You are on page 1of 13

KAWAT PIJAR LAMPU LISTRIK

I. PENDAHULUAN
a. Pendahuluan
Dewasa ini lampu pijar sangat mudah ditemukan, bahkan saat kita
berada di kamar untuk belajar pasti kita menggunakan lampu pijar. Lampu
pijar adalah suatu sumber cahaya yang membangkitkan cahaya \sebagai hasil
dari pancaran suhu yang sangat tinggi. Cahaya lampu pijar dibangkitkan
dengan mengalitkan arus listrik yang dialirkan pada kawat halus (pijar) yang
mempunyai tahanan serta titik lebur yang tinggisehingga menimbulkan
panas dan cahaya. Lampu pijar sering disebut lampu filament. Yang
menciptakannya adalah Thomas Alva Edison pada tahun 1879.
Jenis-jenis lampu pijar ada sekitar 7 jenis, tetapi yang akan kita
gunakan dan kita amati hanya satu jenis yaitu lampu pijar benang arang.
Jenis lampu ini membutuhkan suhu yang sangat tinggi berkisar 2000 oC
dengan cahaya agak kemerah-merahan dan flux cahaya +3lumen/watt. Di
dalam lampu ini ada kawat pijarnya dan pada praktikum kali ini kita akan
mengamati kelakuan dari kawat pijar dengan menggunakan pengatur
tegangan, wattmeter, dan amperemeter.

b. Tujuan
- Menyelidiki kelakuan kawat pijar tungsten (wolfram).
- Belajar menerapkan dan mengartikan (menginterpretasikan)
grafik.

II. DASAR TEORI


Kita akan menyelidiki apakah filament lampu listrik dapat memancarkan
tenaga menurut hukum Stefan. Karena itu kita akan mengandaikan bahwa
semua daya yang didisipasikan oleh filament adalah :
Pf = I 2 R = VI

Di mana I = arus yang melalui filament (A)


R = tahanan kawat filament (Ω)
V = tegangan pada ujung-ujung kawat (V)
Dn hukum Stefan mengatakan bahwa sebuah benda hitam memancarkan
daya Ps berbanding langsung dengan T4, jadi :
Ps = αo T 4

dengan T = suhu absolut.


Tetapi ada sebuah problem, yaitu kita bisa mengukur V dan I tetapi tidak
bisa mengukur T. Solusinya adalah kita mengetahui bahwa ada relasi yang
menghubungkan tahanan jenis dengan suhu T dari kawat tungsten.
Berdasarkan ini semua, kita bisa menyelidiki hipotesa :
P s = α 1T β
Dengan menggunakan rumus diatas kita bias mengetest apakah filament
lampu pijar yang tersedia memancarkan cahaya menurut hukuum Stefan
dengan mengukur V dan I saja.

III. METODE EKSPERIMEN


a. Metode yang Digunakan
P = α oT 4

R = α 1T β
R
Tβ =
α1
1
1 β
Tβ = R
α1

b. Alat dan Bahan


- Pengatur tegangan
- Voltmeter
- Amperemeter
- Kabel
- 3 buah lampu pijar

c. Skema Percobaan
d. Tata Laksana Percobaan
1) Rangkai amperemeter, lampu, voltmeter, dan pengatur
tegangan seperti pada percobaan 1.
2) Atur variasi besar volt pada pengatur tegangan sebanyak 5
variasi.
3) Amati dan catat hasil pada amperemeter.
4) Lalu rangkai amperemeter, lampu, voltmeter, dan pengatur
tegangan seperti pada percobaan 2.
5) Atur variasi besar volt pada voltmeter sebanyak 5 variasi.
6) Amati dan catat hasil pada amperemeter.
7) Ulangi langkah 1) sampai 6) dengan 3 lampu yang berbeda.

IV. DATA, GRAFIK dan ANALISA


a. Data
PERCOBAAN I
1. Lampu 1 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.044 -3.120 + 0.002 454.6 + 2.52 6.120 + 0.002
2 40 0.052 -2.960 + 0.001 769.2 + 1.96 6.650 + 0.001
3 60 0.060 -2.810 + 0.001 1000.0 + 1.72 6.910 + 0.002
4 80 0.068 -2.690 + 0.001 1176.5 + 1.34 7.070 + 0.008
5 100 0.076 -2.580 + 0.001 1315.8 + 1,62 7.180 + 0.006

2. Lampu 2 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.072 -2.630 + 0.002 277.8 + 5.06 5.630 + 0.002
2 40 0.100 -2.300 + 0.001 400.0 + 3.16 5.990 + 0.001
3 60 0.120 -2.120 + 0.001 500.0 + 1.68 6.210 + 0.002
4 80 0.140 -1.970 + 0.001 571.4 + 1.23 6.350 + 0.008
5 100 0.160 -1.830 + 0.001 625.0 + 1.01 6.440 + 0.006

3. Lampu 3 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.120 -2.120 + 0.002 277.8 + 2.09 5.120 + 0.006
2 40 0.160 -1.830 + 0.001 400.0 + 1.81 5.520 + 0.004
3 60 0.200 -1.610 + 0.001 500.0 + 1.75 5.700 + 0.003
4 80 0.240 -1.430 + 0.001 571.4 + 1.70 5.810 + 0.002
5 100 0.280 -1.270 + 0.001 625.0 + 1.68 5.880 + 0.002

PERCOBAAN II
1. Lampu 1 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.042 -3.170 + 0.002 476.2 + 2.52 6.160 + 0.002
2 40 0.052 -2.960 + 0.001 769.2 + 1.96 6.650 + 0.001
3 60 0.060 -2.810 + 0.001 1000.0 + 1.72 6.910 + 0.002
4 80 0.064 -2.750 + 0.001 1250.0 + 1.74 7.130 + 0.008
5 100 0.072 -2.630 + 0.001 1388.9 + 1,42 7.240 + 0.006

2. Lampu 2 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.072 -2.630 + 0.002 277.8 + 5.06 5.630 + 0.002
2 40 0.100 -2.300 + 0.001 400.0 + 3.16 5.990 + 0.001
3 60 0.120 -2.120 + 0.001 500.0 + 1.68 6.210 + 0.002
4 80 0.140 -1.970 + 0.001 571.4 + 1.23 6.350 + 0.008
5 100 0.160 -1.830 + 0.001 625.0 + 1.01 6.440 + 0.006

3. Lampu 3 :
No V (V) I (A) Ln I + ∆Ln I R + ∆R (Ω) Ln R + ∆Ln R
1 20 0.120 -2.120 + 0.002 277.8 + 2.09 5.120 + 0.006
2 40 0.160 -1.830 + 0.001 400.0 + 1.81 5.520 + 0.004
3 60 0.200 -1.610 + 0.001 500.0 + 1.75 5.700 + 0.003
4 80 0.240 -1.430 + 0.001 571.4 + 1.70 5.810 + 0.002
5 100 0.280 -1.270 + 0.001 625.0 + 1.68 5.880 + 0.002

b. Grafik
c. Analisa Data
PERCOBAAN I
1. Lampu 1
∆y
m1 =
∆x
( −2.60 ) − ( −2.94 )
m1 =
7.18 − 6.65
0.34
m1 =
0.53
m 1 = 0.64

∆y
m2 =
∆x
( −2.56 ) −( −2.98 )
m2 =
7.18 −6.65
0.42
m2 =
0.53
m2 = 0.79

m1 + m 2
m=
2
0.79 + 0.64
m=
2
m = 0.72

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι0.72 - 0.79 Ι + Ι0.72 - 0.64 Ι
m=
2
m = 0.005

m + ∆m = 0.720 + 0.005

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 0.720)+1] ∙ 1.2 = 2.93


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.005 =0.01

N + ∆N = 2.93 + 0.01
2. Lampu 2
∆y
m1 =
∆x
( −1.95 ) − (−1.85 )
m1 =
6.35 − 6.44
− 0.10
m1 =
− 0.09
m 1 =1.11

∆y
m2 =
∆x
( −1.99 ) − ( −1.81)
m2 =
6.35 − 6.44
− 0.08
m2 =
− 0.09
m2 = 0.89

m1 + m 2
m=
2
1.11 + 0.89
m=
2
m =1

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι1 - 1.11 Ι + Ι1 - 0.89 Ι
m=
2
m =0

m + ∆m = 1.000 + 0.000

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 1)+1] ∙ 1.2 = 3.6


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.000 =0.0

N + ∆N = 3.6 + 0.0

3. Lampu 3
∆y
m1 =
∆x
( −1.81) −( −1.45 )
m1 =
5.52 −5.81
−0.36
m1 =
−0.29
m 1 =1.24

∆y
m2 =
∆x
(−1.85 ) − ( −1.41)
m2 =
5.52 −5.81
−0.44
m2 =
−0.29
m 2 =1.51

m1 + m 2
m=
2
1.24 +1.51
m=
2
m = 1.38

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι1.38 −1.24 Ι + Ι1.38 - 1.51 Ι
m=
2
m = 0.005

m + ∆m = 1.380 + 0.005

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 1.38)+1] ∙ 1.2 = 4.50


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.005 =0.01

N + ∆N = 4.50 + 0.01

PERCOBAAN II
1. Lampu 1
∆y
m1 =
∆x
( −2.62 ) − ( −2.98 )
m1 =
7.24 − 6.65
0.36
m1 =
0.59
m 1 = 0.61

∆y
m2 =
∆x
(−2.65 ) − (−2.94 )
m2 =
7.24 − 6.65
0.29
m2 =
0.59
m 2 = 0.49

m1 + m 2
m=
2
0.61 + 0.49
m=
2
m = 0.55

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι0.55 - 0.61 Ι + Ι0.55 - 0.49 Ι
m=
2
m = 0.00

m + ∆m = 0.55 + 0.00

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 0.55)+1] ∙ 1.2 = 2.52


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.00 =0.00

N + ∆N = 2.52 + 0.00

2. Lampu 2
∆y
m1 =
∆x
( −1.95 ) − (−1.85 )
m1 =
6.35 − 6.44
− 0.10
m1 =
− 0.09
m 1 =1.11

∆y
m2 =
∆x
( −1.99 ) − ( −1.81)
m2 =
6.35 − 6.44
− 0.08
m2 =
− 0.09
m2 = 0.89

m1 + m 2
m=
2
1.11 + 0.89
m=
2
m =1

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι1 - 1.11 Ι + Ι1 - 0.89 Ι
m=
2
m =0

m + ∆m = 1.000 + 0.000

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 1)+1] ∙ 1.2 = 3.6


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.000 =0.0

N + ∆N = 3.6 + 0.0

3. Lampu 3
∆y
m1 =
∆x
( −1.81) −( −1.45 )
m1 =
5.52 −5.81
−0.36
m1 =
−0.29
m 1 =1.24

∆y
m2 =
∆x
(−1.85 ) − ( −1.41)
m2 =
5.52 −5.81
−0.44
m2 =
−0.29
m 2 =1.51

m1 + m 2
m=
2
1.24 +1.51
m=
2
m = 1.38

Ιm - m 1 Ι + Ιm - m 2 Ι
m=
2
Ι1.38 −1.24 Ι + Ι1.38 - 1.51 Ι
m=
2
m = 0.005

m + ∆m = 1.380 + 0.005

N = (2m+1)β = [(2 ∙ 1.38)+1] ∙ 1.2 = 4.50


∆N = 2β ∙ ∆m = 2 ∙ 1.2 ∙ 0.005 =0.01

N + ∆N = 4.50 + 0.01

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan dua kali percobaan. Prinsi kedua
percobaan ini adalah sama , yang membedakan adalah rangkaiannya. Pada
percobaan pertama, lampu dan amperemeter disusun seri lalu diparalel dengan
voltmeter. Namun pada rangkaian kedua, voltmeter pada rangkaian pertama
tidak dipakai dan harus dilepas. Dengan memvariasikan tegangan (V),
praktikan mendapat data hambatan (R).
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisa adalah :
PERCOBAAN I
4. Lampu 1 : N + ∆N = 2.52 + 0.00
5. Lampu 2 : N + ∆N = 3.6 + 0.0
6. Lampu 3 : N + ∆N = 4.50 + 0.01
PERCOBAAN II
4. Lampu 1 : N + ∆N = 2.93 + 0.01
5. Lampu 2 : N + ∆N = 3.6 + 0.0
6. Lampu 3 : N + ∆N = 4.50 + 0.01

Berdasarkan persamaan Ps = αo T dan Ps = α1T N maka dapat


4

disimpulkan bahwa N~4. Tetapi dari hasil diatas perbedaannya masih agak
jauh dikarenakan kesalahan praktikan dan kurang teliti dalam melakukan
perhitungan. Pada grafik/data dapat kita lihat bahwa perubahan V ~ perubahan
R.
Kelebihan metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah dapat
menunjukkan hubungan empiris terhadap dua besaran. Juga metode ini
tergolong sederhana dan tidak rumit. Namun kekurangannya adalah dituntut
ketelitian pada saat membuat grafik sehingga kesalahan yang terjadi dapat
diminimalisir.

VI. KESIMPULAN
- P = α0 ∙ T4 terbukti
1 1
- I~ ; V ~ ; V ~R
R 1
PERCOBAAN I
7. Lampu 1 : N + ∆N = 2.52 + 0.00
8. Lampu 2 : N + ∆N = 3.6 + 0.0
9. Lampu 3 : N + ∆N = 4.50 + 0.01
PERCOBAAN II
7. Lampu 1 : N + ∆N = 2.93 + 0.01
8. Lampu 2 : N + ∆N = 3.6 + 0.0
9. Lampu 3 : N + ∆N = 4.50 + 0.01

VII. REFERENSI
Staff Laboratorium Fisika Dasar. 2009. Panduan Praktikum Fisika Dasar
Semester 1. Yogyakarta: Laboratorium Fisika Dasar.

Yogyakarta, 9 Mei 2010


Asisten, Praktikan,

Friska Yuaningsih Aprilia Nurmawati

You might also like