Professional Documents
Culture Documents
DAS GRINDULU-PACITAN1
Syamsul A. Siradz2, Bambang D. Kertonegoro2 dan Suci Handayani2
Abstrak
Penelitian berupa uji lapangan telah dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah dalam meresapkan air
secara vertikal. Hasil pengamatan ini dapat membantu memberikan gambaran tentang kebutuhan air yang
diperlukan oleh suatu jenis tanah untuk mencapai suatu kondisi lengas tertentu. Kebutuhan air ini dapat
dipasok dari air irigasi dan/atau air hujan.
Lokasi dan obyek penelitian berupa beberapa jenis tanah yang digunakan untuk budidaya padi sawah di
Daerah Aliran Sungai (DAS) Grindulu di wilayah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Jenis-jenis tanah yang
diuji termasuk banyaknya ulangan yang dilakukan adalah sbb. : Aluvial Kelabu (endapan lempung
daratan)(2), Litosol (campuran batuan endapan tuff dan batuan volkan)(3), Komplek Latosol Coklat
Kemerahan dan Litosol (3), dan Asosiasi Litosol dan Mediteran Merah (batuan volkan dan endapan bukit
lipatan)(2), sehingga seluruhnya ada sepuluh (10) lokasi pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan double ring infiltrometer, dari kondisi lengas awal di lapangan hingga mencapai laju
infiltrasi mendekati konstan, yang dicapai setelah kira-kira 5 hingga 6 jam pengamatan. Air yang
digunakan untuk pengujian diambil dari sumber air yang berada di dekat lokasi pengamatan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah pengamatan berjalan selama 4-5 jam dicapailah kondisi laju
infiltrasi yang mendekati konstan. Nilai koefisien determinasi kurve linear maupun non-linear
menunjukkan >0,9 yang berarti bahwa angka-angka hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan cukup
handal. Urutan nilai rerata hasil ulangan laju infiltrasi yang tertinggi hingga terendah dari ke empat jenis
tanah tersebut adalah sbb.: Aluvial Kelabu > Litosol > Asosiasi Latosol-Litosol > Mediteran–Litosol.
Kedua jenis tanah yang pertama mempunyai kategori laju infiltrasi sangat cepat, sedangkan kedua jenis
terakhir termasuk sedang. Laju infiltrasi pada tanah sawah yang sedang ditanami padi umur satu bulan
(tanah dalam keadaan melumpur) jauh lebih cepat mencapai nilai konstan ketimbang tanah-tanah dengan
kondisi awal yang lebih kering.
Kata kunci : infiltration rate, double ring infiltrometer, in situ, pengelolaan DAS
1
Penelitian kerjasama antara Jurusan Tanah FP-UGM dan Project Management Unit (PMU), Good
Governance In Water Resource Management (GGWRM) Yogyakarta dan Pacitan
2
Staf pengajar pada Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UGM, Jl Folra Bulaksumur, Yogyakarta,
55281. Coresponding author: ssiradz@ugm.ac.id
1
PENDAHULUAN
Pengukuran sifat-sifat fisika tanah sangat diperlukan di dalam perencanaan dan perancangan suatu proyek
yang berkaitan dengan pengembangan wilayah, misalnya suatu daerah aliran sungai (DAS). Sifat-sifat ini
termasuk laju infiltrasi air secara vertikal ke dalam profil suatu tanah. Pengamatan parameter-parameter
sifat tanah yang lain selain laju infiltrasi, yang berkaitan dengan pengelolaan DAS adalah : permeabilitas,
kebutuhan air oleh tanaman, pola pergiliran dan jenis tanaman, data iklim, jenis tanah beserta sifat-sifat
tanah yang lain selain sifat fisika, pola penggunaan lahan, tingkat pengendalian erosi, sumber-sumber
pencemar lingkungan yang potensial, tingkat sosial ekonomi dan kerapatan jumlah penduduk, dll.
Pengujian laju infiltrasi in situ ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa kecepatan dan besaran
masuknya atau meresapnya air secara vertikal ke dalam tubuh tanah. Dengan mengamati atau menguji
sifat ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang kebutuhan air irigasi yang diperlukan bagi
suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada suatu saat. Data laju infiltrasi ini juga dapat digunakan
untuk menduga kapan suatu run-off akan terjadi bila suatu jenis tanah telah menerima sejumlah air
tertentu baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari suatu tandon air di permukaan tanah.
Dari gejala proses infiltrasi yang pada umumnya mula-mula cepat kemudian melambat dan disusul
dengan kondisi konstan, maka dapat diduga seberapa besar kebutuhan air yang diperlukan oleh suatu jenis
tanah pada suatu luasan tertentu untuk membasahinya, sejak dari kondisi kering lapangan (dengan
rekahan-rekahan yang bersifat khusus bagi tiap jenis tanah) hingga keadaan yang kebutuhan airnya
menjadi konstan. Data hasil pengukuran laju infiltrasi semacam ini juga dapat digunakan untuk tujuan
perencanaan pengagihan air irigasi serta konservasi tanah dan air.
Tiap jenis tanah dengan ciri-ciri fisika, kimia, biologi, dan mineralogi yang berbeda-beda memerlukan
perhitungan kebutuhan air yang berbeda-beda dalam tujuan pemberian airnya. Oleh sebab itu pengujian
laju infiltrasi bagi tiap jenis tanah yang ada di dalam suatu DAS perlu dilakukan agar pengelolaannya
secara terpadu dapat lebih tepat guna dan berhasil guna.
BAHAN DAN METODE
Obyek penelitian ini berupa beberapa jenis tanah yang relatif mendominasi wilayah DAS di Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur, lihat Gambar 1. Ada empat jenis tanah yang diuji, yakni (a) Aluvial Kelabu (2
ulangan) yang terletak di Desa Sukoharjo dan Ngadirojo, (b) Mediteran Merah dan Litosol (2 ulangan) di
Desa Punung dan Candi, (c) Latosol dan Litosol (3 ulangan) di Desa Mlati, Jetis Kidul, dan Losari, dan
Litosol (3 ulangan) di Desa Tokawi, Watu Pathok, dan Tahunan.
Pengamatan laju infiltrasi in situ dilakukan dengan menggunakaan metode infiltrasi cincin ganda (double
ring infiltrometer). Garis tengah cincin (stainless steel) besar bagian dalam 80 cm dan cincin kecil 15 cm,
sedangkan tinggi keduanya 30 cm. Untuk pengujian ini seluruhnya digunakan empat (4) set infiltrometer
cincin ganda, ditambah dengan alat-alat seperti penera penurunan air berpelampung dan berskala,
stopwatch, drum aspal dan ember plastik besar sebagai tandon air, meteran, peta, godam (palu besar), plat
besi untuk mendorong infiltrometer masuk ke dalam tanaah, lembaran plastik, dan alat-alat tulis, Cara
kerja pengamataan dapat dilihat dalam Landon (1980).
Data hasil pengamatan laju infiltrasi bagi setiap jenis tanah, disajikan dalam bentuk tabel dan atau kurve
hubungan laju resapan versus waktu pengamatan, resapan kumulatif versus waktu
Gambar 3. Hubungan antara laju infiltrasi (log IR) dan waktu pengamatan (log T)
Persamaan kurve log-log laju infiltrasi tiap saat menunjukkan, Losari y = - 0,8717 x + 0,5485, R 2 =
0,988, Mlati y = - 0,0,0664 x + 0,9345, R2 = 0,5138, dan Jetis Kidul y = -0,2109 x + 1,1141, R2 = 0,8458.
Persamaan gabungan dari rerata ketiganya menghasil-kan persamaan y = 0,4023 x + 0,4083, dengan nilai
R2 = 0,79. Untuk kurve log-log laju infiltrasi kumulatifnya diperoleh persamaan : Losari y = 0,1871 x +
1,4116, R2 = 0,7281, Mlati y = 0,4602 x + 2,1982, R2= 0,954, dan Jetis Kidul y = 0,29611 x + 2,2869, R2 =
0,9524. Gabungan ketiga persamaan ini menghasilkan persamaan baru y = 0,3196 x + 1,9613, R 2 = 0,95.
4. Jenis tanah Mediteran dan Latosol
Pengujian laju infiltrasi di tanah ini (tanah B) diwakili oleh tanah di lokasi desa Candi dan Punung.
Bentuk kurve-kurve dari kedua lokasi tersebut mempunyai kemiripan antara satu dengan lainnya. Hasil
penggambaran rerata keduanya merupakan garis non-linier dengan persamaan y = - 0,6896 ln (x) + 6,3
dengan R2 = 0,5733. Pada waktu pengamatan kira-kira 5 jam setelah dimulai yang lajunya mendekati
konstan diperoleh nilai laju infiltrasi sebesar 5,19 cm jam -1, yang menurut klasifikasi BAI nilai ini
termasuk kategori sedang (moderate).
Gambar 3 menyajikan bentuk kurve serta persamaan-persamaan garisnya. Hasil perhitungan ke dalam
kurve log-log laju infiltrasi tiap saat diperoleh persamaan linier, untuk Candi y = - 0,114 x + 0,9318, R 2 =
0,8064, dan Punung y = - 0,0607 x + 0,6078, R2 = 0,8064. Persamaan kurve log-log laju infiltrasi
kumulatif untuk Candi y = 0,3839 x + 2,1902, R 2 = 0,9466 sedangkan Punung y = 0,486 x + 1,7674, R 2 =
0,9578. Persamaan gabungan log-log laju infiltrasi tiap saatnya adalah y = - 0,0933 x + 0,7709, R 2 =
0,6974, sedangkan persamaan gabungan laju infiltrasi kumulatifnya y = 0,4585 x + 1,9685, R 2 = 0,96.
(Gambar 4)
Postingan Ini khusus saya sajikan untuk teman saya yang bernama Samsul Hadi UNIMAL Teknik Silpil
04 ,,,, (ni orang lagi bingung) so ... perhitungan debit andalan dengan Metode FJ. Mock sangat awam
ditelinganya (termasuk saya he he he) kebetulan sempat baca jurnal yang mengunakan metode ini dan
juga dapat file perhitungan nya langsung aja.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Karena rudi cuma ada baca dikit-dikit sola metode FJ Mock, jadi yang rudi bilang ke adi ya cuma meto FJ
Mock Aja. Soal Metode Neraca Kapan2 Aja (pada hal aqu belum baca metode neraca tap sok menjajikan
he he )
Metode Mock ini adi kan harus punya data pembanding dia, yaitu data debit dari hasil pengamatan (adi
ada debit hasil dari pengamatan ?), kalau data pembanding itu nga' ada bisa juga di lakukan pendekatan
terhadap parameter hidrologi, sehingga hasil simulasi dapat di pakai namun tingkat akurasinya sedang
namun masih bisa digunakan untuk analisa lebih lajut. karena metode Mock ini memperhitungkan Curah
Hujan, Evapotranspirasi, dan ciri khas daerah pengaliran sungai.
Jadi adi, nati Evapotranspirasi Terbatas harus di hitung dulu dia rumus nya ini
a. Curah hujan setengah bulanan (P) nilai ini ada rudi liat di data curah hujaan adi (tiap tahun)
b. Jumlah hari hujan setengah bulanan (n) ini ada juga ,
c. Jumlah permukaan kering setengah bulanan (d)
dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu
menguap sebesar 4 mm. (tapi ini bisa dipelajari ini adi, ,,,,,)
d. Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi :
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat,
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan
kering untuk lahan sekunder,
m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi, dan
m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Rumus untuk hitung evapotranspirasi terbatas adalah (ni ada di jurnal yang adi downtload tu)
Singkapan lahan dapat diasumsikan seperti pada tabel berikut :
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh daerah studi yang merupakan daerah yang
mempunyai tingkat kesuburan rendah maka dapat diasumsikan untuk faktor m diambil 20% - 40%, yaitu
30%. (tapi tanah di aceh ni adi subur semua, adi ingat lirik lagu ini "orang bilang tanah kita tanah
surga .....) he he sori adi terbawa suasana , tros adi yang ke 4
Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm.
Untuk rumus mencari SMC ini ga ada adi, (nanti kita cari lagi)
Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai berikut :
rumus nya ga bisa di masukan di sini (ga tau cara nempelin rumus :: tapi ada ni rudi dounloadt)
aduh adi untuk selanjut nya rudi ga tulis lagi secara bahasa sehari kita ngobrol rudi sajikan menurut apa
yang rudi baca aja ..... xa ... nih baca sendiri
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan penyimpanan air tanah adalah sebagai berikut :
Vn = k x n-1 + 0,5 (1 + k) I
Vn = vn - vn-1
Dimana:
Vn = volume air tanah bulan ke-n,
k = qt/qo = faktor resesi aliran tanah,
qt = aliran air tanah pada waktu bulan ke-t,
qo = aliran air tanah pada awal bulan (bulan ke-0),
vn-1 = volume air tanah bulan ke-(n-1), dan
vn = perubahan volume aliran air tanah
Air yang mengalir di sungai merupakan jumlah dari aliran langsung (direct run off), aliran dalam tanah
(interflow) dan aliran tanah (base flow).
Besarnya masing-masing aliran tersebut adalah:
a. Interflow = infiltrasi – volume air tanah
b. Direct run off = water surplus – infiltrasi
c. Base flow = aliran yang selalu ada sepanjang tahun
d. Run off = interflow + direct run off + base flow
Perhitungan simulasi debit aliran rendah untuk Bendungan Wain Metode Mock dapat dilihat pada table
berikut ini.
Untuk perhitungan simulasi, debit yang dipakai adalah dengan menggunakan Metode Mock karena
kondisinya sesuai dengan kondisi di lapangan
Jadiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii untuk contoh perhitungan nya Udah rudi downlodt adi, ,,,,,,,
Dia Berbebtuk File Exceelllll
Nanti Rudi Kasi xa xa xa ,,,,,,,, Untuk Teori Di atas adi pelajari lagilahhhhh
Cape rudi pahami nya (karena rudi juga ngak paham cuma sosok paham aja)
abil ndiri xa
5.Infiltrasi
Kategori: | 18 December 2006 | 9:49 am |
Deskripsi Singkat
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang
bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas
lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah
hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari
pukulan air hujan pada permukaan tanah.
Relevansi
Dengan mempelajari proses terjadinya dan faktor yang berpengaruh dalam proses infiltrasi
terutama pada infiltrasi di bawah tegakan hutan, mahasiswa memahami berbagai fungsi penting
dari hutan sebagai salah satu media untuk meningkatkan proses masuknya air ke dalam tanah
sehingga peran hutan dalam mengendalikan aliran permukaan nampak lebih jelas. Dengan
memahami proses dan cara pengukurannya, mahasiswa dapat melakukan analisis dan mendesain
pembangunan/pengelolaan suatu kawasan hutan dengan memperhatikan peran proses infiltrasi di
dalamnya.
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan memahami proses infiltrasi, faktor-
faktor yang mempengaruhi, mampu melakukan pengukuran dan perhitungan untuk untuk analisis
hidrologi suatu kawasan.
Pengertian
Infiltrasiadalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan
aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation). Infiltrasi berpengaruh
terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju aliran
permukaan (run off).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
2. Kelembaban tanah
6. Struktur tanah
7. Tumbuh-tumbuhan
9. Topografi
f = fc + ( fo - fc ) e-kt
Deskripsi Singkat
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak
cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah
permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena
pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada
permukaan tanah.
Pengertian
Infiltrasiadalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi adalah gerakan aliran air
di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai
terjadinya aliran permukaan dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan (run off).
1. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh.
2. Kelembaban tanah
6. Struktur tanah
7. Tumbuh-tumbuhan
Grafik Horton
Tabel Horton
Penjelasan Tabel Horton
http://www.scribd.com/doc/42639510/INFILTRASI-
TANAH
Selasa, 03 November 2009
INFILTRASI
INFILTRASI
1. Permeabilitas Tanah
1.1 Keadaan kelembapan tanah dan cara penentuannya
Bila mana curah hujan itu mencapai permukaan tanah maka seluruh atau sebagiannya akan terabsorbsi
ke dalam tanah. Bagian yang tidak terabsorbsi akan menjadi limpasan permukaan (surface runoff).
Kapasitas curah hujan dari permukaan tanah ke dalam tanah sangat berbeda-beda yang tergantung
pada kondisi tanah di tempat bersangkutan.
Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur butir-butir tanah. Tetapi perbedaan struktur
dan tekstur menentukan juga kapasitas menahan kelembapan tanah. Oleh karenanya, maka hubungan
kelembapan tanah dan infiltrasi akan di kemukakan terlebih dahulu.
(1) Kapasitas menahan kelembapan tanah (soil moisture holding capacity)
Air di dalam tanah di tahan oleh gaya absorbsi permukaan butir-butir tanah dan tegangan antar molekul
air. Di sekeliling butir-butir tanah terdapat membran (lapisan tipis) air higroskopis yang di absorbsi
secara intensif. Makin jauh air itu dari permukaan butir tanah maka makin lemah gaya absorbsi itu. Pada
suatu jarak tertentu air itu hanya di tahan oleh tegangan antara butir-butir tanah. Air itu disebut air
kapiler. Jika air itu bertambah maka air itu akan lebih dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan akan bergerak
dalam rongga-rongga antara butir-butir tanah, ari itu disebut air gravitasi.
Gaya yang menahan pergerakan air disebut kapasitas mebahan air (waterholding capacity) dan
dinyatakan oleh gaya yang diperlukan untuk memisahkan air di dalam tanah. Kapasitas menahan air
dalam setiap keadaan dari kelembapan tanah adalah kira-kira 4,50 sampai 7 untuk air higroskopis, 2,70
sampai 4,20 untuk air kapiler dan kurang dari 2 untuk air gravitasi. Kesemuanya dinyatakan dalam harga
pF, harga pF yakni logaritma dari tekanan air h (cm) atau log 10 h. umpamanya kelembapan yang
ekivalen yang menunjukan kapasitas menahan air dari tanah adalah persentasi volume air yang masih
tertahan setelah tanah yang jenuh air itu dibebani gaya sentrifugal sebesar 1000 kali gaya gravitasi
selama 40 menit. Gaya penahan pemisah itu adalah kira-kira setengah dari tekanan udara = 500 cm. jadi
log 10 500 = 2,7 pF
(2) Cara menentukan kelembapan tanah
Banyak air yang terdapat dalam tanah dapat di tentukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
Tanah di keringkan pada kira-kira 110ºC untuk waktu yang lama sehingga beratnya menjadi tetap.
Kemudian volume air yang terdapat di dalam tanah tersebut dinyatakan sebagai perbandingan antara
berat yang berkurang terhadap berat tanah yang dikeringkan. Jalan lain dengan menyatakan dalam
volume yakni dengan menghitung volume air yang terdapat dalam tanah.
Hal yang terakhir ini umumnya digunakan dalam perhitungan neraca air.
Antara kedua cara ini terdapat hubungan sebagai berikut :
• Berat air Ww = W – Ws (g)
• Kadar air W = { (W – Ws) : Ws } x 100 (%)
Laju volume air m = ( Vw / V ) x 100 (%)
= {(Vs x yw x Ws) : (Ws x V x yw)} x 100 (%)
= W x Ga (%)
• Berat jenis semu Ga = Ws : V x yw
Dimana yw : satuan berat air (yw = 1,0 gram/cm²).
(3) Beberapa harga kelembapan tanah
Banyak air di dalam tanah pada suatu keadaan tertentu, umumnya disebut tetapan kelembapan tanah
dan digunakan untuk menentukan sifat menahan air dari tanah. Dalam tetapan-tetapan kelembapan
tanah ini termasuk koeffisien layu yang menunjukan kelembapan pada titik kritis dimana tanaman
permanent akan layu, ekivalen kelembapan yang menunjukan sifat menahan air dari tanah dan lain-lain.
Tetapan kelembapan tanah yang menentukan infiltrasi adalah kapasitas menahan air.
Banyak air yang dapat di kandung oleh tanah disebut kapasitas menahan air. Ada yang maksimun dan
ada yang minimum. Kapasitas menahan air maksimum adalah kapasitas pada keadaan permukaan air
yang sangat tinggi, keadaan ini adalah keadaan menahan air dengan pF = 0 yang terdapat pada bagian
lapisan tanah yang terdekat pada permukaan air tanah.
Kapasitas menahan air yang minimum adalah banyaknya air yang tersisa (dinyatakan dalam %) dari
drainasi alamiah tanah yang jenuh air. Keadaan ini disebut kapasitas lapangan (field capacity), karena
keadaan ini adalah sama dengan keadaan (kondisi) menahan air dari tanah yang kering dengan
permukaan air tanah yang rendah sesudah mendapat curah hujan yang cukup selama 1 sampai 2 hari.
Kapasitas menahan air yang minimum adalah juga penting dalam masalah infiltrasi. Jika infiltrasi dari
curah hujan itu lebih besar dari kapasitas menahan air yang minimum, maka air itu akan terus
kepermukaan air tanah, tetapi jika infiltrasi itu lebih kecil maka air akan tertahan dalam tanah dsan tidak
akan terjadi aliran kepermukaan air tanah. Kapasitas menahan air yang minimum yang menentukan
infiltari disebut kapasitas menahan air normal. Harga pF pada kondisi kapasitas menahan air yang
minimum adalah kira-kira 1,50 sampai 1,70.
4.3 cara penentuan kapasitas infiltrasi dalam daerah pengaliran yang besar
Kapasitas infiltrasi rata-rata fa dalam suatu daerah pengaliran yang besar, tidak merata diseluruh
daerah. Dr. R. E Horton menyarankan cara perhitungan sebagai berikut :
Cara perhitungan ini menurut tersedianya data curah hujan dalam daerah pengaliran dengan sekurang-
kurangnya terdapat satu data yang diukur oleh alat ukur otomatis. Selanjutnya untuk mendapatkan hasil
perhitungan dengan ketelitian yang memuaskan, maka harus dipenuhi kedua asumsi kondisi seperti
berikut :
1. Cara jatuhnya hujan didalam dan disekeliling daerah pengaliran dari hujan lebat yang mengakibatkan
banjir harus sama.
2. Limpasan permukaan adalah hampir sama dengan curah hujan dikkurangi dengan banyaknya infiltrasi
selama curah hujan lebih.
Jadi pengambilan hujan dengan daerah distribusi yang sangat berbeda-beda seperti curah hujan
konvektif dan jenis curah hujan frontal yang bergerak dengan cepat adalah tidak cocok. Cara penentuan
kapasitas infiltrasi itu akan diterangkan menurut aturan sebagai berikut :
(1) Persiapan perhitungan
a. Pemilihan stasiun-stasiun pengamatan yang mempunyai data yang baik : stasiun pengamatan yang
mempunyai data yang baik, harus dipilih dengan cara Thiessen dari stasiun pengamatan di dalam dan
disekeliling daerah pengaliran. Stasiun pengamatan dengan alat ukur hujan otomatis digunakan sebagai
stasiun dasar dan stasiun yang hanya mempunyai data curah hujan harian digunakan sebagai stasiun
pembantu.
b. Penyesuaian data curah hujan harian : jika data setiap stasiun pengamatan itu tidak diambil pada
batas hari yang bersamaan, maka data itu harus disesuaikan dengan mengambil batas hari yang sama.
c. Perhitungan harga pendekatan dari kapasitas infiltrasi rata-rata : harga pendekatan dari kapasitas
infiltrasi rata-rata adalah jumlah curah hujan pada stasiun pengamatan dasar dikurangi jumlah limpasan
permukaan dibagi lamanya curah hujan pada stasiun pengamatan itu. Untuk hujan yang tidak lebat,
bagian permukaan dan akhir lamanya curah hujan itu diabaikan.
(2) Prosedur perhitungan
1. Tentukan curah hujan perjam dari data curah hujan stasiun pengamatan dasar dan dihitung lajunya
terhadap keseluruhan curah hujan.
2. Curah hujan ini ditentukan sebagai hujan yang dapat terjadi diseluruh daerah aliran yang
bersangkutan. Hitung curah hujan perjam yang terjadi dengan asumsi bahwa hujan ini mempunyai sifat
yang sama dengan hujan lebat yang dicatat oleh alat ukur hujan otomatis. Curah hujan yang
diperkirakan disarankan dipilih sebagai bilangan bulat.
3. Banyaknya curah hujan lebih dari curah hujan yang diperkirakan dengan dihitung dengan berubah-
rubah kapasitas infiltrasi itu dari tahap yang satu ketahap yang lain.
4. Cantumkan grafik banyaknya curah hujan lebih dari setiap kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan
total terhadap system koordinat dengan banyaknya curah hujan lebih sebagai ordinat dan curah hujan
total sebagai absis.
5. Ulanglah prosedur 2 sampai 4 dengan asumsi curah hujan yang lain.
6. Hitunglah setiap titik yang tercantum dalam prosedur 5, sehingga didapat kurva curah hujan lebih
terhadap curah hujan total pada setiap keadaaan kapasitas infiltrasi.
7. Hitunglah dengan menggunakan kurva pada prosedur 6 banyaknya curah hujan lebih terhadap
kapasitas infiltrasi sembarangan dari curah hujan total pada sub stasiun pengamatan.
8. Harga rata-rata curah hujan lebih yang didapat pada prosedur 7 sesuai dengan kapasitas infiltrasi itu
dicantumkan dan di hubungkan, sehingga memperoleh kurva kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan
lebih.
9. Kapasitas infiltrasi yang sesuai dengan jumlah limpasan permukaan (curah hujan lebih) dalam
perhitungan 1 dan 3 dirubah dan ditentukan oleh grafik yang dibuat pada prosedur 8.
Jika berat curah hujan lebih pada setiap stasiun pengamatan di perhitungkan dengan cara Thiessen,
maka ketelitiannya akan sangat meningkat. Akan tetapi pemberian berat pada setiap stasiun adalah
tidak perlu, kecuali hanya terdapat sedikit sekali data curah hujan atau distribusi curah hujan di daerah
pengaliran itu sangat tidak merata.
disusun oleh :
DAFTAR PUSTAKA : Sosrodarsono, Suyono. 1976. Hidrologi untuk pengairan. Jakarta:PT. Pradnya
Paramita
Sikunir merupakan sebuah Gunung yang teletak di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten
Wonosobo. Tepatnya disebelah selatan Telaga Cebong, Sembungan. Perjalanan menuju Gunung Sikunir
dapat ditempuh dari Dieng - Sembungan, dan kearah selatan dari Telaga Cebong. untuk mencapai
puncak Gunung Sikunir dibutuhkan waktu sekitar 2 jam, jika berjalan kaki dari Dieng.
Gunung Sikunir memiliki kelebihan panorama alam yang begitu menawan, dengan double sunrisenya
dan bayangan Gunung Sindoro. Sunrise yang nampak berbeda dengan Golden Sunrise di Gardu Pandang
Tieng, melainkan pola cahaya yang membentuk sebuah bayangan diantara Gunung Sindoro, Sumbing,
Merbabu dan Merapi.