Professional Documents
Culture Documents
IODOMETRI – IODOMETRI
Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion iodida
digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi
yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan
iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion
iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat.
Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih
ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 294)
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 311)
Iodimetri adalah suatu proses analitis di mana suatu agen pereduksi dititrasi langsung
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 304)
Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi dengan iod
adalah tiosulfat, arsen(III), stibium(III), sulfida, sulfit, timah(II), dan ferrosianida. Daya
mereduksi dari beberapa zat ini bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan hanya dengan
penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu dibuat kuantitatif.
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 301)
Relatif sedikit zat yang bersifat pereduksi yang cukup kuat untuk dapat dititrasi langsung
dengan iod. Jadi penetapan iodimetri sedikit jumlahnya. Tetapi banyak zat pengoksid yang cukup
kuat untuk bereaksi dengan lengkap ion iodida, dan terdapat banyak penerapan proses iodometri.
Ion iod berlebih ditambahkan pada zat pengoksid yang akan ditetapkan, dibebaskan iod, yang
kemudian dititrasi denga larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iod dan tiosulfat berlangsung
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 300)
Iodin hanya sedikit sekali dapat larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25°C), namun
sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodin membentuk kompleks triiodida
dengan iodida.
I2 + I- I3-
dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 °C. Suatu kelebihan kalium iodida
ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodin. Biasanya
sekitar 3 sampai 4 % berat KI dtambahkan ke dalam larutan 0,1 N, dan botol yang mengandung
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 296)
larutan-larutan tiosulfat. Iodin murni adalah standard yang paling jelas namun jarang
dipergunakan karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering
dipergunakan adalah standard yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi VI. Hal. 298)
Pada proses iodometri banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan
menambahkan kalium iodida berlebihan dan menititrasi iod yang dibebaskan. Karena banyak zat
pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim
kalium iodida untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidasi oleh oksigen dari udara:
Reaksi ini lambat dalam larutan netral dan lebih cepat dalam asam dan dipercepat oleh cahaya
matahari. Nitrit tidak boleh ada karena garam ini akan direduksi oleh ion iodida menjadi nitrogen
monoksida, yang kemudian dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
Kalium iodida harus bebas dari iodat karena dalam suasana asam kedua zat itu bereaksi
membebaskan iod:
Larutan standard yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat (Na2S2O3). Larutan ini tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang
akan masuk kedalam larutan itu dan proses metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan
SO32-, SO42- dan belerang koloidal. Belerang ini mengakibatkan kekeruhan. Biasanya air yang
Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam dengan membentuk belerang sebagai endapan mirip
susu:
asal larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh lebih cepat dari pada reaksi
Reaksi ini berlangsung cepat dan tidak ada reaksi samping. Jika pH larutan diatas 9, tiosulfat
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi ke sulfat itu tidak terjadi, terutama jika
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V . Hal : 303-304)
Iodium cenderung terhidrolisa dalam air, dengan membentuk asam-asam hidroiodat dan
hipoiodit.
I2 + H2O HIO + H+ + I-
Persyaratan yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tidak dapat
dilakukan dalam larutan yang sangat basa, dan larutan standar iod haruslah disimpan dalam botol
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam larutan basa dengan reaksi sebagai
berikut:
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi IV. Hal. 295)
Kesalahan oksigen yaitu oksigen di udara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena
Pada pH tinggi muncul bahaya lainnya yaitu bereaksinya I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisa)
Pemberian amilum terlalu awal. Penambahan amilum harus menunggu sampai mendekati titik
akhir titrasi, maksudnya agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar lepas
kembali. Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak
kelihatan tajam lagi. Bila iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan
Banyak reaksi analat dengan KI yang berjalan lambat. Karena itu seringkali harus ditunggu
sebelum titrasi, sebaliknya menunggu terlalu lama tidak baik karena kemungkinan iod
menguap. I2 merupakan zat padat yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam KI,
I2 murni atau dimurnikan dengan jalan disublimasi. BE cukup tinggi (126,9). Iod mudah
K2Cr2O7 mudah sekali diperoleh dalam keadaan murni, tetapi juga agak rendah BE-nya (49,03).
Indikator Amilum
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri. Iod
juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut seperti karbon tetraklorida
atau kloroform, dan kadang-kadang ini digunakan dalam mendeteksi titik akhir reaksi. Tetapi
lebih lazim digunakan suatu larutan (dispersi koloid) kanji atau amilum, karena warna biru tua
kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam
larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion
iodida.
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V . Hal. 302)
Vitamin C
Vitamin C (asamaskorbat) merupakan zat pereduksi dan dapat ditetapkan dengan titrasi dengan
O=CO=C
HO C O = C
HO C O + I2 O = C O + 2H + 2I-
HCHC
HO C H HO C H
CH2OH CH2OH
(asam askorbat) (asam dehidroaskorbat)
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi VI . Hal: 640-641)
batang pengaduk
beakerglass
botol aquadest
buret lengkap
corong kaca
Erlenmeyer
gelas arloji
karet penghisap
kawat kasa
kompor listrik
labu ukur
mortar
neraca analitik
pipet tetes
pipet volume
stampler
asamklorida (HCl)
aquadest (H2O)
iodium (I2)
kaliumdikromat (K2Cr2O7)
kaliumiodida (KI)
Melarutkan kristal Na2S2O3.5H2O ke dalam 250 mL aquadest yang telah dididihkan dan
didinginkan.
Menitrasi dengan Na2S2O3 larutan yang akan distandardisasi sampai warna larutan kuning
muda.
Melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai berubah menjadi
hijau muda.
Menimbang 3,2 gram hablur I2, memasukkannya dalam labu ukur 250 mL.
Mengaduk hingga larut dan menambahkan dengan aquadest sampai tanda batas.
Menitrasi dengan Na2S2O3 yang telah distandardisasi dan sebelumnya menambah indikator
kanji atau amilum. Menitrasi sampai warna kembali pada warna semula.
1. Bahan baku :
Na2S2O3
K2Cr2O7
I2
KI
2. Reaksi :
Oksidasi: 2I- I2 + 2e ( 3)
+ 3I2 + 7H2O
Reduksi: I2 + 2e 2I-
2e
(R. A. Day, Jr & A. L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 304)
3. Indikator yang digunakan :
Amilum
Alasan :
Taryek pH indikator amilum sesuai untuk titrasi adalah antara 9 dan 10.
Keterangan I II III
Berat teliti K2Cr2O7 (gram) 0,245 0,245 0,245
Volume larutan K2Cr2O7 dibuat (mL) 50 50 50
Volume larutan K2Cr2O7 dititrasi (mL) 10 10 10
Volume larutan peniter 10,7 10,8 10,7
5.Perhitungan
= 10,7333
10,7333 . N1 = 10 . V2
N1 = 0,0934
6 Kesimpulan :
1. Bahan baku
Tablet vitamin C
2. Reaksi :
C6H8O7 + I2 C6H6O6 + 2H+ + 2I-
O=CO=C
HO C O = C
HO C O + I2 O = C O + 2H + 2I-
HCHC
HO C H HO C H
CH2OH CH2OH
(asam askorbat) (asam dehidroaskorbat)
(R. A. Day, Jr & A. L .Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi VI . Hal: 640-641)
Amilum
Alasan :
Keterangan I II III
= QUOTE
= 23,01%
= 58,399 QUOTE
= QUOTE
= 8.399 %
6. Kesimpulan :
Pembahasan
- Air didihkan dulu agar air tersebut terbebas dari bakteri yang memakan belerang. Karena
apabila bakteri yang memakan belerang masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya
akan mengakibatkan pembentukan SO32-, SO42- dan belerang koloidal. Belerang ini akan
menyebabkan kekeruhan.
(R. A. Day, Jr & A. L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V, Hal. 303)
- Indikator yang digunakan adalah indikator amilum karena indikator amilum berperan
sebagai uji kepekaan terhadap iod. Warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai
uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam
daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
- Normalitas Na2S2O3 adalah 0,1 N akan tetapi dalam percobaan diperoleh normalitas Na2S2O3
sebesar 0,0934 N.
Sinar matahari.
Adanya bakteri.
(R. A. Day, Jr & A. L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V. Hal. 302)
- Berat vitamin C pertablet yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar 58,99%
dengan vitamin C.
Sifat I2 yang mudah menguap dan sinar matahari dapat mempercepat reaksi oksidasi I2
oleh udara.
Kesimpulan
Normalitas Na2S2O3 yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 0,0934 N.