Professional Documents
Culture Documents
TABEL 3-1
Stadium perkembangan kognitif menurut Piaget
Usia yang diberikan adalah rata-rata. Usia cukup bervariasi tergantung pada intelegensia, latar
belakang kultur, dan faktor sosioekonomi, tetapi urutan perkembangan sama untuk semua anak.
Piaget telah menggambarkan fase-fase yang lebih terperinci di dalam tiap stadium; hanya
karakterisai yang sangat umum dari tiap stadium yang diberikan disini.
STADIUM KARAKTERISASI
1
Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi (Batam: Interaksara), hal 145-146
kuda dan menungganginya dan berlari-lari di sekeliling rumah; sebuah kotak kayu
bisa menjadi mobil; sebuah boneka menjadi ayah dan boneka lain menjadi anak.
Walaupun anak usia 3 dan 4 tahun dapat berpikir dalam pengertian simbolok,
kata-kata dan bayangannya masih belum terorganisasi secara logis. Piaget menyebut
stadium perkembangan kognitif antara usia 2 sampai 7 tahun sebagai praoperasional,
karena anak masih belum memahami aturan atau operasi tertentu. Suatu operasi
adalah kebiasaan mental untuk memisahkan, mengkombinasikan, dan
mentransformasikan informasi secara mental dan logis. Sebagai contohnya, jika air
dituang dari gelas yang tinggi dan sempit kegelas yang pendek dan lebar, orang
dewasa tahu bahwa jumlah air tidak berkurang karena mereka membalikkan
transformasi di pikiran mereka; mereka dapat membayangkan menuangkan air
kembali dari gelas pendek ke gelas tinggi, dengan demikian dapat kembali ke keadaan
awal. Dalam stadium praoperatif perkembangan kognitif, pemahaman anak tentang
reversibilitas dan operasi mental lain masih belum atau lemah. Sebgai akibatnya,
menurut Piaget, anak praoperasional masih belum mendapatkan konservasi. Mereka
gagal mengerti bahwa jumlah air tetap dipertahankan walaupun dituang dari gelas
tinggi ke gelas pendek.
Tidak adanya konservasi ini juga diilustrasikan dariprosedur dimana anak
mendapatkan tanah liat untuk membuat dua buah bola yang sama dari bahan yang
sama. Setelah melakukan hal ini, anak menyatakan kedua bola itu sebagai “sama”.
Kemudian, dengan meninggalkan satu bola sebagai referensi, peneliti mengubah
bentuk bola satunya menjadi bentuk lonjong sambil anak terus mengawasi. Anak
dapat dengan jelas melihat bahwa tidak ada tanah liat, yang diambil atau
ditambahkan. Dalam situasi ini, anak sekitar 4 tahun mengatakan bahwa kedua benda
itu tidak lagi mengandung jumlah tanah liat yang sama: “ Yang lebih panjang
mengandung tanah liat yang lebih banyak”. Tidak sampai usia 7 tahun sebagian besar
anak mengatakan bahwa banyaknya tanah liat dalam benda yang lebih panjang adlah
sama dengan jumlah tanah liat dalam bola referensi.
Piaget yakin bahwa ciri utama medium praoperasional bahwa anak tidak
mampu memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek situasi pada suatu waktu.
Jadi, dalam tugas konservasi tanah liat, anak praoperasional tidak memperhatikan
pada panjang dan ketebalan bola tanah liat secara serentak. Demikian pula, Piaget
yakin bahwa pemikiran operasioanal didominasi oleh kesan visual. Perubahan
penampilan visual tanah liat lebih mempengaruhi anak praoperasional dibandingkan
kualitas yang kurang jelas namun lebih penting, seperti massa atau berat.
Kecenderungan mengandalkan kesan visual pada anak kecil diperjelas oleh
eksperimen tentang konservasi jumlah. Jika dua deret biji dam dengan jumlah yang
sama yang dibariskan, anak kecil akan mengatakan secara tepat bahwa kedua baris itu
memiliki jumlah biji dan yang sama. Jika biji dan disalah satu baris diubah
susunannya menjadi bergerombol, anak 5 tahun mengatakan bahwa sekarang lebih
banyak biji dam di baris yang lurusbwalaupun tidak ada dam yang diambil. Kesan
visual barisan panjang biji dam mengalahkan kesamaan (ekualitas) numerik yang
tampak jelas jika biji dam disusun dalam barisan yang bersesuaian. Sebaliknya, anak
usia 7 tahun dapat menganggap bahwa jika jumlah benda sama seperti sebelumnya,
pasti sekarang akan tetap sama. Pada usia tersebut, ekualitas numerik menjadi lebih
penting dibandingkan kesan visual.2
2
Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi (Batam: Interaksara), hal 147-150
penyangga dann beberapa bola pendulum dengan berat berbeda-beda yang dapat
diikatkan pada ujung bebas benang.
Anak dapat mengubah-ubah panjang benang, mengubah berat bola pendulum,
dan kemudian mengubah ketinggian dari mana bola pendulum dilepaskan.
Berbeda dengan anak yang masih dalam stadium operasional konkret, yang
bereksperimen dengan mengubah beberapa variabel, tetapi tidak dalam cara yang
sistematik. Orang dewasa dengan kemampuan rata-rata akan menentukan sejumlah
hipotesis dan melakukan tes secara sistematik. Alasan mereka adalah jika variabel
(berat bola) tertentu mempengaruhi periode osilasi, efek ini akan tampak hanya jika
mereka mengubah satu variabel dan mempertahankan variabel lain tetap. Jika variabel
ini tampaknya tidak memiliki pengaruh pada waktu ayun, mereka menyingkirkannya
dan mencoba variabel lain. Dengan mempertimbangkan semua kemungkinan mencari
konsekuensi tiap hipotesis dan menegakkan atau menyangkal konsekuensi tersebut
inilah yang dinamakan oleh Piaget sebagai pemikiran operasional formal.
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium
keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil
menunjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi situasi
yang belum pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh model ideologis
penalaran moral, yang menjawab masalah sosial yang lebih luas ketimbang hanya
situasi personal dan interpersonal.3
3
Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi (Batam: Interaksara), hal 153-154