You are on page 1of 37

MODUL KESADARAN

MENURUN
Kasus 1
Kelp.8
Skenario Kasus 1

 Perempuan 21 tahun dibawa ke puskesmas dalam keadaan tidak sadar.


Setelah di letakkan di tempat tidur dan di periksa, penderita tidak
memberi respon dan tetap mendengkur dengan irama nafas 40
kali/menit. Muka kelihatan pucat, nadi radial tidak teraba. Ditemukan jejas
pada pelipis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah. Dari beberapa
orang yang mengantar tidak satupun yang tinggal dan dapat memberi
keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada penderita
tersebut.

Page  2
Kata Kunci

 perempuan 21 tahun
 tidak sadar
 tidak memberi respon
 Mendengkur
 Irama nafas 40 kali/menit (takipneu)
 nada radial tidak teraba
 pucat
 jejas di pelipis kanan, bahu kanan, dan perut kiri bawah  multiple
trauma
 tidak ada keterangan tentang kejadian.

Page  3
Pertanyaan

 bagaimana cara pengenalan dan penilaian kesadaran menurun??


 penanganan apa yang di berikan??
 identifikasi kesadaran??
 mekanisme kesadaran menurun??
 DD??

Page  4
Jawab

Pengenalan dan Penilaian Kesadaran

 Tingkat Kesadaran :
– Compos Mentis (Concious)
– Apatis
– Delirium (Obtundasi.Letargi)
– Somnolen
– Stupor (sopor koma)
– Coma (comatus)

Page  5
 Penilaian kesadaran → AVPU dan GCS
– AVPU
• A : Alert
• V : Responds to Vocal stimuli
UNRESPONSIVE
• P : Responds to Painful Stimuli
• U : Unresponsive to all stimuli
– GCS (Glasgow coma scale)
• Respon Buka mata (Eye) : 4
• Respon Motorik Terbaik (M) : 6 TIDAK BISA DINILAI
• Respon Verbal : 5
 Curiga fraktur cervical  pasang neck collar

Page  6
PRIMARY SURVEY

 Airway (kontrol cervical spine) :


– Look : melihat pernafasan,pengembangan dada dan apakah ada obstruksi
jalan nafas  lidah jatuh ke belakang
– listen : mendengar suara nafas dari mulut atau hidung  suara mendengkur
– feel : merasakan hembusan nafas  ada hembusan nafas
 Penanganan :
– Tripel Airway Manuever :
» Jaw Thrust (multiple Trauma)  indikasi pada kasus
» Head Tilt
» Chin Lift
:

Page  7
– Pasien Terdengar Mendengkur (Snoring) → Pangkal Lidah Jatuh ke belakang
(Relaksasi otot Lidah) → lakukan jaw thrust  Pasang Oropharyngeal tube (guedel)
Evaluasi Airway
 Alat-alat untuk penanganan airway lain:
– Nasopharyngeal tube
– ETT
– Krikothyroidotomi
– Trakheostomi
 Breathing
– Inspeksi : Tanda” Jejas, Gerakan dada, Penggunaan otot bantu
pernafasan, deviasi Trachea, Frekuensi nafas, Pulsus Paradoksus
– Palpasi : Krepitasi, Massa, Nyeri tekan (bila sadar)
– Perkusi : Sonor / Hipersonor / Redup
– Auskultasi : Apakah ada bunyi nafas tambahan

Page  8
Frekuensi nafas 40x/menit  pasien sesak  berikan bantuan nafas
 Penanganan (bantuan nafas):
– Ventilasi : Mouth to Mouth, Mouth To Nose, Mouth To Mask
– Oksigenasi : Kanul Hidung, Breathing Mask, Non Breathing Mask
• Pneumothoraks : − Needle Toraco Sintesis
− Chest Tube
Evaluasi Nafas

Page  9
 C : Sirkulasi dengan Kontrol Perdarahan
– Nadi : Irama, Frekuensi (kuat angkat /-),
– CRT
– TD
– Akral Dingin/-
Tanda-Tanda Shock : Pucat, CRT > 2 detik, TD ↓, Takikardi (Shock
Hipovolemik), nadi teraba lemah, tidak teratur, dan tidak kuat angkat
Bradikardi (Shock Neurogenik)
 Pasien mengalamai shock hipovolemik
Penanganan : Posisi Trendelenberg, Resusitasi
Resusitasi : kristaloid atau koloid 20 – 40 ml/kgBB = 2000 ml dalam 1 jam
Setelah resusitasi, evaluasi ulang  cari sumber perdarahan  tangani
perdarahan

Page  10
 Disability
– menilai Tingkat kesadaran → GCS (Glasgow coma scale)
– Ukuran dan Reaksi Pupil
– Tanda-tanda lateralisasi

 Exposure
– memeriksa dan evaluasi seluruh tubuh
– cegah hipotermi dan hangatkan
– Sebaiknya diberikan Cairan IV yang sudah di hangatkan

Page  11
Secondary Survey

 Head to toe examination

Page  12
Mekanisme Penurunan Kesadaran
 Stimulus dari seluruh tubuh → Batang otak (Mid brain → talamus medialis)

Terima impuls sensorik = formatio retikularis

Serabut NonSpesifik Talamus Serabut spesifik
ARAS
↓ ↓
Gyrus Postsentralis & Gyrus Primer Lainnya korteks Serebri
 Kesadaran menurun jika terjadi:
– Gangguan pada ARAS (ascending reticular activating system) yang merupakan susunan penggalak
kewaspadaan
– Gangguan pada korteks serebri yang merupakan pengolah kesadaran

Page  13
 Gangguan ARAS : → tumor otak, abses, perdarahan
intraserebral, subarachnoid, epidural,
subepidural, trauma kepala dengan
lesi fokal.
→ sel neuron korteks tak dapat
digalakkan
 Lesi massa ini dapat menekan batang otak  herniasi  menekan
ARAS  pe↓ kesadaran

Page  14
 Gangguan Fungsi korteks serebri
– Ggn metabolisme neuron di SSP
– Ggn suplai O2 dan glukosa ke otak  sel neuron tak berfungsi optimal
– Penyebabnya : Epilepsi, hipoksia, obat2an, keracunan, penyakit metabolik,
hipotensi, alkohol,

Page  15
 Pada kasus, kemungkinan penurunan kesadaran karena adanya hipoksia
 penimbunan asam laktat  penurunan suplay O2 ke otak  ggn
korteks serebri.
 Dapat pula karena trauma kepala  perdarahan intrakranial 
penekanan batang otak  penekanan ARAS
 Terdapat pula kemungkinan fraktur cervical  penekanan pusat
kesadaran

Page  16
Mekanisme Trauma

 Karena tidak ada keterangan tentang apa yang terjadi pada


korban, berdasar kondisi korban, disimpulkan korban mengalami
trauma tumpul akibat tumbukan pada daerah abdomen dan juga
jatuh tertumbuk pada daerah pelipis dan bahu.
 Penyebab jejas  lakukan pemeriksaan tambahan  USG
abdomen, foto thorax polos
 Perdarahan daerah abdomen dapat menyebabkan timbulnya syok
hipovolemik (pucat, nadi lemah), penurunan perfusi O2 
penurunan kesadaran,  lidah jatuh ke belakang  snooring 
sesak

Page  17
DD

Fraktur Cervical
 Trauma cervical adalah trauma cervical adalah trauma/injuri yang terjadi akibat
benturan dibagian leher yang menyebabkan respon penurunan neurovaskuler
secara tiba-tiba dan hilangnya fungsi pernafasan, dan ditandai dengan konkusi,
kontusio, laserasi, edema.
 Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat keparahan dari trauma cervical maka perlu
diadakan serangkaian pemeriksaan/tes diagnostic, yaitu:
– Spinal X-ray
– CT-scan
– Myelography

Page  18
 dapat dilakukan pengelolaan medik sebagai berikut :
– o  Cervical traction,
– o  The halo system,
– o  Cervical collar.

Page  19
Trauma Abdomen
Adalah : kerusakan terhadap struktur yg terletak diantara diafragma
dan pelvis,yg diakibatkan oleh luka tumpul atau menusuk.

 Di bagi atas : trauma tajam/luka tembak


: trauma Tumpul Riwayat Trauma
Mekanisme Trauma
 Etiologi :
1. T .tajam : trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga perotonium.contoh: luka tembak
2. T. Tumpul : trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritonium. contoh: jatuh,pukulan,kecelakaan kendaraan
bermotor,ledakan,dll

Page  20
 Patofisiologi : Trauma tumpul pada abdomen disebabkan oleh
pengguntingan, penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan
rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain.

 Alat bantu diagnostik:


Riw .trauma (mekanisme trauma,pada kecelakaan lalu lintas kecepatan
dan arah)
Pemfis (lokasi trauma,palpasi,perkusi,auskultasi,pemeriksaan rektal)
Laboratorium
“Diagnostik Peritoneal Lavage”(DPL),(bila gejala klinik meragukan)
 CT-Scan
 USG
 Laparaskop

Page  21
 Penanganan :
– Abdominal paracentesis à menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
– Pemeriksaan laparoskopi à mengetahui secara langsung peneyebab
akut abdomen
– Pemasangan NGT à memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada
trauma abdomen
– Pemberian antibiotik à mencegah infeksi
– Laparotomi
– Sebelum operasi à pemasangan NGT, pemasangan dauer-katheter,
pemberian antibiotik, pemasangan

Page  22
 Algoritma penanganan trauma abdomen

Page  23
TRAUMA CAPITIS

 DEFINISI
Trauma kapitis adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan fungsi
neurologis.

 The Traumatic Coma Data Bank mendefinisakan berdasarkan skor Skala


Koma Glasgow (cited in Mansjoer, dkk, 2000: 4):
 Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko rendah)
– Skor skala koma Glasglow 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)
– ≠ kehilangan kesadaran(misalnya konkusi)
– ≠ intoksikasI alkohol atau obat terlarang

Page  24
– Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
– Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala
– Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.

 Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)


– Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi atau stupor)
– Konkusi
– Amnesia pasca trauma
– Muntah
– Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle,mata
rabun,hemotimpanum,otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal).

Page  25
 Cidera kepala berat (kelompok resiko berat) :
– Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)
– ↓ kesadaran secara progresif
– Tanda neurologis fokal
– Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium.

 Jenis-jenis cidera kepala (Suddarth, dkk, 2000, l2210-2213)


– Cidera kulit kepala. Cidera pada bagian ini banyak mengandung pembuluh
darah, kulit kepala berdarah bila cidera dalam. Luka kulit kepala maupun
tempat masuknya infeksi intrakranial. Trauma dapat menyebabkan abrasi,
kontusio, laserasi atau avulsi.

Page  26
 Jenis-jenis cidera kepala (Suddarth, dkk, 2000, l2210-2213)

– Cidera kulit kepala


– Fraktur tengkorak → rusaknya kontinuitas tulang
• Klasifikasi Fraktur Tengkorak Terbuka Dura Rusak
Tertutup Dura ≠ Rusak
– Cidera Otak
– Komosio → tidak sadarkan diri dalam waktu selama beberapa detik
sampai beberapa menit.(Cedera Kepala Minor dan biasanya tanpa
sekuele yang berarti)
– Kontusio (Memar) → Kemungkina Adanya Daerah Haemoragi
– Haemoragi intrakranial → seringkali lambat sampai hematoma
tersebut cukup besar untuk menyebabkan distorsi dan herniasi otak serta
peningkatan TIK.

Page  27
– Hematoma epidural (hamatoma ekstradural atau haemoragi)
» arteri meningeal tengah putus /rusak (laserasi), dimana arteri ini
berada di dura dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang
temporal → Peningkatan TIK
– Hematoma sub dural
» Hematoma diantara dura dan dasar, suatu ruang yang pada keadaan
normal diisi oleh cairan
» Hematoma sub dural dapat terjadi akut, sub akut atau kronik.
Tergantung ukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah
perdarahan yang ada
– Haemoragi intraserebral dan hematoma. Haemoragi ini biasanya terjadi pada
cidera kepala dimana tekanan mendesak ke kepala sampai daerah kecil (cidera
peluru atau luka tembak; cidera kumpil).

Page  28
Mekanisme Cedera Kepala

 Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang


diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
 Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
 Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan
integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

Page  29
 Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori
utama  ( Hoffman, dkk, 1996):
– Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
– Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir
kompleks
– Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas

 Pemeriksaan Dianostik:
– CT –Scan 
– MRI
– Angiografi Serebral 
– EEG
– Sinar X
– BAER (Brain Eauditory Evoked)

Page  30
– PET (Pesikon Emission Tomografi)
– Pungsi Lumbal CSS
– Kimia/elektrolit darah
– GDA (Gas Darah Arteri)
– Pemeriksaan toksitologi
– Kadar antikonvulsan darah

Page  31
 Penatalaksanaan Medik
– Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya
cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik
seperti hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner,
2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia
cedera kepala (Turner, 2000).

– Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut :


– Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.
– Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.
– Berikan oksigenasi.
– Awasi tekanan darah
– Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik.
– Atasi shock
– Awasi kemungkinan munculnya kejang.

Page  32
 Penatalaksanaan lainnya:
– Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
– Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
– Pemberian analgetika
– Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
– Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
– Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam
pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana makanan
lunak.
– Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung
nilai urea N.

Page  33
– Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel
(18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikana
makanan lunak.
– Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung
nilai urea N.

Page  34
Syarat-Syarat Melakukan Transport

Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila penderita


tersebut siap (memenuhi syarat) untuk ditransportasikan, yaitu:
Gangguan pernafasan dan kardiovaskular telah ditangani
- Penyebab sumbatan jalan nafas telah diketahui dan ditangani
- RKP dan obat-obatan bila perlu
- Perdarahan telah dihentikan
- Luka telah dibalut
- Fraktur telah dibidai

Page  35
Hal-hal yang perlu dimonitor selama transportasi
(perjalanan)
 Kesadaran
 Pernafasan
 Tekanan darah dan denyut nadi
 Daerah perlukaan

Page  36
Page  37

You might also like