Professional Documents
Culture Documents
2. Keasaman lambung
Hipoasiditas kerana antasida, antagonis H2
memudahkan terjadi penyakit
GEJALA KLINIK
TANDA KLINIK
LABORATORIUM
MI: 10 – 20 (3 – 56 hari)
Paratifoid 1 – 10 hari
Minggu ke1 : tidak spesifik
Demam terutama sore hari
Naik bertahap seperti anak tangga
(stepladder)
Sakit kepala,Nyeri otot, malaise
Konstipasi, diare
Batuk non produktif
Pada anak bisa terjadi kejang demam
dengan suhu tubuh sangat tinggi
Minggu kedua :
Splenomegali
Kultur
darah atau sumsum tulang
terdapat pertumbuhan Salmonella
LED Meningkat
Karier kronik
Tdp Salmonella pd urin / tinja selama 1 th stlh fase akut
O
Vi
H
Pemeriksaan serologis :
Widal:antibody O: hari 6-8, antibody H
hari 8-10
MAHAL
AMAT……
Malaria
Sepsis ok bakteri lain
Leptospirosis
Dengue
Hepatitis akut
Tirah baring selama beberapa hari sampai
demam mereda.
Banyak bergerak
Kuman terlepas dari tempat
perkembangannya
di usus masuk ke dalam darah
Suhu badan akan naik
Risiko PERFORASI usus
(pada minggu ke 3 – 4)
Terapi Nutrisi
Lunak rendah serat
Dianjurkan Tidak dianjurkan
KH : beras di bubur / di KH : beras ketan, beras
tim, roti bakar tumbuk merah
Protein hewani : daging Protein hewani : daging
empuk berserat kasar
Protein nabati : tahu, Protein nabati : kacang
tempe di tim; pindakas merah, kacang kering
Sayuran : kacang
Sayuran : daun singkong,
panjang, buncis muda
daun pepaya, daun/buah
direbus
melinjo, sayuran mentah
Terapi Nutrisi
Lunak rendah serat
Dianjurkan Tidak dianjurkan
Buah-buahan : sari Buah-buahan : dimakan
buah, buah segar dg kulit, dg kulit ari,
matang tanpa kulit produksi gas
Lemak : margarin, Lemak : minyak utk
mentega, minyak menggoreng, lemak
terbatas hewani, kelapa dan
Minuman : teh encer, santan
sirup Minuman : kopi, teh
Bumbu : garam, vetsin, kental, soda, alkohol
gula cuka terbatas Bumbu : cabe, merica
Obat oral lini pertama Obat oral lini kedua
Kepekaa
Dosis
n Dosis
harian
Antibiotik harian Hari Antibiotik Hari
(mg/kg
(mg/kg)
)
Fluorokuinolo
50 – 75
n Kloramfenikol
75 – 14 – 21
Sangat (mis: Amoksisilin
15 5-7 100 14
peka ofloksasin, Trimetoprim-
8 14
siprofloksasi Sulfametoksazol
40
n)
Resisten Azitromisin
Fluorokuinolo
Obat 15 5 – 7 Sefalosporin gen 8 – 10 7
n,
Ganda 15 - 20 7 - 14 3 15 - 20 7 – 14
Cefixime
(MDR) (mis: sefiksim)
7
Azitromisin 8 – 10 Sefalosporin gen
Resisten
atau 3 20 7 – 14
kuinolon 10 –
Ceftriaxone 75 (mis: sefiksim)
14
TREATMENT OF SEVERE TYPHOID
FEVER (WHO, 2003)
Obat Parenteral lini pertama Obat Perenteral lini kedua
Kepekaan Dosis Dosis
Antibiotik harian Hari Antibiotik harian Hari
(mg/kg) (mg/kg)
14 –
Fluorokuinolo Kloramfenikol
100 21
n Ampisilin
Sangat 100 10 –
(mis: 15 10 - 14 Trimetoprim
peka 8 14
ofloksasin, Sulfametoksa
40 10 –
siprofloksasin) zol
14
Resisten 10 –
Seftriakson
Obat Fluorokuinolo 60 14
15 10 - 14 atau
Ganda n 80 10 –
sefotaksim
(MDR) 14
Seftriakson
Resisten 60 Fluorokuinolo 10 –
atau 10 - 14 20
kuinolon 80 n 14
sefotaksim
Sefalosporin generasi ke 3 (14 hari)
Cefotaksim 1gr/8jam/iv
(Anak : 200 mg/h, dosis terbagi)
Ceftriakson 1 gr / 12jam/iv
Kloramfenikol:
Dosis : 500 mg/4jam s/d demam hilang
dilanjutkan 500 mg / 6 jam
Efek toksik : anemia aplastik
Kotrimoksazol : 2 x 960 mg
Azitromisin
Kortikosteroid
Indikasi : Tifoid berat (gangguan
kesadaran, syok)
Dosis : Inisial 3mg/kgBB
Lanjutan : 1 mg/kgBB/6jam sd 3 hari
Karier kronik
1-5
% penderita demam tifoid akan
menjadi karier
Jantung :
Miokarditis dengan tanda2:
Takikardia, nadi dan suara jantung lemah,
hipotensi.
Paru:
Bronkitis
Pneumonia
Konsolidasi
Siatem syaraf:
Konfusi, disorientasi,gelisah,delirium
Twitching/kejang pd wajah, psikosa,
katatonia, meningitis, ensefalitis,
mielitis, neuropati.
Hematologis :
Hemolisis karena defisiensi G6PD
Koagulasi Intravskular Disseminata (KID)
Ginjal :
Glomerulitis
Sindroma nefrotik
Otot :
Zenker’s degeneration (degenerasi hialin
serat otot)
Polimiositis
Peningkatan Higiene Dan Sanitasi
perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat
menurunkan insidensi demam tifoid.
(Penyediaan air bersih, pembuangan dan
pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa
yang masuk mulut (diminum atau dimakan)
tidak tercemar Salmonella typhi.
Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu
pengawasan terhadap penjual (keliling)
minuman/makanan.
Vaksin Demam Tifoid
Vivotif (Oral)
Perlindungan: 5 tahun
Dokter Muda :
Dokter : dr. Parhusip
Tanggal Masuk : 17 Maret 2011
ANAMNESIS
Automentesis Heternomentesis
- - - -
Riwayat Imunisasi
Riwayat Alergi
Tahun Jenis
- -
- - -
Hobi : Tidak ada yang khusus
Merokok : (-)
Gizi → BB : 50 kg TB : 160 cm
IMT = 19,53 kesan : Normoweight
Kesadaran Compos Mentis Deskripsi : Komunikasi baik,
rasa awas terhadap
lingkungan baik
Nadi 88 x/I
Reguler, t/v : cukup
HR 88 x/I
Tekanan Darah Berbaring : Duduk :
Lengan kanan : 100/60 Lengan kanan : 100/70
mmHg mmHg
Lengan kiri : 100/60 Lengan kiri : 100/70 mmHg
mmHg
MATA : Conjunctiva
palpebra inferior pucat
(-)/(-),
sclera ikterik (-)/(-),RC
(+)/(+), Pupil isokor,
ki=ka,
ø 3mm
Depan Belakang
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris, normal
Palpasi : soepel, Hepar, Lien, dan Ren : tidak
teraba , nyeri tekan (+), undulasi (-)
Perkusi : Timpani, pekak hati (+), pekak
beralih (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) N, double sound (-)
PINGGANG
Ballotement (-), tapping pain (-/-)
EKSTREMITAS
Superior : oedem (-)/(-)
Inferior : oedem (-)/(-)
NEUROLOGI :
Refleks Fisiologis (+) Normal
Refleks Patologis (-)
BICARA
Komunikasi baik
PEMERIKSAAN LAB IGD (11/01/2011)
Febris, ± 5 hari yang lalu. Febris bersifat intermiten, menggigil (-), Febris turun
dengan antipiretik. Sefalgia (+), dialami sejak ± 5 hari yang lalu,
Nyeri perut (+) , nausea (+), muntah (-), Penurunan nafsu makan (+),
athralgia (+)
Dyspnea (+)
Melena (+)
Masalah
Tanggal
No. MASALAH
Ditemukan Selesai/Tan Terkontrol/ Tetap
ggal Tanggal
1. - 23/3/2011
Prognosis :
- Ad Vitam : dubia ad bonam
- Ad Functionam : dubia ad bonam
- Ad Sanactionam : dubia ad bonam
Tanda tangan
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi ditandai adanya demam 7
hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan dan
gangguan pada sistem saraf pusat. Penyakit demam tifoid
terus menjadi masalah yang disebabkan beberapa faktor
yaitu. adanya strain Salmonella typhi yang resisten
terhadap antibiotik, masalah pada identifikasi dan
penatalaksanaan carrier, keterlambatan membuat
diagnosis yang pasti, pathogenesis dan faktor virulensi
yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum
tersedianya vaksin yang efektif, aman dan murah