebelumnya yaitu pada tahun INDF 51 60 62 58
INDR 64 77 76 72
2003 selama 65 hari dan tahun 2004 selama 67 hari. Hal ini INTP 20 28 20 23
menunjukkan bahwa selama periode penelitian, rata‐rata IKAI 88 87 87 87
audit delay selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, INTA 64 65 65 65
KLBF 82 88 76 82
yang berarti pula bahwa auditor memerlukan waktu yang LTLS 83 77 82 81
lebih lama di dalam menyelesaikan laporan audit MYOR 78 76 83 79
MLPL 64 77 62 68
perusahaan. Namun dalam hal ini perusahaan‐perusahaan SMAR 49 49 48 49
sampel di atas selama tiga tahun berturut‐turut selalu SHDA 19 81 86 62
menyajikan laporan keuangan auditannya secara tepat SPMA 63 66 74 68
SOBI 30 25 30 28
waktu atau tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan SMSM 70 67 66 68
oleh BAPEPAM yaitu kurang dari 90 hari sejak tanggal tutup TBLA 86 89 88 88
TIRT 89 87 86 87
tahun buku perusahaan. TRST 82 28 79 63
TSPC 69 67 68 68
UNTR 58 64 76 66
Profitabilitas
Sumber : www.jsx.co.id, data diolah
Tabel 3 menggambarkan bahwa rata‐rata
profitabilitas untuk perusahaan‐perusahaan sampel di Bursa
Efek Jakarta dari tahun 2003‐2005 mengalami perubahan. Rata‐rata persentase profitabilitas
tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 9,68 % dan rata‐rata persentase terendah terjadi
pada tahun 2004 sebesar 8,62 %.
Solvabilitas
Weston, F.Brigham (302;1998) mengatakan bahwa rasio utang rata‐rata yang dimiliki
untuk perusahaan manufaktur pada umumnya adalah 40%, jadi dapat dikatakan semakin kecil
tingkat persentase rasio utang yang dimiliki perusahaan maka akan lebih baik. Dari tabel 4
dapat dilihat bahwa tingkat utang perusahaan‐perusahaan manufaktur yang menjadi sampel
bervariasi dari nilai di bawah 50%, hingga nilai diatas 50%. Semakin kecil persentase TDTA
maka semakin bagus, dimana hal ini berarti semua utang dapat tertutupi oleh total aktiva. Nilai
TDTA di atas 50% berarti belum semua utang dapat tertutupi oleh total aktiva. Perusahaan yang
memiliki rasio utang tertinggi yaitu PT. Barito Pasific Timber Tbk sebesar 94,53% yang berarti
bahwa para kreditorlah yang menyediakan hampir seluruh dari total pembiayaan perusahaan,
59
Volume 6, No. 1, Juni 2007
sedangkan perusahaan itu sendiri hanya menyediakan ± 5,47 %. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tingkat solvabilitas perusahaan tersebut buruk. Untuk rata‐rata tiap tahunnya,
dapat dikatakan tingkat solvabilitas perusahaan kurang baik karena 3 tahun berturut‐turut nilai
TDTA berkisar diatas angka 50%.
Tabel 3. Profitabilitas perusahaan manufaktur di BEJ periode 2003‐2005 (dalam %)
Profitabilitas (%) Profitabilitas (%)
No KODE No KODE
2003 2004 2005 2003 2004 2005
1 AMFG 15.80 18.95 19.50 16 INTA 1.37 1.27 3.06
2 ASGR 2.44 10.40 10.55 17 KLBF 21.81 19.42 22.46
3 ASII 25.69 20.46 17.46 18 LTLS 1.95 6.03 5.18
4 AUTO 15.12 13.51 14.16 19 MYOR 9.64 9.82 4.63
5 BRPT 3.16 ‐4.33 15.51 20 MLPL 0.84 1.70 3.75
6 BUDI ‐0.19 ‐1.58 ‐0.22 21 SMAR 1.56 ‐1.63 5.17
7 DAVO 11.97 9.08 6.81 22 SHDA 27.94 24.06 39.38
8 DYNA 9.93 8.12 3.62 23 SPMA 2.23 ‐6.35 0.90
9 FASW 3.09 0.48 0.43 24 SOBI 9.52 11.79 9.99
10 HMSP 21.57 26.15 31.21 25 SMSM 12.99 15.06 15.39
11 HEXA 10.75 20.77 13.25 26 TBLA 4.21 2.18 1.28
12 INDF 6.74 5.51 2.88 27 TIRT 1.71 1.72 2.06
13 INDR 1.32 1.31 0.50 28 TRST 7.86 2.08 1.15
14 INTP 9.70 1.89 10.23 29 TSPC 22.36 20.25 17.26
15 IKAI ‐5.22 ‐1.28 ‐1.74 30 UNTR 10.22 21.68 14.72
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2006, data diolah
Tabel 4. TDTA perusahaan manufaktur di BEJ periode 2003‐2005 (dalam % )
Solvabilitas (%) Solvabilitas (%)
No KODE No KODE
2003 2004 2005 2003 2004 2005
1 AMFG 42.16 34.07 23.3 10 HMSP 41.16 55.75 59.59
2 ASGR 52.81 42.02 45.09 11 HEXA 64.62 55.49 67.76
3 ASII 50.72 49.62 48.43 12 INDF 68.9 68.4 67.9
4 AUTO 31.88 35.63 38.97 13 INDR 56.99 55.56 50.91
5 BRPT 112.86 116.79 53.93 14 INTP 55.31 52.35 46.57
6 BUDI 81.95 75.23 76.17 15 IKAI 87.4 86.76 84.91
7 DAVO 33.94 56.29 55.37 16 INTA 79.93 82.54 64.46
8 DYNA 44.69 53.19 56.72 17 KLBF 58.2 53.98 38.52
9 FASW 59.58 59.42 62.78 18 LTLS 63.09 63.37 64.79
20 MLPL 42.37 59.72 56.22 26 TBLA 56.3 62 64.6
21 SMAR 106.97 108.77 58 27 TIRT 68.03 71.94 72.19
22 SHDA 12.82 16.07 13.1 28 TRST 43.7 50.02 54.48
23 SPMA 78.51 69.73 69.28 29 TSPC 15.61 17.74 20.14
24 SOBI 37.63 35.72 38.05 30 UNTR 73.99 53.61 60.99
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2006, data diolah
Ukuran Perusahaan
Tabel 5 memperlihatkan bahwa perusahaan yang berukuran paling besar jika
didasarkan pada total aktiva yang dimiliki yaitu PT. Astra Internasional Tbk, dimana hasil log
total aktivanya sebesar 7,57. Sedangkan perusahaan terkecil jika dilihat dari total aktivanya
yaitu PT. Sorini Corporation Tbk yaitu dengan log total aktiva sebesar 5,74.
60
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
Tabel 5. Log total aset perusahaan manufaktur di BEJ periode 2003‐2005 (Rp juta)
Ukuran Perusahaan
No KODE (Log) No KODE Ukuran Perusahaan (Log)
2003 2004 2005 2003 2004 2005
1 AMFG 6.172 6.194 6.195 16 INTA 5.814 5.892 5.948
2 ASGR 5.848 5.757 5.715 17 KLBF 6.389 6.626 6.675
3 ASII 7.438 7.593 7.672 18 LTLS 6.089 6.154 6.206
4 AUTO 6.292 6.387 6.481 19 MYOR 6.108 6.107 6.164
5 BRPT 6.52 6.523 6.359 20 MLPL 6.196 6.688 6.739
6 BUDI 5.967 5.973 5.991 21 SMAR 6.559 6.599 6.662
7 DAVO 5.951 6.198 6.242 22 SHDA 6.049 6.086 6.036
8 DYNA 5.885 5.999 6.031 23 SPMA 6.014 6.118 6.121
9 FASW 6.419 6.42 6.46 24 SOBI 5.725 5.727 5.776
10 HMSP 7.008 7.068 7.076 25 SMSM 5.801 5.814 5.822
11 HEXA 5.767 5.804 6.029 26 TBLA 6.061 6.131 6.162
12 INDF 7.185 7.195 7.169 27 TIRT 5.723 5.907 5.932
13 INDR 6.656 6.693 6.74 28 TRST 6.229 6.281 6.323
14 INTP 7.006 6.99 7.023 29 TSPC 6.289 6.331 6.37
15 IKAI 5.87 5.876 5.847 30 UNTR 6.782 6.831 6.37
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2006, data diolah
Opini Akuntan
Opini merupakan pendapat akuntan independen atas laporan keuangan tahunan
perusahaan yang telah diaudit. Dalam penelitian ini opini akuntan diberlakukan sebagai
variabel dummy, dimana untuk perusahaan yang memperoleh jenis pendapat Wajar Tanpa
pengecualian (WTP) maupun jenis WTP dengan paragraf penjelasan, diberi kode 1, sedangkan
perusahaan yang memperoleh selain pendapat WTP maupun WTP dengan paragraf penjelasan,
diberi kode 0. Berikut ini merupakan hasil pengkategorian dari perusahaan‐perusahaaan yang
menjadi sampel penelitian selama periode 2003‐2005 :
Tabel 6. Opini akuntan perusahaan manufaktur di BEJ 2003‐2005 (variabel dummy)
Opini Akuntan (dummy) Opini Akuntan (dummy)
No KODE No KODE
2003 2004 2005 2003 2004 2005
1 AMFG 1 1 1 16 INTA 1 1 1
2 ASGR 1 1 1 17 KLBF 0 1 1
3 ASII 1 1 1 18 LTLS 1 1 1
4 AUTO 1 1 1 19 MYOR 1 1 1
5 BRPT 1 1 1 20 MLPL 1 1 1
6 BUDI 1 1 1 21 SMAR 0 1 1
7 DAVO 1 1 1 22 SHDA 1 1 1
8 DYNA 1 1 1 23 SPMA 1 1 1
9 FASW 1 1 1 24 SOBI 1 1 1
10 HMSP 1 1 1 25 SMSM 1 1 1
11 HEXA 1 1 1 26 TBLA 1 1 1
12 INDF 1 1 0 27 TIRT 1 1 1
13 INDR 1 1 1 28 TRST 1 1 1
14 INTP 1 1 1 29 TSPC 1 1 1
15 IKAI 1 1 1 30 UNTR 1 1 1
Sumber : www.jsx.co.id
61
Volume 6, No. 1, Juni 2007
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan‐perusahaan
manufaktur mendapatkan jenis pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) maupun WTP
dengan paragraf penjelasan yang diberi kode 1. Sedangkan hanya 3 perusahaan yang
mendapatkan jenis pendapat selain WTP maupun WTP dengan paragraf penjelasan, tepatnya
mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), yaitu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
(2005), PT. Kalbe Farma Tbk (2003) dan PT. SMART Tbk (2003). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa rata‐rata perusahaan manufaktur telah menyajikan laporan keuangan
perusahaan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Pengujian Hipotesis
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
profitabilitas (ROA), solvabilitas (TDTA), ukuran perusahaan (Log Total Asset) dan opini
akuntan (dummy) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap ketepatan waktu
penyajian laporan keuangan (audit delay) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Untuk mengetahui hubungan dari variabel‐variabel di atas dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan program SPSS. Persamaan regresi yang diharapkan adalah:
Y = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + e
Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian yang dilakukan:
Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) ‐2,805 ,390 ‐7,192 ,000
Profitabilitas ‐,009 ,009 ‐,033 ‐1,008 ,316
Solvabilitas ,294 ,062 ,343 4,772 ,000
Ukuran Perusahaan 5,077 ,565 ,637 8,979 ,000
Opini Akuntan ‐,100 ,306 ‐,010 ‐,327 ,744
Dari tabel di atas dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:
Audit delay = ‐2.805 – 0.009ROA + 0.294TDTA + 5.077SIZE – 0.100 OPINI
Dari persamaan tersebut, dapat diuji seberapa besar hubungan antara variabel
profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan terhadap audit delay. b1
sebesar ‐0,009 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ROA sebesar 1.00 atau 100%, maka akan
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit berkurang sebesar 0,009 atau
dengan kata lain mengakibatkan penurunan audit delay (karena koefisien X1 benilai negatif). b2
sebesar 0,294 menunjukkan bahwa setiap kenaikan TDTA sebesar 1.00 atau 100%,
mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit bertambah sebesar 0,294. b3
sebesar 5,077 menunjukkan bahwa setiap kenaikan total asset sebesar 1.00 satuan, maka akan
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian audit bertambah sebesar 5,077. b4
sebesar ‐0,100 menunjukkan bahwa jika jenis opini semakin meningkat lebih baik, maka hal ini
secara tidak langsung dapat menurunkan audit delay. Nilai konstanta (b0) sebesar ‐2,805
menunjukkan jika tidak ada pengaruh dari profitabilitas (X1), solvabilitas (X2), ukuran
perusahaan (X3) dan opini akuntan (X4) atau dengan kata lain nilai variabel independen sama
dengan nol, maka audit delay (Y) diprediksikan akan tetap mengalami penurunan secara
konstan ( karena nilai konstanta bernilai negatif).
62
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini dilakukan dengan uji F. Variabel‐variabel
independen dikatakan berpengaruh apabila signifikansi F hitung di bawah 5%. Berikut
pengujiannya :
Tabel 8. Pengujian pengaruh variabel independen secara simultan terhadap audit delay
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 342,744 4 85,686 233,558 ,000a
Residual 31,184 85 ,367
Total 373,928 89
Dari tabel di atas dapat dilihat signifikansi F hitung sebesar 0.000 yang berarti bahwa
signifikansi di bawah 5%. Angka tersebut menunjukkan bahwa Ha1 diterima, artinya terdapat
pengaruh secara bersama‐sama dari variabel profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan
opini akuntan terhadap audit delay. Sedangkan untuk melihat seberapa besar variabel‐variabel
tersebut dapat menjelaskan audit delay, maka dalam penelitian ini digunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan (Adj.R2). Berikut tabel pengujiannya:
Tabel 9. Koefisien determinasi yang disesuaikan
Std. Error
Adjusted of the Durbin‐
Model R R Square R Square Estimate Watson
1 ,957(a) ,917 ,913 ,60570 1,863
Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa naik turunnya variasi audit delay dapat
dijelaskan oleh variabel profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini akuntan
sebesar 91.3%. Sementara 8.7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel profitabilitas, solvabilitas, ukuran
perusahaan dan opini akuntan terhadap audit delay tergolong kuat.
Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian ini dilakukan dengan uji t. Variabel independen dikatakan berpengaruh apabila
nilai signifikansi t dibawah 0.05 atau 5%. Merujuk pada tabel 7 dapat dilihat bahwa signifikansi
t pada variabel profitabilitas sebesar 0.316 yang berarti lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti
tidak ada pengaruh profitabilitas yang diproksi dengan ROA terhadap audit delay, dimana hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soetedjo (2003), Wirakusuma (2004) dan
Januarty (2006), akan tetapi tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti
(2003). Dari lampiran tersebut juga diperoleh signifikansi t pada variabel solvabilitas sebesar
0.000, yang berarti lebih kecil dari 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
solvabilitas yang diproksi dengan TDTA terhadap audit delay, dimana hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006). Untuk variabel ukuran
perusahaan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.000, dimana angka tersebut lebih kecil
dari 0.05. Hal ini berarti terdapat pengaruh ukuran perusahaan yang diproksi dengan log total
asset terhadap audit delay. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widiyanti (2003), Soetedjo (2003), Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006). Dan untuk
variabel opini akuntan menunjukkan nilai signifikansi t hitung sebesar 0.744, dimana angka
tersebut lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh opini akuntan terhadap audit
delay, dimana hal ini sejalan dengan penelitian Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006),
63
Volume 6, No. 1, Juni 2007
namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Widiyanti (2003) dan Soetedjo (2003). Dengan
demikian dapat diputuskan bahwa H02 diterima untuk variabel profitabilitas dan opini akuntan,
dan Ha2 diterima untuk variabel solvabilitas dan ukuran perusahaan. Hal ini berarti bahwa tidak
ada pengaruh ROA dan opini akuntan terhadap audit delay, serta terdapat pengaruh TDTA dan
ukuran perusahaan terhadap audit delay.
Pembahasan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti (2003), Soetedjo (2003),
Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006) yang mengatakan bahwa ketepatan waktu (timelines)
penyajian laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dan harus dipenuhi oleh
perusahaan, dimana dalam penelitian ini ketepatan waktu pelaporan keuangan dilihat melalui
audit delay. Apabila merujuk pada tabel 2 melalui pergerakan audit delay masing‐masing
perusahaan selama 3 tahun berturut‐turut, maka dapat dilihat bahwa audit delay cenderung
mengalami peningkatan, yang berarti pula bahwa waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam
penyelesaian audit terhadap laporan keuangan perusahaan semakin panjang, karena
disebabkan oleh tingkat solvabilitas serta ukuran perusahaan yang cenderung mengalami
peningkatan. Hubungan ini ditunjukkan oleh hasil persamaan regresi yang menunjukkan bahwa
solvabilitas dan ukuran perusahaan memiliki hubungan yang searah dan memiliki pengaruh
terhadap audit delay.
Penelitian ini membuktikan bahwa kenaikan solvabilitas yang diproksi dengan tingkat
utang terhadap total aktiva mempengaruhi peningkatan waktu audit. Dengan memperhatikan
hasil yang diperoleh dari persamaan, di mana tingkat utang memiliki hubungan yang searah
dengan audit delay, tingkat utang yang tinggi akan meningkatkan audit delay, artinya waktu
yang dibutuhkan dalam penyelesaian audit laporan keuangan semakin panjang pula. Hal ini
disebabkan karena proses pengauditan utang membutuhkan waktu yang lebih lama jika
dibandingkan dengan pengauditan ekuitas, karena auditor akan membutuhkan waktu di dalam
konfirmasi utang, khususnya apabila jumlah debt holders‐nya banyak yang mengakibatkan
penyelesaian audit akan semakin lambat. Dilihat dari sisi investor, tingginya tingkat utang
merupakan suatu kinerja yang buruk, karena diindikasikan resiko investasi akan besar. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006), di
mana dikatakan bahwa audit delay dipengaruhi oleh solvabilitas yang diproksi dengan TDTA.
Dengan demikian, investor cenderung melihat seberapa besar aktiva perusahaan mampu
menutup utang‐utangnya.
Ukuran perusahaan juga memiliki hubungan yang searah dengan audit delay, yang berarti
bahwa semakin besar ukuran satuan usaha, akan semakin beragam penggunaan laporan
keuangannya dan semakin tinggi pula ketergantungan pemakai terhadap laporan keuangan
tersebut. Sehingga resiko audit perlu diperkecil dan tingkat pengumpulan bahan bukti harus
dinaikkan, yang berarti akan memperpanjang waktu audit.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat profitabilitas memiliki hubungan yang terbalik dengan audit delay. Kenaikan tingkat
produktivitas perusahaan akan mengakibatkan penurunan terhadap audit delay. Akan tetapi
hubungan tersebut tidak memiliki pengaruh, dimana adanya peningkatan kinerja perusahaan
yang dilihat dari kenaikan tingkat produktivitas tidak mempengaruhi waktu audit. Hal ini
disebabkan seberapapun besar peningkatan produktivitas perusahaan tidak akan
mempengaruhi auditor di dalam penyelesaian audit terhadap laporan keuangan tersebut.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Januarty
(2006), yang mengatakan bahwa opini akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay,
namun memiliki hubungan yang negatif atau bertolak belakang dengan audit delay. Dengan
hasil jenis opini yang Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) maupun selain WTP dari audit yang
dilakukan, tidak akan mempengaruhi perusahaan di dalam ketepatan waktu penyajian laporan
keuangannya, karena hal ini tergantung pada waktu yang dibutuhkan auditor di dalam
64
Fathini dan Atikah: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan dan Opini Akuntan ............
penyelesaian audit terhadap laporan keuangan itu sendiri. Hal tersebut yang membuat opini
akuntan dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyanti (2003) dan Soetedjo (2003).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa opini akuntan tidak berpengaruh terhadap audit
delay.
Secara bersama‐sama variabel profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini
akuntan memiliki pengaruh terhadap audit delay. Seluruh variabel independen tersebut dapat
menjelaskan variasi naik turunnya audit delay sebesar 91.3%, yang berarti bahwa variabel‐
variabel tersebut memiliki kemampuan yang kuat mempengaruhi audit delay. Sementara
sisanya sebesar 8.7% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan, karena hal tersebut
disebabkan oleh adanya beberapa variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini
seperti tingkat likuiditas, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun divisi internal audit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Variabel profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap audit delay. Hasil ini disebabkan
karena auditor tidak mempermasalahkan nilai profitabilitas suatu perusahaan, karena baik
tingkat profitabilitas yang tinggi maupun yang rendah, proses audit akan tetap dilaksanakan
sesuai dengan prinsip yang berlaku. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Soetedjo
(2003), Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006) yang mengatakan bahwa tingkat
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap audit delay, akan tetapi tidak sesuai dengan
penelitian Widiyanti (2003).
2. Solvabilitas (TDTA) memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan koefisien
positif. Hal ini berarti bahwa semakin besar rasio utang terhadap total aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan maka akan semakin lama rentang waktu yang dibutuhkan untuk
penyelesaian audit laporan keuangan tahunan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006) yang mengatakan bahwa
solvabilitas memiliki pengaruh terhadap audit delay.
3. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap audit delay dengan koefisin
bertanda positif. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva besar akan
memerlukan waktu yang lebih panjang untuk penyelesaian audit laporan keuangan
tahunannya (audit delay lebih lama). Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran suatu
perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung di dalamnya, yang
berarti pula bahwa lingkup audit dalam perusahaan tersebut semakin luas dan
mengakibatkan waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk penyelesaian audit laporan
keuangan tahunan atau audit delay lebih lama. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan
Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006) yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan
memiliki pengaruh terhadap audit delay.
4. Opini akuntan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Hal ini berarti bahwa dengan
hasil jenis opini yang Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) maupun selain WTP dari audit yang
dilakukan, tidak akan mempengaruhi perusahaan di dalam ketepatan waktu penyajian
laporan keuangannya karena hal ini tergantung pada waktu yang dibutuhkan di dalam
penyelesaian audit terhadap laporan keuangan itu sendiri. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Januarty (2006) yang
mengatakan bahwa jenis pendapat auditor tidak berpengaruh terhadap audit delay, namun
tidak konsisten dengan hasil penelitian Widiyanti (2003) dan Soetedjo (2003).
5. Berdasarkan hasil pengujian simultan atau serentak dengan uji F, diperoleh hasil bahwa
keempat variabel independen yaitu profitabilitas, solvabilitas, ukuran perusahaan dan opini
akuntan berpengaruh secara bersama‐sama dan signifikan terhadap audit delay.
65
Volume 6, No. 1, Juni 2007
Saran
1. Bagi auditor, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor‐
faktor yang mempengaruhi audit delay sehingga para auditor dapat mengendalikan faktor‐
faktor signifikan yang mempengaruhi lamanya audit delay. Auditor disarankan untuk
merencanakan pekerjaan lapangan dengan baik agar proses audit dapat dilakukan secara
efektif dan efisien sehingga audit delay dapat ditekan seminimal mungkin.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian pada sektor
yang lebih beragam serta menggunakan periode waktu penelitian yang lebih panjang. Selain
itu peneliti selanjutnya juga dapat mempertimbangkan variabel lainnya yang diduga dapat
mempengaruhi audit delay seperti ada atau tidaknya internal audit dalam perusahaan,
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun variabel lain yang belum pernah diteliti
sebelumnya oleh peneliti‐peneliti terdahulu.
REFERENSI
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Anonim. 2006. ”Indonesian Capital Market Directory”. Bursa Efek Jakarta. Jakarta.
Greuning, Hennie Van. 2005. International Financial Reporting Reporting Standards: A
Practical Guide. Salemba Empat. Jakarta
Houston, Joel F., Eugene F. Brigham. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan.
Erlangga. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta
Januarty, Haruni. 2006. “ Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Lamanya
Penyelesaian Audit (Audit delay)”. www.google.co.id (21 juni 2007).
Saleh, Rachmat. 2004. “ Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan
Manufaktur Di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Pp. 897‐913.
Soetedjo, Soegeng. 2003. “FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag (ARL)”.
Ventura Vol.9 No.2, Pp. 77‐92.
Supranto, J. 1983. Ekonometrik. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Supranto, J. 2001. Statistik Pasar Modal. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Wirakusuma, Gede. 2004. “ Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian
Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Peranan Divisi Internal
Audit Pada Perusahaanperusahaan Yang Terdaftar di BEJ”. Simposium Nasional
Akuntansi VII. Pp. 1202‐1222.
www.jsx.co.id
www.google.co.id
66