Professional Documents
Culture Documents
Stasiun Utama
Stasiun proses pengolahan TBS menjadiCPO dan PKO umumnya terdiri dari stasiun utama
dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai berikut :
Penerimaan buah ( fruit reception )
Rebusan ( sterilizer )
Pemipilan ( Threser )
Pencacahan ( digester ) dan pengempaan ( presser )
Pemurnian ( clarifier )
Pemisahan biji dan kernel
Sebelum diolah, tandan buah segar ( TBS ) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di
stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang ( weight bridge ) dan
ditampung sementara di penampungan buah ( Loading ramp ).
Jembatan timbang
Secara umum jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses, menghitung rendemen,
sebagai dasar perhitungan pembayaran premi pemanen dan buah pihak ketiga, dan sebagai
pencatatan produksi TBS kebun pensuplai.
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu
pada saat masuk ( berat truk dan TBS ) serta pada saat keluar ( berat truk ). Sehingga dari
selisih penimbangan tersebut didapatkan berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Kapasitas
jembatan timbang berkisar antara 30 – 40 ton. Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara
mekanis maupun elektronis. Truk yang keluar masuk jembatan timbang harus berjalan
perlahan karena perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap beban
kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di tengah agar beban yang dipikul
merata.
Loading ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di Loading ramp
dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp ini berupa bangunan dengan lantai berupa
kisi – kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45°. Jadi berfungsi sebagai tempat
penerimaan tandan dan sekaligus sebagai tempat mencurahkan tandan ke dalam lori rebusan.
Sedangkan kisi berfungsi untuk memisahkan kotoran, baik berupa pasir, kerikil dan sampah
yang terikut. Kotoran yang jatuh melelui kisi akan ditampung oleh dirt conveyor sehingga
memudahkan dalam pembuangannya. Loading ramp dilengkapi pintu keluaran yang
digerakkan secara hidrolik sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk
proses selanjutnya. Kapasitas lori kecil berkisar antar 2,5 – 2,75 ton TBS, sedangkan untuk
lori besar berkisar 4,5 ton TBS. Prinsip kerjanya first in first out terhadap buah yang masuk,
yakni :
Segala sesuatu yang diterima paling awal maka harus dikeluarkan paling awal juga
Mendahulukan pengangkutan dan penerimaan TBS yang dipanen lebih awal
Menyegerakan pelaksanaan proses terhadap yang paling awal diterima
Di loading ramp dilakukan sortasi panen untuk memastikan bahwa buah masuk berada dalam
kondisi optimal ( kandungan minyak buah maksimal dan ALB rendah ) untuk diekstrak
minyaknya.
Sortasi sebaiknya dilakukan terhadap setiap truk, namun pengujian seperti ini sangat tidak
ekonomis. Sehingga dilakukan secara acak pada 10% truk yang masuk, dan apabila masih
dianggap terlalu besar, maka dapat diatasi dengan pengambilan 50% isi truk.
TBS yang memenuhi syarat akan diterima pabrik, sedangkan TBS yang tidak memenuhi
syarat akan dikembalikan. Yang menjadi indikator keberhasilan pada proses sortir meliputi :
Semua lori kosong telah standby sebelum pengisian Sterilizer
Volume pengisian lori sesuai dengan kapasitas lori
Tidak ada brondolan yang tertinggal di lantai atau di loading ramp
Tidak terjadi antrian panjang terhadap truk yang akan membongkar TBS
Jam mulai pengolahan pabrik selalu memperhatikan kapasitas buah masuk dan buah sisa.
Memudahkan pemipilan
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi
pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan tandannya.
Buah dapat terlepas dari tandan melalui cara Hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat
di pangkal buah. Hidrolisa ( dengan reaksi biokimia ) dapat terjadi pada proses pemasakan
buah yang ditandai dengan buah yang memberondol. Sedangkan reaksi hidrolisis
hemiselulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan.
Pemanasan tersebut diperlukan berupa uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperatur yang
semestinya di bagian dalam tandan buah (meresap).
Hidrolisis pektin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena
itu, masih perlu dilanjutkan dengan proses pemipilan pada Thresing machine.
Alat Pembantu
Lori adalah tempat buah direbus, yang dapat menampung buah 2,5; 3,5; atau 5 ton. Lori
dibuat berlubang dengan diameter 0,5 in berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada
buah dan penetesan air kondensatyang terdapat diantara buah. Ukuran lubang yang semakin
besar menunjukkan proses perebusan buah lebih baik, akan tetapi daya tahan alat berkurang.
Bogie adalah kerangka yang dilengkapi dengan 4 unit roda. Sedangkan crossing rail
berfungsi untuk membantu dan mempercepat pemasukan dan pengeluaran lori dari Sterilizer.
Gangguan yang terjadi di crossing rail akan menghambat pemasukan dan pengeluaran buah
dari Sterilizer.
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler dalam memproduksi
uap.
Mekanisme perebusan yang lazim dikenal, meliputi :
Sistem perebusan Single peak
Setelah perebusan yang sempurna, buah sudah dalam keadaan mudah dilepaskan dari
tandannya. Daging buah juga sudah lunak dan zat yang mengganggu pada pengolahan
selanjutnya sudah dimusnahkan atau dibuat nonaktif. Inti juga sudah mulai lekang dari
cangkangnya. Tandan buah telah siap untuk pekerjaan pemisahan. Pemisahan yang dilakukan
terdiri atas pemisahan buah dari TBK dengan penebahan, pemisahan biji dari ampas kempa,
pemisahan minyak dari air dengan pengendapan, dan pemisahan inti dari biji dengan
pemecahan biji dan pemisahan cangkang.
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat
pemipil ( Threser ) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Alat pemipil
berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Keberhasilan perebusan
jika tidak didukung dengan pemipilan yang baik, maka kehilangan minyak akan tinggi. Dan
keberhasilan pemipilan juga bergantung pada proses perebusan.
Kecepatan Putar
Kecepatan putar harus sedemikian rupa sehingga semua tandan berulang kali terangkat
setinggi mungkin pada dinding silinder untuk kemudian jatuh, sehingga akan diperoleh efek
pemipilan yang dikehendaki
Jumlah putaran :
n = 40 x √(( D – d ) /2)/(( D - d ))
Pengisian umpan
Kontinuitas pengisian umpan pada hopper akan mempengaruhi daya pipil. Apabila kapasitas
alat 30 ton TBS, dan kapasitas lori 2,5 ton TBS, maka pengisian Thresing dilakukan dengan
interval waktu 5 menit. Interval waktu ini harus diimbangi dengan kecepatan plat hopper.
Kapasitas Digester
Penggunaan Digester harus disesuaikan dengan kapasitas screw press agar tidak terjadi
perubahan massa aduk yang dapat berakibat pada penurunan efisiensi ekstraksi. Untuk
memperlama proses pelumatan maka dianjurkan agar volume Digester penuh. Apabila tidak
terisi penuh maka buah tidak terajang dengan sempurna dan dapat menyebabkan kehilangan
minyak dalam ampas akan tinggi. Pengisian yang tidak sempurna sering terjadi pada saat
awal pengoperasian pabrik, hal ini dipaksakan akibat kekurangan persediaan bahan bakar.
Pemanasan
Pemanasan dimaksudkan supaya minyak tidak menjadi kental. Suhu yang dikehendaki adalah
90 °C dengan alasan bahwa pada suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar dari
kantong – kantong minyak, sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi
minyak dan cairan lainnya. Semakin tinggi suhu Digester maka perajangan akan semakin
baik, memperingan kerja screw press dan mengurangi biji yang pecah.
Umumnya panas yang dimasukkan dalam Digester berupa uap bertekanan 3 kg/cm2 yang
diinjeksikan secara langsung ataupun melalui jacket pemanas. Pemakaian jacket pemanas
dapat menyebabkan pemanasan yang berlebihan terhadap buah yang berkontak dengan
dinding bejana, oleh karena itu biasanya tekanan mantel diturunkan menjadi 2 kg/cm2 (setara
dengan suhu 132,9 °C).
Sedangkan uap yang diinjeksikan langsung dalam bejana mempunyai efek negatif, yakni :
Menambah jumlah air yang terkandung dalam adonan, sehingga menurunkan daya gesekan
antara pisau dengan adonan
Menurunkan tekanan uap Boiler, sehingga menurunkan kebutuhan uap pada Turbin uap
Kerusakan mutu minyak akibat pemanasan yang berlebihan, karena merangsang terjadinya
proses oksidasi
Inti menjadi gosong, sehingga sulit dalam proses pemecahan dalam Ripple mill.
Oleh karena itu, dihindarkan penggunaan uap langsung dalam bejana Digester. Lama
pemanasan yang baik adalah 30 menit.
Pengeluaran Minyak
Minyak yang terdapat dalam adonan akan menurunkan efisiensi pengadukan, karena minyak
akan berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau Digester,
maka minyak tersebut perlu dipisahkan. Jika minyak tersebut tidak dipisahkan maka akan
masuk ke dalam screw press dan akan menurunkan kapasitas olah Presser. Pemisahan minyak
dilakukan dengan membuat lubang di dasar bejana yang dihubungkan dengan pipa. Dengan
pemisahan minyak tersebut akan menurunkan losses dalam serat atau biji. Dengan pemisahan
minyak tersebut dapat menurunkan jumlah biji yang pecah di dalam screw press dan efisiensi
penekanan dalam screw press dapat meningkat yaitu bertambah besarnya nilai perbandingan
biji terhadap adonan. Karena semakin tinggi ratio biji terhadap adonan, maka daya ekstraksi
minyak akan lebih baik.
Diposkan oleh tentang kelapa sawit di 02.22
Proses Pemurnian Minyak Nabati Secara Fisika Dalam Industri
PROSES PEMURNIAN MINYAK KELAPA SAWIT
Pertama-tama bahan baku yang digunakan oleh plant fisika adalah crude palm oil (CPO) dari
tangki penyimpan CPO (storage tank). CPO dialirkan dengan rate 35-60 ton/jam. Temperatur
inisial CPO adalah 40 – 60 oC. Umpan dipompa melalui sistem yang mengembalikan panas
(heat recovery system), yang plate heat exchanger bertambah menjadi 60-90 oC.
Setelah itu, kira-kira 20 % umpan CPO menjadi slurry dan campur dengan bleaching earth (6
– 12 kg/ton CPO) menjadi bentuk slurry (CPO + Bleaching earth). Pengaduk dalam tank
slurry mencampur CPO dengan bleaching earth secara sempurna. Kemudian slurry menuju
bleacher.
Pada waktu yang sama, 80 % CPO dipompa melalui plate heat exchanger (PHE) dan
pemanas steam menaikkan temperatur CPO menjadi 90 – 130 oC (temperature yang
diharapkan untuk reaksi antara CPO dan asam fosfat). Kemudian, Umpan CPO dipompa ke
mixer static dan asam fosfat dengan dosis 0,35 -0,45 kg/ton. Di dalamnya, pengadukan secara
intensif dengan minyak mentah untuk mempresipitasi gum (getah). Presipitasi gum akan
meringankan proses filtrasi nantinya, mencegah pembentukan scale dalam deodorizer dan
panas permukaan. Degumming CPO kemudian menuju bleacher.
Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur bersama dan
proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan bleaching earth untuk
menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (semua pigment, trace metals,
produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa aslinya, bau akhir, dan kestabilan
oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi masalah proses berikutnya dengan
adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion, dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan
adsorb impurities minor. Temperatur dalam bleacher harus sekitar 100-130 oC untuk
mendapatkan proses bleaching optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan
tekanan rendah dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk
kodisi bleaching yang lebih baik.
Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter Niagara agar bersih,
bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC untuk proses filtrasi
yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak
dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45
menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter
Niagara dipompa menuju tank buffer yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih
lanjut.
Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan dengan filter
Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi. Adanya bleaching
earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari produk minyak dan berlaku
sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi
dapat diambil secepatnya.
BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat recovery
system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305 oC) heat
exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 oC sampai 210 – 250 oC.
BPO panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA
dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk yang stabil
dan bau yang berkurang.
Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan deorization terjadi
secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum yang tinggi, dan proses
destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat:
1. Dearasi minyak,
2. Memanaskan minyak,
3. Steam strips minyak,
4. Mendinginkan minyak sebelum meninggalkan sistem.
Semua material adalah stainless steel.
Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 oC di bawah vakum. Vakum
kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas bleaching minyak terjadi
pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam
langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak
diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan
naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan
deodorizer didinginkan dan dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty
acid kemudian didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty
acid dengan temperature sekitar 60 – 80 oC sebagai destilat asam lemak kelapa sawit (palm
fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery.
Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah refined, bleached,
deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 oC) dipompa melalui Schimidt Heat
Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO yang masuk dengan temperature rendah.
Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk mendapat minyak akhir (120 – 140 oC) untuk
mencegah earth trace dari reaching tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO
cooler dan plate heat exchanger untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa
ke storage dengan temperatur 50 – 80 oC. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)
Sumber : http://sekotheng.wordpress.com
TUGAS
TEKNIK
PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT
Oleh :