You are on page 1of 30

Gelombang

Gelombang merupakan perambatan dari getaran

A. Dibedakan berdasarkan:
Gelombang mekanik (gel. yg memerlukan
medium perambatan)
1. Medium perambatan
Gelomabang Elektromagnetik (gel yg tidak
memerlukan medium perantara)

Gelombang longitudinal (arah getarnya


sejajar dengan arah rambatnya)
2. Arah perambatan
Gelombang tranversal (arah getarnya tegak
lurus arah rambatnya

B. Persamaan Gelombang Berjalan

Ket: ! ingat:

v = kecepatan rambat v  . f   n.
v atau v   . f  = panjang gelombang 2
T   T.v k
T = periode 
f = frekuensi
Ket:
y = simpangan
y  A. sin ..t A = amplitudo
2
 = kecepatan sudut (   2f atau   )
T
t = waktu

y p  A. sin ..t p

menjauhi x  mendekati

= A. sin .  t   atau
 v
 x
A. sin .  t  
 v
 2x 
= A. sin . .t  
 Tv 
 2x 
= A. sin . .t  
  
= A. sin . .t  kx 
y p  A. sin . .t  kx 
C. Gelombang Stasioner

Terjadi akibat perpaduan (interferensi) antara gelombang datang dan gelombang

pantul

1. Gelombang stasioner ujung tetap

y  y1  y 2
= A. sin . t  kx   A. sin . t  kx 
= 2 A. sin .kx. cos .t

A '  2 A. sin .kx

y1  A. sin . t  kx  gel.datang

y 2  A. sin . t  kx    gel.pantul

=  A. sin . t  kx 

2. Gelombang stasioner ujung bebas

y1  A. sin . t  kx  gel.datang

y 2  A. sin . t  kx  gel.pantul

y  y1  y 2
= A. sin . t  kx   A. sin . t  kx 
= 2 A. sin .t. cos .kx

A '  2 A. sin .t


Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner

a. Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner ujung tetap


Letak simpul x n 1  2n  ; n  0,1,2,...
4


Letak perut x n 1   2n  1 ; n  0,1,2,...
4

b. Letak simpul dan perut pada gelombang stasioner ujung bebas


Letak simpul x n 1   2n  1 ; n  0,1,2,...
4

Letak perut 
x n 1  2n  ; n  0,1,2,...
4

D. Sifat – Sifat Gelombang

1. Dispersi gelombang

Bentuk pulsa berubah ketika pulsa merambat sepanjang tali. Pulsa tersebar

disebut juga dengan dispersi. Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk

gelombang ketika gelombang merambat melalui suatu medium. Kebanyakan

bentuk medium nyata yang kita temui adalah gelombang nondispersi yaitu

gelombang yang pulsanya berbentuk tetap.

2. Difraksi gelombang

Dalam suatu medium yang sama gelombang akan merambat lurus. Gelombang

lurus akan merambat ke seluruh medium dalam gelombang lurus juga. Namun

hal tersebut tidak berlaaku pada medium yang ada penghalang berupa celah.
Untuk ukuran celah yang tepat gelombang yang datang dapat melentur setelah

melaluin celah tersebut. Lenturan gelombang akibat dari celah penghalang

disebut Difraksi gelombang. Jika penghalang yang diberikan lebar hanya muka

gelombang pada tepi celah saja yang melengkung. Untuk penghalang yang

sempit maka difraksi terlihat jelas, yaitu gelombang lurus setelah melalui celah

berbentuk lingkaran – lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya.

3. Interferensi gelombang

Gelombang – gelombang yang berpadu akan mempengaruhi medium. Pengaruh

dari gelombang – gelombang yang berpadu tersebut disebut Interferensi

gelombang. Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan bahwa

interferensi konstruksi (saling menguatkan) terjadi bila kedua gelombang yang

berpadu memiliki fase yang sama. Amplitudo gelombang paduan sama dengan 2

kali amplitudo masing – masing gelombang. Sedangkan Interferansi destruktif

(saling meniadakan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan

fase. Amplitudo gelombang paduan sama dengan nol.

4. Polarisasi gelombang

Polarisasi dapat menghambat laju gelombang. Efeknya hanya dialami gelombang

transversal. Gelombang trasveral memiliki arah rambat yang tegak lurus dengan

bidang rambatnya. Jika gelombang transversal memiliki arah rambat pada suatu

garis lurus gelombang ini terpolarisasi linier.

5. Efek dopler

Efek dopler untuk semua gelombang muncul ketika ada gerak relatif antra

sumber gelombang dengan pengamat. Ketika gelombang dan pengamat

bergerak relatif saling mendekati, pengamat akan mendapatkan frekuensi yang

lebih tinggi daripada frekuensi yang dipancarkan. Sedangkan ketika gelombang

dan pengamat saling menjauhi, pengamat akan mendapatkan frekuensi yang

lebih rendah dari yang dipancarkan.


Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah rambatan perubahan medan listrik dan medan

magnet.

 Ciri Gelombang Elektromagnetik :

 Vektor perubahan medan listrik tegak lurus dengan vektor perubahan

medan magnet

 Menunjukkan gejala: difraksi, polarisasi, pemantulan

 Diserap dengan konduktor dan diteruskan oleh isolator

 Teori – Teori:

 Coulomb : ”Muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat”

 Oersted : ”Di sekitar arus listrik terdapat medan magnet”

 Faraday : ”Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan listrik”

 Lorentz : ”Kawad berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya”

 Biot Savart :”Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan magnet”

 Huygens: ”Cahaya sebagai gerak gelombang”

 Maxwell : ”Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet” , ”Cahaya

adalah gelombang elektromagnetik”

Dalam hipotesisnya Maxwell mengemukakan bahwa gelombang elektromagnetik akan

memenuhi keempat persamaan yang telah diajukan.

Ket:

1 c = cepat rambat elektromagnetik


c
 0 0  0 = permeabilitas ruang hampa ( 4  10 7 WbA-1m-1)
 0 = permitivitas ruang hampa ( 8,85418  10 12 C2 N-
1
m-2)

Oleh karena itu besar c yaitu 2,99792  10 8 m/s


1. Dispersi Cahaya

Peristiwa peruraian cahaya disebut dispersi cahaya. Jika sinar polikromatik melewati

suatu prisma maka cahaya akan terurai menjadi sinar monokromatik. Dispersi terjadi

karena adanya perbedaan panjang gelombang sehingga kecepatan tiap gelombang

pun berbeda – beda.

Ket:

 w   n w  1 
 w = deviasi warna
n w = indeks bias warna
 = sudut pembias prisma

Dari sudut deviasi warna spektrum dapat menghitung sudut dispersinya

  du  d m Ket:
=  nu  1    nm  1 
nu = indeks bias untuk warna ungu
n m = indeks bias warna merah
d u = sudut deviasi warna ungu
d m = sudut deviasi warna merah
   nu  n m    = sudut dispersi

Perbandingan antara sudut dispersi dan sudut deviasi rata – rata disebut dengan

daya dispersi W  atau dispersi relatif

 nu  n m 
W
 nr  1

2. Interferensi Cahaya

Interferensi terjadi jika dua atau lebih gelombang koheren yang memiliki beda fase

tetapa dipadukan. Interferensi distruktif (saling melemahkan) akan terjadi jika kedua
gelombang itu berbeda fase 180 o. Sedangkan interferensi konstruktif (memperkuat)

jika kedua gelombang itu sefase.

 Interferensi celah ganda Young

1
d sin    2n  1  atau d sin    n  1 
2

 Lapisan Tipis

1  1
S  2t  m '  ' Atau S  2t   m   ' ; m  0,1,2,3,...
2  2

Radiasi Kalor:

Konduksi: partikelnya bergetar zat padat

Konveksi: molekul berpindah zat cair dan gas

Radiasi: tanpa zat perantara

Spektrum gelombang elektromagnetik :

1. Gel. Radio
Ket:
2. Gel. Radar
W e = emitivitas
I   eT 4
3. Gel. Inframerah A  = konstanta
4. Cahaya Tampak bolztman

5. Sinar Ultra Ungu

6. Sinar X

7. Sinar Gama
Optik Fisis

Sinar yg dpt diuraikan Polikromatik

Sinar yang tdk dapat


Cahaya diuraikan Monokromatik

Dalam ruang hampa Cepat rambat sama besar

Frekuensi masing warna


berbeda

Pj. Gel tiap warna berbeda

Dispersi (Peruraian Warna):

1. Merah

2. Jingga
3. Kuning
4. Hijau
5. Biru
6. Nila
7. Ungu

Benda bening = r  / rm  ru /

Plan paralel = t  / t m  t u /

Prisma =    u   m

Lensa = s '  / s ' m  s ' u /

f  / f m  f u /

Menjadikan Dispersi: Prisma Akromatik


 n' u  n' m   '   nu  n m  
Lensa Akromatik
1 1

f gab.merah f gab.ungu

Cincin Newton

1 1
rk 2  R  2k  1  (max), rk 2  R 2k   (min)
2 2

Cermin Fressnell

p.d 1 p.d 1
  2k   (max) ,   2k  1  (min)
 2  2

Selaput Tipis

1 1
2n' d . cos r   2k  1  (max), 2n' d . cos r   2k  
2 2
(min)
Medan Magnet


1. r 
o


2. B
A

B
3. H 

4. B  H   .r.o.H
5. Benda magnetik = nilai permeabel kurang dari satu, ex:
bismut, tembaga Benda
paramagnetik = nilai permeabel relatif lebih besar dari satu, ex:
alumunium,
platina, oksigen

Benda feromagnetik = nilai permeabel relatif sampai beberapa ribu

6. Rumus Biot Savart

0 I
dB  .
4  .a
0 Weber
k  10 7
4 A.m
7. Induksi Magnetik

o I
B .
2  .a
B B I
H   
  o.  r 2 .a

8. Induksi mahnetik di sekitar arus lurus

 0 a.I .N  0 a 2 .I .N
B . 2 . sin  1 atau B  
2 r 2 r3
9. Induksi Magnetik di pusat lingkaran
 0 I .N
B .
2 a
10. Solenoide

Induksi magnetik di tengah – tengah solenoide

B   0 .n.I

Bila p tepat di ujung solenoide

0
B .n.I
2
11. Toroida

B   .n.I

N
n
2 .R
12. Gaya Lorentz

F  B.I .. sin 


F  B.q.v sin 

0 I p I q
F .
2  .a
13. Gerak partikel bermuatan dalam medan listrik

q.E
a
m
W  F .d  q.E.d

E k  q.E.d

1 2 1 2
mv 2  mv1  q.E.d
2 2
14. Lintasan partikel jika v tegak lurus E
 1 2 1 q.E 2
t d  at  . .
v 2 2 m vx 2

Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik

2 2
v vx  vy
q.E 
v y  a.t  .
m vx

Arah kecepatan dengan bidang horisontal 


vy
tg 
vx

15. Gerak partikel bermuatan dalam medan magnet

Lintasan partikel bermuara dalam medan magnet berupa lingkaran

m.v
Jari – jari: R
B.q

16. Momen Kopel yang timbul pada kawat persegi dalam benda magnet

  B.i. A.N . sin 

r =permeable relative a = jari – jari lingkaran


 = permeabilitas zat r = jarak
B = induksi magnet I = kuat arus
 = Fluks N = banyak lilitan
H = kuat medan magnet l = panjang kawat
A = luas bidang yang ditembus F = gaya Lorentz
q = muatan listrik v = kecepatan partiikel
 = sudut antara v dengan B R = jari – jari lintasan partikel
Imbas Elektromagnetik

GGL imbas:

d
1. Perubahan Fluks: E ind   N
dt
d
2. Perubahan Arus: E ind   L
dt
dt1 dt
3. Induksi Timbal Balik: Eind 1   M , E ind 2   M 2
dt1 dt 2

4. Kawat Memotong Garis Gaya: E ind  B.I .v sin 

5. Kumperan Berputar E ind  N .B. A. sin t

Induktansi Diri:


1. LN
i

 0 .N 2 . A
2. L

1 
3. M  N2 , M  N1 2
i1 i2

 0. . N 1 . N 2 . A
4. M  (Induktansi Ruhmkorff)

Transformator Np : Ns  Ep : Es

1. Ideal: Np : Ns  Is : Ip

2. Tidak Ideal: Ps   .Pp

Ket:
E ind =GGL Induksi B =induksi magnet
N =banyak lilitan A =luas permukaan
 =fluks magnet L =induktansi diri
I =Kuat Arus Np =banyak lilitan kumparan primer
Ns =banyak lilitan kumparan sekunder  =panjang solenoida
Pp =Daya Kumparan Primer Ps =Daya Kumparan Sekunder
Ep =tegangan kumparan primer Es =tegangan kumparan sekunder
 =kecepatan sudut M =induktansi Kirchoff
DUALISME GELOMBANG PARTIKEL

 Gejala Foto Listrik

Emisi (pancaran) elektron dari logam sebagai akibat penyinaran gelombang


elektromagnetik (cahaya) pada logam tersebut.

Hasil-hasil percobaan menunjukkan bahwa :

a. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang


diemisikan.

b. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada


frekwensi cahaya, makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan
elektron yang diemisikan.

c. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari
logam tertentu sama.

Peristiwa-peristiwa di atas tidak dapat diungkap dengan teori cahaya Huygens.

Besar paket energi tiap foton dirumuskan Planck sebagai berikut :

E  h. f

E = Energi tiap foton dalam Joule.

f = Frekuensi cahaya.

h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det

Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat
banyak. Tiap-tiap foton hanya melepaskan satu elektron. Semakin besar intensitas
cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.

Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = a, maka foton itu hanya mampu
melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran dengan
cahaya yang

frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.


 Sifat Kembar Cahaya

Gejala-gejala interferensi dan difraksi memperlihatkan sifat gelombang yang dimiliki


cahaya, dilain pihak cahaya memperlihatkan sifat sebagai paket-paket energi (foton).

Timbul suatu gagasan apakah foton itu dapat diartikan sebagai partikel-partikel.
Untuk menjawab pertanyaan ini A.H. Compton mempelajari tumbukan-tumbukan antara
foton dengan elektron. Kesimpulan yang diperolehnya menunjukkan bahwa foton dapat
berlaku sebagai partikel dengan momentum. Tidak ada keraguan lagi bahwa cahaya
memiliki sifat kembar, sebagai gelombang dan sebagai partikel.

 Hipotesa de Broglie

Jika cahaya yang memiliki sifat gelombang, memiliki sifat partikel, maka wajarlah
bila partikel-partikel seperti elektron memiliki sifat gelombang, demikian hipotesa yang
dikerjakan oleh de Broglie (tahun 1892).

Panjang gelombang cahaya dengan frekwensi dan kecepatannya mempunyai


hubungan sebagai berikut :

Menurut Compton h. f h
Pfoton  Pfoton 
c 

h
l
p

Hubungan ini berlaku pula bagi partikel. Menurut de Broglie, jika ada partikel
yang momentumnya p, maka partikel itu dapat bersifat sebagai gelombang dengan
panjang gelombang

l = Panjang gelombang partikel.

p = Momentum partikel.

Panjang gelombang elektron (partikel) yang bergerak mengikuti rumusan de Broglie,


yaitu:

h h
 
m.v 2.e.m.Vo

Jadi panjang gelombang elektron di dalam mikroskop elektron berbanding terbalik


dengan akar tegangan  Vo  yang dipakai.
Radiasi Benda Hitam

 Hipotesis Planck
Berdasarkan percobaan terhadap energi radiasi benda hitam, Max Planck membuat
hipotesis:

"Radiasi hanya dipancarkan (atau diserap) dalam bentuk satuan-satuan/kuantum energi


disebut foton yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensi radiasi".

Energi total foton (masa foton = 0):


n.h.c
E  n.h. f
l
E = energi radiasi (joule)
h = konstanta Planck = 6.62 x 10-34 J.det
f = frekuensi radiasi (Hz)
l = panjang gelombang radiasi (m)
n = jumlah foton, jadi energi cahaya adalah terkuantisasi

Jadi dapat disimpulkan dari hipotesis Planck, bahwa cahaya adalah partikel
sedangkan Maxwell menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang, disebut dualisme
cahaya.

 Efek Foto Listrik


Peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat (logam), bila permukaan logam
tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi lebih besar dari energi ambang
(fungsi kerja) logam.
Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya
(foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.
Energi kinetik foto elektron yang terlepas:

Ek = h f - h fo
Ek maks = e Vo

hf = energi foton yang menyinari logam


h fo = Fo frekuensi ambang = fungsi kerja
  = energi minimum untuk melepas elektron
E = muatan electron = 1.6 x 10-19 C
Vo = potensial penghenti
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan
energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga
proses Bremmsstrahlung).
Fisika Atom
 Teori – teori atom

1. Dalton:

a. Atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat

b. Atom – atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel yang lebih kecil

c. Atom suatu unsur tidak dapat tidak dapat diubah menjadi unsur lainnya

d. Atom – atom suatu unsur identik, artinya mempunyai bentuk, ukuran, dan massa

yang sama

e. Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat yang lain

f. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur yang lain dapat membentuk suatu

senyawa

g. Pada suatu reaksi atom – atom bergabung menurut perbandingan tertentu

h. Bila dua atom membentuk dua macam senyawa atau lebih, maka perbandingan

atom – atom yang sama dalam kedua senyawa itu sederhana

Kelemahan: 1. atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan

dengan eksperimen

2. dalton tidak membedakan pengertian atom

dengan molekul

3. atom merupakan bola kecil yang keras dan

padat bertentangan dengan eksperimen JJ.

Thomson dan Faraday

JJ. Thomson:

a. Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan positif yang terbagi merata

ke seluruh isi atom


b. muatan atom positif ini dinetralkan dengan elektron – elektron yang tersebar di

antara muatan positif dengan jumlah yang sama

Kelemahan: bertentangan dengan eksperimen Rutherford dengan hamburan

sinar alfa ternyata muatan positif tidak merata namun terkumpul menjadi satu yang

disebut dengan inti atom.

3. Rutherford:

a. atom terdiri dari muatan positif, dan sebagian besar massa atom terkumpul di

tengah – tengah atom disebut dengan inti atom

b. di sekeliling inti atom terdapat elektron yang mengitari inti pada jarak yang relatif

jauh

c. muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang mengelilingi inti, sehingga

atom bersifat netral

Tahun 1885 Johan Jakob Balmer menemukan rumus yang dapat menjelaskan

spektrum hidrogen secara empiris. Rumus tersebut dapat menjelaskan panjang

gelombang yang dipancarkan hidrogen

1  1 1 
 R 2  2 , n  3,4,5....
 2 n 

Kelemahan: 1. model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom

2. model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum atom atom

hidrogen adalah spektrum garis tertentu

4. Bohr:

a.Elektron berputar mengelilingi inti pada lintasan tertentu dalam keadaan

stasioner
Ket:
m = massa electron
v = kecept ketika mengorbit
h r = jari-jari orbit
m.v.r  n h = konstanta Plank
2
n = 1,2,3,4...(bil kuantum utama)
b. Elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain
Ket:
hf  E i  E f E i = energi electron pada kulit atom mula –
mula
E f = energi elektron pada kulit atom terakhir

Jika Ei lebih besar dari E f, atom akan memancarkan foton. Sedangkan jika E f lebih

besar dari Ei, atom akan menyerap foton.

Keunggulan: Teori ini dapat menerengkan banyak aspek dari gejala atomik,

seperti garis spektrum emisi dan absorpsi dari atom hidrogen

Kekurangan:

1. terpecahnya garis spektrum jika suatu atom berada dalam medan magnetik

atau sering disebut dengan efek Zeeman

2. adanya spektrum garis yang dipancarkan oleh atom berelektron banyak

3. cara menggambarkan elektron – elektron yang bergerak mengitari inti dalam

orbit yang berbentuk lingkaran

5. Mekanikan Kuantum

Dikembangkan oleh Louis de Broglie, Wolfgang Pauli, Erwin Schordinger, Werner

Heisenberg. Dalam teori ini untuk dapat menentukan kedudukan elektron dalam

suatu atom digunakan empat bilangan atom yaitu: bilangan kuantum utama (n),

bilangan kuantum orbital atau azimuth (l), bilangan kuantum magnetik (ml),

bilangan kuantum spin (ms).

 Bilangan kuantum utama  n 

Menyatakan besar energi total elektron atau tingkat energi utama dalam kulit atom

dan menyetakan besarnya jari – jari rata – rata atom

Besar energi total elektron:


13,6
En  eV
n2
 Bilangan kuantum orbital  l 

Menyatakan besar momentum angular (sudut) orbital elektron

Besar momentum sudut:


h
Ll  l  1
2

 Bilangan kuantum magnetik  ml 

Menyatakan arah momentum anguler elektron

h
L z  ml
2

 Bilangan kuantum spin  m s 

Menyatakan arah perputaran elektron terhadap sumbunya. Nilai bilangan kuantum

1 1
spin ada dua yaitu m s =  untuk perputaran ke kanan dan m s =  untuk
2 2

1
perputaran ke kiri. Untuk bilangan kuantum spin dengan m s =  maka
2

1
dilambangkan dengan tamda panah ke atas. Sedangkan untuk m s = 
2
dilambangkan dengan tanda panah ke bawah.

 Spektrum Emisi dan Absorpsi

Merupakan bukti adanya tingkat – tingkat energi dalam atom

a. Spektrum Emisi

Dihasilkan oleh pemancar gelombang yang memancarkan gelombang elektro magnetik.

Spektrum emisi ada tiga macam yaitu:

 Spektrum garis

Dihasilakn oleh gas bertekanan rendah yang dipanaskan. Terdiri dari garis – garis

cahaya monokromatik dengan panjang tertentu. Panjang gelombang cahaya yang


terdapat di spektrum merupakan karakteristik dari unsur tersebut. Adanya pemanasan

atom gas akan menyerap energi sehingga berada pada keadaan tereksilasi. Dlam

keadaan tersebut atom tiidak stabil dan akan berusaha ke keadaan dasar dengan

memancarkan foton berupa gelombang elektromagnetik.

 Spektrum Pita

Dihasilkan oleh gas dalam keadaan molekuler. Spektrum yang dihasilkan berupa

kelompok – kelompok garis yang sangat rapat sehingga membentuk pita - pita

 Spektrum Kontinu

Merupakan spektrum yang terdiri atas cahaya dengan semua panjang gelombang,

walaupun dengan intensitas yang berbeda. Dihasilkan oleh zat cair, zat padat dan gas

yang berpijar, atau gas yang bertekanan tinggi yang berpijar. Zat – zat tersebut berpijar

karena memiliki atom – atom yang berjarak relatif satu antar atom, sehingga saling

berinteraksi. Hal tersebut berakibat tingkat – tingkat energi atom bergeser untuk

memenuhi aturan Pauli.

Rumus – Rumus:

e2 1 e2
Ep   k Ek   k
r 2 r 13,6
Energi Stasioner: E  eV
n2
2
1 e2 n2  h 
Etotal   k r  
2 r me 2 k  2  Energi Pancaran;
 1 1 
E  13,6  eV  E  hf
r1 : r2 : r3 : ...  1 : 2 : 3 : ...
2 2 2
 n A nB 

1  1 1 
 R 2  2 

  nA nB 

 R = 1,097.107 m-1 (tetapan Ridberg) Ket:


e = muatan electron
 Deret Lyman, n A  1 , nb  2,3,4...
r = jari – jari lintasan electron
Deret Balmer, n A  2 , nb  3,4,5... Ep = Energi Potensial
Deret Paschen, n A  3 , nb  4,5,6... Ek = Energi Kinetic
Deret Bracket, n A  4 , nb  5,6,7... n = bilangan kuantum
Deret Pfund, n A  5 , nb  6,7,8...  = panjang gelombang
h = tetapan Planck
 max  f min  n B  1 lebihnya dari n
min  f max  n B  
Relativitas

Teori relativitas khusus dikemukakan oleh Albert Einstein setelah percobaan


Michelson dan Morley dapat membuktikan bahwa hipotesa tentang medium eter tidak
ada sama sekali.

Teori relativitas khusus didasarkan pada dua postulat, yaitu:

:
• Postulat I Hukum-hukum fisika berlaku pada suatu kerangka koordinat S,

berlaku juga bagi kerangka koordinat yang lain (S'), yang bergerak

dengan kecepatan tetap relatf terhadap S.


• Postulat II :
Nilai cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah mutlak/sama,

tidak tergantung pada gerak pengamat maupun sumber cahaya.


1

 PENJUMLAHAN KECEPATAN RELATIVITAS

 v1  v2 
v
 v1 .v 2 
1  2 
 C 

v1 = laju benda 1 terhadap bumi


v 2 = laju benda 2 terhadap benda 1
v = laju benda 2 terhadap bumi
C = kecepatan cahaya

 DILATASI WAKTU
Pengertian dilatasi waktu ialah selang waktu yang dipengaruhi oleh gerak relatif
kerangka (v).

Dto
Dt 
 1  v 
2
  
 c2 

Dto = selang waktu yang diamati pada kerangka diam (diukur dari kerangka bergerak)
Dt = selang waktu pada kerangka bergerak (diukur dari kerangka diam)
 KONTRAKSI PANJANG

2
v
L  Lo 1   
c

L = panjang benda pada kerangka bergerak


Lo = panjang benda pada kerangka diam

 MASSA RELATIVITAS

mo
m
2
v
1  
c
mo = massa diam
m = massa relativitas = massa benda dalam kerangka bergerak

 Kesetaraan Massa - Energi

Semakin cepat suatu benda bergerak maka semakin besar energi total (E) yang
dimiliki benda, karena massa relativitasnya bertambah besa

E  Ek  Eo
Ek   m  mo  C 2

E = energi total = m.c 2


Eo = energi diam = mo.c 2
Ek = energi kinetik benda

Catatan:

Pada pembahasan relativitas tidak berlaku hukum kekekalan massa karena massa benda
yang bergerak > massa benda diam, tapi hukum kekekalan massa energi tetap berlaku.
Fisika Atom

 Struktur Inti Atom

Partikel-partikel pembentuk inti atom adalah proton (1P1) dan netron ( 0n1). Kedua
partikel pembentuk inti atom ini disebut dengan nukleon.

Simbol nuklida : ZXA atau Z


A
X dengan

A = nomor massa
Z = jumlah proton dalam inti = jumlah elektron di kulit terluar
N = A - Z = jumlah netron di dalam inti atom

 Jenis Nuklida

Isotop : Atom-atom unsur tertentu ( Z sama) dengan nomor massa berbeda.


Isoton: kelompok nuklida dengan jumlah netron sama tetapi Z berbeda.
Isobar: kelompok nuklida dengan A sama tetapi Z berbeda.

 Pengukuran Massa Inti

Fsentripetal  Florentz
Ket:
m = massa isotop
v2 q = muatan isotop
m  Bqv
r r = jari – jari lintasan
B = induksi magnetik
Bqr E = kuat medan listrik
m v = kecepatan partikel
v

Massa inti atom selalu lebih kecil dari jumlah massa nukleon-nukleon pembentuknya.
Mengakibatkan adanya energi ikat inti.


Misal: massa inti He < 2m p  2m n 
Energi Ikat DE  Dm.c 2

Dm   Z .mp  N .mn  mint i

Dalam fisika inti satuan massa biasa ditulis 1 sma (1 amu) = 1.66 x 10 -27 kg = 931
MeV/C2
satuan Dm :
kg E = Dm . c2 (joule)
sma E = Dm . 931 (MeV)

 Gaya Inti

Adanya sejumlah proton dalam initi akan menimbulkan gaya Coulomb yang saling
menolak. Oleh karena itu diperlukan gaya yang dapat mengatasi gaya Coulomb tersebut
dan mengikat neutron dan proton yang disebut gaya inti.

 Stabilitas inti

Suatu nuklida dikatakan stabil bila terletak dalam daerah kestabilan pada diagram N - Z.
Untuk nuklida ringan (A < 20) terjadi kestabilan bila Z = N (N/Z = 1), sedangkan untuk
nuklida dengan Z > 83 adalah tidak stabil.

 Radioaktivitas

Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar a, b, g yang menyertai proses


peluruhan inti.

Sinar : - identik dengan inti atom helium (2He4)


- daya tembusnya kecil tapi daya ionisasinya besar.

Sinar  : - identik dengan elektron ( le.)


- daya tembus cukup besar tapi daya ionisasinya agak kecil

- tidak bermuatan (gelombang elektromagnetik).


Sinar  : - daya tembus paling besar tapi daya ionisasinya kecil   (interaksi
berupa foto listrik, Compton den produksi   pasangan).

Kuat radiasi suatu bahan radioaktif adalah jumlah partikel   ,  ,   yang dipancarkan
tiap satuan waktu.

R  I .N

R= kuat radiasi satuan Curie


      1 Curie (Ci) = 3,7 x 1010 peluruhan per detik.
l= konstanta pelurahan, tergantung pada jenis isotop dan jenis pancaran radioaktif,
yang menyatakan kecepatan peluruhan inti.
N= jumlah atom.
Waktu paruh (T ½) adalah waktu yang diperlukan oleh ½ unsur radioaktif berubah
menjadi unsur lain.

t
0,693 n n
1 Ket:
T1  N t  N0   T1
2
  2 2
                       

Jadi setelah waktu simpan t = T½ massa unsur mula-mula tinggal separuhnya, N = ½


No atau setelah waktu simpan nT½ Þ zat radioaktif tinggal (½)n

Sinar radioaktif yang melewati suatu materi akan mengalami pelemahan intensitas
dengan rumus:

Ket:
I 0 =intensitas sinar radioaktif sebelum melewati keping
I  I 0 e  x I =intensitar sinar radioaktif sesudah melewati keping
x =tebal keping
e =bilangan natural (2,71828)
v =koef pelemahan oleh bahan keping

Bila I = ½ Io maka x = 0,693/m Þ disebut HVL (lapisan harga paruh) yaitu tebal keping
yang menghasilkan setengah intensitas mula

 Jenis detektor radioaktif

1. Pencacah Geiger(G1M)
untuk menentukan/mencacah banyaknya radiasi sinar radioaktif
2. Kamar Kabut Wilson
untuk mengamati jejak partikel radioaktif
3. Emulsi Film
untuk mengamati jejak, jenis dan mengetahui intensitas partikel radioaktif
4. Pencacah Sintilad
untuk mencacah dan mengetahui intensitas partikel radioaktif.

 Reaksi Inti

Tumbukan antara partikel - partikel yang berenergi tinggi dengan inti atom akan
mengubah susunan inti tersebut sehingga terbentuklah inti baru yang berbeda
dengan inti semula (inti sasaran) disebut dengan reaksi inti

Ket:
X a Y bQ atau X  a, b Y X = inti sasaran
a = partikel penembak
Y = inti baru yang dihasilkan
b = partikel yang dipancarkan
Q = energi reaksi
1. Fisi
Peristiwa pembelahan inti atom dengan partikel penembak, sehingga
menghasilkan dua inti baru dengan nomor massa yang hampir sama.
Contoh: Dalam reaktor atom: U235 + n Þ Xe140 + Sr94 + 2n + E
2. Fusi
Peristiwa penggabungan dua inti atom ringan, menghasilkan inti atom baru yang
lebih berat.
Contoh: reaksi di matahari: 1H2 + 1H2 ® 2He3 + on1

 Piranti Eksperimen Fisika Inti

1. Reaktor Atom
Tempat berlangsungnya reaksi fisi, yaitu penembakan Uranium (U) dengan
netron (n), menghasilkan banyak n yang dapat dikendalikan. Bila tidak
dikendalikan terjadi bom atom.
Komponen reaktor :
- batang kendali
- moderator
- perisai
- bahan bakar
2. Siklotron
Tempat pemercepat partikel (proton atau netron). Energi hingga 100 MeV.
3. Betatron
Tempat pemercepat elektron. Energi hingga 300 MeV.
4. Sinkrotron
Tempat pemercepat proton. Energi yang dicapai hingga 500 GeV.
5. Akselerator
Tempat pemercepat proton atau elektron. Energi hingga 10 GeV.

Semua piranti di atas digunakan untuk melakukan transmutasi inti.

 Radiosotop

Radioisotop adalah isiotop dari zat radioaktif, dibuat dengan menggunakan reaksi inti
dengan netron.

misalnya 92 U 238 + 0 n 1 ® 29 U 239 + g

Penggunaan radioisotop:
- Bidang hidrologi
- biologi
- industri
 Pita Energi

Teori pita energi dapat menerangkan sifat konduksi listrik suatu bahan.

Pita energi terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Pita valensi (terisi penuh oleh 2N elektron di mana N adalah jumlah atom suatu
bahan)
2. Pita konduksi (terisi sebagian elektron atau kosong)

Di antara pita valensi dan pita konduksi terdapat celah energi yang layak tidak boleh
terisi elektron.

 Semikonduktor

Hambatan jenis (kebalikan dari konduktivitas listrik) suatu bahan dapat dikelompokkan
menjadi:

1. Konduktor ( < 10-6 Wm)


2. Semikonduktor (10-6 Wm - 104 Wm)
3. Isolator ( > 104 Wm)

 Hubungan hambatan jenis (o) terhadap suhu

Pada bahan semikonduktor, hole (kekosongan) den elektron berfungsi sebagai pembawa
muatan listrik (pengantar arus).

Semikonduktor intrinsik adalah semikonduktor yang belum disisipkan atom-atom lain


(atom pengotor).

Semikonduktor ekstrinsik adalah semikonduktor yang sudah dimasukkan sedikit


ketidakmurnian (doping). Akibat doping ini maka hambatan jenis semikonduktor
mengalami penurunan. Semikonduktor jenis ini terdiri dari dua macam, yaitu
semikonduktor tipe-P (pembawa muatan hole) dan tipe-N (pembawa muatan elektron).

Komponen semikonduktor:

1. Dioda, dapat berfungsi sebagai penyearah arus, stabilisasi tegangan dan


detektor.
2. Transistor, dapat berfungsi sebagai penguat arus/tegangan dan saklar.Transistor
terdiri dari dua jenis yaitu PNP dan NPN.

You might also like