Professional Documents
Culture Documents
Karakteristik formasi merupakan faktor yang tidak bisa diubah, sehingga tidak
dapat dikontrol. Batuan formasi mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang secara
umum dikelompokkan menjadi dua, yaitu sifat fisik batuan dan sifat mekanik batuan.
Sifat-sifat fisik batuan meliputi : porositas, saturasi, permeabilitas serta
kompressibilitas, sedangkan sifat-sifat mekanik batuan meliputi : strength (kekuatan)
batuan, hardness (kekerasan) batuan, abrasivitas, elastisitas dan tekanan batuan.
1. POROSITAS
Porositas (Φ) merupakan perbandingan antara ruang kosong (pori-pori) dalam
batuan dengan volume total batuan yang diekspresikan di dalam persen.
Vp
x100 % atau
Vb
Vb Vg
x100 %
Vb
dimana : Vp = volume ruang pori-pori batuan
Vb = volume batuan total (bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (grain volume)
Φ = porositas batuan
2. WETTABILITAS
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kecenderungan dari adanya fluida lain
yang tidak saling mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda
padat, maka salah satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat
tersebut, hal ini disebabkan adanya gaya adhesi. Dalam system minyak-air, benda
padat, gaya adhesi AT yang menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
AT so sw wo.cos wo
dimana ;
σso = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
wo = sudut kontak minyak-air.
Suatu cairan yang dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positif ( < 90o), yang berarti batuan bersifat water wet, sedangkan bila air tidak
membasahi zat padat maka tegangan adhesinya negative ( > 90o), berarti batuan
bersifat oil wet.
Pada umumnya, reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk melekat
pada permukaan batuan, sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
3. TEKANAN KAPILER
Tekanan kapiler (pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada
antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas)
sebagai akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka.
Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non
wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw) atau :
Pc Pnw Pw
Di reservoir biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting fasa),
sedangkan minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori dan
macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan :
2 . cos
Pc .g .h
r
dimana :
Pc = tekanan kapiler r = jari-jari lengkung pori-pori
σ = tegangan permukaan antara Δρ = perbedaan densitas dua fluida
dua fluida g = percepatan gravitasi
cos = sudut kontak permukaan h = tinggi kolom
antara dua fluida
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam reservoir minyak
maupun gas, yaitu :
Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir
Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau
mengalir melalui pori-pori reservoir dalam arah vertical.
4. SATURASI
Saturasi fluida didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori
batuan yang ditempati oleh fluida tertentu dengan volume pori-pori total pada suatu
batuan berpori. Saturasi dapat dinyatakan dalam persamaan dibawah ini :
a. Saturasi minyak (So) adalah :
volum epori poriyangdiisiolehmin yak
So
volum epori poritotal
b. Saturasi air (Sg) adalah :
volum epori poriyangdiisiolehair
Sw
volum epori poritotal
c. Saturasi gas (Sg) adalah :
volum epori poriyangdiisigas
Sg
volum epori poritotal
Jika pori-pori diisi oleh gas-minyak-air, maka berlaku hubungan :
Sg + So + Sw = 1
Jika diisi oleh minyak dan air saja, maka :
So + Sw = 1
5. PERMEABILITAS
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Teori tersebut
dikembangkan oleh Henry Darcy. Darcy mengungkapkan bahwa kecepatan alir
melewati suatu media yang porous berbanding lurus dengan penurunan tekanan per
unit panjang, dan berbanding terbalik terhadap viskositas fluida yang mengalir.
Persamaan permeabilitas :
PTP2
k dP
V
dL
Dimana :
V = kecepatan aliran, cm/sec
μ = viskositas fluida yang mengalir, cp
dP/dL= penurunan tekanan per unit panjang, atm/cm
k = permeabilitas, darcy
6. KOMPRESSIBILITAS
Menurut Geertsma, terdapat tiga macam kompressibilitas pada batuan yaitu :
a. Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksional perubahan volume dari material
padatan batuan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
b. Kompressibilitas batuan keseluruhan, yaitu fraksional perubahan volume dari
volume batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
c. Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksional perubahan volume pori-pori
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, yaitu ;
Internal stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam
pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi)
External stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya
(tekanan overburden)
PTP2
BAB II
KARAKTERISTIK FLUIDA RESERVOIR
Didalam dunia perminyakan, spesific gravity minyak sering dinyatakan dalam satuan
o o
API (American Petroleum Instute). Hubungan SG minyak dengan API dapat
dirumuskan sebagai berikut :
141,5
o
API 131,5 ………………………………………………………………… (1-2)
SG
Harga-harga oAPI untuk beberapa jenis minyak :
- minyak ringan, ≥ 30 oAPI
- minyak sedang, berkisar 20 - 30 oAPI
- minyak berat, berkisar 10 - 20 oAPI
BAB III
SIFAT FISIK GAS
Dimana :
v = kecepatan efusi/difusi gas
d = densitas gas.
Hukum Avogadro mengatakan bahwa kondisi tekanan, temperatur dan
volume tertentu, massa jenis gas berbanding lurus dengan berat
molekulnya, atau secara matematis dinyatakan sebagai berikut :
d1 M1
…………………………………………………. (1-2)
d2 M2
Dimana :
M = berat molekul gas
Dimana :
P = Tekanan, psia n = Jumlah mol gas
V = Volume, cuft R = Konstanta, 10.732 psia cuft/lb-mol oR
T = Temperatur, oR
1 f (M , T ) f ( , T )
…………………………………………. (1-9)
/ 1 f ( Ppr, Tpr)
Dimana :
µ1 = viskositas pada tekanan 1 atm
µ = viskositas pada tekanan > 1 atm.
5. DENSITAS GAS (ρg)
1. Latar Belakang
Dengan semakin naiknya harga bahan baker minyak dan sumber energi yang
lain, maka orang mulai berusaha untuk mencari sumber energi pengganti, dan hal ini
jatuh pada energi panas bumi yang saat ini mulai dikembangkan diberbagai Negara
di dunia.
Pada tahun 1918 di Larderello Italia dihasilkan uap alam yang bias
dimanfaatkan untuk menggerakkan tenaga listrik. Hal ini memberikan rangsangan
buat negara lainnya untuk mencoba memanfatkan sumber tenaga baru ini. Hal ini
juga terjadi di Indonesia yang berhasil melakukan pemboran di Kamojang pada tahun
1926 dan berhasil menyemburkan uap panas dari salah satu sumurnya (KMJ-3)
sampai sekarang.
Negara-negara yang saat ini telah berhasil memanfaatkan panasbumi adalah :
Amerika Serikat, Italia, Selandia Baru, Jepang, Philipina, Iceland dan Indonesia.
Sumber panas bumi umumnya terdapat disekitar jalur gunung api karena
magma merupakan sumber panasnya.
2. Tingkat Polusi
Dibanding dengan sumber energi bahan bakar maka sumber tenaga panas
bumi relatif tidak terlalu menyebabkan pencemaran lingkungan lingkungan (non
pollution).
Lapangan geothermal umumnya berhubungan erat dengan aktifitas gunung
berapi. Dari kemanfaatan panas bumi dipermukaan seperti : fumarola, solfatara,
lumpur panas dan mata air dikeluarkan “non coudensable gasses” seperti CO2, NH3,
N2, H2, SO2 dan CH4. Gas-gas tersebut diatas apabila terdapat didalam
jumlah/konsentrasi yang tinggi bisa membahayakan bagi manusia atau kehidupan
disekelilingnya.
Bagi siapa yang pernah mengunjungi lapangan geothermal akan mencium bau
seperti telor busuk, bau tersebut berasal dari gas H2S. Gas tersebut beracun. Dalam
konsentrasi rendah menyakitkan mata (pedih) dan dalam konsentrasi tinggi bisa
menyebabkan kematian (konsentrasi rendah bau, konsentrasi tinggi tidak).
3. Problema
Yang menjadikan masalah didalam pemanfaatan tenaga panasbumi antara
lain :
a. Re-injeksi fluida kedalam tanah.
b. Kebisingan
c. Emisi gas
d. Penurunan Tekanan (subsudence)
e. Kehidupan sosial
f. Efek terhadap iklim
g. Efek terhadap sumur yang lain
h. Keselamatan dari “Blow out”
i. Seisme
j. Efek korosi dari gas
4. Teknik Eksplorasi
Didalam melakukan eksplorasi panasbumi pekerjaan dibagi atas beberapa
tahap antara lain :
a. Inventarisasi
b. Survey pendahuluan
c. Pemetaan geologi
d. Penelitian geofisika
e. Pemboran dangkal
f. Pemboran dalam (eksplorasi)
Gambar : Maket Plan Tenaga Listrik dengan menggunakan sumber energi panas
Kondisi reservoir terdiri dari tekanan dan temperatur reservoir, kedua besaran
ini merupakan besaran yang sangat berpengaruh terhadap batuan reservoir maupun
fluida yang dikandungnya (air, minyak dan gas).
1. Tekanan Reservoir
Konsep tekanan adalah gaya persatuan luas yang diterapkan oleh suatu
fluida, hal ini adalah konsep mekanik dari tekanan. Tekanan itu disebabkan oleh
benturan diantara berbagai molekul fluida pada dinding tersebut disetiap detik.
Tekanan merupakan sumber energi yang menyebabkan fluida dapat bergerak.
Sumber energi atau tekanan tersebut pada prinsipnya berasal dari :
a. Tekanan hidrostatik
Yaitu tekanan yang disebabkan adanya gaya kapiler yang besarnya
dipengaruhi oleh tegangan permukaan dan sifat-sifat kebasahan batuan oleh fluida
(terutama air) yang mengisi pori-pori batuan di atasnya.
Ph 0.052. .h
atau
Ph .h
10
dimana :
ρ = densitas fluida (ppg atau gr/cc)
Ph = tekanan hidrostatik (psi atau ksc)
h = tinggi kolom fluida (ft atau meter)
Pada prinsipnya tekanan reservoir bervariasi terhadap kedalaman. Hubungan
tekanan hidrostatik dengan kedalaman ini disebut dengan gradient tekanan. Gradient
tekanan hidrostatik untuk air murni adalah 0.433 psi/ft, sedangkan untuk air asin
adalah 0.465 psi/ft. Penyimpangan dari harga tersebut dianggap sebagai tekanan
abnormal.
b. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang diderita oleh formasi karena beban
(berat) batuan di atasnya yang berada di atas suatu kedalaman tertentu tiap satuan
luas. Gradient tekanan overburden adalah 1 psi/ft.
beratmater ial beratcaira n
Pob
luasarea
Gradient tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden dari
tiap kedalaman :
Pob
Gob
D
dimana :
Gob = gradient tekanan overburden, psi/ft
Pob = tekanan overburden, psi
D = kedalaman, ft
Tekanan awal reservoir adalah tekanan reservoir pada saat pertama kali
diketemukan. Tekanan dasar sumur yang sedang berproduksi disebut tekanan aliran
(flowing) sumur. Kemudian jika sumur tersebut ditutup maka selang waktu tertentu
akan didapat tekanan statik sumur.
2. Temperatur Reservoir
Dalam kenyataannya temperatur reservoir akan bertambah terhadap
kedalaman, yang mana sering disebut sebagai gradient geothermis yang dipengaruhi
oleh jauh dekatnya dari pusat magma. Gradient geothermis yang tertinggi adalah
4oF/100 ft, sedangkan yang terendah adalah 0.5 oF/100 ft.
Besarnya gradient geothermis dari suatu daerah dapat dicari dengan persamaan :
Tform asi Ts tandart
Gradien.Geotherm is
kedalam anform asi
Hubungan antara temperature versus kedalaman merupakan fungsi linier, yang
secara matematis dinyatakan :
Td Ta Gf D
dimana :
3. Water Drive
Air dalam reservoir biasanya berada dibawah tekanan fluida yang sebanding
dengan kedalaman dibawah permukaan tanah. Makin dalam letak air itu, makin tinggi
tekanannya. Water drive terjadi bila terdapat air dalam jumlah banyak pada reservoir
yang dapat mendorong minyak kedalam lubang sumur. Air langsung akan mengisi
ruang yang ditinggalkan minyak. Tekanan dalam reservoir akan tetap tinggi selama
penggantian minyak dengan air terjadi dalam jumlah yang sama. Oil recovery dapat
mencapai 50%.
4. Combination Drive
Combination drive adalah mekanisme pendorong yang mempunyai satu atau
lebih untuk mendorong fluida minyak ke lubang bor, antara lain Gas-cap drive dengan
water drive.
JENIS MEKANISME PENDORONG RESERVOIR
TERHADAP KARAKTERISTIKNYA
Solution/Dissolved
Gas-Cap Drive Water Drive
Gas Drive
Naik menerus
Naik dan kemudian
Gas Oil Ratio pada sumur-sumur Tetap rendah
turun
yang up-dip
Umur sembur
Sembur alam
Tingkah-laku Memerlukan pumping alam tergantung
sampai kadar air
sumur pada tahap awal pada ukuran gas
berlebihan
cap
Recovery yang
dapat diharapkan, 5 - 30 20 – 40 35 - 60
% OOIP
Gambar : Proses Migrasi dari Minyak dan Gas pada Suatu Reservoir
Typical Performance
Solution/Dissolved Gas Drive
140
120
Pressure, GOR, PI
100
GOR
80
PI
60
PR
40
20
0
Cumulative Production
Typical Performance Water Drive
90
80
Pressure, PI, GOR
70
60
Pressure
50
PI
40
GOR
30
20
10
0
Cumulative Production
140
120
Pressure, GOR
100
80 Pressure
60 GOR
40 BAB VII
20
METODA
0
SEMBUR ALAM
Cumulative Production
Pada saat sumur sudah mencapai tahap penyelesaian dan akan mulai
berproduksi, awalnya tenaga yang digunakan untuk mengangkat fluida dari dasar
sumur ke permukaan adalah menggunakan sembur alam (natural flowing). Sembur
alam yaitu memanfaatkan energi yang terkandung didalam reservoir untuk
mengangkat fluida ke permukaan.
Tekanan reservoir dan gas formasi yang tersedia harus memiliki energi yang
cukup untuk mengangkat fluida dari dasar sumur ke permukaan dan dapat mengatasi
kehilangan tekanan selama proses aliran sampai ke permukaan. Semakin lama
tekanan atau energi tersebut akan semakin berkurang dan suatu saat energi tersebut
tidak mampu lagi mengangkat fluida. Kondisi tersebut akan berakibat terhadap
penurunan laju produksi dan bahkan akan mengakibatkan sumur tersebut berhenti
berproduksi atau mati. Apabila tekanan reservoir terlalu rendah atau laju produksi
yang dikehendaki lebih besar dari energi reservoir tersebut, maka harus digunakan
metode pengangkatan buatan (artificial lift system).
Terdapat dua metode dasar pengangkatan buatan (artificial lift ) yang sering
digunakan yaitu pengangkatan buatan dengan menggunakan sistem pompa dan
sistem gas lift. Dalam penggunaan artificial lift dengan sistem gas lift maka harus
tersedia gas dengan jumlah yang cukup dan mempunyai tekanan yang tinggi untuk
dapat mengangkat fluida dari dasar sumur sampai ke permukaan.
1. Produktivitas Sumur
Jenis pengangkatan buatan yang sesuai dengan besarnya laju produksi adalah :
Produktivitas sumur yang lebih besar dari 10.000 STB / hari dapat
menggunakan pompa ESP dan gas lift.
Produktivitas sumur antara 2.000 – 10.000 STB / hari dapat menggunakan
pompa ESP, gas lift dan pompa hidrolik.
Untuk sumur yang mempunyai produksi antara 100 – 2.000 STB / hari dapat
menggunakan semua jenis metode artificial lift .
Untuk sumur yang berproduksi lebih kecil dari 100 STB / hari dapat
menggunakan semua jenis metode kecuali pompa ESP.
2. Tekanan Reservoir
Tekanan reservoir sebanding dengan tinggi kolom cairan dalam tubing. Jenis
metode yang sesuai untuk tinggi kolom cairan yang lebih besar dari 1/3
kedalaman adalah gas lift (kontinyu), pompa angguk, pompa hidrolik dan ESP.
Sedangkan untuk tinggi kolom cairan yang lebih kecil dari 1/3 kedalaman dapat
menggunakan pompa angguk, pompa hidrolik, ESP, dan gas lift (intermittent ).
3. Kedalaman
Kedalaman sumur yang lebih dari 12.000 ft hanya dapat menggunakan pompa
hidrolik.
Kedalaman sumur antara 10.000 – 12.000 ft dapat menggunakan pompa
angguk, pompa hidrolik, dan gas lift.
Kedalaman sumur dibawah 8.000 ft dapat menggunakan semua jenis
pengangkatan buatan.
4. Kemiringan Sumur
Untuk sumur dengan kemiringan yang besar, pompa angguk tidak dapat
digunakan. Penggunaan gas lift sangat sesuai karena tidak banyak peralatan
yang dipakai di dalam sumur.
5. Viskositas Cairan
Untuk cairan yang berviskositas tinggi jenis metode gas lift atau pompa hidrolik
sangat sesuai digunakan.
6. Problema Sumur
Problema sumur seperti pasir, parafin, GOR tinggi, korosi, scale dan sebagainya
mempengaruhi pemilihan jenis metode artificial lift. Penggunaan metode yang
sesuai dengan problema suatu sumur adalah :
Pompa angguk baik digunakan pada sumur yang mempunyai problema korosi
dan scale , sedangkan sumur dengan problema parafin tidak dapat
menggunakan pompa angguk.
Penggunaan pompa hidrolik baik digunakan pada sumur dengan problema
parafin dan korosi.
Pompa ESP baik digunakan pada sumur dengan problema parafin dan tidak
dapat digunakan pada sumur yang mempunyai permasalahan scale.
Gas lift sangat cocok digunakan pada sumur dengan problema pasir dan GOR
yang tinggi. Gas lift tidak dapat digunakan pada sumur dengan problema
parafin.
7. Biaya yang meliputi :
Modal awal. Jumlah sumur yang akan diproduksi
Biaya operasional bulanan. dengan artificial lift.
Daya tahan peralatan. Perkiraan waktu sumur berproduksi.
#GAS LIFT#
Proses gas lift dilakukan dengan menginjeksikan gas yang mempunyai tekanan
yang relatif tinggi kedalam kolom fluida untuk meringankan dan menurunkan gradien
tekanan dari fluida sehingga fluida tersebut dapat terangkat ke permukaan dengan
ekspansi dari gas. Secara umum mekanisme pengangkatan fluida reservoir ke
permukaan oleh gas yang diinjeksikan ke dalam sumur melalui proses sebagai
berikut :
ESP adalah pompa yang mempunyai banyak tingkat (stage) dimana setiap
tingkat mempunyai impeller, yaitu bagian yang berputar dan fungsinya memberikan
kecepatan terhadap cairan yang dipompakan.
Pompa ESP dibuat atas dasar pompa sentrifugal bertingkat banyak dimana
keseluruhan dari pompa dan motornya ditenggelamkan kedalam cairan. Pompa ini
digerakkan dengan motor listrik dibawah permukaan melalui suatu poros motor
(shaft) yang memutar pompa, dan akan memutar sudu-sudu (impeller) pompa.
Perputaran sudu-sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk
mendorong fluida ke permukaan. Adapun fungsi dari ESP adalah :
Mempermudah penanggulangan scale.
Gambar : ESP
2. PERFORASI
Perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga
terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi
dapat mengalir ke dalam sumur.
2.1. Perforator
Perforator digunakan untuk melakukan perforasi. Perforator dibedakan
menjadi :
a. Bullet/Gun perforator
b. Shape charge/Jet perforator
3. KONDISI KERJA PERFORASI
3.1. Overbalance
Merupakan kondisi kerja didalam sumur, dimana tekanan formasi dikontrol
oleh fluida/lumpur komplesi atau dengan kata lain bahwa :
Tekanan Hidrostatik Lumpur (Ph) > Tekanan Formasi (Pf).
3.2. Underbalance
Merupakan kondisi kerja didalam sumur, dimana fluida/lumpur komplesi
dikontrol oleh tekanan formasi atau dengan kata lain bahwa :
Tekanan Hidrostatik Lumpur Komplesi (Ph) < Tekanan Formasi (Pf).
4. SWABBING
Swabbing adalah penghisapan fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi
pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat
mengalir masuk ke dalam sumur dan diproduksikan ke permukaan.
Ada dua sistem penghisapan fluida (swabbing) yaitu :
a. penurunan densitas cairan
b. penurunan kolom cairan
BAB X
DASAR PENILAIAN FORMASI
(Basic of Formation Analysis)
Penilaian formasi adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi formasi dari
suatu lapangan terutama tentang karakteristik dan lithology batuan reservoir terhadap
ada tidaknya hidrokarbon. Penilaian formasi terdiri dari beberapa metoda yaitu :
- Coring dan analisa core
- Logging
1.1. Coring
Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan (core) dari
formasi bawah permukaan, untuk dianalisa sifat fisik batuan secara langsung.
Metode dalam coring ada dua yaitu:
a. Bottom Hole Coring , pengambilan core yang dilakukan pada waktu pemboran
berlangsung
b. Sidewall Coring, Pengambilan core yang dilakukan setelah operasi pemboran
berlangsung selesai atau pada waktu pemboran berhenti
Kedua metode coring, mempunyai prinsip kerja yang berbeda, dan menghasilkan
(hasil) analisa yang berbeda, walaupun dilakukan pada kedalaman yang sama.
ANALISA CORE
Porositas
Permeabilitas
Saturasi fluida
Tekanan kapiler
Analisa Core Spesial
II. LOGGING
Wilayah yang cocok untuk pemakaian Log Induction dan Log Lateral
Log Induction bekerja dalam :
Fresh mud
Resistivitas formasi < 200 ohm-m
Rmf/Rw > 2.0
Figure 3.
Bersama log lain misalnya log neutron, lithologi batuan dan tipe fluida yang
dikandung batuan dapat ditentukan.
Log density dapat membedakan minyak dari gas dalam ruang poripori karena
fluida-fluida tadi berbeda berat jenisnya.
Alat density yang modern juga mengukur PEF (photoelectric effect) yang
berguna untuk menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy
minerals dan untuk mengevaluasi clay.
Log density juga dipakai untuk menentukan Vclay serta untuk menghitung
“reflection coefficients” bersama log sonic untuk memproses synthetics
seismogram.
Bersama log lain misalnya log density, dapat dipakai untuk menentukan jenis
batuan /litologi serta tipe fluida yang mengisi pori pori batuan.