You are on page 1of 12

TEKNIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

PENGOLAHAN MINYAK DAN INTI SAWIT


Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha
perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh berupa minyak sawit, inti sawit,
sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit dipahami sebagai unit ekstraksi
crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

Stasiun Utama
Stasiun proses pengolahan TBS menjadiCPO dan PKO umumnya terdiri dari stasiun utama
dan stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai berikut :
Penerimaan buah ( fruit reception )
Rebusan ( sterilizer )
Pemipilan ( Threser )
Pencacahan ( digester ) dan pengempaan ( presser )
Pemurnian ( clarifier )
Pemisahan biji dan kernel

Sementara stasiun pendukung berfungsi sebagai berikut :


Pembangkit tenaga ( power )
Laboratorium ( laboratory )
Pengolahan air ( water treatment )
Penimbunan produk ( storage )
Bengkel ( workshop )

Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah, tandan buah segar ( TBS ) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di
stasiun penerimaan buah untuk ditimbang di jembatan timbang ( weight bridge ) dan
ditampung sementara di penampungan buah ( Loading ramp ).

Jembatan timbang
Secara umum jembatan timbang berfungsi untuk mengontrol proses, menghitung rendemen,
sebagai dasar perhitungan pembayaran premi pemanen dan buah pihak ketiga, dan sebagai
pencatatan produksi TBS kebun pensuplai.
Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu
pada saat masuk ( berat truk dan TBS ) serta pada saat keluar ( berat truk ). Sehingga dari
selisih penimbangan tersebut didapatkan berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Kapasitas
jembatan timbang berkisar antara 30 – 40 ton. Jembatan timbang tersebut dioperasikan secara
mekanis maupun elektronis. Truk yang keluar masuk jembatan timbang harus berjalan
perlahan karena perangkat elektronik dari jembatan timbang sangat sensitif terhadap beban
kejut. Pada saat penimbangan, posisi truk harus berada di tengah agar beban yang dipikul
merata.
Loading ramp
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di Loading ramp
dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp ini berupa bangunan dengan lantai berupa
kisi – kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45°. Jadi berfungsi sebagai tempat
penerimaan tandan dan sekaligus sebagai tempat mencurahkan tandan ke dalam lori rebusan.
Sedangkan kisi berfungsi untuk memisahkan kotoran, baik berupa pasir, kerikil dan sampah
yang terikut. Kotoran yang jatuh melelui kisi akan ditampung oleh dirt conveyor sehingga
memudahkan dalam pembuangannya. Loading ramp dilengkapi pintu keluaran yang
digerakkan secara hidrolik sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk
proses selanjutnya. Kapasitas lori kecil berkisar antar 2,5 – 2,75 ton TBS, sedangkan untuk
lori besar berkisar 4,5 ton TBS. Prinsip kerjanya first in first out terhadap buah yang masuk,
yakni :
Segala sesuatu yang diterima paling awal maka harus dikeluarkan paling awal juga
Mendahulukan pengangkutan dan penerimaan TBS yang dipanen lebih awal
Menyegerakan pelaksanaan proses terhadap yang paling awal diterima
Di loading ramp dilakukan sortasi panen untuk memastikan bahwa buah masuk berada dalam
kondisi optimal ( kandungan minyak buah maksimal dan ALB rendah ) untuk diekstrak
minyaknya. 
Sortasi sebaiknya dilakukan terhadap setiap truk, namun pengujian seperti ini sangat tidak
ekonomis. Sehingga dilakukan secara acak pada 10% truk yang masuk, dan apabila masih
dianggap terlalu besar, maka dapat diatasi dengan pengambilan 50% isi truk. 
TBS yang memenuhi syarat akan diterima pabrik, sedangkan TBS yang tidak memenuhi
syarat akan dikembalikan. Yang menjadi indikator keberhasilan pada proses sortir meliputi :
Semua lori kosong telah standby sebelum pengisian Sterilizer
Volume pengisian lori sesuai dengan kapasitas lori
Tidak ada brondolan yang tertinggal di lantai atau di loading ramp
Tidak terjadi antrian panjang terhadap truk yang akan membongkar TBS
Jam mulai pengolahan pabrik selalu memperhatikan kapasitas buah masuk dan buah sisa.

Stasiun Perebusan ( Sterilizer )


Rebusan merupakan suatu bejana besar terbuat dari besi yang memiliki pintu masuk lori.
Rebusan ini panjangnya 24 meter dan diameter 2 meter. Dibagian atas terdapat pipa keluar
uap untuk merebus tandan. Dibagian bawah terdapat pipa pembuang air kondensat dan
dibagian belakang terdapat pipa pembuangan udara. Lori rebusan memiliki dinding dan lantai
yang berlubang – lubang agar uap dapat masuk ke dalam ( bagian tengah ) dan air dapat turun
ke bawah. Lori rebusan dimasukkan dengan memakai kapstandard dan kabel drad yang
digerakkan dengan motor listrik demikian pula dikeluarkan dari rebusan dengan menariknya. 

II.1. Tujuan Perebusan


Sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan, pertama - tama buah direbus dalam ketel
rebusan dengan tujuan :
Menghentikan aktifitas enzim
Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase. Enzim lipase bertindak sebagai
katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkannya kembali menjadi
sam lemak bebas (ALB).
H H 
H ---- C --- OOCR1 H --- C --- OH HOOCR1
H ---- C --- OOCR2 + 3 H2O H --- C --- OH + HOOCR2
H ---- C --- OOCR3 H--- C --- OH HOOCR3
HH
(trigliserida) (air) (Gliserol) (asam lemak)
Enzim oksidase berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi
lagi dan pecah menjadi gugusan aldehid dan keton. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi
lagi akan menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja
lipase dan oksidase. Enzim yang terdapat dalam minyak terdiri dari enzim tanaman dan yang
terkontaminasi ( misalnya jamur ) selama proses penanganan.
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami memar. Untuk mengurangi aktifitas
enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam presentase yang relatif kecil.
Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50 °C. Oleh sebab itu, perebusan pada suhu
120 °C akan menghentikan kegiatan enzim.

Memudahkan pemipilan
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses ekstraksi
pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan tandannya.
Buah dapat terlepas dari tandan melalui cara Hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat
di pangkal buah. Hidrolisa ( dengan reaksi biokimia ) dapat terjadi pada proses pemasakan
buah yang ditandai dengan buah yang memberondol. Sedangkan reaksi hidrolisis
hemiselulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan.
Pemanasan tersebut diperlukan berupa uap jenuh bertekanan agar diperoleh temperatur yang
semestinya di bagian dalam tandan buah (meresap).
Hidrolisis pektin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena
itu, masih perlu dilanjutkan dengan proses pemipilan pada Thresing machine.

Menurunkan kadar air


Perebusan dapat menyebabkan penurunan kadar air, yaitu dengan cara penguapan baik pada
saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan. 
Efek penurunan kadar air meliputi :
Penurunan kandungan air dapat menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga –
rongga kosong pada perikarp yang mempermudah proses pengempaan.
Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antar
sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam
sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat serat mudah
lepas antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan meningkatkan efisiensi Digester
dan Depericarper. Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga
kernel susut dan proses pemecahan biji akan lebih mudah. 
Akibat penguapan sebagian air dari daging buah, maka kemungkinan kehilangan minyak
dalm serabut maupun dalam lumpur buangan (sludge) pada proses pemurnian dapat ditekan.
Pemecahan Emulsi
Minyak dalam perikarp masih berbentuk emulsi, sehingga agar lebih mudah keluar harus
dirubah fasenya terlebih dahulu dari emulsi ke bentuk minyak. Perubahan ini terjadi dengan
bantuan pemanasan, sehingga terjadi penggabungan fraksi yang memiliki polaritas yang sama
dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing – masing terpisah. Peristiwa ini akan
mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap yang sempurna pada perikarp
terutama pada buah yang paling dalam akan mempertinggi efisien ekstraksi minyak.
Pemecahan emulsi yang telah dimulai dari perebusan akan membantu proses pemisahan
minyak dari air dan padatan lainnya pada stasiun klarifikasi.
Melepaskan serat dan biji
Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dan biji
dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji.
Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses pemisahan serat perikarp dan biji, yang
dipercepat oleh proses Hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat di
antara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat pemecah biji, maka terjadi
sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah pecahan
yang melekat pada inti.

Membantu proses pelepasan inti dari cangkang


Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang
turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi
inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi di dalam Nut Silo,
sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian pula pemisahan inti dan
cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang
mengandung kotoran lebih kecil.

II.2. Sistem Perebusan


Sterilizer
Sterilizer tipe tegak (vertikal), mempunyai kelemahan :
Kapasitas rebusan kecil, rata – rata 5 ton TBS
Bejana diisikan buah menggunakan bunch elevator, sehingga buah mengalami tingkat
kelukaan tinggi selama proses transportasi. Sehingga merupakan salah satu penyebab
kenaikan ALB yang tinggi.
Teknik pengoperasian lebih sulit
Bila dilakukan secara manual, akan membutuhkan tenaga yang lebih banyak teruatama pada
saat menutup dan membuka serta mengeluarkan buah. 

Sterilizer tipe horisontal, mempunyai keuntungan :


Kapasitas rebusan antara 15 – 30 ton TBS
Pengoperasian lebih mudah dan praktis
Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding, sehingga bahan olah tidak mungkin
menyebabkan bejana menjadi korosi. Buah diisi dalam lori - lori.
Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat lebih
mudah dilakukan.

Alat Pembantu
Lori adalah tempat buah direbus, yang dapat menampung buah 2,5; 3,5; atau 5 ton. Lori
dibuat berlubang dengan diameter 0,5 in berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada
buah dan penetesan air kondensatyang terdapat diantara buah. Ukuran lubang yang semakin
besar menunjukkan proses perebusan buah lebih baik, akan tetapi daya tahan alat berkurang.
Bogie adalah kerangka yang dilengkapi dengan 4 unit roda. Sedangkan crossing rail
berfungsi untuk membantu dan mempercepat pemasukan dan pengeluaran lori dari Sterilizer.
Gangguan yang terjadi di crossing rail akan menghambat pemasukan dan pengeluaran buah
dari Sterilizer.
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler dalam memproduksi
uap.
Mekanisme perebusan yang lazim dikenal, meliputi :
Sistem perebusan Single peak 

Sistem perebusan Doble peak ( dua puncak ), terdiri dari :


Pembuangan uap awal : 2,5 menit
Pemasukan uap dan pembuangan puncak I dan II : 20 menit
Masa penahanan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 : 60 menit
Pembuangan uap terakhir : 7,5 menit
Total waktu perebusan : 90 menit

Sistem perebusan Triple peak ( tiga puncak ), terdiri dari :


Pembuangan uap awal : 2 menit
Pemasukan uap puncak I (0 – 2.3 kg/cm2) : 11 menit
Pembuangan uap I : 2 menit
Pemasukan uap puncak II (0 – 2.5 kg/cm2) : 12 menit
Pembuangan uap II : 2 menit
Pemasukan uap puncak III (0 – 2.8 kg/cm2) : 13 menit
Masa penahanan tekanan 2,8 kg/cm2 : 43 menit
Pembuangan uap terakhir : 5 menit
Total waktu perebusan : 90 menit

Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses Perebusan :


Pembuangan Udara
Udara merupaka penghantar panas yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap proses
perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan dapat menurunkan tekanan
Upaya meminimalkan jumlah udara dalam bejana :
Mengatur isi lori agar buah disusun penuh sesuai kapasitas disain
Melakukan deaerasi
Deaerasi
Deaerasi atau pembuangan udara dari Sterilizer dilakukan dengan cara membuka pipa inlet,
deaeration valve dan atau condensate valve. Udara dibuang dengan cara memasukkan uap
secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan udara. Karena udara lebih berat,
maka udara akan turun ke bawah dan dibuang melalui deaeration valve atau melalui pipa
kondensat. Deaeration akan berlangsung pada saat pembuangan air kondensat selama sistem
perebusan berlangsung. Yang perlu diperhatikan dalam deaerasi adalah lama deaerasi, proses
deaerasi dan memperbanyak puncak awal dalam pola sterilisasi
Pembuangan Air Kondensat
Uap air yang terkondensasi berada didasar bejana rebusan merupakan penghambat proses
rebusan. Air yang terdapat dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan sehingga
jumlah air semakin bertambah. Pertambahan yang tidak diimbangi dengan pengeluaran air
kondensat akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
Lama Perebusan
Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga ke bagian yang paling dalam. Penetrasi
uap semakin cepat apabila tekanan uap semakin tinggi. Lama perebusan yang menjadi
penentu dan yang berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksidan mutu minyak adalah masa
penahanan pada puncak terpanjang (triple peak). 
Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak, sebagai berikut:
Semakin lama perebusan maka jumlah buah yang terpipil semakin tinggi
Semakin lama perebusan maka semakin masak dan menghasilkan biji yang mudah pecah dan
bersifat lekang
Semakin lama perebusan maka kehilangan minyak dalam kondensat semakin tinggi
Semakin lama perebusan maka kandungan minyak dalam tandan kosong semakin tinggi yaitu
terjadinya penyerapan minyak oleh tandan kosong akibat terdapatnya rongga – rongga
kosong
Semakin lama perebusan maka mutu minyak sawit akan semakin menurun, yang dapat
diketahui dengan penurunan nilai DOBI

Pembuangan Uap Akhir


Setelah pemasakan uap selesai, maka uap yang berada dalam Rebusan dibuang dengan cara
mula – mula dibuka kran pipa kondensat kemudian setelah tekanan menjadi 2,8 kg/cm2 maka
pipa pembuangan uap yang berada diatas steriliser dibuka dengan tiba – tiba untuk
mempermudah pemipilan buah. Setelah tekanan sama dengan tekanan atmosfir maka pintu
rebusan dibuka.

Pengeluaran Lori dari Rebusan


Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizer dengan membuka pintu rebusan
secara perlahan kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukan buah yang akan
direbus.

Setelah perebusan yang sempurna, buah sudah dalam keadaan mudah dilepaskan dari
tandannya. Daging buah juga sudah lunak dan zat yang mengganggu pada pengolahan
selanjutnya sudah dimusnahkan atau dibuat nonaktif. Inti juga sudah mulai lekang dari
cangkangnya. Tandan buah telah siap untuk pekerjaan pemisahan. Pemisahan yang dilakukan
terdiri atas pemisahan buah dari TBK dengan penebahan, pemisahan biji dari ampas kempa,
pemisahan minyak dari air dengan pengendapan, dan pemisahan inti dari biji dengan
pemecahan biji dan pemisahan cangkang. 

Stasiun Penebahan ( Threser )

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan ke alat
pemipil ( Threser ) dengan bantuan hoisting crane atau transfer carriage. Alat pemipil
berperan untuk memisahkan buah dari tandan yang telah direbus. Keberhasilan perebusan
jika tidak didukung dengan pemipilan yang baik, maka kehilangan minyak akan tinggi. Dan
keberhasilan pemipilan juga bergantung pada proses perebusan.

Tipe alat pemipil


Beater Drum Stripper
Terdiri dari tangkai pemukul tandan yang ditempatkan pada as dan berjarak tertentu.
Bekerja memukul buah sambil menggeser buah bergerak ke arah ujung alat. 
Pemukul tersebut juga mengangkat tandan dan berguling sehingga buah lepas dari tandan
Kapasitas kecil, biasanya merupakan alat pembantu untuk memipil kembali tandan yang tidak
terpipil dan dipasang di ujung rotary drum
Kehilangan minyak lebih tinggi, karena permukaan buah terpipil masih sering bergabung
dengan tandan kosong yang belum dipisahkan oleh kisi

Rotary Drum Stripper


Tandan bergerak ke atas dengan gaya sentrifugal searah dengan putaran tromol, kemudian
tandan jatuh dan terbanting, buah lepas dari tandan.
Kecepatan putaran tromol mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat
menyebabkan tandan seolah lengket di dinding drum. Putaran yang baik adalah apabila
tandan jatuh di sumbu dan jatuh lagi pada dasar drum
Drum memilik as yang berfungsi sebagai bantingan buah sehingga buah lepas dari tandan
Kapasitas besar, biasa digunakan pada pabrik berkapasitas diatas 10 ton TBS/jam. Panjang 4
– 6 m dan berdiameter 2m dengan kisi berjarak 40 mm
Tromol biasanya dilengkapi denagn talang pengumpan ( auto feeder ) yang mengumpankan
buah secara teratur. Jika diumpankan terlalu banyak maka efek bantingan dalam tromol akan
berkurang, sehingga penebahan menjadi tidak sempurna.

Kecepatan Putar
Kecepatan putar harus sedemikian rupa sehingga semua tandan berulang kali terangkat
setinggi mungkin pada dinding silinder untuk kemudian jatuh, sehingga akan diperoleh efek
pemipilan yang dikehendaki
Jumlah putaran :
n = 40 x √(( D – d ) /2)/(( D - d )) 

dimana n : jumlah putaran per menit, rpm


40 : konstanta
D : diameter dalam silinder, m
D : diameter terkecil tandan diukur pada bagian yang paling tebal, m

Pengisian umpan
Kontinuitas pengisian umpan pada hopper akan mempengaruhi daya pipil. Apabila kapasitas
alat 30 ton TBS, dan kapasitas lori 2,5 ton TBS, maka pengisian Thresing dilakukan dengan
interval waktu 5 menit. Interval waktu ini harus diimbangi dengan kecepatan plat hopper.

(2,5 ton TBS)/(30 ton TBS) x 60 menit = 5 menit/lori 


Kerugian pada Pemipil
Kerugian yang terjadi pada proses pemipilan ;
Kerugian minyak yang terserap oleh tandan kosong
Hal ini akibat dari pengumpanan yang tidak teratur, sehingga buah bersinggungan dengan
TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu banyak di atas talang pengumpan,
sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan terperas minyaknya dan terserap oleh
tangkai tandan
Kerugian minyak dalam buah yang masih tertinggal di tandan.
Hal ini akibat dari penebahan yang tidak sempurna karena pengumpanan yang tidak teratur,
selain tandan kurang rebus dan tandan sakit atau abnormal. Perebusan yang sempurna
ditandai dengan buah yang mudah lepas jika tandan dijatuhkan ke lantai.

Stasiun Pencacahan ( Digester )


Buah yang telah dipipil dari tandan rebus terdiri atas perikarp, cangkang dan inti. Buah
tersebut akan terangkat oleh fruit elevator menuju Digester, hal ini yang dinamakan material
passing to Digester ( MPD ). 
Pada perikarp ditemukan bahwa pada minyak sawitnya didominasi oleh palmitat, sedangkan
pada inti sawit didominasi oleh laurat. Oleh karena itu, pada proses pengolahannya kedua
jenis sumber ini dipisahkan, yakni pertama memisahkan perikarp yang mengandung minyak.
Perikarp ini memiliki tebal 2 – 8 mm mengandung sejumlah besar kantong minyak yang
antara satu dan lainnya akan terikat dan membuat satu rangkaian serat yang keras dan kuat
yang didukung oleh pektin.
Digester merupakan bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk
mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa dalam screw press. Bejana dilengkapi
dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya
menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan diantara
massa remasan dengan pengaduk serta dinding ketel. Tujuan peremasan adalah meremas
buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel – sel yang mengandung
minyak, agar minyak dapat diperas sebanyak – banyaknya pada pengempaan berikutnya.
Volume Digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak. Digester yang penuh akan
memperlama proses pengadukan dengan tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan
sempurna. Ketinggian buah dalam Digester akan menimbulkan tekanan di dasar Digester
semakin tinggi dan tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi dan pemecahan kantong
minyak serta pemisahan serat dengan serat lainnya akan semakin sempurna. 

Fungsi alat pengaduk :


Mencegah terjadinya penumpukan dalam Digester, sehingga lebih mudah bergerak terutama
ke dalam alat kempa
Memindahkan panas dari mantel, yakni mengatur agar adonan bergantian dalam proses
mengabsorbsi panas
Melumatkan buah sehingga lebih mudah dikempa dan kehilangan minyak yang terjadi akan
kecil
Mengeluarkan minyak pada permukaan sel yang pecah

Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan :


Frekuensi pengadukan
Frekuensi pengadukan yang tinggi akan mengakibatkan pembuangan energi yang tinggi pula
Pisau pengaduk
Jumlah pisau pengaduk yang lebih banyak akan menyebabkan pelumatan yang berlebih
sehingga terjadi penggenangan minyak di dasar screw press, hal ini akan memperkecil gaya
gesekan buah dengan pisau.
Jumlah pisau yang sesuai adalah 4 pasang dengan kedudukan berselang antara 1 pasang
dengan pasangan berikutnya
Bentuk pisau harus sedemikian rupa supaya dapat mengangkat buah serta menekan buah
dengan cara menyapu
Terbuat dari mangan silikon karena pisau pengaduk mudah mengalami korosi
Putaran pengaduk
Putaran yang tinggi menyebabkan genagan minyak dalam alat yang akan mempersulit
pengadukan. Kisaran putaran antara 20 – 30 rpm.

Kapasitas Digester
Penggunaan Digester harus disesuaikan dengan kapasitas screw press agar tidak terjadi
perubahan massa aduk yang dapat berakibat pada penurunan efisiensi ekstraksi. Untuk
memperlama proses pelumatan maka dianjurkan agar volume Digester penuh. Apabila tidak
terisi penuh maka buah tidak terajang dengan sempurna dan dapat menyebabkan kehilangan
minyak dalam ampas akan tinggi. Pengisian yang tidak sempurna sering terjadi pada saat
awal pengoperasian pabrik, hal ini dipaksakan akibat kekurangan persediaan bahan bakar.

Pemanasan
Pemanasan dimaksudkan supaya minyak tidak menjadi kental. Suhu yang dikehendaki adalah
90 °C dengan alasan bahwa pada suhu tersebut minyak sudah mencair dan mudah keluar dari
kantong – kantong minyak, sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi
minyak dan cairan lainnya. Semakin tinggi suhu Digester maka perajangan akan semakin
baik, memperingan kerja screw press dan mengurangi biji yang pecah. 
Umumnya panas yang dimasukkan dalam Digester berupa uap bertekanan 3 kg/cm2 yang
diinjeksikan secara langsung ataupun melalui jacket pemanas. Pemakaian jacket pemanas
dapat menyebabkan pemanasan yang berlebihan terhadap buah yang berkontak dengan
dinding bejana, oleh karena itu biasanya tekanan mantel diturunkan menjadi 2 kg/cm2 (setara
dengan suhu 132,9 °C).
Sedangkan uap yang diinjeksikan langsung dalam bejana mempunyai efek negatif, yakni :
Menambah jumlah air yang terkandung dalam adonan, sehingga menurunkan daya gesekan
antara pisau dengan adonan
Menurunkan tekanan uap Boiler, sehingga menurunkan kebutuhan uap pada Turbin uap
Kerusakan mutu minyak akibat pemanasan yang berlebihan, karena merangsang terjadinya
proses oksidasi
Inti menjadi gosong, sehingga sulit dalam proses pemecahan dalam Ripple mill.
Oleh karena itu, dihindarkan penggunaan uap langsung dalam bejana Digester. Lama
pemanasan yang baik adalah 30 menit.

Pengeluaran Minyak
Minyak yang terdapat dalam adonan akan menurunkan efisiensi pengadukan, karena minyak
akan berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau Digester,
maka minyak tersebut perlu dipisahkan. Jika minyak tersebut tidak dipisahkan maka akan
masuk ke dalam screw press dan akan menurunkan kapasitas olah Presser. Pemisahan minyak
dilakukan dengan membuat lubang di dasar bejana yang dihubungkan dengan pipa. Dengan
pemisahan minyak tersebut akan menurunkan losses dalam serat atau biji. Dengan pemisahan
minyak tersebut dapat menurunkan jumlah biji yang pecah di dalam screw press dan efisiensi
penekanan dalam screw press dapat meningkat yaitu bertambah besarnya nilai perbandingan
biji terhadap adonan. Karena semakin tinggi ratio biji terhadap adonan, maka daya ekstraksi
minyak akan lebih baik.
Diposkan oleh tentang kelapa sawit  di 02.22 
Proses Pemurnian Minyak Nabati Secara Fisika Dalam Industri
PROSES PEMURNIAN MINYAK KELAPA SAWIT

Pertama-tama bahan baku yang digunakan oleh plant fisika adalah crude palm oil (CPO) dari
tangki penyimpan CPO (storage tank). CPO dialirkan dengan rate 35-60 ton/jam. Temperatur
inisial CPO adalah 40 – 60 oC. Umpan dipompa melalui sistem yang mengembalikan panas
(heat recovery system), yang plate heat exchanger bertambah menjadi 60-90 oC.
Setelah itu, kira-kira 20 % umpan CPO menjadi slurry dan campur dengan bleaching earth (6
– 12 kg/ton CPO) menjadi bentuk slurry (CPO + Bleaching earth). Pengaduk dalam tank
slurry mencampur CPO dengan bleaching earth secara sempurna. Kemudian slurry menuju
bleacher.
Pada waktu yang sama, 80 % CPO dipompa melalui plate heat exchanger (PHE) dan
pemanas steam menaikkan temperatur CPO menjadi 90 – 130 oC (temperature yang
diharapkan untuk reaksi antara CPO dan asam fosfat). Kemudian, Umpan CPO dipompa ke
mixer static dan asam fosfat dengan dosis 0,35 -0,45 kg/ton. Di dalamnya, pengadukan secara
intensif dengan minyak mentah untuk mempresipitasi gum (getah). Presipitasi gum akan
meringankan proses filtrasi nantinya, mencegah pembentukan scale dalam deodorizer dan
panas permukaan. Degumming CPO kemudian menuju bleacher.
Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur bersama dan
proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan bleaching earth untuk
menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (semua pigment, trace metals,
produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa aslinya, bau akhir, dan kestabilan
oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi masalah proses berikutnya dengan
adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion, dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan
adsorb impurities minor. Temperatur dalam bleacher harus sekitar 100-130 oC untuk
mendapatkan proses bleaching optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan
tekanan rendah dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk
kodisi bleaching yang lebih baik.
Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter Niagara agar bersih,
bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC untuk proses filtrasi
yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak
dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45
menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter
Niagara dipompa menuju tank buffer yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih
lanjut.
Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan dengan filter
Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi. Adanya bleaching
earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari produk minyak dan berlaku
sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi
dapat diambil secepatnya.
BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat recovery
system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305 oC) heat
exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 oC sampai 210 – 250 oC.
BPO panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA
dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk yang stabil
dan bau yang berkurang.
Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan deorization terjadi
secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum yang tinggi, dan proses
destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat:
1. Dearasi minyak,
2. Memanaskan minyak,
3. Steam strips minyak,
4. Mendinginkan minyak sebelum meninggalkan sistem.
Semua material adalah stainless steel.
Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 oC di bawah vakum. Vakum
kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas bleaching minyak terjadi
pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam
langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak
diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan
naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan
deodorizer didinginkan dan dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty
acid kemudian didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty
acid dengan temperature sekitar 60 – 80 oC sebagai destilat asam lemak kelapa sawit (palm
fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery.
Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah refined, bleached,
deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 oC) dipompa melalui Schimidt Heat
Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO yang masuk dengan temperature rendah.
Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk mendapat minyak akhir (120 – 140 oC) untuk
mencegah earth trace dari reaching tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO
cooler dan plate heat exchanger untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa
ke storage dengan temperatur 50 – 80 oC. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)
Sumber : http://sekotheng.wordpress.com
TUGAS

TEKNIK
PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT
Oleh :

Nama :Tony Richardson Purba


NIM :0805011094
Kelas :ME-5A

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


2011

You might also like