Professional Documents
Culture Documents
Berbicara perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya, karena terus menerus
terjadi perpecahan dan penyempalan mulai dengan munculnya khowarij dan syiah
kemudian muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah
syiar akal dan kebebasan berfikir.... satu syiar yang menipu dan mengelabuhi orang-
orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi
yang benar... sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk
pemikiran kelompok ini.... akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari
agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya. Akibat
dari hal itu bermunculanlah kebidahan-kebidahan yang semakin banyak dikalangan
kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta
memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam
kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih
mendahulukan akal dan pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu
dari Allah sehingga banyak ajaran Islam yang tiddak mereka akui karena menyelisihi
akal menurut prasangka mereka
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menasehati
saudaranya agar tidak terjerumus kedalam pemikiran kelompok ini yaitu kelompok
Mu'tazilah yang pengaruh penyimpangannya masih sangat terasa sampai saat ini
dan masih dikembangkan oleh para kolonialis kristen dan yahudi dalam
menghancurkan kekuatan kaum muslimin dan persatuannya.
Bermunculanlah pada era dewasa ini pemikiran mu'tazilah dengan nama-nama yang
yang cukup menggelitik dan mengelabuhi orang yang membacanya, mereka
menamainya dengan Aqlaniyah... Modernisasi pemikiran... Westernasi dan
sekulerisme serta nama-nama lainnya yang mereka buat untuk menarik dan
mendukung apa yang mereka anggap benar dari pemkiran itu dalam rangka usaha
mereka menyusupkan dan menyebarkan pemahaman dan pemikiran ini. Oleh
karena itu perlu dibahas asal pemikiran ini agar diketahui penyimpangan dan
penyempalannya dari Islam, maka dalam pembahasan kali ini dibagi menjadi
beberapa pokok pembahasan.
1.Definisi Mu'tazilah
1.a.Secara Etimologi
Mu'tazilah atau I'tizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan
kesendirian, kelemahan dan keterputusan,
1.b.Secara Terminologi Para Ulama
Sedangkan sebagian ulama mendefinisikannya sebagai satu kelompok dari qadiriyah
yang menyelisihi pendapat umat Islam dalam permasalahan hukum pelaku dosa
besar yang dipimpin oleh Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid pada zaman Al
Hasan Al Bashry.
Dan kalau kita melihat kepada definisi secara etimologi dan terminologi didapatkan
adanya hubungan yang sangat erat dan kuat, karena kelompok ini berjalan
menyelisihi jalannya umat Islam khususnya Ahli Sunnah dan bersendiri dengan
konsep akalnya yang khusus sehingga Akhirnya membuat mereka menjadi lemah,
tersembunyi dan terputus.
2. Perkembangannya.
Mu'tazilah berkembang sebagai satu pemikiran yang ditegakkan diatas pandangan
bahwa akal adalah sumber kebenaran pada awal abad ke dua hijriyah tepatnya
tahun 105 atau 110 H di akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah di kota bashroh di
bawah pimpinan Waashil bin Atho' Al Ghozaal. Kelompok atau sekte ini berkembang
dan terpengaruh oleh bermacam-macam aliran pemikiran yang berkembang dimasa
itu sehingga didapatkan padanya kebanyakan pendapat mereka mengambil dari
pendapat aliran pemikiran Jahmiyah, kemudian berkembang dari kota Bashroh yang
merupakan tempat tinggalnya Al Hasan Al Bashry, lalu menyebar dan merebak ke
kota Kufah dan Baghdad,akan tetapi pada masa ini mu'tazilah menghadapi tekanan
yang sangat berat dari para pemimpin bani umayah yang membuat aliran ini sulit
berkembang dan sangat terhambat penyebarannya sehingga hal itu membuat
mereka sangat membenci Bani Umayah karena penentangan mereka terhadap
mazhab (aliran) mu'tazilah dan i'tikad mereka dalam permasalahan qadar bahkan
merekapun tidak menyukai dan tidak meridhoi seorangpun dari pemimpin Bani
Umayah kecuali Yazid bin Al Waalid bin Abdul Malik bin Marwan (wafat tahun 126
H ) karena dia mengikuti dan memeluk mazhab mereka.
Dalam hal ini berkata Al Mas'udy :Yazid bin Al Waali telah bermazhab dengan
mazhab Mu'tazilah dan pendapat mereka tentang lima pokok (ajaran mereka) yaitu
At Tauhid, Al Adl, Al Wa'iid, Al Asma wal Ahkam -yaitu pendapat Manzilah baina Al
Manzilatain -dan amar ma'ruf nahi mungkar dan berkata lagi:(sehinga Mu'tazilah
mengedepankan Yazid bin Al Waalid dalam sisi keagamaan dari Umar bin Abdul
Aziz.
Permusuhan dan perseteruan antara Bani Umayah dengan Mu'tazlah ini
berlangsung terus menerus dengan keras sampai jatuhnya kekuasaan Bani
Umayyah dan tegaknya kekuasaan Bani Abasiyah, kemudian bersamaan dengan
berkembangnya kekuasaan Bani Abasiyah, berkembanglah Mu'tazilah dengan
mulainya mereka mengirim para dai dan delegasi-delegasi ke seluruh negeri Islam
untuk mendakwahkan mazhab dan i'tikad mereka kepada kaum muslimin dan
diantara yang memegang peran besar dan penting dalam hal ini adalah Waashil bn
Atho'. Dan kesempatan ini mereka peroleh karena mazhab mereka dengan syiar dan
manhajnya memberikan dukungan yang besar dalam mengokohkan dan
menguatkan kekuasaan Bani Abasiyah khususnya pada zaman Al Ma'mun yang
condong mengikut aqidah mereka, apalagi ditambah dengan persetujuan Al Ma'mun
terhadap pendapat mereka tentang Al Quran itu Makhluk sampai-sampai Al Ma'mun
mengerahkan seluruh kekuatan bersenjatanya untuk memaksa manusia untuk
mengikuti dan meyakini kebenaran pendapat tersebut, lalu beliau mengirimkan
mandat kepada para pembantunya di Baghdad pada tahun 218 H untuk menguji
para hakim, Muhadditsin dan seluruh Ulama dengan pendapat bahwa Al Qur'an
adalah makhluk, demikian juga beliau memerintahkan para hakim untuk tidak
menerima persaksian orang yang tidak berpendapat dengan pendapat tersebut dan
menghukum mereka, maka terjadilah fitnah yang sangat besar. Diantara para ulama
yang mendapatkan ujian dan cobaan ini adalah Al imam Ahmad bin Hambal -dan
kisah beliau ini sangat terkenal-, akan tetapi beliau tetap teguh dengan aqidah dan
pendapat Ahli Sunnah wal Jamaah tentang hal tersebut yaitu bahwa Al Qur'an
adalah kalamullah dan bukan makhluk.
Mu'tazilah terus mendapat perlindungan dan bantuan dari para penguasa Bani
Abasiyah dari zaman Al Ma'mun sampai zaman Al Mutawakil dan pada zaman
tersebut sekte mu'tazilah dijadikan mazhab dan aqidah resmi negara, satu faktor
yang membuat mereka mampu menyebarkan kekuasaan mereka dan mampu
menekan setiap orang yang menyelisihi mereka, lalu mereka menjadikan padang
sebagai ganti dari hujjah dan dalil. Maka berkembanglah aliran ini di negeri-negeri
muslimin dengan bantuan dari sebagian pemimpin-pemimpin Bani Abasyah.
Kemudian mereka terpacah menjadi dua cabang:
1. Cabang Bashroh, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Waashil bin Atho',
Amr bin Ubaiid, Utsman Ath Thowil, Abu Al Hudzail Al 'Alaaf, Abu Bakr Al
Ashom, Ma’mar bin Ubaad, An Nadzom, Asy Syahaam, Al Jaahidz, Abu Ali
Aljubaa'i, Abu Hasyim Al Jubaa'i dan yang lain-lainnya.
2. Cabang Baghdad, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Bisyr bin Mu'tamir,
Abu Musa Al Mardaar, Ahmad bin Abii Duaad, Tsumamah bin Al Asyras,
Ja'far bin Harb, Ja'far bin Mubasyir, Al Iskaafy, Isa bin Al Haitsam Al
Khayaath, Abul Qasim Al Balkhy Al Ka'by dan yang lain-lainnya.
Sebenarnya faktor yang mendasar yang mendorong mereka sibuk dan
memperdalam ilmu kalam adalah untuk membalas hujjah dengan hujjah dan untuk
menghancurkan hujjah-hujjah para musuh Islam serta untuk membantah semua
tuduhan dan kebohongan mereka sehingga akhirnya mereka berlebih-lebihan dalam
mengutamakan dan mengedepankan ilmu ini atas semua ilmu yang selainnya,lalu
mereka menjadikannya sebagai satu-satunya cara untuk menentukan adanya Allah
dan Rububiyah-Nya, hujah-hujah kenabian dan untuk mengenal sunnah dari bid'ah,
sebagimana yang dikatakan Al Jaahidz: dan sesuatu apakah yang lebih agung dari
segala sesuatu, seandainya tidak karena kedudukannya, tidaklah dapat ditetapkan
kerububiyahan-Robb, tidak dapat ditegakkan hujjah-hujah kenabian dan tidak dapat
dipisahkan antara hujjah dengan syubhat, dalil dengan apa yang terbayangkan
dalam bentuk dalil. Dengannya dapat dikenal Al Jamaah dari Al Firqoh (kelompok
yang menyempal) dan sunnah dari bid'ah serta keanehan dari yang masyhur.
Walaupun mu'tazilah telah melakukan usaha yang besar dalam menekuni dan
menyelami kehidupan akal sejak abad ke dua sampai ke lima hijriyah, akan tetapi
tidak mendapatkan keberhasilan dan kesuksesan bahkan akhirnya mengalami
kemunduran dan kegagalan dalam bidang tersebut. Hal ini tampaknya terjadi karena
mereka tidak mengambil sumber manhaj mereka dari Al Qur'an dan As Sunnah,
bahkan mereka mendasarinya dengan bersandar kepada akal semata yang telah
dirusak oleh pemikran filsafat yunani dan bermacam-macam aliran pemikiran. Sebab
setiap pemikiran yang tidak diterangi dengan manhaj kitabullah dan Sunnah Nabi
dan jalannya para Salaf Ash Sholeh maka akhirnya adalah kehancuran dan
kesesatan walaupun demikian hebatnya, karena mengambil sumber dan penerangan
dari Al Kitab dan Sunnah akan menerangi jalannya akal sehingga tidak salah dan
tersesat dan berjalan dengan jalannya para salafus sholeh adalah pengaman dari
kesesatan dan penyimpangan karena mereka telah mengambil sumber mazhabnya
dari sumber-sumber yang murni dari Al Kitab yang tidak terdapat padanya satu
kebathilanpun dan dari As Sunnah yang barang siapa yang berpegang teguh
dengannya berarti telah berada pada hujjah yang terang benderang.
Berkata Shodruuddin Ibnu Abil Izzi Al Hanafy dalam mengomentari ahlil kalam yang
menta'wil nash-nash Al Kitab dan As sunnah dengan akal-akal mereka,diantaranaya
Mu'tazilah:dan sebab kesesatan mereka adalah berpalingnya mereka dari meneliti
kalamullah dan kalam Rasulillah dan menyibukkah diri dengan kalam Yunani dan
bermacam-macam aliran pemikiran yang ada.
Oleh karena itu keutuhan dan kekelanggengan adalah miliknya Ahlissunnah dan
kehancuran adalah miliknya Mu'tazilah sebagai aplikasi dari firman Allah :
Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. (QS. 13:17)
3.Sebab penamaannya.
Para Ulama telah berselisih tentang sebab penamaan kelompok (aliran) ini dengan
nama Mu'tazilah menjadi beberapa pendapat:
Pertama: Berpendapat bahwa sebab penamaannya adalah karena berpisahnya
Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid dari majlis dan halaqohnya Al Hasan Al Bashry.
Hal ini didasarkan oleh riwayat yang mengisahkan bahwa ada seseorang yang
menemui Al Hasan Al Bashry, lalu berkata:wahai imam agama...telah muncul pada
zaman kita ini satu jamaah yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan dosa besar
menurut mereka adalah kekafran yang mengeluarkan pelakunya dari agama, dan
mereka adalah Al Wa'iidiyah khowarij dan jamaah yang menangguhkan pelaku dosa
besar, dan dosa besar menurut mereka tidak mengganggu (merusak) iman, bahkan
amalan menurut mazhab mereka bukan termasuk rukun iman, dan iman tidak rusak
oleh kemaksiatan, sebagaiman tidak bermanfaat ketaatan bersama kekufuran, dan
mereka adalah murjiah umat ini, maka bagaimana engkau memberikan hukum bagi
kami dalam hal itu secara i'tikad? Lalu Al Hasan merenung sebentar tentang hal itu,
dan sebelum beliau menjawab, berkata Waashl bin Atho': saya tidak akan
mengatakan bahwa pelaku dosa besar itu mu'min dan tidak juga kafir, akan tetapi dia
di dalam satu kedudukan diantara dua kedudukan tersebut (manzlah baina
manzilatain), tidak mu'min dan tidak kafir. Kemudian dia berdiri dan memisahkan diri
ke satu tiang dari tiang-tiang masjid menjelaskan jawabannya kepada para murid Al
Hasan, lalu berkata Al Hasan : telah berpisah (i'tizal) dari kita Washil, dan Amr bin
Ubaid mengikuti langkah Waashil, maka kedua orang ini beserta pengikutnya
dinamakan Mu'tazilah.
Berkata A Qodhi Abdul Jabaar Al Mu'tazily dalam menafsirkan sebab penamaan
mereka ini:telah terjadi dialog antara Waashil bin Atho' dan Amr bin Ubaid dalam
permasalahan ini -permasalahan pelaku dosa besar-lalu Amr bin Ubaid kembali ke
mazhabnya dan meninggalkan halaqoh Al Hasan Al Bashry dan memisahkan diri,
lalu mereka menamainya Mu'tazily, dan ini adalah asal penggelaran Ahlul Adil
dengan Mu'tazilah.
Kedua: Berpendapat bahwa mereka dinamai demikian karena ucapan imam
Qatadah kepada Utsman Ath Thowil: siapa yang menghalangimu dari kami? apakah
mereka Mu'tazilah yang telah menghalangimu dari kami? Aku jawab:ya.
Berkata Ibnu Abl Izzy : dan mu'tazilah adalah Amr bin Ubaid dan Waashil bin Atho' Al
Ghozaal serta para pengikutnya, mereka dinamakan demikian karena mereka
memisahkan diri dari Al Jamaah setelah wafatnya Al Hasan Al Bashry di awal-awal
abad kedua dan mereka itu bermajlis sendiri dan terpisah, sehngga berkata Qotadah
dan yang lainnya: merekalah Mu'tazilah.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Mu'tazilah, Kelompok Sesat Pemuja Akal - Thread Not Solved Yet
Penulis: Al Ustadz Ruwaifi' bin Sulaimi Lc
ساَد
َ ب اْلَف
ّ ح
ِ ل ُي
َ ل
ُ َوا
َ ب اْلَكاِفِري
ن ّ ح
ِ ل ُي
َ ل
َ نا
ّ َفِإ
�Maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.� (Ali �Imran: 32)
Padahal kita semua tahu bahwa Allah-lah yang menginginkan adanya orang-orang
kafir tersebut dan Dialah yang menciptakan mereka. (Al-Intishar Firraddi �Alal-
Mu�tazilatil-Qadariyyah Al-Asyrar, 1/315)
Terlebih lagi Allah telah menyatakan bahwasanya apa yang dikehendaki dan
Ι dikerjakan hamba tidak lepas dari kehendak dan ciptaan-Nya. Allah berfirman:
ُ شآَء ا
ل َ ن َي
ْ ل َأ
ّ ن ِإ
َ شآُءو
َ َوَما َت
�Dan kalian tidak akan mampu menghendaki (jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah.� (Al-Insan: 30)
�Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan yang kalian perbuat.� (Ash-
Shaaffaat: 96)
Dari sini kita tahu, ternyata istilah keadilan itu mereka jadikan yang merupakan
bagianΙ sebagai kedok untuk mengingkari kehendak Allah . Atas dasar inilah
mereka lebih pantas disebutΙ dari taqdir Allah dengan Qadariyyah, Majusiyyah, dan
orang-orang yang zalim.
Landasan Ketiga: Al-Wa�du Wal-Wa�id
Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah bahwa wajib bagi Allah I untuk
memenuhi janji-Nya (al-wa�d) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam Al-
Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa�id) bagi pelaku dosa besar
(walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di
dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka
disebut dengan Wa�idiyyah.
Bantahan:
1. Seseorang yang beramal shalih (sekecil apapun) akan mendapatkan pahalanya
(seperti yang dijanjikan Allah) sebagai karunia dan nikmat dari-Nya. Dan tidaklah
pantas bagi makhluk untuk mewajibkan yang , karena termasuk pelecehan
terhadapΙ demikian itu kepada Allah Rububiyyah-Nya dan sebagai bentuk keraguan
terhadap firman-Nya:
ف اِلْمَيعاَد
ُ خِل
ْ ل ُي
َ ل
َ نا
ّ ِإ
شآء
َ ن َي
ْ ن ذَاِلكَ ِلَم
َ ك ِبِه َوَيْغِفُر َما ُدْو
َ شَر
ْ ن ُي
ْ ل َيْغِفُر َأ
َ ل
َ نا
ّ ِإ
َوَأّما۰ن
َ شُرْوِ سَتْب
ْ ن آَمُنوا َفَزاَدْتُهْم ِإْيَماًنا َوُهْم َيَ ل َأّيُكْم َزاَدْتُه َهِذِه ِإْيَماًنا َفَأّما اّلِذْي
ُ ن َيُقْو
ْ سْوَرٌة َفِمْنُهْم َم
ُ ت
ْ َوِإَذا َما ُأْنِزَل
َسِهْم َوَماُتْوا َوهُْم َكاِفُرْونِج ْ سا ِإَلى ِر ًج ْ ض َفَزاَدْتُهْم ِرٌ ي ُقُلْوِبِهْم َمَر ْ ن ِفَ اّلِذْي
�Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata: �Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini?� Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya, sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam
hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di
samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.� (At-
Taubah: 124-125)
Dan firman-Nya:
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Dan tidaklah
Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan sebagai cobaan bagi orang-orang
kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang
beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-
orang mu�min itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya
ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): �Apakah yang dikehendaki Allah
dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?� Demikianlah Allah menyesatkan
orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia
sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.� (Al-
Muddatstsir: 31)
ُ ل َوِنْعَم اْلَوِكْي
ل ُّ سُبَنا ا
ْح
َ شْوهُْم َفَزاَدُهْم ِإْيَماًنا َوَقاُلْوا
َخ
ْ جَمُعْوا َلُكْم َفا
َ س َقْد
َ ن الّنا
ّ س ِإ
ُ ل َلُهُم الّنا
َ ن َقا
َ اّلِذْي
�(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: �Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka�, maka
perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: �Cukuplah Allah
menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung�.� (Ali �Imran:
173)
ن َقْلِبي
ّ طَمِئ
ْ ن ِلَي
ْ ل َبَلى َوَلِك
َ ن َقا
ْ ل َأَوَلْم ُتْؤِم
َ حِيي اْلَمْوَتى َقا
ْ ف ُت
َ ب َأِرِني َكْي
ّ ل ِإْبَراِهْيُم َر
َ َوِإْذ َقا
Sesatkah Mu�tazilah?
Dari lima landasan pokok mereka yang batil dan bertentangan dengan Al Qur�an
dan As-Sunnah itu, sudah cukup sebagai bukti tentang kesesatan mereka. Lalu
bagaimana bila ditambah dengan prinsip-prinsip sesat lainnya yang mereka punyai,
seperti:
- Mendahulukan akal daripada Al Qur�an, As Sunnah, dan Ijma� Ulama.
- Mengingkari adzab kubur, syafa�at Rasulullah untuk para pelaku dosa,
ru�yatullah (dilihatnya Allah) pada hari kiamat, timbangan amal di hari kiamat, Ash-
Shirath (jembatan yang diletakkan di antara dua tepi Jahannam), telaga Rasulullah di
padang Mahsyar, keluarnya Dajjal di akhir zaman, telah diciptakannya Al-Jannah dan
An-Naar (saat ini), turunnya Allah ke langit dunia setiap malam, hadits ahad (selain
mutawatir), dan lain sebagainya.
- Vonis mereka terhadap salah satu dari dua kelompok yang terlibat dalam
pertempuran Jamal dan Shiffin (dari kalangan shahabat dan tabi�in), bahwa mereka
adalah orang-orang fasiq (pelaku dosa besar) dan tidak diterima persaksiannya. Dan
engkau sudah tahu prinsip mereka tentang pelaku dosa besar, di dunia tidak mukmin
dan juga tidak kafir, sedangkan di akhirat kekal abadi di dalam an-naar.
- Meniadakan sifat-sifat Allah, dengan alasan bahwa menetapkannya merupakan
kesyirikan. Namun ternyata mereka mentakwil sifat Kalam (berbicara) bagi Allah
dengan sifat Menciptakan, sehingga mereka terjerumus ke dalam keyakinan kufur
bahwa Al-Qur�an itu makhluq, bukan Kalamullah. Demikian pula mereka
mentakwil sifat Istiwaa� Allah dengan sifat Istilaa� (menguasai).
Kalau memang menetapkan sifat-sifat bagi Allah merupakan kesyirikan, mengapa
mereka tetapkan sifat menciptakan dan Istilaa� bagi Allah?! (Lihat kitab Al-Intishar
Firraddi Alal-Mu�tazilatil-Qadariyyah Al-Asyrar, Al-Milal Wan-Nihal, Al-Ibanah
�an Ushulid-Diyanah, Syarh Al-Qashidah An-Nuniyyah dan Ash-Shawa�iq Al-
Mursalah �alal Jahmiyyatil-Mu�aththilah)
Para pembaca, betapa nyata dan jelasnya kesesatan kelompok pemuja akal ini. Oleh
karena itu Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy�ari (yang sebelumnya sebagai tokoh
Mu�tazilah) setelah mengetahui kesesatan mereka yang nyata, berdiri di masjid pada
hari Jum�at untuk mengumumkan baraa� (berlepas diri) dari madzhab
Mu�tazilah. Beliau melepas pakaian yang dikenakannya seraya mengatakan: �Aku
lepas madzhab Mu�tazilah sebagaimana aku melepas pakaianku ini.� Dan ketika
Allah beri karunia beliau hidayah untuk menapak manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah,
maka beliau tulis sebuah kitab bantahan untuk Mu�tazilah dan kelompok sesat
lainnya dengan judul Al-Ibanah �an Ushulid-Diyanah. (Diringkas dari kitab Lamhah
�Anil-Firaq Adh-Dhallah, hal. 44-45).
Wallahu a�lam bish-shawab.
__________________
blog tutorial www.soloboys.blogspot.com