You are on page 1of 30

Kegiatan 1a. Mengevaluasi Konsistensi Penulisan dari suatu skripsi.

Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Berawal dari minat peneliti
untuk mengetahui fenomena tertentu baik itu fenomena sosial ataupun masalah sosial
yang ada. Proses tersebut pada akhirnya melahirkan gagasan dan teori baru yang
merupakan suatu proses yang terus menerus. Untuk itu berbagai tahap harus
ditempuh dan dilaksanakan dengan kritis, cermat dan sistematis agar tercapai hasil
penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah.
Kategori penelitian dapat dibedakan menurut pendekatan, kebutuhan atau tujuan
(purpose) dan menurut observasi atau metode pengamatan (Tabel 1).

Tabel 1. Kategori Penelitian menurut pendekatan, purpose dan observasi


Pendekatan Kebutuhan/Tujuan Metode Pengamatan
(Approach) (Purpose) (Observation)
Qualitative (Kualitatif) Explaration (Eksplorasi) Experiment
Quantitative (Kuantitatif) Description (Deskripsi) Survey
Explanatory (Eksplanatori) Field Research
Unobtrusive Research
Evaluation Research
Sumber: diolah (Babbie, 1992; Emory, 1991; Maylor & Blackmon, 2005; serta Tull, 1993)

Pada kegiatan manajemen dan bisnis, metode penelitian yang seringkali


digunakan adalah: survei dan eksperimen (pendekatan kualitatif); namun terdapat juga
penelitian dengan pendekatan kualitatif. Penelitian analisis data sekunder merupakan
bagian dari survei. Metode survei dapat digunakan untuk mencapai penelitian deskripsi
dan eksplanatori. Grounded Research, Field Research (Participant Observation) dan
Unobtrusive Research tergolong pada kategori penelitian kualitatif. Evaluation
Research untuk mengevaluasi dampak pelaksanaan program (intervensi sosial).
Karakteristik penelitian menurut kebutuhan atau tujuannya disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Penelitian menurut Kebutuhannya


Exploratory Deskriptif Explanatory
-Terbiasa dengan fakta utama, - Memberikan detail, - Menguji teori secara
seting dan konsentrasi kajian penggambaran dengan prinsip
-Membuat gambaran kondisi tingkat keakuratan yang tinggi - Mengelaborasi dan
mental secara umum - Menempatkan data baru yang memperbanyak
-Merumuskan dan berbeda dg data sebelumnya penjelasan teori
memperhatikan pertanyaan - Membuat kategori tertentu - Mengembangkan sebuah
untuk penelitian berikutnya atau mengklasifikasi tipe teori untuk isu / topik baru
-Menghasilkan ide baru, dugaan - Mengklasifikasi urutan - Mendukung atau
atau hipotesis langkah menyangkal sebuah
-Menentukan kemungkinan hasil - Mendokumentasikan proses penjelasan atau prediksi
penelitian penyebab atau - Menghubungkan isu/topik
-Mengembangkan teknik mekanismenya dengan prinsip umum
pengukuran dan alokasi data - Melaporkan latar belakang - Menentukan penjelasan
berikutnya atau konteks dari situasi yang terbaik
Sumber: Neuman (2000)
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) tahapan dalam kegiatan penelitian; yaitu
penetapan: (1) topik penelitian, (2) rancangan (design) penelitian, (3) pelaksanaan
(do) penelitian, dan (4) gambaran hasil penelitian. Sistematika keseluruhan tahapan
suatu penelitian kualitatif dan kuantitatif disajikan pada Gambar 1. Pada pendekatan
kuantitatif, keempat tahapan tersebut secara rinci disajikan pada Gambar 2. Dari
skema tesebut dapat diketahui kedudukan/posisi dari literature review.
Define your reserach

Define your
research topic

Literatur
review
Design your reserach

Define your
research
question
Do Your Research

Describe your reserach

Collect Data

Analyse Data Literatur


review

Interpret Data
Revise your
conceptual Answered Report your
framework questions or findings
out of time

Design your
project report

Gambar 1a. Skema proses penelitan pendekatan kualitatif


(Maylor and Blackmon, 2005)

Dengan memperhatikan kotak define your research, terdapat sedikit perbedaan


tahapan dalam menyusun permasalahan peneliti antara pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Untuk penelitian kualitatif, perumusan masalah, penyusunan kerangka
konseptual, maupun pembuatan preposisi tidak harus salah satu muncul mendahului
yang lainnya. Mekanismenya lebih bersifat interaktif. Saling menajamkan dan
menyempurnakan rumusan. Peneliti umumnya sepakat, bahwa kerja penelitian
bermula dari masalah yang hendak dipecahkan. Masalah tersebut memiliki rentangan
dari yang samar sampai pada proposisi yang merupakan kesimpulan sementara.
masalah yang disusun, bukan dari deduksi suatu perilaku sosial yang diverifikasi dari
dunia nyata, atas dasar asumsi a priori. Pada penelitian pendekatan kualitatif, tahapan
Design your research, do your research, dan describe your research tampak secara
simultan atau berimpitan. Sedangkan pada pendekatan kuantitatif, keempat blok
tampak berurutan (Gambar 1b).
Define your reserach

Define your
research topic

Identify a
Conceptual
frameworkLiteratur
Design your reserach

review
Define your
research question

Literatur
review
Design your
collection data

Design your
Do your reserach

Project reportPilot analysis


Design your
data analysis

collect your
data
Describe your reserach

Revise your
conceptual frameworkPilot analysisAnalysis your
data

Interpret your
result

Report your
findings
Gambar 1b. Skema proses penelitan pendekatan kuantitatif
(Maylor and Blackmon, 2005)
PENGAJUAN MASALAH :
Latar belakang masalah
Identifikasi masalah
Pembatasan masalah
Perumusan masalah
MASALAH
Tujuan penelitian
Kegunaan penelitian

Penyusunan
kerangka
berpikir

PENYUSUNAN KERANGKA
TEORITIS & PENGAJUAN
HIPOTESIS
Pengkajian teori yg dipergunakan
Pembahasan penelitian yg relevan
HIPOTESIS Penyusunan kerangka berpikir
dalam pengajuan hipotesis ( dgn
menyatakan postulat,asumsi dan
prinsip sekiranya ada)
Perumusan hipotesis

Metodologi
Penelitian METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan penelitian (secara
operasional)
Tempat/waktu penelitian
Metode penelitian
Teknik pengambilan contoh
Teknik pengumpulan data
Teknik analisis data

HASIL PENELITIAN
Variabel yg diteliti
Teknik analisis
PENGUJIAN Kesimpulan analisis data
HIPOTESIS Penafsiran kesimpulan analisis data
Kesimpulan pengujian hipotesis

RINGKASAN & KESIMPULAN


Deskripsi singkat mengenai
masalah hipotesis, metodologi,
dan hasil penelitian
KESIMPULAN Kesimpulan penelitian yg
merupakan sistesis dari seluruh
aspek tsb diatas
Pembahasan hasil penelitian
dengan membandingkan
terhadap penelitian lain dan
pengetahuan ilmiah yg relevan
Pengkajian implikasi penelitian
Pengajuan saran

Gambar 2. Struktur Pengkajian Ilmiah (Suria Sumantri, 1990)


Pelaksanaan: Skripsi yang akan dievaluasi disiapkan oleh Tim Pengampu Praktikum
.
Tugas I. Mengevaluasi Permasalahan Skripsi

Instruksi: Dengan menggunakan Skripsi yang telah dipersiapkan oleh Tim, jawablah
beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Bagaimanakah struktur penyajiannya? Apakah sudah mendeskripsikan secara
runtut dari kondisi dan situasi secara umum hingga batasan masalah? Apabila
sudah runtut, tunjukan pernyataannnya? Apabila belum runtut bagaimana
sebaiknya?
2. Berdasarkan 5 (lima) ciri perumusan permasalahan yang baik, apakah kesimpulan
Saudara tentang perumusan masalah yang disusun dari suatu skripsi tersebut?
Jelaskan alasan Saudara !!!
3. Apakah tujuan penelitian sudah konsisten dengan perumusan masalah? Apakah
tujuan penelitian bisa diukur? Bagaimana sebaiknya? (Saudara harus mampu
memperbaiki formulasi tujuan penelitian).
4. Kategorikan Skripsi yang Saudara evaluasi menurut pendekatan, purpose dan
metode observasi!

Catatan:
Penyelesaian Tugas I (nomor 1 hingga 4) dikumpulkan pada akhir kegiatan praktikum.
Kegiatan 1b : Mengevaluasi dan Menyusun Permasalahan Skripsi

Dalam pengajuan masalah penelitan terdiri atas penyusunan latar belakang,


perumusan masalah, serta tujuan dan kegunaan penelitian. Beberapa hal yang harus
terdapat dalam penyusunan latar belakang adalah: (1) aktualisasi dan relevansi
penelitian, serta (2) sasaran yang akan dikaji. Aktualisasi dan relevansi penelitian
dapat dikaitkan dengan paradigma pembangunan dan arah kebijakan berbagai sektor
perekonomian. Aktualisasi dan relevansi penelitian merupakan argumentasi mengapa
pentingnya penelitian dilakukan. Visual struktur penyajiannya dari latar belakang
seperti bentuk segitiga terbalik dan terdiri dari 4 (empat) bagian. Bagian awal
menjelaskan secara umum kondisi dan situasi yang terkait dengan topik penelitian.
Deskripsi tersebut sebaiknya dilengkapi dengan dukungan data atau referensi yang
melandasi deskripsi proses timbulnya fenomena yang menarik untuk dikaji. Pada
bagian kedua, mendeskripsikan justifikasi kebenaran kondisi dan situasi tertentu yang
dapat memberikan dukungan urgensi topik penelitian. Dengan kata lain pada bagian ini
menjelaskan alasan atau rasionalisasi mengapa perlunya penelitian dilakukan. Bagian
ketiga adalah deskripsi identifikasi, menjelaskan sub-sub masalah yang spesifik
(khusus). Pada bagian terakhir, yaitu batasan masalah penelitian, mendeskripsikan
arah dan harapan dari pelaksanaan penelitian.
Perumusan masalah diawali dengan identifikasi masalah yang dapat diperoleh
dengan membandingkan antara fakta dan teori atau harapan-harapan yang akan
datang maupun antara fakta dengan kondisi yang seharusnya (normative), sehingga
terjadi disparitas (gap) yang dapat dikembangkan sebagai obyek penelitian. Identifikasi
permasalahan dapat digali dari literature review, expert, professional conference.
Pembatasan masalah diperlukan bila peneliti hanya memfokuskan pada obyek tertentu
yang sangat menarik dan penting untuk dikaji (lihat Gambar 1a dan 1b).
Rumusan permasalahan penelitian dinyatakan dalam pernyataan kalimat positif
yang mengemukakan keberadaan disparitas (gap) antara fenomena yang ada dengan
kondisi normatif atau teoritis. Perumusan permasalahan pada penelitian explanatory
dicirikan dengan: (1) mempertanyakan hubungan 2 (dua) atau lebih variabel serta
menjelaskan fokus permasalahan, (2) dirumuskan secara spesifik dan jelas, (3) dapat
diuji secara empiris, dan (4) berorientasi pada teori tertentu.
Sementara itu dalam rangka menyusun perumusan masalah, Maylor and
Blackmon (2005) merangkai beberapa komponen yang terkait sebagaimana yang
disajikan pada Gambar 3. Dari skema tersebut terdapat beberapa komponen; yaitu
suatu fenomena (phenomenon), isu (issue), permasalahan (problem), pertanyaan
penelitian/kajian (question to study), tema atau topik umum (general theme), dan
kumpulan teori (body theory). Pertanyaan penelitian lebih bersifat mempunyai fungsi
menjembatani antara perumusan permasalahan penelitian yang bersifat abstrak dan
tujuan penelitian yang lebih bersifat konkrit.

Filters

Your interests Theoritical


problem
Theories,
Models,
Concepts Research
Topic
Your studies

Practical
Real-world problem  Research problem
problem
 Research questions

Potensial ideas Potensial topics

Gambar 3. Beberapa komponen yang terkait dalam penyusunan


permasalahan penelitian

Sementara itu, dalam menyusun tujuan penelitian didasarkan pada pertanyaan


penelitian (research question) yang bertumpu pada perumusan masalah, sehingga
tujuan penelitian merupakan formulasi konkrit dari permasalahan. Oleh karena itu,
tujuan penelitian harus bisa diukur. Adapun kegunaan penelitian merupakan manfaat
yang bisa didapatkan dari penelitian untuk peneliti, pengguna (stakeholder) baik yang
bersifat praktis, kebijakan maupun metodologi.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam penyusunan latar belakang adalah
mendeskripsikan rasionalitas mengapa penelitian/kajian penting dan menarik untuk
dilakukan. Disamping itu dinyatakan secara eksplisit atau tersirat sasaran yang akan
dicapai. Sedangkan dalam penyusunan permasalahan penelitian adalah menjelaskan
rasionalitas memunculkan permasalahan penelitian.

Tugas II. Menyusun latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian skripsi.
a. Susunlah outline dan pointers dari latar belakang hingga tujuan penelitian sesuai
dengan judul rencana skripsi Saudara!
b. Tetapkan matakuliah dan teori yang relevan dengan rencana topik penelitian
Saudara!
c. Buatlah draft latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian.

Catatan: Penyelesaian Tugas II dikumpulkan maksimum hari Senin jam 14.00.


Kegiatan 2a: Mengevaluasi Kerangka Teoritis dari Suatu Skripsi

Kerangka teoritis adalah kumpulan premis ilmiah dari teori yang relevan,
representatif dan mutakhir yang dipilih secara selektif untuk membangun kerangka
pemecahan masalah penelitian.
Kerangka pemikiran adalah pengembangan alur berpikir secara sistematis dan
analitik dari argumentasi untuk memberi penjelasan sementara tentang pemecahan
permasalahan pemilihan . Alur berpikir yang sistematis dicirikan adanya perumusan
pikiran-pikiran dasar dalam bentuk postulat, asumsi dan prinsip. Adapun tahapan
kegiatan dalam penyusunan kerangka teoritis adalah:
1. Mengidentifikasi teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.
2. Mengulas penelitian lain yang relevan.
3. Menyusun kerangka berpikir dalam pemecahan penelitian dan pengajuan hipotesis
dengan mempergunakan proposisi sebagaimana yang dihasilkan dari butir (1) dan
(2) dengan menyatakan secara tersurat tentang asumsi dan prinsip yang
dipergunakan.
4. Perumusan hipotesis
Fungsi dan perbedaan dari kerangka pemikiran dan hipotesis dapat dipakai
sebagai dasar untuk mengevaluasi keberadaan keduanya pada suatu skripsi.
Kerangka pemikiran dan hipotesis mempunyai fungsi yang sama, yaitu:
1. Sebagai argumentasi dukungan dasar teoritis dalam pengkajian masalah
penelitian.
2. Sebagai landasan teoritis yang memandu kearah persiapan operasionalisasi
penelitian dalam rangka mengungkap data empiris.

Adapun perbedaan dari keduanya adalah dalam hal perumusannya. Perumusan


kerangka pemikiran dalam bentuk esei yang bersifat eksplanatori atau penjelasan.
Hipotesis disajikan dalam bentuk perumusan eksplisit dan sederhana yang bersifat
pernyataan (deklaratif) tentang apa yang diantisipasi sebagai jawaban sementara
terhadap masalah penelitian.

Tugas I : Mengevaluasi Kerangka Teoritis suatu Skripsi

Instruksi: Dengan menggunakan Skripsi yang sama pada kegiatan Praktikum ke-1,
jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah teori dasar yang digunakan (konsep dan variabel)? Apabila belum ada,
teori apakah yang Saudara sarankan?
2. Penelitian yang relevan apa sajakah yang dipergunakan? Apabila tidak relevan,
jelaskan saran Saudara!
3. Adakah kerangka teoritis dalam bentuk eksplisit (skema) atau secara implisit?
Apabila ada, bagaimanakah rumusannya (postulat, asumsi dan prinsip)? Jika
tidak ada, bagaimana sebaiknya?
4. Apakah ada rumusan hipotesis secara eksplisit (tersurat) atau secara implisit
(tersirat)?

Catatan:
Penyelesaian Tugas I (nomor 1 hingga 4) dikumpulkan pada akhir kegiatan praktikum.

Kegiatan 2b: Menyusun Kerangka Teoritis dari Rencana Skripsi


Kegiatan menyusun kerangka teoritis ini merupakan kelanjutan dari penyusunan
permasalahan rencana penelitian skripsi sebagaimana yang telah dilakukan pada
kegiatan 1. Pada kerangka teoritis terdiri atas identifikasi teori yang dipergunakan
sebagai dasar pijakan untuk membuat narasi kerangka pemikiran. Alur logika yang
sistematis dan analitis yang disajikan dalam kerangka pemikiran lebih lanjut disajikan
dalam bentuk skema yang mampu menjawab permasalahan penelitian sebagaimana
yang telah disusun pada kegiatan 1; pemecahan tersebut bersifat sementara yang
akan dibuktikan secara empiris. Dengan demikian, alur skema harus konsisten dengan
permasalahan penelitian dan harus mampu menjadi dasar alur logika perumusan
hipotesis. Skema alur berfikir yang disajikan pada Gambar 4 di bawah ini adalah
contoh dari kajian yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian pola
konsumsi deversifikasi pangan rumahtangga (Angka Kecukupan Energi/AKE) dan Pola
Pangan Harapan/PPH).

Tugas II: setiap peserta praktikum diminta untuk:

1. Menginventarisasi dan mendeskripsikan berbagai teori yang mendukung, baik teori


dasar maupun teori yang telah dikembangkan oleh para ahli dibidangnya.
2. Menyusun skema kerangka teoritis yang konsisten dengan permasalahan
penelitian.
3. Mendeskripsikan pemecahan sementara dari permasalahan penelitian yang
didasar-kan pada skema yang telah disusun.
4. Merumuskan hipotesis pokok dan hipotesis kerja, bisa dalam bentuk kalimat
eksplisit atau secara tersirat.

Catatan: Penyelesaian Tugas II dikumpulkan maksimum hari Senin jam 14.00.


Teori:
A. Pengambilan keputusan konsumsi individu dari teori ekonomi mikro

B. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi pangan


 Sanjur (1982): food preference
Karakteristik Individu
Karakteristik Makanan Preferensi Perilaku konsumsi Pangan
Karakteristik Lingkungan

 Koentjaraningrat (1984): food habit


Karakteristik Individu
Lingkungan Sosial
Ekonomi Perilaku Konsumsi Pangan
Budaya
Perkembangan Teknologi

Penelitian Terhadulu:
Pemanfaatan lahan pekarangan

 …….
Kondisi Riil:
Program Pemerintah Dlm Penanggulangan Kemiskinan: Batuan Raskin

Food Preference Food Habits

Pola Konsumsi Pangan RTG


Pedesaan

Karakteristik Eksternal RTG Karakteristik Internal RTG


Harga Beras Tingkatan Usia
Pemanfaatan Lahan Pekarangan Jenis pekerjaan
Pencapaian Pendapatan per kapita
u/ pangan
Akses informasi AKE & PPH Jumlah ARTG
Penerimaan Bantuan Tk Pendidikan Ibu & KK
Pemerintah RASKIN

Gambar 4. Skema penyusunan kerangka pemikiran pola konsumsi pangan


(modifikasi dari Widadi, 2008)
Kegiatan 3: Melaksanakan Identifikasi Konsep dan Operasionalisasi Konsep

Setelah aspek kajian dideskripsikan dalam latar belakang dan kronologis


perumusan hipotesis telah dituangkan dalam kerangka teoritis, tahap selanjutnya
adalah mengembang-kan prosedur penelitian yang menghasilkan pengamatan empiris
yang mewakili suatu konsep (yang masih abstrak). Menurut Babbie (1992) dan Baker
(1988), tahapan prosedur untuk mencapai tujuan penelitian sebagaimana yang
disajikan dalam gambar 5 berikut:

Conceptualization

Nominal Definition

Operational Definition

Measurements in the real world

Gambar 5. Prosedur penjabaran konsep menjadi variabel yang siap diaplikasikan


untuk menggali data

Adapun contoh implementasi prosedur penjabaran konsep menjadi variable


hingga pengukurannya disajikan pada Tabel 3.

Tugas: setiap peserta praktikum diminta untuk:

1. Menetapkan aspek yang akan diteliti sesuai dengan permasalahan yang telah
dirumuskan pada praktikum kegiatan 1.
2. Mengidentifikasi konsep-konsep yang melekat pada teori yang telah diinventarisasi
pada praktikum kegiatan 2.
3. Mengiventarisasi variabel dan indikator yang sesuai dan membuat difinisi dan
pengukuran variabel. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh penjabaran seperti
yang terdapat pada tabel 2.

Catatan: Penyelesaian nomor 1 dan 2 dikumpulkan pada awal kegiatan praktikum


ke-3; penyelesaian nomor 3 dikumpulkan maksimum hari Senin jam 14.00
Tabel 3. Contoh prosedur penjabaran konsep menjadi variabel yang siap diaplikasikan untuk menggali data

Konsep Variabel Indikator Difinisi Pengukuran


Kondisi Karakteristik Karakteristik demografi  Merupakan karakteristik responden menurut jenis o Umur adalah usia responden yg dihitung
Petani Petani kelamin, umur dan tingkat pendidikan dengan satuan tahun pada hari ulang tahun
terakhir.
o Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal
tertinggi yang pernah ditekuni oleh responden.
Status sosial  Adalah kedudukan responden dalam struktur o Status sosial responden adalah posisi responden
pemerintahan desa atau organisasi kelembagaan dalam struktur pemerintahan desa atau
sosial yang lain organisasi kelompok pengajian atau organisasi
kelompok tani selama satu tahun terakhir.
Status ekonomi  Ialah jumlah pemilikan lahan pertanian, jumlah o Status ekonomi didekati dengan luas
ternak, sarana transportasi penguasaan lahan pertanian dan jumlah ternak
dan atau sarana transportasi selama satu tahun
terakhir.
Tingkat pendapatan  Merupakan pendapatan yang berasal dari semua o Tingkat pendapatan rumahtangga ialah jumlah
anggota rumahtangga yang berasal dari berbagai penghasilan yang diperoleh semua anggota
sumber. rumahtangga dari berbagai sumber pendapatan
(on-farm, off-farm & non-farm) dalam satuan
rupiah selama satu bulan.
Pengalaman berusahatani  Adalah lamanya responden berusahatani o Pengalaman didekati dengan jumlah tahun
komoditas komersial selain melon dalam berusahatani tanaman hortikultura (sayur
maupun buah).
Adopsi Tingkat Adopsi Penerapan pengolahan lahan  ialah kesesuaian pengolahan tanah dengan bajak o Frekuensi pengolahan tanah dengan bajak
budidaya melon (traktor) maupun cangkul selama persiapan lahan (traktor) selama proses persiapan lahan relatif
maupun perawatan tanaman yang dilakukan oleh dibandingkan dengan yang direkomendasikan.
petani relatif dibandingkan dengan yang o Frekuwensi pengolahan tanah dengan cangkul
direkomendasikan selama proses persiapan lahan relatif
dibandingkan dengan yang direkomendasikan
o Frekuwensi pengolahan tanah dengan cangkul
selama proses perawatan tanaman relatif
dibandingkan dengan yang direkomendasikan
Tabel 3 (lanjutan)

Konsep Variabel Indikator Difinisi Pengukuran


Adopsi Penerapan  adalah ukuran dan arah guludan serta jumlah o Kesesuaian ukuran (lebar, panjang & lebar) gulutan dengan
(lanjutan) pembuatan saluran pembuangan air yang diterapkan oleh syarat tumbuh tanaman melon relatif dibandingkan dengan
gulutan & saluran petani pada hamparan lahan melon relatif yang direkomendasikan
pembuangan air dibandingkan dengan yang direkomendasikan o Kesesuaian jumlah saluran pembuangan air per hektar
dengan syarat tumbuh tanaman melon relatif dibandingkan
dengan yang direkomendasikan
Tingkat Adopsi Penerapan  merupakan jenis varietas dan jumlah o Kesesuaian jenis dan jumlah benih yang ditanam pd musim
budidaya penggunaan penggunaan benih yang diaplikasikan oleh tanam terakhir relatif dibandingkan dengan yang
melon benih petani, serta keberadaan sertifikasi benih direkomendasikan
melon relatif dibandingkan dengan yang o Benih yang ditanam pd musim tanam terakhir bersertifikat
direkomendasikan atau tidak
Penerapan  adalah jenis & kuantitas pupuk yang digunakan o Kesesuaian jenis, kuantitas & frekuensi pupuk yang
penggunaan serta waktu & frekwensi pemberian (aplikasi) diaplikasikan pd musim tanam terakhir relatif dibandingkan
pupuk pupuk relatif dibandingkan dengan yang dengan yang direkomendasikan
direkomendasikan
Penerapan  adalah cara penyiangan gulma, penjarangan o Kesesuaian cara penyiangan gulma, penjarangan buah
perawatan buah, pengamatan & pemberantasan hama- serta pemberantasan hama-penyakit yang diaplikasikan pd
tanaman penyakit relatif dibandingkan dengan yang musim tanam terakhir relatif dibandingkan dengan yang
direkomendasikan direkomendasikan
Penerapan  ialah cara pemungutan hasil dan penanganan o Kesesuaian cara pemungutan hasil & penanganan stlh
pengelolaan setelah pelaksanaan panen relatif panen pd musim tanam terakhir relatif dibandingkan dengan
panen & pasca dibandingkan dengan yang direkomendasikan yang direkomendasikan
panen
Intensitas Tingkat Frekwensi  ialah kekerapan responden bertemu sesama o Jumlah berkunjung atau dikunjungi ke/oleh sesama warga
Komunikasi Intensitas komunikasi warga desa yang mengelelo usahatani melon, desa untuk saling bertukar informasi tentang budidaya
Pertanian Komunikasi interpersonal serta melon selama satu semester.
interpersonal secara lokalit  kekerapan mengikuti pertemuan kelompok di o Jumlah mengikuti pertemuan kelompok tani di dalam desa
dalam desa. selama satu semester.
Frekwensi  adalah kekerapan responden dalam menerima o Jumlah berkunjung ke instansi pemerintah atau petugas
komunikasi informasi dari petugas tingkat kecamatan atau untuk mendapatkan informasi tentang budidaya melon
interpersonal di atasnya dan mencari informasi forum selama selama satu semester.
secara pertemuan kelompok di luar desanya. o Jumlah dikunjungi petugas yang memberi-kan informasi
kosmopolit selama satu tahun terakhir.
Kegiatan 4. Menyusun Indeks dan Skala

Sebelum melakukan penyusunan indeks dan skala, terlebih dahulu perlu dikenali
tingkat pengukuran. Pengukuran yaitu penetapan sejumlah karakteristik (sifat) dari
obyek, pesan ataupun kejadian menurut perannya; sehingga yang diukur bukan obyek,
pesan atau kejadian itu sendiri, tetapi beberapa karakteristik atau sifat-sifatnya.
Adapun tipe skala pengukuran terdiri atas skala: nominal, ordinal, interval dan rasio.
a. Pengukuran nominal untuk mengkategorikan obyek, pesan atau kejadian. Skala
pengukuran nominal digunakan untuk memberikan kategori yang membedakan
satu dengan yang lain. Pemberian kategori dimaksudkan hanya untuk memper-
mudah dalam pengelompokan. Contoh data skala nominal adalah: jenis kelamin
(laki-laki atau perempuan), daerah (perkotaan atau pedesaan), status konsumen
(pembeli dan bukan pembeli), status kepemilikan (memiliki atau tidak memiliki),
alternatif merek suatu produk.
b. Pengukuran ordinal menjelaskan angka atau simbol lain yang digunakan untuk
mengurutkan pandangan pada suatu obyek tertentu. Pengukuran skala ordinal
dimksudkan untuk memberikan kategori sekaligus menunjukkan urutan, namun
antar kategori tidak menunjukkan jarak. Misalnya: urutan preferensi konsumen
terhadap merek suatu produk computer (Fuyitsu, Tosiba, Accer, dst). Contoh lain
adalah pandangan konsumen terhadap harga suatu barang dari sebuah toko
dibandingkan dengan toko yang lain.
c. Pengukuran interval untuk mengurutkan atribut/obyek (seperti tipe pengukuran
ordinal) dan memberikan informasi tentang interval antar atribut/obyek. Disamping
itu dicirikan bahwa interval atau jarak yang sama antar atribut. Misalnya: sikap
konsumen terhadap manfaat fungsional suatu produk; yakni mengaplikasikan 5
(lima) jenjang skala Likert dengan alternatif pilihan mulai dari ”sangat tidak setuju”
hingga ”sangat setuju”. Contoh lain: evaluasi konsumen terhadap manfaat
fungsional suatu produk , yaitu dengan menerapkan skala Likert daripilihan ”sangat
tidak suka” sampai dengan ”sangat suka”. Jarak antar pilihan jawaban mempunyai
interval yang sama.
d. Pengukuran rasio menunjukkan jarak yang sama antar atribut/obyek, serta
memiliki nilai absolut nol. Contoh: kelas tingkat pendapatan, tingkat umur,
frekwensi iklan dalam periode tertentu. Jika seorang penduduk mempunyai tingkat
pendapatan per bulan sebesar Rp 1.000.000,- dan yang lain mempunyai Rp
2.000.00,-, maka dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai pendapatan lebih
tinggi dengan yang lain sebesar dua kalilipat.

Indeks adalah skor akumulasi pada setiap item (pertanyaan atau pernyataan);
adapun skala adalah skor (intensitas bobot) dari setiap item. Perlu diingat bahwa
perbedaan pokok antara indeks dan skala adalah terletak pada penentuan skor;
sedangkan persamaan adalah diterapkan pada tingkat pengukuran ordinal.
Contoh penetapan skor pada beberapa variabel disajikan pada Tabel 4a hingga
Tabel 4f. Penetapan skor yang terkait dengan variabel persepsi petani mengenai erosi
tanah (Tabel 4a) dijabarkan dari definisi operasional: ”Persepsi petani mengenai erosi
tanah ialah pernyataan mengenai makna gejala erosi tanah yang terjadi di lahan di
desa dan di lahan petani sendiri”. Persepsi ini diukur dengan cara pemberian skor
pada empat indikator variabel ini yaitu: (1) Kemampuan mengamati peristiwa dan
derajat berat ringannya erosi di lahan-lahan di desa atau dusun, (2) Kemampuan
mengamati peristiwa dan derajat berat ringannya erosi di lahan petani, (3) Penilaian
mengenai sebab-sebab utama terjadinya erosi tanah, dan (4) Penilaian mengenai
kerugian akibat erosi tanah.

Tabel 4a. Pengukuran variabel Persepsi terhadap Erosi Tanah

No. Indikator Skor


1. Kemampuan mengamati peristiwa dan derajat berat ringannya erosi di
lahan-lahan di desa atau dusun:
a. Tidak ada erosi tanah 0
b. Terjadi erosi tanah yang ringan 1
c. Terjadi erosi tanah yang agak berat 2
d. Terjadi erosi tanah yang berat 3
e. Terjadi erosi tanah yang sangat berat 4
2. Kemampuan mengamati peristiwa dan derajat berat ringannya erosi di
lahan petani:
a. Tidak ada erosi tanah
0
b. Terjadi erosi tanah yang ringan
1
c. terjadi erosi tanah yang agak berat
2
d. Terjadi erosi tanah yang berat
3
e. Terjadi erosi tanah yang sangat berat
4
3. Penilaian mengenai sebab-sebab utama terjadinya erosi tanah:
a. Tidak tahu penyebab terjadinya erosi tanah 0
b. 1 penyebab faktor alam 1
c. > 2 penyebab faktor alam 2
d. > 2 penyebab faktor alamdan 1 penyebab faktor manusia 3
e. > 2 penyebab faktor alamdan 1 penyebab faktor manusia 4
4. Penilaian mengenai kerugian akibat erosi tanah:
a. Erosi tanah tidak merugikan 0
b. erosi tanah menimbulkan kerugian yang ringan 1
c. Erosi tanah menimbulkan kerugian yang agak berat 2
d. Erosi tanah menimbulkan kerugian yang berat 3
e. Erosi tanah menimbulkan kerugian yang amat berat 4
Skor Minimal 0
Skor Maksimal 16
Sumber: Hidayat (1995)
Difinisi operasional variabel:
Persepsi petani mengenai erosi tanah ialah pernyataan mengenai makna gejala
erosi tanah yang terjadi di lahan di desa dan di lahan petani sendiri.
Tabel 4b. Pengukuran variabel Partisipasi petani dalam Perencanaan Program GNRHL
No Indikator Skor
1 Siapa yang menetukan luas lahan?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Dinas Kehutanan tanpa persetujuan petani 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
2 Siapa yang menentukan letak lahan?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Dinas Kehutanan tanpa persetujuan petani 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
3 Siapa yang menentukan jenis tanaman kayu yang akan ditanam?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Dinas Kehutanan tanpa persetujuan petani 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
4 Siapa yang menentukan jenis tanaman yang akan ditanam?
a). Petani 3
b). Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
5 Siapa yang menentukan jadwal kegiatan menanam tanaman kayu?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Dinas Kehutanan tanpa persetujuan petani 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
6 Siapa yang menentukan jadwal kegiatan menanam tanaman
pertanian? 3
a). Petani 2
b). Pihak lain di luar pertani 1
c). Di luar jawaban a dan b
7 Pembagian/pemungutan hasil tanaman kayu ditentukan oleh siapa?
a). Pemerintah 3
b). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
8 Berapa pembagian hasil hutan?
a). 100% yang diterima petani 3
b). 90% untuk petani dan 10% untuk desa 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
Skor Maksimal 24
Skor Minimal 8
Sumber:
Tabel 4c. Pengukuran variabel Partisipasi petani dalam Pelaksanaan Program GNRHL
No Indikator Skor
1 Pada saat pelaksanaan program GN-RHL petani mengerjakan lahannya
dibantu oleh siapa?
a). Petani sendiri 3
b). Petani dibantu istri atau anaknya 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
2 Siapa yang melakukan pendistribusian bibit dan pupuk?
a). Petani dibantu LSM dan Dinas Kehutanan 3
b). Petani tanpa bantuan LSM dan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
3 Siapa yang melakukan pemancangan patok batas?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Petani tanpa persetujuan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
4 Siapa yang melakukan pembersihan lahan?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Petani tanpa persetujuan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
5 Siapa yang melakukan pemancangan ajir untuk jarak tanam?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Petani tanpa persetujuan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
6 Siapa yang melakukan pembuatan lubang tanam?
a). Petani dengan persetujuan Dinas Kehutanan 3
b). Petani tanpa persetujuan Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
7 Siapa yang melakukan penanaman tanaman kayu?
a). Petani dibantu oleh KODIM 3
b). Petani sendiri 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
8 Siapa yang melakukan penanaman tanaman pertanian?
a). Petani sendiri 3
b). Petani dibantu KODIM 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
9 Siapa yang melakukan pemeliharaan?
a). Petani 3
b). Dinas Kehutanan 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
10 Pemeliharaan tanaman kayu dilakukan sebanyak:
a). 3-4 kali dalam seminggu 3
b). 2 kali dalam seminggu 2
c). < 2 kali dalam seminggu 1
11 Pihak yang membentuk kelompok tani?
a). Petani dengan persetujuan pemerintah 3
b). Petani tanpa persetujuan pemerintah 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
12 Pihak yang memilih Ketua Kelompok Tani dan pengurusnya?
a). Petani dengan persetujuan pemerintah 3
b). Petani tanpa persetujuan pemerintah 2
c). Di luar jawaban a dan b 1
13 Petani melakukan pengawasan/pengamanan sebanyak:
a). 3-4 kali dalam seminggu 3
b). 2 kali dalam seminggu 2
c). < 2 kali dalam seminggu 1
Skor Maksimal 39
Skor Minimal 13
Sumber:
Tabel 4d. Pengukuran variabel Keterlibatan Petani dalam Lembaga Penyuluhan
Pertanian

No. Indikator Skor


1. Kehadiran dan keaktifan dalam penyuluhan pertanian:
a. Tidak pernah 0
b.1-2 kali kadang-kadang aktif 1
c. 1-2 kali selalu aktif 2
d.  3 kali kadang-kadang aktif 3
e.  3 kali selalu aktif 4
2 Keikutsertaan dalam Demonstrasi:
a. Tidak pernah ikut 0
b. Ikut sebagai anggota biasa 2
c. Ikut sebagai pengurus/ketua 4
3. Keikutsertaan dalam kursus/latihan pertanian:
a. Tidak pernah 0
b. 1-2 kali 2
c.  3 kali 4
4 Kedudukan dalam lembaga penyuluhan pertanian:
a. Petani biasa bukan anggota kelompok 0
b. Petani anggota kelompok tani 1
c. Tani Maju 2
d. Kontak Tani 3
Skor Minimal 0
Skor Maksimal 15
Sumber: Hidayat (1995)

Difinisi operasional variabel:


Keterlibatan dalam Penyuluhan Pertanian: adalah keikutsertaan dan keaktifan petani
dalam kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan lembaga penyuluhan.
Tabel 4e. Pengukuran variabel Keterlibatan Petani dalam Lembaga Kredit Modern

No. Indikator Skor


1. Keterlibatan dalam meminjam uang dari lembaga kredit modern:
a. Tidak pernah 0
b. 1-2 Kali 2
c. > 3 Kali 4
2. Besarnya pinjaman:
a. Lebih kecil dari kemampuan 1
b. Lebih besar dari kemampuan 2
c. Sesuai dengan kemampuan 3
3. Penggunaan kredit:
a. Seluruh untuk konsumtif 1
b. Sebagian besar untuk konsumtif 2
c. Untuk konsumtif dan produktif sama besarnya 3
d. Sebagian besar untuk produktif 4
e. Seluruhnya untuk produktif 5
4. Ketepatan dalam pengembalian
a. Tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan 1
b. Sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan 3
Skor Minimal 3
Skor Maksimal 15
Sumber: Hidayat (1995)

Difinisi operasional variabel:


Keterlibatan petani dalam lembaga kredit modern ialah keikutsertaan petani dalam
memanfaatkan lembaga perkreditan modern seperti Bank, Koperasi dan lain-lain.
Tabel 4f. Pengukuran variabel Keterlibatan Petani dalam Pemasaran Hasil

No. Indikator Skor


1. Presentase hasil usahatani yang dijual:
a. 0% 0
b. < 25 % 2
c. 25%-49% 3
d. 50%-74% 4
e. 75%-100% 5
2. Kedudukan dalam sistem pemasaran:
a. Petani menjual dirumah/disawah/ditebaskan 1
b. Petani menjual sendiri ke pasar/KUD/tempat lain 2
c. Sebagai pedagang/tengkulak 3
d. Sebagai pedagang pengumpul 4
e. sebagai pedagang besar 5
3. Aktivitas berdagang hasil pertanian
a. Tidak berdagang 0
b. 1 Musim panen 3
c. 2/3 musim panen 4
d. sepanjang tahun 5
Skor Minimal 1
Skor Maksimal 15

Sumber: Hidayat (1995)

Difinisi operasional variabel:


Keterlibatan petani dalam lembaga pemasaran adalah suatu derajat petani memasuki
aktivitas pemasaran hasil-hasil pertanian.

Tugas:
1. Identifikasi tipe skala pengukuran dari variabel yang telah disusun pada kegiatan
praktikum ke-3.
2. Tetapkan indikator dari variabel yang telah disusun pada kegiatan praktikum ke-3.
3. Susun alternatif pilihan dari indikator variabel dan buatlah skor skalanya.

Catatan: Penyelesaian nomor 1 dan 2 dikumpulkan pada awal kegiatan praktikum ke-
4; penyelesaian nomor 3 dikumpulkan maksimum hari Senin jam 14.00.
Kegiatan 5: Menyusun Kuesioner

Penyusunan kuesioner pada penelitian survei merupakan salah satu tahapan


operasionalisasi; yakni menyusun pertanyaan dan atau pernyataan yang didasarkan
pada definisi operasional dari variabel atau indikator yang telah ditetapkan pada
praktikum kegiatan ke-6. Dalam penyusunan kuesioner meliputi: rancangan bentuk
pertanyaan, rancangan instrumen, lay out kuesioner, dan pemeriksaan panjangnya
kuesioner (Maylor and Blackmon. 2005).
Pertanyaan yang disusun dalam kuesioner dapat berbentuk pertanyaan tertutup
(closed-ended quesition); yaitu dengan memberikan beberapa alternatif jawaban
(multiple choice). Beberapa kelebihan dari bentuk pertanyaan tertutup adalah: (1)
pencacah (enumerator) lebih cepat mencacatan jawaban dan responden lebih cepat
memeberikan jawaban, (2) ketepatan data lebih terjamin, dan (3) mempermudah
dalam pelaksanaan entry data. Bentuk lain adalah pertanyaan terbuka (open-ended
quesition), yakni enumerator mencatat jawaban mengikuti respon responden.
Kelebihan dari bentuk tersebut adalah peneliti dapat memperoleh data sesuai dengan
aspirasi enumerator, namun agak kesulitan dalam pelaksanaan entry data. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan pertanyaan atau pernyataan dalam
kuesioner adalah: jelas, sederhana, ringkas dan alami.
Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan, maka pertanyaan perlu
diurutkan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan wawancara mengalir lancar. Dalam
susunan kuesioner, seringkali diawali dengan pernyataan yang terkait dengan kondisi
demografi keluarga (mirip yang terdapat pada kartu keluarga atau KK). Kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan yang dikembangkan dari variabel dan atau indikator
yang menjadi fokus penelitian; yakni dengan membagi pertanyaan ke dalam beberapa
sesi. Yang perlu diperhatikan adalah: (1) mulailah dengan pertanyaan yang
sederhana, dan (2) pertanyaan yang sulit dan peka ditempatkan pada akhir kuesioner.
Penataan atau lay out kuesioner sangat diperlukan untuk kuesioner formal atau
yang berskala besar, juga kuesioner yang ditujukan pada responden yang berstatus
tinggi atau kalangan profesional. Rancangan yang bagus dapat memotivasi respon
responden.
Pemeriksaan panjangnya kuesioner dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa
pelaksanaan wawancara tidak terlalu lama dan tidak didapatkan pertanyaan yang tidak
terjawab. Pada kondisi letih, responden akan memberikan jawaban yang tidak
terkontrol, atau dapat juga tidak dapat melengkapi keseluruhan pertanyaan yang
dipersiapkan.
Tugas: Berdasarkan definisi dan pengukuran variabel atau indikator yang telah
dilaksanakan pada praktikum kegiatan ke-6; peserta praktikum diminta untuk:
1. Menentukan banyaknya sesi yang akan dituangkan dalam kuesioner.
2. Menyusun lima hingga sepuluh pertanyaan pada setiap sesi; bentuk pertanyaan
tertutup maupun terbuka.
3. Buat sampul kuesioner yang mencerminkan topik penelitian, calon responden
(individu petani, anggota kelompok, pengurus kelompok atau lembaga lain), serta
cantumkan lokasi penelitian.
Kegiatan 6: Menetapkan Rancangan Pemilihan Contoh

Menurut Baker (1988) dan Henry (1990) , pendekatan penarikan contoh (sample)
dibedakan menjadi 2 kategori besar, yaitu penarikan contoh: (1) non-probabilitas (non-
probability sampling) dan (2) probabilitas (probability sampling). Dalam pendekatan
penarikan contoh probabilitas, setiap anggota populasi sejatinya mempunyai
kemungkinan sebagai unit contoh. Contoh non-probabilitas dipilih berdasarkan
pertimbangan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian. Contoh non-probabilitas
adalah alat yang digunakan dalam kondisi tertentu. Beberapa rancangan contoh dari
masing-masing klasifikasi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rancangan penarikan contoh (sample design)

Pendekatan Rancangan Contoh (Sampling Design)


(Approach) Baker (1988) Henry (1990)
A. Non-Probability 1. Conveniences sampling 1. C
2. Purposive or Judgment sampling onveniences sampling
3. Quota sampling 2. M
4. Snowball sampling ost similar/most dissimilar
sampling
3. T
ypical case sampling
4. C
ritical case sampling
5. S
nowball sampling
6. Q
uota sampling
B. Probability 1. Sample random sampling 1. Sample random sampling
2. Systematic sampling 2. Systematic sampling
3. Stratified sampling 3. Stratified sampling
4. Multistage sampling 4. Cluster sampling
5. Probability Proportionate to size 5. Multistage sampling
Sampling
6. Weighting for disproportionate
Sampling

Sementara itu, didalam memilih rancangan contoh harus didasarkan pada


kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode. Dalam hal ini Parel (1978)
telah memberikan deskripsi, keuntungan dan kerugian dari beberapa rancangan
contoh pada pendekatan probability sebagaimana seperti yang terdapat pada Tabel 4.
Sedangkan pada Tabel 5 memuat rumus perhitungan dalam penentuan jumlah contoh
(sample size). Disamping itu, pada Tabel 5 juga menyertakan dasar pertimbangan
kapan rumus-rumus tersebut bisa digunakan.

Tugas:
1. Buatlah ringkasan pengertian dari masing-masing rancangan contoh (sampling
design) baik pada pendekatan non-probabilitas maupun probabilitas!
2. Tentukan rancangan contoh yang sesuai dengan rencana penelitian Saudara,
sertakan alasan mengapa saudara menentukan rancangan contoh dengan
menggunakan teknik sampling yang anda pilih ?
3. Carilah rumus penentuan jumlah contoh dari referensi lain!
Kegiatan 7: Melakukan Latihan Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interkasi dan komunikasi antara pewawancara


dan responden. Adapun peranan wawancara adalah untuk mengumpulkan data yang
relevan dengan tujuan penelitian. Dalam proses wawancara, pewawancara berfungsi:
1. Sebagai pemandu responden dalam memahami pertanyaan sehingga jawaban
yang diberikan tepat dan berkualitas.
2. Mencatatat jawaban dari responden, dan bila ada jawaban yang kurang jelas harus
dilengkapi dengan informasi tambahan.
Menterjemahkan pertanyaan yang telah disusun dalam kuesioner menjadi bahasa
setempat untuk menghindari bias.
Pada penelitian survei, pengumpulan informasi secara sistematis dari responden
secara langsung dapat dilakukan dengan metode wawancara. Menurut Tull and
Hawkins (1993) ada empat wawancara, yaitu wawancara: telepon, surat, langsung dan
melalui computer. Wawancara telepon adalah pengumpulan informasi dari responden
melalui telepon. Wawancara surat ialah pengumpulan informasi dari responden melalui
surat atau melalui teknik yang serupa. Wawancara langsung merupakan pengumpulan
informasi dalam situasi tatap muka (face to face). Pada wawancara langsung meliputi
wawancara dalam ruangan dan wawancara pencegatan. Wawancara dalam ruang
adalah wawancara secara langsung dalam rumah atau kantor responden; sedangkan
wawancara “pencegatan” ialah wawancara secara langsung dalam pusat lokasi,
biasanya tempat perbelanjaan. Adapun wawancara melalui komputer adalah
responden memasukkan data ke komputer secara langsung dalam memberikan
jawaban dari pertanyaan yang ditampilkan dalam monitor. Adapun bentuk wawancara
yang dipilih dalam praktikum latihan ini adalah wawancara langsung (face to face).
Kegiatan praktikum latihan wawancara untuk memberikan bekal ketrampilan
kepada peserta praktikum dan sekaligus untuk melakukan pengujian instrumen
pengumpulan data pada kegiatan survei (kuesioner) yang telah disusun pada
praktikum kegiatan 7. Kegiatan latihan wawancara dilakukan di luar kelas, yakni di
desa. Wawancara dilakukan dilakukan secara kelompok yang terdiri dari 3 peserta
praktikum; masing-masing angota kelompok bergiliran berperan sebagai pewawancara
dan pengamat jalannya wawancara.

Tugas: Setiap peserta praktikum selain melalukan wawancara juga:


1. mencatat pertanyaan atau pernyataan yang menyebabkan jawaban responden
bersifat umum dan atau yang sulit dimengerti oleh responden.
2. Memperhatikan kekurangan dan kesalahan dalam wawancara.
3. Menyusun laporan pewawancara dengan format seperti yang terdapat pada
lampiran 10.3. pada referensi Singarimbun dan Effendi. (1995).
Kegiatan 8: Menganalisa Data

Metode analisis yang dipergunakan sisesuaikan dengan tujuan penelitian;


apakah hanya sekedar untuk mendeskripsikan, membandingkan atau bahkan sampai
pada untuk mengeksplorasi hubungan kausal antar variabel. Metode analisis statistik
tipe deskriptif maupun infersia pada berbagai tipe skala pengukuran data disajikan
pada Tabel 6.

Tabel 6. Tipe analisis statistik menurut tipe skala pengukuran data

Basic
Typical Statistic*
Scale Empirical Typical Usage
Operations Descriptive Inferential
Classification:
Determination Male-female, Percentages, Chi-square, binomial
Nominal
of equality purchaser-non mode test
purchaser, social class
Rankings: Preference
Mann-Whitney U,
Determination data, market position,
Friedman two-way
Ordinal of greater or attitude measure, many Median
ANOVA, rank-order
less psychological
correlation
measures
Index Number, attitude
Determination Mean, range, Product-moment
measures, level of
Interval of equality of standard correlation, t-test,
knowledge about
intervals deviation factor analysis, ANOVA
brands
Determination Sales, units produced,
Ratio of equality of number of customers, Coefficient of variation
ratios cost
Source: Tull and Hawkins (1993)

Secara garis besar, kegiatan pengelolaan (management) data terdapat tiga


tahapan, yakni: a). tahap persiapan analisis (Tabel 7), b) tahap analisis data
(beberapa bentuk analisis terdapat pada Tabel 8), c) tahap pengembangan model
atau elaboration model

Tabel 7. Tahap persiapan analisis yang terdiri atas kegiatan

Kegiatan Pengertian Kegunaan


editing Proses melengkapi & Menghindari konversi satuan yg
merapikan data yg telah salah & mengurangi bias yg
dikumpulkan bersumber dari proses
wawancara
coding Suatu proses pemberian Untuk menyederhanakan dalam
angka pd setiap pertanyaan pemberian nama kolom dlm
yg terdapat pd kuesioner proses entry data
data entry Suatu proses pengisian data Sebagai bank data dasar
pd tabel data dasar sebelum dilakukan analisis data
Tabel 8. Tahap analisis yang meliputi

Tahapan Analisis Pengertian Kegunaan


Univariate Suatu metode analisis Untuk mendeskripsikan:
dengan mengapliksikan a. masing-masing sub-kelompok dlm
tabel sederhana dengan terminologi variabel tertentu.
hanya memperhatikan satu b. perbandingan secara detail antar
variabel sub-kelompok dlm terminologi
variabel tertentu.
Bivariate Suatu metode analisis  Untuk mendapatkan
dengan mengapliksikan kecenderungan hubungan antar
tabel kontingensi dlm varibel
terminologi lebih dari satu  Pembandingan perbedaan sub-
variable kelompok
 Sebagai dasar elaborasi model
Multivariate Suatu metode analisis Untuk memahami keterkaitan secara
hubungan simultan antara serentak antar variabel
beberapa variable.

c. Tahap pengembangan model atau elaboration model


Ialah suatu upaya penyusunan abstraksi yang menunjukkan hubungan teoritik
antar variable yang relevan terhadap suatu fenomena. Adapun kegunaannya adalah
untuk menyederhanakan atau simplifikasi dari fenomena yang relative kompleks.

Sebagai latihan analisis data kita dapat menggunakan hasil wawancara yang
menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan oleh Tim Pengampu.

Tugas:
1. Buatlah judul kolom pada sheet excel yang memuat keseluruhan variabel.
2. Entry data yang telah dikumpulkan
3. Buat tabel frekuensi yang mendeskripsikan sebaran jumlah responden dengan
menerapkan analisis:
a. univariate
b. bivariate
c. multivariate
4. Cermatilah sebaran data pada tabel hasil analisis, apakah terjadi kecenderungan
pola hubungan antar variabel?
DAFTAR PUSTAKA

Babbie, E. 1992. Practical of Social Research. Sixth Edition, Wadsworth Publishing


Company, Belmout.

Baker, T.L. 1988. Doing Social Research. McGraw-Hill Book Company. Singapore.

Creswell, JW. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches.


Sage Publication, New Delhi.

Effendi, 1975. Prinsip-prinsip Pengukuran dan Penyusunan Skala. Dalam Singarimbun,


M. dan S. Effendi (Edts). 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta.

Henry, GT. 1990. Practical Sampling. Applied Social Research Methods Series.
Volume 21. Sage Publications. Newbury Park.

Parel, CP. et. al. 1978. Sampling Design and Procedures. A/D/C Asia Office,
Tanglin.

Maylor, H and K. Blackmon. 2005. Researching Business and Management.


Palgrave Macmillan. New York.

Maleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya,
Bandung.

Neuman, W.L. 2000. Social Research Methode “Qualitative and Quantitative


Approach”. Fourth Edition. Allyn and Bacon. Needham Heights.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta.

Suria Sumantri, J.S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.

Tull, D.S. and D. I. Hawkins. 1993. Marketing Research Measurment dan Method.
Sixth edition. Macmillan Publishing Company, New York.

Widadi, F. 2008. Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumahtangga Pedesaan Dalam


Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan. Skripsi S1. Program Studi
Agribisnis/Ekonomi Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya, Malang.

You might also like