Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistic yang
ada, di yakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini kelapa sawit (yang pada
saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan-hutan) sejak awal telah di kenal sebagai
tanaman pangan yang penting, oleh penduduk setempat, kelapa sawit telah di peroses
dengan amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. (Tim penulis,1997).
belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang di bawa dari
Mauritius dan Amsterdam dan ditanam dikebun raya bogor. Tanaman kelapa sawit
mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis
usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang
belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya di ikuti
oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kebun sawit di Indonesia mulai berkembang.
meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8,7% per tahun dari hanya seluas
3.902 ribu ha pada 1999 meningkat menjadi 7.321 ribu ha tahun 2009. Perkembangan
pesat perkebunan kelapa sawit dimulai pada akhir tahun 1980an, ketika perkebunan
besar swasta (PBS) mulai masuk ke sektor perkebunan dan pengolahan minyak kelapa
perkebunan milik negara (PBN). Berikut ini beberapa perusahaan nasional yang
PT Astra Agro Lestari (AAL) saat ini mengelola 29 kebun kelapa sawit seluas
201.412 ha. Sebagian besar kebun kelapa sawitnya berlokasi di Sumatera seluas
PT Asian Agri (PT. AA) Saat ini Asian Agri memiliki 28 kebun kelapa sawit dan
mengoperasikan 19 pabrik kelapa sawit di Sumatra Utara, Riau dan Jambi. Pabrik-
pabrik itu mempunyai kapasitas untuk memproduksi CPO 1 juta metrik ton per tahun.
Semnatra itu, luas kebun kelapa sawit Asian Agri bertambah dari 3 juta hektar (2000)
menjadi 3,7 juta hektar (2006). Selama kurun waktu itu, produksi kelapa sawit naik
PT SMART Tbk adalah perusahaan palm oil yang terintegrasi mulai dari
kebun kelapa sawit, pabrik pemrosesan CPO dan pabrik pembuatan minyak goreng
serta produk hilir olahan dari CPO lainnya. Perusahaan ini adalah anak perusahaan
dari Sinar Mas Group dibidang agrobisnis yang menguasai kebun kelapa sawit seluas
102.556 ha pada tahun 2005 yang berlokasi di Sumatera dan Kalimantan. Kebanyakan
kebun kelapa sawit milik SMART Smart dalam masa produktifnya yaitu seluas 91.480
ha, sisanya tanaman yang masih muda dan belum produktif. Saat ini SMART meniliki
area tertanam 129.796 hektar dan area menghasilan 118.064 hektar di wilayah
Sumatera dan Kalimantan. Itu berarti meningkat dari 126.295 hektar untuk area
Plantation (BSP) mengelola 32.712 ha kebun kelapa sawit. Bakrie & Brothers Group
masuk ke industri hilirnya yaitu minyak goreng. BSP akan bekerjasama dengan
International Finance Corporation (IFC), anak usaha Bank Dunia, untuk membangun
perkebunan kelapa sawit di Afrika Barat dengan investasi US$ 200 juta, yang mulai
memiliki perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 41.870 hektar di Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Seluas 27.359 hektar perkebunan kelapa
sawit di Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah
tertata rapi. Sisanya seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa
sawit yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera
Selatan dan Kalimantan Timur. Untuk mengolah hasil kebunnya Lonsum memiliki 10
pabrik CPO dengan kapasitas produksi 220 ton TBS per jam.
PT. Indo Agri sendisi merupakan perkebunan yang terintegrasi dan pengolah
sebelumnya memiliki lahan perkebunan kelapa sawit 224.083 ha, di antaranya sekitar
74.878 ha telah ditanami. Dengan akuisisi ini, total lahan perkebunan meningkat
menjadi sekitar 387.483 hektar, dan total lahan yang telah ditanami menjadi sekitar
138.081 hektar. Secara keseluruhan, luas lahan yang telah ditanami sekitar 165.000
sawit diusahakan pada areal seluas 119.585,71 ha, kakao 7.796 ha dan teh seluas
7.963,77 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah perkebunan inti,
PTPN IV juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 9.158,56 ha untuk tanaman
kelapa sawit seluas 8.996,56 ha dan tanaman teh 162 ha. Selain unit usaha kebun
diantaranya pabrik CPO 16 unit, juga perusahaan negara ini memiliki fraksionasi yang
menghasilkan turunan kelapa sawit seperti RBD Olein, stearin dan fatty acid.
PTPN IV memiliki kapasitas produksi CPO sebesar 320 ribu ton per tahun dan Palm
Kernel oil sebesar 31 ribu ton per tahun. Perusahaan ini merupakan perkebunan kelapa
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Genus : Elaeis
(Mustafa,Hadi. 2004)
daging buah, jenis kelapa sawit diantaranya, Dura, Pisifera, tenera, Marco carya, dan
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa
sawit. Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika
dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa
minyak sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak
inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO
banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin),
industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstik,
Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki
keistimewaan tesendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat di olah lebih
lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan,
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat. Hal ini karena minyak
sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih
dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak
sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin
A.
Sebagian besar kelapa sawit tersusun oleh trigliserida. Adapun kandungan asam lemak
minyak kelapa sawit maupun minyak inti sawit dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit
Minyak Kelapa
Minyak Inti Sawit
No. Asam Lemak Sawit (CPO)
(CPKO) (%)
(%)
Sifat fisiko-kimia dari minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor
atau rasa, kelarutan dalam pelarut organik, titik asap, polymorphism, dan lain-lain
Warna minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat di dalam
atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit.
Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu : kandungan air dan
kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, waran, bilangan peroksida,
bilangan penyabunan, serta kandungan logam berat. Mutu minyak kelapa sawit yang
baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan kadar kotoran lebih kecil dari
0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (kurang lebih 2 persen
atau kurang), Bilanagn peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning
(harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat
Tabel 2.3 Standar Mutu SPB (Special Prime Bleach) dan Ordinary
4. Besi (ppm) 10 10
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap
sejumlah iod dan membentuk senyawa jenuh, besarnya jumlah iod yang diserap
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 gram
penentuan nilai iodin dari minyak dan lemak. Terdapat 3 metode penentuan Bilangan
iodin yaitu metode Wijs, metode Hanus, motode Hubl. Metode Hanus dan Wijs untuk
proses industri dan untuk analisa umum. Metode Hubl masih sangat sedikit
• Prinsip Percobaan
berlebih, dengan menambahkan larutan encer kalium iodida dan dititrasi iodin bebas
Penentuan Bilangan iodin dengan metode Wij’s telah di akui inggris dan
standart nasional dan ISO 3961 (1979). Ketelitian penentuan bilangan iodine dapat
juga dipengaruhi oleh ketidak stabilan regensia wij’s yang sudah agak lama atau
larutan kalium dikromat pada interval yang teratur dan juga mengadakan uji blanco
Preaksi Wijs di buat dari larutan 16 g iod monoklorida dalam 1000 mL asam
asetat glasial. Atau cara lain dengan melarutkan 13 g iod dalam 1000 mL asam asetat
glasial, kemudian di aliri gas klor sampai terlihat perubahan warna yang menunjukkan
bahwa gas klor yang dimasukkan sudah cukup. Pembuatan larutan ini agak sukar dan
bersifat tidak tahan lama, larutan ini sangat peka terhadap cahaya dan panas serta
udara, sehingga harus di simpan di tempat yang gelap, sejuk dan tertutup rapat.
(Ketaren,1986)
• Prinsip Percobaan
halogen berlebih, dengan menambahkan larutan encer kalium iodida dan dititrasi iodin
bebas tersebut dengan sebuah larutan standar natrium tiosulfat. (C.Paquot. 1987)
asetat glacial (larutan Hanus). Larutan ini dibuat dengan 20 g Iodium bromida
dilarutkan dalam 1000 mL alkohol murni yang bebas dari asam asetat, jumlah larutan
yang digunakan tergantung dari perkiraan besarnya Bilangan iod, yaitu sekitar 0,5
gram untuk lemak, 0,25 gram untuk minyak, dan 0,1 sampai 0,2 gram untuk minyak
dengan derajat ketidak jenuhan yang tinggi. Jika ditambahkan 25 mL pereaksi harus
• Prinsip Percobaan
campuran larutan iodine etanol dan merkuri klorida etanol, setelah waktu standarisasi
berhasil, penentuan halogen bebas tersebut ditambah dengan pelarut kalium iodida
encer dan ditirasi iodin dengan suatu larutan standar natrium tiosulfat. (C.Paquot.
1987)
Metode Hulb di buat larutan 25g iod didalam 500 mL etanol dan 25g merkuri
klorida di dalam 500 mL etanol. Kedua larutan ini dicampur ketika akan digunakan
dan tidak boleh digunakan jika sudah bercampur selama lebih dari 48 jam. Pereaksi ini
memiliki reaktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan cara-cara lainya, sehingga
dan ion diodida digunakan sebagai reaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodide, dan ada banyak
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dengan tiosulfat
berlangsung sempurna.
iodide berlebih dan dengan titrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak pereaksi
oksidasi memerlukan larutan berasam untuk reaksi dengan iodide, natrium tiosulfat
dalam menangani larutan kalium iodide untuk menghindarkan kesalahan, misalnya ion
Reaksi ini berjalan lamban dalam larutan netral, tetapi lebih cepat dalam larutan
berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari, setelah penambahan kalium iodida pada
larutan berasam dari suatu pereaksi oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan dalam
waktu yang lama berhubungan dengan udara, karena iodium tambahan akan terbentuk
oleh reaksi yang terdahulu, nitrit harus tidak ada karena akan direduksi dengan ion
iodida menjadi nitrogen (II) oksida yang selanjutnya dioksidasi kembali menjadi nitrit
kesalahan oksigen.
− Pada pH tinggi, I2 akan bereaksi yang akan terbentuk dengan air (hidrolisa)
I2 + 2 H2O → HOI + I- + H+
bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning muda
terlalu awal, agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkannya sukar
lepas kembali, hal itu berakibat warna biru sulit lenyap sehingga titik akhir
− Reaksi analat dengan KI yang berjalan lambat, oleh karena itu harus ditunggu