Professional Documents
Culture Documents
dapat mengatur mekanisme kerja para hakim MK menjadi lebih efektif dan
efisien dimasa yang akan datang. Beberapa catatan kami atas RUU ini
adalah sebagai berikut:
Pertama, perubahan pada Pasal 16 ayat (1): Untuk dapat diangkat menjadi
Hakim Konstitusi seorang calon harus memenuhi syarat, berusia sekurang-
kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam puluh
lima) tahun pada saat pengangkatan. Sedangkan pada pasal 23 ayat (1)
disebutkan bahwa Hakim Konstitusi diberhentikan dengan hormat dengan
alasan telah berusia 70 (tujuh puluh) tahun. Kalau dikaji secara matematis,
maka dengan adanya pembatasan usia maksimal 65 (enam puluh lima)
tahun bagi calon Hakim Konstitusi pada saat pengangkatan, dan
pembatasan usia pensiun 70 (tujuh puluh) tahun. Ini artinya ada waktu 5
(lima) tahun untuk mengabdi menjadi Hakim Konstitusi bagi Hakim
Konstitusi yang usianya 65 tahun pada saat pengangkatan. Kalau mengkaji
RUU sebelum perubahan yang menyebutkan usia pensiun 67 tahun, berarti
hanya ada waktu 2 (dua) tahun untuk mengabdi menjadi Hakim Konstitusi
bagi hakim yang pada saat pengangkatan sudah 65 tahun.
Kedua, lahirnya Bab IVA tentang kode etik dan perilaku hakim. Bagi Fraksi
PPP, bab ini dianggap paling penting karena mengatur tentang hal-hal yang
dilarang dan yang diperbolehkan Hakim Konstitusi dalam berperilaku
sebagai hakim untuk menjaga dan menegakkan harkat dan martabatnya.
Ketiga, berkenaan dengan Pasal 27A yang mengatur tentang sanksi dan
pembentukan Majelis Kehormatan. Harapan Fraksi PPP terhadap Majelis
Kehormatan ini sangat tinggi, sebab Majelis inilah yang akan menegakkan
Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi. Tentu harapan ini akan terwujud
apabila proses rekruitmen anggota Mejelis Kehormatan dilakukan dengan
cara yang jujur dan benar (fair play).
Fraksi PPP menaruh harapan besar, bahwa kiranya RUU ini akan
lebih meningkatkan kinerja MK dan menempatkan MK secara proporsional
dalam sistem ketatanegaraan nasional.
Dalam bagian ketiga, Pasal 28 RUU Cagar Budaya, pada ayat 26,
ayat 4, Pasal 28 ayat 8 dan Pasal 30 ayat 4, yang mengandung kalimat
Pemanfaatan, pada butir-butir yang tertera belum mencantumkan
6
Billahitaufiq Walhidayah,
Wassalamu`alaikum Wr, Wb.