You are on page 1of 11

TUGAS TEKTONIKA

PASSIVE DAN ACTIVE MARGIN, HUBUNGAN ANTARA


METAMORFOSIS DENGAN TEKTONIK LEMPENG, SEJARAH
TEKTONIK LEMPENG

Disusun oleh :

Lingkan Finna Christi

072.08.026

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2010
PASSIVE DAN ACTIVE MARGIN

A. PASSIVE MARGIN
Passive margin adalah suatu daerah dimana tidak ada lagi tanda-tanda dari adanya
pergerakkan “strike slip fault” atau aktivitas tektonik yang dipicu oleh “ subdaction zone”.
Passive margin terdapat di samudra dan continental boundary . Daerah-daerah passive
margin dapat diemukan di  Atlantic Ocean,  Arctic Ocean , Samudera India bagian barat ,
Africa, Greenland , India, dan  Australia. Terdapat juga di pantai Timur Amerika Utara ,
Amerika Selatan, Eropa barat, dan Asia Timur.

Gambar 1. Distribusi dari daerah-daerah passive margin dibandingkan dengan distribusi plate boundary di
dunia

Passive margin terdiri dari onshore coastal plain dan offshore continental shelf.
Coastal plain didominasi oleh fluvial process, sedangkan continental shelf di dominasi oleh
proses deltaic dengan proses longshore current. Salah satu contoh mature passive margin
adalah estuarine. Daerah passive margin adalah daerah yang relatif stabil, karena pada
umumnya merupakan hasil dari rifting yang telah mengalami spreading hingga ke tepi benua
( continent ) yang didahului oleh adanya proses rifting di daerah Mid Oceanic Ridge
( Gambar 2 ). Ada berbagai macam tipe dari passive margin yang diklasifikasikan
berdasarkan:

 Geometri dari formasi / map-view formation geometry (rifted, sheared, and


transtensional)
 Asal dari transitional crust ( vocanic/ non volcanic )
 Apakah transitional crust memperlihatkan perubahan yang menerus dari normal
continental dan normal oceanic crust atau apakah pergerakannya termasuk dalam
“isolated rift” atau stranded continental blocks
 Proses sedimentasi
Morfologi dari passive margin sendiri secara umum terbagi menjadi continental shelf,
continental slope, continental rise, and abyssal plain. Bentuk-bentuk morfologi dari passive
margin merupakan cerminan dari transitional crust dan sedimentasi di atasnya. Proses-
prose yang sangat aktif terjadi pada daerah passive margin antara lain, active subsidence,
sedimentation, growth faulting, pore fluid formation, and migration.

Gambar 2. Morfologi Passive Margin

B. ACTIVE MARGIN
Active margin terdapat pada batas tepi benua ( active boundary ), dimana pada
batas tepi benua tersebut dipengaruhi oleh proses-proses akibat adanya “subdaction zone”
atau sebagai akibat adanya strike slip fault. Hal ini ditandai oleh adanya ‘uplift’ , busur
magmatik pada kerak benua dan island arc di kerak samudra yang saling berinteraksi pada
subdaction zone, dimana daerah tersebut merupakan daerah-daerah active margin. Contoh
daerah acvtive margin adalah daerah Samudera Pasifik dan bagian timur Samudera India.

Gambar 3. Active Margin dan distribusi dari active margin di dunia


Daerah active margin adalah daerah yang tidak stabil, banyak terjadi proses deformasi
yang dipengaruhi oleh proses kompresional pada zona subdaction serta aktifnya
kegiatan vulkanisme di daerah ini. Pada tepi batas lempeng inilah daerah rawan gempa,
karena menjadi pertemuan antara lempeng-lempeng yang saling bergerak satu sama
lain, serta terbentuknya aktivitas magmatisme, seperti pembentukkan rangkaian jalur
gunung api, ataupun pegunungan patahan/lipatan akibat besarnya intensitas gaya-gaya
endogen yang terjadi.

Gambar 4. Active Margin

C. HUBUNGAN ANTARA METAMORFISME DENGAN TEKTONIK LEMPENG


Batuan metamorf dalam pengklasifikasiannya sangat erat hubungannya dengan tempat
terbentuknya dan keadaan tekanan dan temperatur pada tempat tersebut. Jenis-jenis
metamorfosis berdasarkan tempat pembentukkannya :

a. Contact thermal
Kontak intrusi dengan batu samping, T tinggi, P rendah, dekat dengan permukaan,
semakin jauh dari intrusi semakin rendah derajat metamorfosanya, tidak terjadi
deformasi, hanya terjadi rekristalisasi. Contoh batuan : Hornfels, Quartzite, Marble,
Skarn.
b. Regional
Mencakup daerah yang luas, berkaitan dengan rangkaian pegunugan, hasil dari kenaikan
P dan T, umumnya disertai dengan deformasi dan perlipatan. P dan T dikontrol oleh
kedalaman. Contoh batuan : slates, phyllites, schists, gneisses.
c. Burial ( beban )
Akibat pembebanan, bermula dari diagenesis batuan sedimen, tanpa ada proses
perlipatan. Dicirikan oleh mineral tertentu dan kenampakkan batuan asal yang
sebenarnya tidak menunjukkan sekistose. Contoh batuan : batuan metasedimen
d. Dinamik / kataklastik
P yang tinggi, akibat tekanan searah yang umumnya dijumpai pada zona sesar.
Terdapatnya orientasi fabric. Breksiasi ( Mylonit ), Granularization.
e. Hydrothermal
Adanya peran fluida yang relatif tinggi bereaksi dengan batuan, terjadi metasomaatic
replacement, terbentuk pada daerah geothermal dan epithermal. Contoh batuan : Skarn
f. Impact
Akibat tumbukkan meteorit dengan kecepatan yang sangat tinggi, mempengaruhi P dan
T, kenampakkan creater. Contih batuan : Shatter Cones, Shocked Quartz

Gambar 5. Jenis- jenis metamorfosis

Dalam pembentukannya, batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh kondisi P dan T.


Kondisi P dan T tertentu akan membentuk batuan metamorf dengan komposisi, tekstur, dan
struktur tertentu. Apabila terjadi kegiatan tektonik maka kondisi inipun akan ikut berubah
dengan adanya perubahan tatanan dari struktur kulit bumi. Sebagai contoh, beberapa
proses metamorfosa ini memiliki keterkaitan langsung dengan proses tektonik. Pada
metamorfosis regional. Proses metamorfosis terjadi pada daerah subdaction, dimana
daerah ini merupakan batas konvergen dan merupakan daerah active margin. Di daerah
active margin proses-proses endogen sangat aktif dan akan terus-menerus berubah seiring
dengan adanya pergerakkan lempeng yang saling bertumbukan satu sama lain ( adanya
gerak-gerak penyusupan, dalam hal ini antara lempeng benua dengan samudera ataupun
samudera dengan samudera yang akan memicu munculnya rangkaian pegunangan akibat
proses vukanisme (island arc) ataupun pegunungan akibat deformasi dan perlipatan
(subdaction antara continent dengan oceanic).

Adanya aktivitas subdaksi berkaitan dengan aktivitas vulkanisme yang berkaitan


dengan metamorfosis kontak ( thermal ) oleh adanya intrusi magma. Intrusi magma akan
mempengaruhi keadaan P dan T dari lingkungan sekitar yang mengakibatkan terbentuknnya
batuan metamorf. Metamorfosis hydrothermal juga merupakan bagian dari rangkaian
vulkanisme di dalam suatu massa gunung api, tepatnya pada daerah geothermal dan
epithermal

Pembentukkan batuan metamorf yang berkaitan dengan adanya struktur yaitu zona
sesar ( metamorfosis dinamik ), juga merupakan salah satu produk dari aktivitas tektonik.
Zona sesar yang aktif bergerak oleh gaya-gaya deformasi, akan menghasilkan suatu
lingkungan dengan P yang tinggi dan T tertentu sebagai tempat pembentukkan batuan
metamorf.

Hubungan evolusi tektonik dengan pembentukan batuan

Gambar 6. The Wilson Cycle

Gambar 7.
Siklus Batuan
Gambar 8. Tectonic Rock Cycle

Proses pembentukkan batuan yang dipengaruhi oleh proses tektonik melibatkan beberapa
proses diantaranya ( secara umum ) :

 Proses fraksinasi, yaitu proses pengkristalan mineral yang membentuk beragam variasi
batuan
 Pembentukkan batuan dengan komposisi kimiawi yang beragam
 Meningkatnya variasi batuan dengan variabel waktu
Gambar 9. Distribusi dari batuan sedimen pada daerah-daerah tektonik

Gambar 10. Volcanic Arc System

Gambar 11. Hubungna jpembentukkan batuan dengan continent-continent collision orogeny


D. SEJARAH TEORI TEKTONIK LEMPENG
Pendapat umum ( berabad-abad lampau ) :

 “ Fixist” : bumi sebagai benda yang kaku ( rigid ) dengan benua berada pada kedudukan
yang tetap ( fixed )
 “ Mobilist “ : setelah ditemukan benua Amerika dan pemetaan pantai Amerika dan
Eropa, menjadi titik tolak konsep kontinen yang bergerak

Teori – teori klasik sebelum lahirnya teori tektonik lempeng :

1. Teori Undasi
 Van Bemmelen, gerak vertikal sebagai penyebab utama gerakan-gerakan di bumi,
gerakan-gerakan tektonik membentuk tonjolan-tonjolan di bagian paling atas/ kerak
bumi ( gelombang P ), kemudian meluncur ke bawah ( karena gravitasi ), dan terlipat
atau tersesarkan ( gelombang S ).
 Perbedaan dengan Teori Tektonik Lempeng yaitu pada gerak-gerak horizontal/
lateral dari lempeng pada kerak bumi.
 Penyempurnaan : adanya differensiasi aliran-aliran dalam mantle, memisahkan
material yang berat dan ringan, material ringan naik ke atas, sehingga
terkonsentrasi ( asthenolit ) menyebabkan tonjolan atau gelombang ( Undus =
gelombang )

2. Teori Geosinklin Klasik


 Definisi awal yaitu suatu zona yang mengalami gerak penurunan secara teratur,
sehingga sedimen-sedimen yang diendapkan tebal / lebih tebal dari sekitarnya
 James Hall, bukti di Pegunugan Appalachian, lapisan tebal berumur Paleozoikum
dan merupakan sedimen-sedimen yang diendapkan di laut dangkal ( ‘ Geosinklin ‘ =
suatu cekungan sedimen, dimana gerak penurunan dan sedimentasi berlangsung
bersama-sama )
 James Dana, proses pembentukkan pegunungan meliputi siklus, terdiri dari 3 fase:
1. Sedimentasi diikuti oleh gerak penurunan geosinklin yang teratur
2. Deformasi sedimen-sedimen di dalam geosinklin, tektogenesa
3. Orogenesa atau proses pembentukkan pegunungan
 Hans Stille, geosinklin meliputi dua palung yang letaknya sejajar
 Di kontinen, Miogeosinklin
 Di samudera, Eugeosinklin

Perbedaan Miogeosinklin dengan Eugeosinklin :


Miogeosinklin Eugeosinklin
 Endapan asal laut dangkal : batu  Endapan laut dalam : rijang radiolaria
gamping  Kecepatan sedimentasi > kecepatan
 Kecepatan sedimen = kecepatan penurunan cekungan
penurunan cekungan  Batuan dasar = batuan di kerak
 Batuan dasar = batuan di kerak oceanic
kontinen

3. Teori Pengapungan Benua / Continental Drift


 Beralihnya pendapat : ‘fixist’ →’mobilist’
 Isi teori : Benua Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Australia, India dan
Antartika → Kontinen besar ( Pangea ), kemudian terpisah dan bergerak mengapung
(drifted apart) hingga kedudukan sekarang ( Pangea merupakan kontinen besar
hingga zaman Trias akhir + 200 juta tahun yang lalu ) .
 Argumentasi Wegener :
1. Secara Topografis → kecocokan bentuk Pantai Timur Amerika Selatan dan Pantai
Barat Afrika, serta Pantai Timur Amerika dan Eropa.
2. Geologis → kesamaan pola-pola struktur geologi antara Afrika dan Amerika
Selatan.
3. Paleogeografi → sisa-sisa zaman es (+ 250 jtl ) ditemukan di Amerika Selatan,
Afrika Selatan, India, dan Australia, memiliki zaman es secara bersama-sama dan
waktu yang sama.
4. Penyebaran flora dan fauna yang sama pada daerah yang letaknya terpisah jauh →
hipotesa ‘jembatan darat’

4. Teori Kontraksi
 Lord Kelvin, bumi sebagai mesin panas yang melepaskan energi panasnya melalui
proses-proses vulkanisme dan diastrofisme.
 Ellie de Beamont, lipatan dan patahan terjadi pada kerak bagian luar karena
pendinginan dan pengkerutan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya kompresi.
 Sanggahan → bumi mendingin dan berkontraksi/berkerut :
1. Sejarah temperatur bumi, ‘panas’→ penguraian radioaktif menyebabkan suhu di
bagian dalam bumi akan tetap dapat naik.
2. Tidak terbukti, jari-jari bumi bertambah pendek dibandingkan jari-jari bumi pada
masa silam.

5. Teori Aliran Konveksi


 Vening Meinesz → gejala kerak bumi dengan BD lebih ringan menunjam ke bawah ke
dalam kerak bumi dengan BD lebih berat, menerangkan terdapatnya aliran lambat di
daerah ‘ mantle’ → “aliran konveksi / “convention current”
 Arthur Holmes ( 1929 )→ penyebab utama bergeraknya benua-benua akibat adanya
‘thermal convection’ yang terjadi dalam ‘mantle’

Perkembangan selanjutnya ialah konsep ‘Kontinent Bergerak’, terbagi menjadi 3 tahap :

1. Tahun 1857 :
 Owen dan Snider : Samudera Atlantik terbuka, memisahnya 2 kontinen yang yang
bersebelahan ( Eropa dan Amerika ), prosesnya terjadi secara katastropik
 Fosher (1882) : terpisahnya bulan dari kawasan Pasifik, membukanya Samudra
Atlantik.
 Pendapat tersebut tidak benar, batuan yang ada di bulan tidak sama dengan yang ada
di kerak bumi, terbentuknya bulan > 3 mtl, dan “ Samudera Atlantik” terbentuk 200 jt
tahun lalu.

2. Alfered Wegener ( 1912 ) : “ Continental Drift ”


 Isi teori : ‘ Benua’ atau kontinen bergerak secara lambat melalui dasar samudera
( seperti kapal mengarungi samudera ), adanya kecocokan bentuk pantai di sebelah
barat dan timur Samudera Atlantik, dan keadaan iklim di benua-benua yang terpisah
oleh samudera tersebut.
 Tahun 1920 – 1930 → Teori Wegner “pro vs kontra” mempertanyakan kebenaran
teori tersebut.
 Tahun 1930 → teori tersebut tidak dianut lagi, dianggap tidak dapat menerangkan
mekanisme yang menyebabkan bergeraknya kontinen.

3. Konsep Modern “ Teori Tektonik Lempeng ”


 Isi teori : permukaan bumi terbagi-bagi dalam lempeng-lempeng (plates) → lempeng
mencakup benua ( kerak kontinen ) dan dasar samudera ( kerak samudera ) yang
bergerak satu terhadap yang lainnya.
 Teori Tektonik Lempeng merupakan modifikasi dari Teori Pengapungan Benua, teori
ini mampu menjelaskan mekanisme penggerak ( driving mechanism ) yang
bergeraknya kontinen-kontinen.
 Mobilitas pada kerak bumi mendorong lahirnya “ Teori Isostasi ” → benua-benua /
kontinen-kontinen dan samudera mengapung dalam keadaan keseimbangan
hidrostatik satu terhadap lainnya ( kontinen dan pegunungan letaknya tinggi,
sedangkan samudera letaknya dalam karena densitas samudera > densitas kontinen.

You might also like