You are on page 1of 11

MAKALA

H
PT. ASURANSI BUMI
PUTERA

NAMA : EKI SIWI


PUTRANTI NPM : 17108378
KELAS : 4 KA17

FAKULTAS ILMU
KOMPUTER UNIVERSITAS
GUNADARMA
20
08
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………i
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
Landasan Teori…………………………………………………………………….2
Profil Perusahaan………………………………………………………………….4
Analisis……………………………………………………………………………5
KESIMPULAN dan SARAN……………………………………………………………..8
REFERENSI………………………………………………………………………………9
PENGGUNAAN INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI
INFORMASI DALAM PENINGKATAN
KAPABILITAS INOVASI
PERUSAHAAN ASURANSI BUMI PUTERA 1912

BAB I
PENDAHULUAN

Infrastruktur teknologi informasi merupakan isu sentral dalam beberapa tahun


terakhir baik dalam bisnis maupun dalam manajemen sistem informasi. Infrastruktur
teknologi informasi telah menjadi alat yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan
untuk mencapai keunggulan bersaing sehingga menjadikan penggunaan infrastruktur
teknologi informasi sebagai kebutuhan strategi yang merupakan kunci yang
memungkinkan implementasi dari sistem inovasi, mengurangi biaya, meningkatkan
bargaining power, mendefinisikan kembali dan meningkatkan pelayanan dan
memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk-produk baru. Selain itu,
infrastruktur teknologi informasi dibutuhkan oleh perusahaan agar dapat mengalami
perubahan-perubahan gradual untuk mendapatkan keuntungan dengan adanya teknologi
baru dan efisiensi. Infrastruktur teknologi informasi juga dibutuhkan untuk mengadakan
perubahan-perubahan proses bisnis guna memenuhi kebutuhan strategi saat ini dan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
Infrastruktur teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai pondasi dasar dari
kapabilitas teknologi informasi. Kapabilitas teknologi informasi ini meliputi internal
technical (equipment, software dan cabling) maupun human expertise yang dibutuhkan
untuk memberikan pelayanan yang dapat dipercaya. Infrastruktur teknologi informasi
yang sama di satu perusahaan mungkin dapat membuat inovasi dalam proses bisnis
menguntungkan, sedangkan di perusahaan lain infrastruktur teknologi informasi tersebut
kurang menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh keefektifan dari a human information
technology infrastructure yang mempengaruhi cara teknologi informasi dalam mengubah
output yang dihasilkan. Keefektifan ini dapat diukur dari besar kualitas dari pemahaman,
keterampilan dan pengalaman dari the human technology information infrastructure
dalam mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi informasi. Hal ini
digambarkan sebagai fleksibilitas teknologi informasi. Fleksibilitas memberikan
organisasi kemampuan untuk mengontrol lingkungan di luar organisasi secara efektif
yang merupakan sumber potensial untuk mencapai posisi persaingan yang baik.
Disamping itu, fleksibilitas infrastruktur ini menentukan kemampuan dari perusahaan
untuk cepat dan peka menanggapi perubahan-perubahan dari luar, dimana hal ini penting
bagi inovasi.

Landasan Teori
Broadbent dan Weill (1996) mengemukakan bahwa infrastruktur teknologi
informasi memberikan pondasi dasar bagi kapabilitas teknologi informasi yang
digunakan untuk membangun aplikasi bisnis dan biasanya dikelola oleh kelompok sistem
informasi, seperti terlihat dalam gambar berikut ini:

Information Technology
For Business Processes

Shared Information Technology Services

Human Information Technology Infrastructure

Information Technology Component

Gambar 1. Komponen Infrastruktur Teknologi Informasi


IT Infrastructure Sumber: Broad dan Weill (1996)

Tingkat paling dasar dari komponen teknologi informasi, seperti komputer dan
teknologi komunikasi, yang saat ini merupakan komoditi utama dan dapat dengan mudah
diperoleh di market place. Pada lapisan kedua terdiri dari serangkaian pelayanan yang
tersedia seperti: management of large scale data processing, provision of electronic data
interchange (EDI) capability, atau management of firm-wide database. Komponen
tingkat dasar diubah ke dalam penggunaan pelayanan infrastruktur teknologi informasi
oleh human information technology infrastructure yang merupakan kombinasi dari
knowledge, skill dan experience. Dengan demikian, human information technology
infrastructure mengubah komponen infrastruktur teknologi informasi menjadi
serangkaian pelayanan infrastruktur teknologi informasi yang dapat dipercaya. Investasi
teknologi informasi yang digunakan, dan terletak di atas, merupakan aplikasi
infrastruktur, seperti order entry pembukaan rekening bank, analisis penjualan dan sistem
pembayaran, yang merupakan bentuk proses bisnis sesungguhnya.
Duncan et al (1995) mengemukakan ada empat dimensi infrastruktur teknologi
aspek manusia yaitu: (1) pengetahuan dan keahlian manajemen tentang teknologi
informasi, (2) pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis, (3) keahlian
interpersonal dan manajemen, dan (4) pengetahuan dan keahlian teknikal. Pengetahuan
dan keahlian manajemen tentang teknologi berhubungan dengan dimana dan bagaimana
menyebarkan teknologi informasi secara efektif dan menguntungkan untuk mencapai
tujuan-tujuan strategi bisnis. Pengetahuan dan keahlian fungsional tentang bisnis meliputi
tingkat pengetahuan dan variasi fungsi di dalam bisnis dan kemampuan untuk
mengetahui semua lingkungan bisnis. Keahlian interpersonal dan manajemen meliputi
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan personal dalam area fungsional
dan untuk bekerja di dalam suatu lingkungan kolaborasi, serta kemampuan untuk
memimpin tim proyek. Pengetahuan dan keahlian teknikal mengukur dalam dan luasnya
keistimewaan teknologi informasi teknik (sistem operasi, bahasa pemrogaman, sistem
manajemen database, network, telekomunikasi, dan lain-lain) di dalam organisasi.
Profil Perusahaan

Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng.


Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus
Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian
perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para
guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya pertama kali di Kongres Budi
Utomo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha - sebagai salah satu
keputusan Kongres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912. Sebagai pengurus,
selain M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk
M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang
iniah yang kemudian dikenal sebagai "tiga serangkai" pendiri Bumiputera, sekaligus
peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.

Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) - yang


kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah
menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha
"mutual" atau "usaha bersama". Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan - yang
mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk
mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan
idealisme dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera
hingga hari ini.

Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge Levensverzekering


Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu
saja, tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan
Bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya, peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun
1965 - yang memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling hangat - multikrisis di
penghujung millenium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh,
berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian
zaman - mungkin karena persaingan atau badai krisis. Semua ini menjadi cermin
berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya
mempertahankan keberlangsungan.

Memasuki millenium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan sekitar 18.000


pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor
sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia; tengah berada di tengah pencapaian baru
industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap
pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-
sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 96 tahun lampau.
Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru; karena makin
menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun, berbekal
pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan
Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi
Bangsa Indonesia - sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa
berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.

Analisis

Para profesional teknologi informasi perusahaan asuransi Bumi Putera 1912


mendeskripsikan bahwa pimpinan kerja mereka mempunyai tanggung jawab dan peran
kunci bagi pelayanan sistem informasi sebagai pusat merespon kebutuhan bisnis yang
terjadi dimana kecepatan dan kepekaan merespon kebutuhan konsumen itu penting bagi
kesuksesan inovasi. Tingkat pemahaman teknologi informasi khususnya yang dimiliki
oleh manajer puncak asuransi Bumi Putera 1912 merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan dalam penyebaran teknologi informasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat
kematangan teknologi informasi selain digunakan dalam mengambil keputusan strategi
teknologi apa yang akan dijalankan juga bermanfaat untuk mengambil keputusan di
investasi bidang teknologi dan selanjutnya berhubungan erat dengan ketersediaan
prasarana dasar di bidang komunikasi dan teknologi. Kesesuaian antara strategi bisnis
dengan strategi teknologi informasi sangat bermanfaat bagi organisasi untuk menciptakan
dan menambah efisiensi, mengurangi biaya-biaya, menciptakan barriers to entry,
meningkatkan hubungan dengan konsumen dan buyers/suppliers, menciptakan produk
baru dan penyelesaian masalah-masalah bisnis.
Dalam penyusunan strategi teknologi informasi perlu adanya koherensi antara
strategi teknologi informasi dengan strategi perusahaan. Konsep “organizational fit”
beragumen bahwa varian dalam struktur teknologi informasi organisasi seharusnya sesuai
dengan semua variabel organisasi seperti: struktur pembuatan keputusan, filosofi
manajerial, bentuk organisasi, dan struktur kompetitif organisasi. Untuk mencapai
kesesuaian itu, organisasi perlu menyesuaikan sumber daya-sumber daya internal
organisasi dengan kesempatan dan risiko lingkungan sehingga kecepatan dan kepekaan
dalam menghadapi perubahan-perubahan dari luar sangat dibutuhkan dan teknologi
informasi sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Teknologi informasi
bermanfaat dalam menambah kecepatan dan kepekaan menanggapi perubahan-perubahan
dari luar dimana kecepatan merespon sangat penting bagi inovasi. Penggunaan teknologi
informasi penting untuk mengetahui integrasi dan ketersediaan informasi yang mungkin
dihubungkan dengan penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan komunikasi
internal dan kesuksesan inovasi, memfasilitasi tingkat yang lebih tinggi dari koordinasi
dan integrasi dari aktivitas-aktivitas dalam perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 yang
tergambar dalam rerangka berikut:
Strategi
Teknologi
Informasi

Tingkat Kapabilitas
Pemahaman Inovasi:
Teknologi 1. Inovasi
Informasi Produk
2. Inovasi
Proses

Investasi
dalam
Teknologi
Informasi

Gambar 2.
Kerangka Infrastruktur Teknologi Informasi PT. Asuransi Bumi Putera 1912
Kesimpulan
Penggunaan infrastruktur teknologi informasi merupakan respon strategik yang
dilakukan perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 dalam rangka menghadapi persaingan
atau ketidakpastian lingkungan bisnis. Semakin tinggi ketidakpastian lingkungan bisnis
akan mengakibatkan semakin banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil
keputusan guna mengevaluasi berbagai kemungkinan strategi yang dapat diterapkan
sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik. Koherensi antara
strategi teknologi informasi dengan strategi bisnis sangat diperlukan oleh perusahaan
asuransi Bumi Putera 1912, mengingat dengan koherensi strategi memungkinkan
perusahaan memperkuat posisi pasar terhadap para pesaing, pemasok dan pelanggan yang
pada gilirannya memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan bersaing melalui
inovasi. Semakin tinggi tingkat pemahaman tentang teknologi informasi akan semakin
tinggi tingkat kapabilitas inovasi. Oleh sebab itu, apabila infrastruktur dianggap sebagai
langkah penting bagi perusahaan dalam memasuki era persaingan bebas, maka
peningkatan keterampilan dan pemahaman tentang teknologi informasi terutama bagi
pimpinan puncak dan para manajer dari suatu perusahaan menjadi prasyarat inti dalam
mencapai efisiensi, efektivitas dan kapabilitas inovasi dalam kegiatan usaha. Agar
perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 mampu bersaing dalam lingkungan global,
diperlukan strategi yang tepat sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satunya
adalah dengan terus-menerus melakukan inovasi, pengembangan, perbaikan maupun
penemuan-penemuan baru untuk mencapai keunggulan bersaing. Teknologi informasi
memungkinkan suatu perusahaan yang mengadopsinya untuk memiliki keunggulan
bersaing.

Saran
Faktor yang paling dominan dari tingkat penggunaan infrastruktur teknologi
informasi yang mempengaruhi peningkatan kapabilitas inovasi adalah tingkat kesadaran
terhadap investasi dalam teknologi informasi. Hal ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera 1912
apabila perusahaan ingin mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi produk dan
inovasi proses sebaiknya lebih mengingkatkan investasi dalam teknologi informasi.
Selain itu, strategi teknologi informasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pimpinan
perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera 1912 dalam menentukan strategi yang
akan diterapkan. Koherensi antara strategi bisnis dan strategi teknologi informasi perlu
dicapai karena hal ini akan memungkinkan perusahaan asuransi Bumi Putera 1912 tetap
exist dalam persaingan bisnis. Infrastruktur teknologi informasi yang mempengaruhi
kapabilitas inovasi adalah tingkat pemahaman tentang teknologi informasi. Hal ini
mengimplikasikan bahwa pimpinan perusahaan dan para manajer asuransi Bumi Putera
1912 harus senantiasa meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang teknologi
informasi sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi produk dan
inovasi proses.

REFERENSI

Duncan, N.B. 1995. Capturing Flexibility of Informations Technology Infrastructure: A


Study of Resources Characteristic and Their Measure. Journal of Information
System. Vol 12. No 2. pp. 37-57.
Martin, E. Wainright. 2005. Managing Information Technology. Fifth Edition. Pearson
Prentice Hall
Weill, P., Broadbent, M., & Butler, C. 1996. Exploring How Firm View IT Infrastructure.
Work Paper at the Sixteenth International Converence on Information System,
Amsterdam.
www.bumiputera.com

You might also like