You are on page 1of 29

Telaah Ilmiah

RADIOTERAPI PADA TUMOR OTAK

Oleh

Arinanda Kurniawan, S. Ked

Irwansyah, S. Ked

Pembimbing:

dr. Djasril Jahiddin, Sp. Rad – k. (onk)

DEPARTEMEN RADIOLOGI

RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2010

1
HALAMAN PENGESAHAN

Telaah Ilmiah yang berjudul

Radioterapi pada Tumor Otak

oleh

Arinanda Kurniawan

Irwansyah

telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di bagian Radiologi Rumah Sakit dr. Moh. Hoesin Palembang

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Palembang, Desember 2010

Pembimbing

dr. Djasril Jahiddin, Sp. Rad (onk

2
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam


otak yang terdiri atas tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna
adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas,
sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar
(metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Tumor otak
dibagi menjadi dua tipe yaitu tumor primer dan sekunder. Tumor primer, yaitu
tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari astrosit,
oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-meduloblas.
Sedangkan tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis
yang terjadi di bagian tubuh lainnya, contohnya yang paling sering adalah yang
berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita.

Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma


seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam
kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap
tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10%
dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di
Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor
otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan pundak usia 40-65 tahun. Insidens tumor otak primer terjadi pada sekitar
enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut
kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12%
neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak
70% terletak infratentorial.

Pada anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu
meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma

3
multiforme. Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosis tumor otak
apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor
kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, invasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai
predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak.
Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan
tumor benigna dan maligna.

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam


penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan
bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal
jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sifat dan
lokasi tumor otak seringkali menimbulkan proses desak ruang yang akan
meningkatkan tekanan intrakranial, terlebih pada kasus metastasis tumor ganas
pada intrakranial akan cepat menimbulkan edema serebri yang akan memperburuk
tekanan intrakranial.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI – HISTOLOGI OTAK

Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak
di cavum cranii, otak dibentuk oleh cavum neuralis yang membentuk 3
gelembung embrionik primer, yaitu prosenchephalon, mesensephalon,
rhombhencephalon, untuk selanjutnya berkembang membentuk 5 gelombang
embrionik sekunder, yaitu telencephalon, dienchephalon, mesencephalon,
metenchepalon, dan myelencephalon. Telencephalon membentuk Hemispaherum
cerebri, corteks cerebri. Diencephalon membentuk epithalamus, thalamus,
hipothalamus, subthalamus, dan methatalamus. Didalam diencephalon terdapat
rongga; vebtriculus tertius yang berhubungan dengan ventriculus lateralis melalui
foramen interventriculare (Monroi). Mesencephalon membentuk corpora
quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon terdapat kanal sempit
aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan ventriculus
quartus. Metencephalon membentuk cerebellum dan pons, sedangkan
Myelencephalon membentuk medulla oblongata.

Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa
seberat 1400-1500 gram. Otak di bungkus oleh meninges yang terdiri dari 3 lapis.
Di dalam otak terdapat rongga : systerna ventricularis yang berisi liquors
erebrospinalis yang lanjut ke rongga antar meninges, cavum subarachnoidea.
Fungsi utama liquorserebrospinalis yaitu melindungi dan mendukung otak dari
benturan.

Hemisphaerum cerebri jumlahnya sepasang, dipisah secara tidak sempurna


oleh fissura longitudinalis superior dan falx serebri, belahan kiri dan kanan
dihubungkan oleh corpus callosum. Hemisphaerum cerebri dibentuk oleh cortex
cerebri, substantia alba, ganglia basalis, dan serabut saraf penghubung yang

5
dibentuk oleh axon dan dendrit setiap sel saraf. Cortex cerebri terdiri dari selapis
tipis substantia grissea yang melapisis permukaan hemisphaerum cerebri.
Permukaannya memiliki banyak sulci dan gyri, sehingga memperbanyak jumlah
selnya.diperkirakan terdapat 10 milyar sel saraf yang ada pada cortex cerebri.

Hemispaerum cerebri memiliki 6 lobus; lobus frontalis, lobus parietalis,


lobus temporalis, lobus occipitalis, lobus insularis dan lobus limbik. Lobus
frontalis, mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus
precentralis, girus frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis
inferior,girus recrus, dirus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior. Lobus
parietalis, mulai dari sulcus centralis menuju lobus occipitalis dan cranialis dari
lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis superior,dan
lobulus parietalis inferior-inferior-posterior. Lobus temporalis, terletak antara
polus temporalis dan polus occipitalis dibawah sulcus lateralis. Lobus occipitalis
terletak antara sulcus parieto occipital dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua
bangunan, cuneus dan girus lingualis. Lobus insularis, tertanam dalam sulcus
lateralis. Lobus limbik, berbentuk huruf C dab terletak pada dataran medial
hemisfer cerebri.

Lobus oksipitalis yang terletak di sebelah posterior (di belakang kepala)


bertanggungjawab untuk pengolahan awal masukan penglihatan. Sensasi suara
mula-mula diterima oleh lobus temporalis, yang terletak di sebelah lateral (di sisi
kepala)

Lobus parietalis terutama bertanggungjawab untuk menerima dan


mengolah masukan sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri
dari permukaan tubuh. Sensasi-sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi
somestetik (perasaan tubuh). Lobus parietal juga merasakan kesadaran megenai
posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut propriosepsi.

Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu dideteksi


oleh thalamus, tingkat otak yang lebih rendah. Thalamus membuat anda sadar
bahwa sesuatu yang panas versus sesuatu yang dingin sedang menyentuh badan

6
anda, tetapi tidak memberitahu dimana atau seberapa besar intentitasnya.

Lobus frontalis bertanggungjawab terhadap tiga fungsi utama: (1) aktivitas


motorik volunteer (2) kemampuan berbicara (3) elaborasi pikiran. Daerah di lobus
frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis akhir di neuron-neuron motorik
eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka.

Area Broca yang betanggungjawab untuk kemampuan berbicara, terletak


di lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang
mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi.

Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus


parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa.
Daerah ini berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan.
Selain itu, daerah ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola
pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca,
kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan.

Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh


dari luas korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah
asosiasi berperan dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).

Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat
di anterior korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer (2)
pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan
pilihan (3) sifat-sifat kepribadian.

Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan


ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi
somatic, auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan
persepsi yang kompleks.

Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal.
Daerah ini berkaitan dengan motivasi dan emosi.

7
Pembentuk susunan saraf pusat adalah neuron yang jumlahnya mencapai 100
milyar, didukung oleh sel glia yang jumlahnya 10 kali lipat dari neuron. Setiap
neuron memiliki tonjolan panjang , akson yang berfungsi membawa informasi
keluar dari neuron (serabut eferen). Selain itu terdapat tonjolan pendek, dendrit
yang berfungsi membawa informasi menuju neuron (serabut aferen)

Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi
untuk menyangga dan dukungan metabolik terhadap neuron. Ada 2 macam sel
glia; makroglia dan microglia. Mikroglia berfungsi sebagai sel fagosit yang sangat
besar jika terjadi infeksi atau kerusakan pada susunan saraf, sedangkan makroglia
berfungsi sebagai penyangga dan fungsi nutritif. Mikroglia ada 4 macam, yaitu
Oligodendroglia, sel schwann, sel astrosit, dan sel ependyma. Bersama-sama
mereka dipandang sebagai suatu sistem yang dinamik bermakna fungsional dalam
pertukaran metabolik antara neuron sistem saraf pusat lingkungannya. Terdapat
tiga jenis sel glia, mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit. Mikroglia secara
embriologis berasal dari lapisan mesodermal sehingga pada umumnya tidak
diklasifikasikan sebagi sel glia sejati. Mikroglia memasuki SSP melalui sistem
pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris dan melawan
infeksi.

Astrosit

Astrosit merupakan neuroglia terbesar, berbentuk bintang , berinti besar, bulat


atau lonjong, sitoplasmanya mengandung banyak ribosom dan nukleoli tidak
jelas. Astrosit protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan
medulla spinalis, sedangkan astrosit fibrosa terutama dalam substantia alba.
Karena banyaknya prosesproses sitoplasma yang luar, astrosit penting sebagai
struktur penyokong dan struktural dalam SSP. Fungsi astrosit masih diteliti;bukti-
bukti memperlihatkan bahwa sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantarkan
impuls dan transmisi sinaptik dari neuron dan bertindak sebagai saluran
penghubung antara pembuluh darah dan neuron

Oligodendrosit

8
Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-cabang
yang lebih pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong, sitoplasma
lebih padat dengan ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar. Oligodendrosit
terutama terdapat dalam 2 lokasi, di dalam substansia grissea dan di antara berkas-
berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya terletak dalam posisi perivascular
sekitar pembuluh darah. Oligodendroglia dan astrosit merupakan neuroglia sejati
dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama seperti neuron).
Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.

Sel Ependim

Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis dan


mempertahankan susunan epitel mereka . sel ependim melapisi rongga otak dan
medulla spinalis dan terendam dalam cairan serebrospinal uang mengisi rongga-
rongga ini. Meskipin ujung apikal sel ependim melapisi rongga tersebut, namun
dasarnya tidak seragam dan terdiri dari procesus panjang yang meluas dari pusat
otak ke jaringan penyambung perifer, akibatnya procesus sel ependim berjalan di
antara unsur saraf dan merupakan matriks penyokong yang mirip dengan sel glia
lainnya.

Sel schwann

Sel schwann membungkus semua serat saraf dari susunan saraf perifer,
dan meluas sampai perlekatannya masuk atau keluar dari perlekatannya di
medulla spinalis dan batang otak sampai ke ujungnya. Sel swhann
memperlihatkan inti yang heterochromatik, biasanya gepeng, dan terdapar di
tengah sel dengan banyak mitokondria, mikrotubul dan mikrofilamen.

II.2 DEFINISI TUMOR OTAK

Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang


disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme

9
perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel
merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat.
Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan
DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu
sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat
memicu terjadinya kanker.

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak


merupakan penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat
kendali dari tubuh manusia, sehingga tumor otak pada umum nya dapat
mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.

Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun


ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari
jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan
otak dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma
sistemik. Metastasis otak ditandai oleh keganasan sistemik dari kanker paru,
payudara, melanoma, limfoma dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua
usia; dapat terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada
dewasa usia dekade kelima dan enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak
ganas jumlahnya tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir.

II.3 ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau, yaitu :

1. Herediter

Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-

10
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)

Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan


yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.

4. Virus

Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

5. Substansi-substansi Karsinogenik

Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.


Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.

11
II.4 KLASIFIKASI

Tumor otak memiliki banyak klasifikasi, klasifikasi yang mungkin paling


banyak dipahami adalah Klasifikasi Kernahan dan Sayre karena tumor diberi
nama sesuai dengan sama sel yang terserang, baik sel pada susunan saraf orang
dewasa, pada pembuluh darah, maupun pada gangguan perkembangan
(kongenital). Stadium keganasannya diberi derajat I-IV ( IV adalah yang paling
ganas).

Presentase klasifikasi tumor otak:

 Glioma
 Astrositoma derajat I 40-50%
 Astrositoma derajat II 5-10%
 Astrositoma derajat III 2-5%
 (glioblastoma multiform) 20-30%
 Medulloblastoma 3-5%
 Oligodendroglioma 1-4%
 Ependimoma derajat I-I 1-3%
 Meningioma 12-20%
 Tumor Hipofisis 5-15%
 Neurolemoma T.U NVIII 3-10%
 Tumor metastatik 5-10%
 Tumor pembuluh darah 0.5-1%
 Malformasi arteriovenosa,
 Hemangioblastoma,
 Endotelioma
 Tumor defek perkembangan 2-3%
 Kista dermoid, epidermoid,
 Teratoma, Kordoma,

12
 Parafiseal
 Kraniofaringioma 3-8%
 Pinealoma 0.5-0.8%
 Lain-lain 1-3%
 Sarkoma, papilloma plexus
 choroideus, lipoma,
 tidak terklasifikasi

1. Glioma

Jumlah glioma adalah sekitar 40-50% dari tumor otak. Glioma


dikelompokkan berdasarkan asal embriologis. Pada orang dewasa sel neuroglia
sistem saraf pusat berfungsi untuk memperbaiki, menyokong dan melindungi sel-
sel saraf yang lunak. Glioma terdiri dari jaringan penyambung dan sel-sel
penyokong. Neuroglia mempunyai kemampuan untuk terus membelah selama
hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak
dimana neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit. Tumor glia
merupakan penyebab dari hampir separuh tumor otak pada anak. Sebagian besar
tumor glia pediatrik merupakan tumor derajat rendah yang paling sering terletak
di fossa posterior dan regio diensefalon.

2. Astrositoma

Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista


dalam berbagai ukuran.walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada
fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya
astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan keganasan
berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumor-tumor ini
pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak datang
berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma derajat I
memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan astrosit

13
normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu
daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut
memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III
menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif
sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV,
berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas,
maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan
hemoragi.maka astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu
Glioblastoma multiform. Sampai timbul gejala (misal: serangan epilepsi maupun
nyeri kepala). Eksisi bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan karena
tumor bersifat invasif, tapi bersifat residif terhadap radiasi.

3. Glioblastoma multiform

Glioblastoma multiform adalah jenis gliom ayang paling ganas. Tumor ini
memiliki kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi. Dan eksisi bedah yang
lengkap tidak ungkin dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan.
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi predileksi utamanya adalah lobus
frontalis. dan sering menyebar ke sisi kontralateral melalui korpus kalosum.

4. Oligodendroglioma

Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai


astrositoma, tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan
cenderung mengalami kalsifikasi; biasanya dijumpai pada hemisfer otak dewasa
muda. Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang timbul
hingga 10 tahun, secara klinis bersifat agresif, dan menyebabkan simptomatologi
bermakna akibat peningkatan intrakranial.di dalam daerahnya terdapat kista,
perkapuran dan hemoragi.

Oligodendroglioma merupakan pada manusia yang paling bersifat


kemosensitif. Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan adalah melfalan,
thiotep, temozolomide, paklitaksel ( taxol) dan regimen berdasar platinum.
Diyakini bahwa sel neoplasma dari oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi

14
dari kemoterapi sitotoksik. Penjelasan yang lebih lengkap masih menunggu hasil
dari penelitian genetik lebih lanjut.

5. Ependimoma

Ependimoma adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari
hubungan erat pada ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi pada
fossa posterior, tetapi dapat terjadi dari setiap bagian fossa ventrikularis. Tumor
ini lebih sering terjadi ada anak maupun orang dewasa. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka
panjang adalah usia dan letak anatomis tumor. Makin muda usia pasien maka
makin buruk prognosisnya (biasanya terlihat pada usia anak kurang dari 7 tahun)
alasan prognosis yang buruk msih belum diketahui. Diyakini bahwa tumor
embrional pada anak berbeda dari tumor pada dewasa dan semakin imatur
jaringan tumor pada anak menyebabkan makin agresifnya sifat tumor yang
memperburuk prognosisnya (Spagolli,2000). penderita tumor yang terletak pada
dasar dan atap ventrikel dapat direseksi secara sempurna daripada penderita tumor
di processus lateralis. Perbedaan ini darena dasar dan atap tumor cenderung
menginfiltrasi struktur pedunculus cerebri dan pons sehingga menyebabkan tidak
mungkin dilakukan pengangkatan sempurna.pengobatan radiasi dilakukan pasca
operasi, kecuali pada anak usia kurang dari 3 tahun yang menjalani kemoterapi.

II.5 DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita


tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti,
adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI.
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.

Gejala Klinik Umum

15
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat
infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala,
perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan
muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif
daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal
dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa
menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-
gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan
oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan
gejala umum.

Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi

Peningkatan tekanan intrakranial yang progresif menimbulkan gangguan


kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan sindrom uncus,
atau sindrom kompresi diencephalon, sindrom komresi sentral rostrokaudal, dan
herniasi cerebellum ke foramen magnum. Gejala umum tekanan intrakranial yang
meninggi terdiri dari sakit kepala, muntah dan kejang, gangguan mental dan
perasaan abnormal di kepala.

Sakit kepala, merupakan gejala umum yang dapt dirasakan pada setiap
tahap tumor intrakranial. Sifat sakit nyeri berdengyt atau rasa penuh dikepala.
Nyerinya paling hebat pada pagi hari karena pada tidur malam PCO2 serebral
meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan CBF dan dengan demikian
mempertinggi lagi tekanan intrakranial. Juga lonjakan tekanan intrakranial sejenak
karena batuk, mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri kepala
merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari para penderita.

Muntah. Juga gejala muntah sering timbul pada pagi hari setelah bangun
tidur. Hal ini disebabkan oleh tekanan intrakranial nyang menjadi lebih tinggi
selama tidur malam.sifat muntah penderita dengan tekanan intrakranial yang
meninggi adalah khas yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului oleh mual.

16
Kejang lokal. Dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial
pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi tekanan
intrakranial yang melonjak secara cepat terutama bagi manifestasi glioblastoma
multiform. Kejang tonik yang sesuai dengan serangan rigiditas deserebrasi
biasanya timbul pada tumor fossa franii posterior dan secara tidak tepat
dinamakan cereberal fits.

Gangguan mental. Tumor serebri dapat mengakibatkan dementia, apatia,


gangguan watak dan intelegensia, bahkan psikosis tidak peduli lokasinya.

Perasaan abnormal di kepala. Banyak penderita tumor intrakranial


merasakan berbagai macam perasaan yang samar seperti enteng di kepala, pusing,
atau tujuh keliling.mungkin sekali perasaan itu timbul sehubungan dengan adanya
tekanan intrakranial yang meninggi karena samarnya maka kebanyakan dari
keluhan semacam itu tidak dihiraukan oleh si pemeriksa dan seringkali dianggap
sebagai keluhan fungsional.

Tanda lokalisatorik yang menyesatkan

Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai


dengan fungsi tempat yang didudukinya. Manifestasi semacam itu dinamakan
tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan. Tanda tersebut adalah;

Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik atau
tertekan. Desakan itu tidak usah langsung terhadap saraf otak.

Refleks patologik. Reflek patologik yang positif di kedua sisi dapat


ditemukan pada penderita dengan tumor yang didalam salah satu hemisferium
saja..Fenomen ini dapat di jelaskan oleh adanaaya penggeseran mesensefalon ke
sisi kontralateral itu mengalami kompresi dan reflek patologis pada sisi tumor
menjadi positif karena kerusakan pada jaras kortikospinalis di tempat yang
diduduki tumornya sendiri.

17
Gangguan mental. Dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor
intrakranoal yang berlokasi dimanapun.

Gangguan endokrin. Dapat juga timbul karena proses desak ruang di


daerah hipofisis. Desakan dari jauh dan pergeseran tumor tak langsung di ruang
supratentorial dapat mengganggu juga fungsi hipofisis dan hipothalamus.

Ensefalomalasia. Akibat kompresi arteri serebral oleh suatu tumor dapat


terjadi di daerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri, sehingga segala defisit
yang timbul misalnya hemianopsia atau afasia, tidak dapat dianggap sebagai tanda
lokalisatorik.

Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal

Neoplasma serebral yang tumbuh di daerah fungsional yang khas


membangkitkan defisit serebral tertentu sebelum manifestasi hipertensi
intrakranial menjadi suatu kenyataan. Adapun defisit serebral itu adalah
monoparese, hemiparese, hemiapsia, afasia, anosmia, dan seterusnya. Dalam hal
tersebut gejala dan tanda diatas mempunyai arti lokalosatorik, tetapi bilamana
tekanan intrakranial sudah cukup tinggi dan membangkitkan berbagai gejala dan
tanda maka, hemiparesis yang bangkit atau afasia yang baru muncul tidak
mempunyai arti lokalisatorik. Seringkali gejala atau tanda dini luput dihargai
sebagai tanda lokalisatorik, karena proses desakan ruang belum difikirkan. Baru
setelah manifestasi tekanan intrakranial yang meninggi muncul. Tanda atau gejala
itu dikenal secara retrospektif sebagai tanda lokalisatotik.

Tanda tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial

Papiledema. Dapat timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi. Atau


akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.papil edema
tidak mempunyai hubungan dengan lamanya tekanan intrakranial yang meninggi.

18
Bilamana tekanan intrakranial melonjak secara cepat, maka papil edema
menunjukkan kongesti venosa yang jelas.dengan papil yang berwarna merah tua
dan perdarahan-perdarahan di sekitanya.

Hipertensi intrakranial. Mengakibatkan iskemia dan gangguan kepada


pusat-pusat vasomotorik serebral, sehingga menimbulkan bradikardia dan tekanan
darah sistemik yang meningkat secara progresif. Fenomena tersebut dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensatorik untuk menanggulangi keadaan
iskemia.

Perubahan irama dan frekuensi nafas. Akibat melonjaknya tekanan


intrakranial. Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernafasan yang
diselingi oleh pernafasan jenis cheyne-stokes. Kompresi sentral rostrokaudal
terhadap batang otak menimbulkan pernafasan yang lambat namun dalam. Bagian
–bagian tulang tengkorak dapat mengalami destruksi atau rangsangan, karena
adanya suatu tumor yang berdekatan dengan tulang tengkorak.

Perubahan ukuran kepala. Pada anak-anak tekanan intrakranial yang


meningkat dapat memperbesar ukuran kepala dengan teregangnya sutura. Pada
perkusi terdengar bunyi kendi yang rengat.dan pada adanya tumor jaringan
vaskular atau malformasi vaskular, auscultasi kepala dfapat menghasilkan dapat
terdengarnya bising.

Tanda dan Gejala Menurut lokasi tumor :

1. Lobus frontalis

Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung,


tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.

2. Kortek presentalis posterior

Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.

19
3. Lobus parasentralis

Kelemahan pada ekstremitas bawaan

4. Lobus Oksipitalis

Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang


kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.

5. Lobus temporalis

Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal


kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/
quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang
sensoris

6. Lobus Parietalis

Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan


penglihatan

Trias Klasik :

a. Nyeri kepala
b. Papil oedema
c. Muntah

Pemeriksaan Penunjang

20
Pemeriksaan Diagnostik :

1. Rontgent tengkorak anterior-posterior

2. EEG

3. CT Scan

4. MRI

5. Pemeriksaan cairan serebrospinal

6. Patologi anatomi

7. Angioserebral

CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi


prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses
ataupun proses lainnya. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak
sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak isekitarnya.
Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena
densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah
dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa
jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan
disertai dengan pemberian zat kontras.

Penilaian CT Scan pada tumor otak

 Tanda proses desak ruang yaitu adanya pendorongan struktur garis tengah
dan penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
 Kelainan densitas pada lesi: hipodens, hiperdens atau kombinasi,
kalsifikasi, perdarahan
 Udem perifokal

21
Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan
gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.

Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat


adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya
diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai
cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).

II.6 PENATALAKSANAAN

Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor,
antara lain:

 Kondisi umum penderita


 Tersedianya alat yang lengkap
 Pengertian penderita dan keluarganya
 Luasnya metastasis.

Terapi yang dilakukan, meliputi Terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan


kemoterapi.

1. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,


namun tidak berefek langsung terhadap tumor.

2. Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan


untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu
yang tidak dapat direseksi.

22
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek masa sebagai upaya menyelamatkan
nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor
sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga
akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor
akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi
diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Berbagai studi melaporkan bahwa
dengan tindakan reseksi komplit akan diperoleh ketahanan hidup yang makin
lama, perbaikan pada defek neurologis yang lebih nyata. Peningkatan kemampuan
ahli bedah saraf untuk melakukan pengangkatan total tumor menjadi lebih baik
dengan kemajuan teknologi terutama di bidang pencitraan.

Dikalangan neuro-onkologi telah disepakati semua tumor otak primer


dilakukan upaya pengambilan jaringan otak secara kraniotomi ataupun
stereotactic needle biopsy. Kraniotomi dilakukan guna mengeluarkan jaringan
tumor sebanyak-banyaknya kemudian dilakukan radioterapi tanpa/dengan
kombinasi kemoterapi dosis rendah dan dilanjutkan dengan dosis penuh.

3. Radioterapi

Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total


sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari
radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih
mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis
tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi
intensif.

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam


penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan
bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal
jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sifat dan
lokasi tumor otak seringkali menimbulkan proses desak ruang yang akan
meningkatkan tekanan intrakranial, terlebih pada kasus metastasis tumor ganas

23
pada intrakranial akan cepat menimbulkan edema serebri yang akan memperburuk
tekanan intrakranial.

Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive),


sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi
diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian
dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan
sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal
ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi
yang tinggi.

Perencanaan radiasi seperti 3-dimensional conformal theraphy,


penggunaan multi leaf collimators dan IMRT (Intensity Modulated Radiation
Therapy) merupakan metode radiasi yang saat ini digunakan dan masih terus
dikembangkan.

Stereotactic Radiosurgery (SRS) merupakan metode radiasi yang


bertujuan untuk memberikan dosis radiasi setinggi mungkin pada lesi jaringan
otak dengan meminimalkan dosis yang diterima oleh jaringan sehat sekitar tumor.
Digunakan alat leksel gamma knife yang menggunakan sumber radiasi Cobalt-60.
metode radiasi lain menggunakan sumber radiasi sinar X pada alat Linier
accelerator (Stereotactic Radiotheraphy, SRT). Selain berbeda pada sumber,
metode pemberiannya juga berbeda. Pada SRS radiasi diberikan dalam fraksi
tunggal mengingat perencanaan dan pelaksanaannya yang lebih rumit, hal ini
berbeda dengan SRT dimana radiasi dapat diberikan dalam beberapa fraksi. Baik
SRS maupun SRT, berkombinasi dengan radiasi eksterna seluruh otak, terbukti
memberikan hasil yang efektif. Sebanyak 94% dan 73% tumor terkontrol pada
bulan ke-13 dan 26. Disamping tumor otak SRS dilaporkan juga memberikan
hasil yang baik dibandingkan dengan microsurgery pada kasus neuroma akustikus
dalam hal timbulnya neuropati fasial dan trigeminus, lama perawatan, gangguan
pendengaran serta kekambuhan. Lesi non maligna intrakranial lain yang tercatat
dapat memberikan hasil pengobatan yang baik adalah arterio venous

24
malvormation (AVM).

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) merupakan


pengembangan metode konformal yang menjamin akurasi radiasi. Di negara maju
penggunaan peralatan ini sudah merupakan hal yang biasa namun karena
penggunaannya belum lama maka pelaporan yang dipublikasikan belum banyak
dan masih kontroversi. Sebagai pengembangan IMRT saat ini telah beredar
dipasaran peralatan cyberknife, sebuah alat dengan dasar kerja kombinasi antara
teknologi robotik dengan radiasi.

4. Kemoterapi

Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan,


kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang
beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma
stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi
dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.

5. Kombinasi radio-kemoterapi

Kombinasi radio-kemoterapi mulai dikembangkan. Peningkatan ketahanan


hidup selama 1 tahun sebanyak 10% dan 2 tahun sebanyak 8,6%. Nitrosourea
(BCNU) merupakan regimen yang paling efektif.

II.7 DIAGNOSA BANDING

Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :

 Abses intraserebral

25
 Epidural hematom
 Hipertensi intrakranial benigna
 Meningitis kronik.

II.8 KOMPLIKASI

Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-


negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum
prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta.

26
BAB III

KESIMPULAN

Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,
karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke
jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan
cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial
dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal
ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor
otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207

Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar
edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402

Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi susunan


saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13

Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC.


Jakarta.2005. 1183-1189

Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. February, 15th


2010

Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com


February,16th 2010.

Syaiful Saanin, dr, Tumor intrakranial Access on www.angelfire.neurosurgery.


February 16th 2010.

28
Japardi, Iskandar. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna. Access on
www.usudigitallibrary.com. February 16th 2010

29

You might also like