You are on page 1of 25

SOCIOLOGICAL PARADIGMS AND

ORGANISATIONAL ANALYSIS
(INTRODUCTION AND PART I)

GIBSON BURELL & GARETH MORGAN

Siti Azizah
PENDAHULUAN
 Tujuan penyusunan buku:
1. Mengklarifikasi kerancuan dalam ilmu2 sosial
saat ini
2. Menghubungkan teori2 organisasi dengan
konteks sosiologis
3. Dalam studi pembangunan – dapat digunakan
dalam scope yang lebih luas dan banyak
meliputi banyak aspek filosofi dan teori sosial
secara umum
 Bisa digunakan dalam studi2 organisasi mis,
sosiologi industrial, teori organisasi, psikologi
organisasi dan relasi industri
 Proposisi penulis: teori sosial dapat
divisualisasikan menjadi 4 paradigma kunci
berdasar asumsi metateoritis tentang sifat
dasar ilmu sosial dan sifat dasar masyarakat
 Tiap paradigma memiliki analisis yang berbeda
bagi kehidupan sosial, mis. Tiap paradigma
menghasilkan teori dan perspektif yang secara
mendasar berlawanan dengan paradigma lain.
 Analisis yang berbeda akan memberikan
asumsi2 yang menghasilkan pendekatan yang
berbeda pula
 Asumsi dan pendekatan yang berbeda ada
dalam teori2 sosial yang menentukan
bagaimana kita melihat dunia yang akan kita
analisis
 Dalam hal ini frame of reference ahli sosial
sangat penting
 Dalam studi2 organisasi, timbul ortodoksi
dimana salah satu paradigma sering kali sangat
menonjol dan mengalahkan paradigma lain
sehingga penting untuk memahami paradigma
lain yang dianggap sebagai ‘satelit’ dari
paradigma utama tersebut
 Bagian I dari buku berisi:
1. Bagaimana dua set asumsi yaitu
‘order/keteraturan’ dan ‘konflik’ dapat
menghasilkan skema analitis dalam
mempelajari teori sosial secara umum yang
memberikan 4 paradigma dasar yang
merefleksikan 4 realitas sosial yang berbeda
2. Dikotomisasi awal dari dua dimensi analisis
dan paradigma; dimaksudkan hanya sebagai
alat (bukan klasifikasi) dan merupakan alat
yang bersifat heuristic, bukan definisi yang
kaku
PENCARIAN SEBUAH FRAMEWORK:
ASUMSI-ASUMSI TENTANG SIFAT DASAR
ILMU SOSIAL
 Thesis penulis: semua teori organisasi
berdasarkan filosofi ilmu dan teori
masyarakat
 Empat asumsi tentang dunia sosial dan cara
menelitinya:
1. Asumsi Ontologis
2. Asumsi Epistemologis
3. Asumsi Human Nature (Manusiawi)
4. Asumsi Metodologis
ASUMSI ONTOLOGIS
 Asumsi yang menekankan pada esensi dasar
dari fenomena yang diteliti
 Pertanyaan2 dasar dari paradigma ontologis:
apakah ‘realitas’ yang diteliti merupakan hal
eksternal bagi seseorang – apakah berasal
dari kesadaran individu ataukah bukan;
apakah realitas merupakan sifat ‘obyektif’,
ataukah merupakan kognisi individu; apakah
‘realitas’ sudah ada di dunia ataukan
merupakan produk pikiran seseorang
ASUMSI EPISTEMOLOGIS
 Asumsi tentang dasar ilmu pengetahuan – tentang
bagaimana seseorang dapat memulai memahami
dunia dan mengkomunikasikannya sebagai sebuah
ilmu pengetahuan kepada manusia lainnya
 Contoh hasil asumsi tsb, a.l:

1. Bagaimana bentuk pengetahuan yang dihasilkan


2. Bagaimana seseorang dapat menyeleksi apa
yang dianggap ‘benar’ dan ‘salah’. Dikotomi
benar-salah sendiri merupakan sudut pandang
epistemologis
 Creswell, Guba-Lincoln: menjelaskan hubungan
antara researcher dengan researched
 Epistemologis memandang sifat dasar
pengetahuan, mis. Apakah pengetahuan
tersebut bisa diidentifikasikan dan
dikomunikasikan sebagai pengetahuan yang
riil dan dapat ditransmisikan dalam bentuk
yang nyata…ataukah….’pengetahuan’ adalah
sebuah bentuk yang lebih lembut, lebih
subyektif, spirituil atau bahkan
transendential, berdasarkan pengalaman dan
pandangan yang unik dan personal.
 Bisa dihasilkan oleh satu pihak ataukah harus
dialami secara personal?
ASUMSI MANUSIAWI
 Merupakan hubungan antara manusia dan
lingkungannya, semua ilmu sosial harus didirikan
diatas tipe asumsi ini karena kehidupan manusia
pada dasarnya merupaan subyek dan obyek
penelitian
 Dengan asumsi ini dapat mengidentifikasi
perspektif2 dalam ilmu sosial yang membutuhkan
sudut pandang manusia dalam merespon situasi di
dunia luar mereka.
 Mengkontraskan pandangan antara: manusia yang
dikondisikan oleh lingkungan vs manusia pencipta
lingkungannya. Walaupun ada juga pandangan yang
berada diantara keduanya
ASUMSI METODOLOGIS
 Tiap paradigma mengarah pada metodologi
yang berbeda, dimana pilihan metodologi
sangatlah luas, mis. Adalah mungkin untuk
mengidentifikasi metodologi2 dalam
penelitian ilmu sosial yang memperlakukan
sebagai (1) dunia yang keras, nyata dan
eksternal bagi individual dan sebaliknya (2)
memandang dunia yang lebih lembut,
personal dan lebih subyektif
 Jika cenderung pada (1), maka fokus pada
analisis hubungan dan keteraturan antara
berbagai elemen dalam sebuah realita.
 Perhatian utama pada identifikasi dan definisi
dari elemen2 tsb dan pada bentuk ekspresi
hubungan yang ada.
 Isu metodologis terletak pada konsep2,
pengukuran dan identifikasi yang
mendasarinya.
 Perspektifnya mengarah pada hukum2 universal
yang menjelaskan dan mengatur realitas yang
diobservasi.
 Jika memilih yang ke (2) yang menekankan
pada pentingnya pengalaman subyektif dari
individu dalam penciptaan dunia sosial, maka
pencarian pemahaman difokuskan berbagai
isu dan pendekatan dalam berbagai cara.
 Perhatian utama adalah dengan memahami
bagaimana seorang individu menciptakan,
memodifikasi, dan mengartikan dunianya.
 Dalam kasus ekstrim, pemahaman terletak
pada penjelasan dan pemahaman yang unik
dan khusus, bukan general dan universal.
 Pendekatan tsb mempertanyakan apakah
realitas eksternal cukup berharga untuk
diteliti.
 Dalam istilah metodologis, terdapat
pendekatan yang menekankan pada SIFAT
RELATIFISTIK DARI DUNIA SOSIAL, yang bisa
jadi diartikan ‘anti-ilmiah’ oleh aturan dasar
dalam ilmu2 alam.
THE SUBJECTIVE-OBJECTIVE
DIMENSION
The subjectivist The objectivist
approach to social approach to social
science science
Nominalism Ontology Realism
Anti-positivism Epistemology Positivism
Voluntarism Human Nature Determinism
Ideographic Methodology Nomothetic

Gambar 1. Skema Untuk Menganalisa Asumsi2 Tentang Sifat Ilmu Sosial

Keterangan:
• Polarisasi perspektif
• Mengidentifikasi 4 set asumsi yang berkaitan dengan pemahaman penulis
tentang ilmu sosial
• Sumber perdebatan dalam literatur filosofi sosial
Perdebatan dalam paradigma:
1. Perdebatan dalam Ontologis: Nominalisme-
Realisme
2. Perdebatan dalam Epistemologis:
AntiPositivisme- Positivisme
3. Perdebatan dalam Human Nature:
Voluntarisme-Determinisme
4. Perdebatan dalam Metodologis: Ideografik -
Nomotetik
PERDEBATAN DALAM ONTOLOGIS:
NOMINALISME - REALISME
Nominalisme Realisme

• Asumsinya menyatakan bahwa dunia • Mempostulasikan bahwa dunia sosial diluar


sosial diluar pemikiran individu tidak pemikiran individu adalah dunia riil yang keras,
lebih dari nama2, konsep2 dan pelabelan nyata dan merupakan struktur yang relatif
yang digunakan untuk membangun absolut
realitas • Apapun namanya, struktur tersebut adalah
• Tidak mengakui adanya struktur yang entitas yang selalu ada, bahkan mungkin kita
‘riil’ dari konsep yang digunakan untuk tidak menyadari adanya sesuatu sehingga kita
menggambarkan dunia tsb tidak punya ‘nama’ untuknya
• ‘Nama2’ tsb hanya kreasi artifisial yang • Dunia sosial bebas dari apresiasi, eksistensi dan
penggunaannya berdasar keinginan kesadaran individu
sebagai alat penggambaran, making • Individu dilahirkan ke dalam dan hidup dalam
sense dan menegoisasikan dunia dunia sosial yang memiliki realitas sendiri
eksternal • Dunia sosial = Dunia Alami
• = Conventionalism • Realitas sosial memaksa manusia yang tinggal di
• Realitas sosial hasil konstruksi manusia dalamnya (mis. Peran ayah pada laki2)
atau sekelompok manusia • Bebas nilai (value free) – tidak terikat dalam
(intersubyektif) konteks
• Dunia spt benda2 riil yg dibawa ke realitas sosial
(struktur sosial, peran, dsb)
PERDEBATAN DALAM EPISTEMOLOGIS:
ANTI POSITIVISME - POSITIVISME
Positivisme Anti Positivisme
• ≠ bourgeois (“derogatory • Pada dasarnya menentang
epithet”)≠ empiricism penggunaan keteraturan dalam
• Mencoba untuk menjelaskan dan masalah sosial
memprediksikan apa yang terjadi • Dunia sosial=relatifistik, hanya bisa
di dunia sosial dengan mencari dipahami dari sudut pandang
keteraturan dan hubungan kausal individu yang langsung terlibat
antara elemen2 pendirinya dalam aktifitas yang diteliti
• Berdasar pendekatan tradisional • Menentang standpoint ‘observer’
yang mendominasi ilmu alam, (positivist) sebagai valid point
walaupun beda detil untuk memahami aktifitas
• Hipotesis bisa diverifikasi ‘benar’ manusia. Pemahaman hanya
atau difalsifikasi ‘salah’, dimana didapat melalui okupasi frame of
diterima sebagai proses kumulatif reference dari tindakan partisipan.
yaitu pandangan baru ditambahkan Understand from the inside, not
dalam stok pengetahuan dan from the outside.
hipotesis yang salah disingkirkan • Subyektif, ilmu tidak dapat
menghasilkan pengetahuan yang
obyektif.
PERDEBATAN DALAM HUMAN NATURE:
VOLUNTARISM-DETERMINISM
Voluntarism Determinism
• Bagaimana model manusia bila • Manusia dan aktifitasnya
direfleksikan dalam teori seutuhnya ditentukan oleh situasi
keilmuan sosial dan ‘lingkungan’ ia berada
• Manusia seutuhnya autonomous
dan free-willed

Sejauh ini< ahli ilmu sosial harus mengadopsi salah satunya, atau
berada di tengah2 keduanya yang memungkinkan pengaruh
faktor2 situasional dan voluntary dalam kehidupan manusia.
PERDEBATAN DALAM METODOLOGIS:
IDEOGRAPHIC-NOMOTHETIC
Ideographic Nomothetic
• Berdasar pandangan bahwa seseorang • Menekankan pada pentingnya
dapat memahami dunia sosial dengan mendasarkan riset pada protokol dan
mengetahui pengetahuan dasar dari teknik sistematis
subyek dibawah penelitian • = pendekatan dan metode dalam ilmu
• Penekanan pada pendekatan pada alam yang memfokuskan pada proses
subyek dan mengeksplorasi menguji hipotesis dengan keketatan
background dan sejarah ilmiah
kehidupannya secara mendetil • Melakukan uji ilmiah dan
• ‘getting inside’ ke dalam situasi dan menggunakan teknik kuantitatif
melibatkan diri kedalam kehidupan untuk analisis data
sehari2 • Alat2 metodologi ini mis. Survei,
• Analisis detil dihasilkan dari kuesioner, tes kepribadian dan
memasuki subyek dan pandangan instrumen riset terstandarisasi
yang impresionistik dari diaries,
biografi dan catatan jurnalistik
• Membiarkan seseorang membuka sifat
alamiah dan karakteristiknya dalam
proses penelitian
MENGANALISA ASUMSI2 TENTANG
SIFAT DASAR ILMU SOSIAL
 Dua posisi ekstrim dari 4 paradigma diatas
direfleksikan kedalam 2 tradisi intelektual:
I. Sociological Positivism
 Upaya untuk mengaplikasikan model
dan metode dari ilmu alam dalam
hubungan manusia
 Memperlakukan dunia sosial seperti
dunia alamiah
 ‘Positivist’ Ontology, ‘Deterministic’
Human Nature dan ‘Nomothetic’
methodologies
II. German Idealism
 Realitas dari alam terletak pada ‘spirit’
atau ‘pemikiran/idea’, BUKAN pada data
dari persepsi
 Nominalist dalam pendekatannya pada
realitas sosial
 Menekankan sifat subyektifitas hubungan
manusia, menolak model dan metode
seperti dalam ilmu alam
 ‘Anti-positivist’ epistemology, ‘Voluntarist’
human nature dan ‘Ideographic’
methodologies
 Sociological positivism=objective
 German idealism=subjective
 Banyak ahli teori organisasi cenderung kepada
sociological positivism
 Pada 70 thn terakhir banyak terdapat interaksi
keduanya terutama pada level socio-
philosophical sehingga muncul intermediate
points of view (konfigurasi asumsi, teori,
pemikiran dan pendekatan baru yang
berbeda), mis. Fenomenologi, etnometodologi
dan action frame or reference
 Diharapkan uraian bagian I dapat merupakan:
1. Alat klasifikasi
2. Analisa teori sosial
3. Dasar untuk memfokuskan pada asumsi2
kunci
4. Cara untuk memfokuskan pada perbedaan2
pendekatan socio-scientific
5. Cara untuk memfokuskan pada derajat
kongruensi antar 4 set asumsi ilmu sosial
Terimakasih…

You might also like