You are on page 1of 4

HASIL PENGAMATAN

A. Menghitung jumlah Butir Darah Putih (BDP)


Jumlah BDP pada 4 kotak = 177 butir
Jumlah butir darah per mm3 larutan = 177 x 10/4
= 442,5 butir leukosit / mm3 larutan
Jumlah butir darah putih per mm3 darah = 20 x 10/4 x 177
= 50 x 177
= 8850 butir leukosit / mm3 darah

B. Sediaan apus darah dan diferensiasi BDP


Dalam percobaan menggunakan sediaan darah kelinci
Gambar bentuk dan jenis-jenis leukosit :

Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit

Tabel jumlah jenis-jenis leukosit pada preparat kelinci :

No Jenis Leukosit Jumlah (butir) Persentase (%)


1. Neutrofil 13 8,6
2. Eosinofil 7 22,22
3. Basofil 18 16,05
4. Monosit 6 45,68
5. Limfosit 37 7,4

C. Golongan darah
Obyek percobaan : Rina Firantiani
Hasil pengamatan : Golongan darah O
Tabel hasil pengamatan :

Tetesan ke- Cairan Hasil


1 Serum anti A Tidak terjadi aglutinasi
2 Serum anti B Tidak terjadi aglutinasi
3 Larutan fisiologis Tidak terjadi aglutinasi

PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa jumlah
butir darah putih (BDP) pada 4 kotak adalah 177 butir dan setelah dilakukan
perhitungan jumlah BDP per mm3 larutan adalah 442,5 butir leukosit/ mm3
larutan. Dan untuk jumlah BDP per mm 3 darah adalah 8850 butir leukosit/ mm 3
darah. Sedangkan jumlah BDP dalam keadaan normal antara 5000-10.000 butir
per mm3 darah, dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelinci itu dalam keadaan
normal. Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Jika kita bandingkan antara leukosit dan eritrosit, ternyata
ukuran leukosit lebih besar daripada eritrosit tetapi volume leukosit hanya 1 %
dari semua volume darah. Jadi untuk menemukan sel ini lebih sulit maka
diperlukan ketelitian dalam menghitung BDP. Leukosit dibagi menjadi 2 yaitu
leukosit granulosit yang terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil. Dan untuk
leukosit agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit. Neutrofil merupakan “first
line defence” terhadap infeksi, eosinofil berperan terhadap infeksi parasit, basofil
berperan dalam membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan sekresi mediator
yang bersifat vasoaktif. Monosit akan berubah menjadi makrofag ketika
memasuki jaringan dan sel monosit berperan dalam pertahanan tubuh terhadap
infeksi organisme, sedangkan limfosit berperan penting dalam kekebalan.
Pada sediaan apus darah dengan pewarnaan giemsa, ditemukan sel darah
putih baik leukosit granulosit maupun leukosit agranulosit tetapi tidak ditemukan
retikulosit. Leukosit granulosit seperti neutrofil memiliki ciri gelambir berjumlah
3-5 lobus pada intinya, granul pada sitoplasma halus dan netral, persentase
terhadap sel darah putih normalnya sekitar 60-70 %. Pada percobaan didapatkan
persentasenya berkisar 16,05 % dari jumlah leukosit. Sel granulosit yang lain
yaitu eosinofil, memiliki inti gelambir dua sehingga menyerupai kaca mata, serta
granul pada sitoplasmanya besar-besar. Dalam keadaan normal 2-8 % dari jumlah
leukosit. Pada percobaan didapatkan hasil sebesar 8,6 %. Basofil memiliki granul
yang berwarna biru tua sampai ungu dan persentase normalnya berkisar 0,5 – 1,5
% dan pada percobaan didapatkan persentase sebesar 22,22 %. Limfosit dan
monosit merupakan leukosit agranulosit. Limfosit merupakan sel utama dalam
kekebalan tubuh dan limfosit mempunyai ciri sitoplasma berwarna biru, inti
berbentuk lonjong sampai bulat, jumlah persentase normal berkisar 20 – 40 % dan
hasil percobaan jumlah persentase limfosit adalah 45,68 % dari jumlah sel darah
putih. Kemudian monosit mempunyai inti yang menyerupai ginjal atau tapal kuda,
persentase normal sekitar 3 – 9 % dan hasil didapat 7,4 %. Dari hasil diatas
terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara persentase hasil percobaan
basofil dan neutrofil dengan yang normal. Hal ini mungkin disebabkan kesalahan
praktikan saat mengamati leukosit dengan mikroskop. Tetapi mungkin juga kelinci
yang dijadikan obyek percobaan mengalami reaksi alergi sehingga
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan sekresi yang bersifat vasoaktif
pada basofil.
Sel darah merah mempunyai molekul khas (glikolipid) pada permukaan
membrannya yang bisa berbeda pada orang yang berlainan. Molekul ini dapat
berfungsi sebagai antigen, dan antigen golongan darah ini dapat berikatan dengan
antibodi spesifik yang ada pada plasma darah seseorang dengan golongan darah
yang berbeda. Antigen golongan darah utama adalah antigen Rh dan antigen
sistem ABO. Golongan darah manusia tergantung dari protein penyusunnya, dua
antigen yang berhubungan tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan sel darah
merah pada sebagian besar populasi. Antigen-antigen inilah (yang disebut juga
aglutinogen karena mereka seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang
menyebabkan reaksi transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat
tidak mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus
mempunyai keduanya. Antibodi plasma berikatan dengan antigen sel darah merah
menyebabkan aglutinasi sel-sel darah merah, oleh karena itu antigen tipe A dan
tipe B disebut aglutinogen dan antibodi yang menyebabkan aglutinasi disebut
aglutinin. Pada percobaan didapatkan golongan darah O. Hal ini dilihat pada
campuran darah dengan anti A, anti B, dan NaCl fisiologis ternyata terlihat
tercampur dengan sempurna. Jadi dapat diartikan darah tersebut tidak mengalami
aglutinasi dari ketiga sampel tersebut.
KESIMPULAN
Sel darah putih terdiri atas sel leukosit bergranul (granulosit) yaitu monosit
dan limfosit, dan leukosit tidak bergranul (agranulosit) yaitu basofil, neutrofil, dan
eosinofil. Di dalam sediaan apus darah dan diferensiasi BDP di dalam percobaan
yang menggunakan sediaan darah kelinci ditemukan bahwa leukosit yang paling
banyak jumlahnya adalah limfosit, padahal seharusnya adalah neutrofil. Namun
hal ini mungkin disebabkan oleh reaksi alergi yang dialami oleh kelinci. Golongan
darah setiap individu dipengaruhi aglutinogen dan aglutinin yang dikandung dari
ketiga sampel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, F.William. 2003. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta :
EGC. Penerjemah H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off
Medical Physiology.
Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Jakarta : EGC.
Penerjemah Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical
Physiology.

You might also like