You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu dari cita-cita bangsa
Indonesia, sebagaimana yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 alinea ke-4. Dalam hal ini pendidikan mempunyai arti sangat
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu peranan pendidikan haruslah dilihat dalam konteks
pembangunan secara menyeluruh yang bertujuan membentuk manusia sesuai
dengan cita-cita bangsa. Untuk mensukseskan pembangunan perlu ditata suatu
sistem pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan
dilaksanakan oleh orang yang ahli di bidangnya. Tanpa keahlian yang
memadai, maka pendidikan sulit akan berhasil. Kesalahan yang dilakukan
oleh orang yang bukan ahli dalam bidang pendidikan, akan dapat merusak satu
generasi berikutnya.
Melihat makin merosotnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita
yang tertinggal dengan bangsa-bangsa lain, menuntut kerja keras guru untuk
meningkatkan kemampuan. Karena proses dan hasil belajar bukan saja
ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru. Guru yang kompeen akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan
dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar siswa berada
pada tingkat optimal.
Maka tidak heran kalau sekarang ini para guru berusaha mencari formula
metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dalm mata pelajaran PAI.
Mengajarkan Pendidikan Agama Islam merupakan suatu kegiatan
pengajaran sedemikian sehingga siswa belajar untuk mendapatkan
kemampuan yang cukup. Kemampuan tersebut ditandai dengan adanya
interaksi yang positif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, yang
sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Namun dalam

1
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya yang berhubungan dengan
Pendidikan Agama Islam , ternyata masih banyak mengalami hambatan-
hambatan baik yang dialami siswa maupun guru. Salah satu hambatan yang
terjadi adalah kesulitan dalam memahami cara membaca AL-Quran dengan
benar sesuai ilmu Tajwid. .
Seperti yang terjadi di SMA Negeri 3 Lumajang, didapatkan latar
belakang siswa sangat bervariasi dalam motivasi belajarnya. Mereka rata-rata
dalam belajar tanpa dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang
diajarkan oleh guru. Mereka kurang dalam mengkaitkan materi satu dengan
yang lain. Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dalam menentukan
suatu bacaan yang terdapat dalam salah satu ayat Al-Qur'an.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu metode
yang tepat, dan sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah
prestasi belajar anak terhadap pelajaran PAI dengan menggunakan metode
diskusi.
Dari hasil penelitian ini, nantinya dapat diketahui peningkatan prestasi
dan nilai yang diperolah anak didik. Karena seperti diketahui, dengan
menggunakan metode ini , anak didik dituntut untuk berperan aktif dalam
proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana penerapan metode diskusi pada siswa kelas XII A3
di SMA Negeri 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Apakah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi
belajar terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI
pada siswa kelas XII A3 di SMA Negeri 3 Lumajang Tahun
Pelajaran 201-/2011.

2
Bertolak dari pemasalahan ini, maka dibutuhkan suatu metode yang
tepat yang mampu meningkatkan prestasi belajar anak terhadap mata
Pendidikan agama islam PAI.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana penerapan metode diskusi pada
siswa kelas XII A3 di SMA 3 Lumajang Tahun Pelajaran
2009/2010.
2. Untuk mengetahui Apakah penerapan metode diskusi dapat
meningkatkan "pemahaman konsep hukum bacaan nun mati dan
tanwin serta mim mat"i terhadap mata pelajaran Pendidikan
agama islam PAI pada siswa Kls XII A3 di SMA 3 Lumajang
Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
A. Bagi Guru
a. Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta
didik, karena peserta didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar
mengajar.
B. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran PAI.
b. Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang
tinggi dikalangan peserta didik
c. Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.
d. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
E. DEFINISI KONSEP
Beberapa konsep atau istilah penting yang menjadi perhatian di dalam
penelitian tindakan kelas PTK ini dan perlu di jelaskan agar tidak terdapat
kesalahpahaman dalam memahami PTK ini.
1. Peningkatan motivasi belajar: motivasi belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar jadi, peningkatan motivasi

3
belajar siswa adalah peningkatan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang atau siswa untuk belajar.
2. Proses belajar pada pelajaran PAI: proses belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan jadi, proses belajar
pada pelajaran PAI adalah proses perubahan tingkah laku yang
menyangkut pengetahuan agama islam.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prinsip-prinsip Pengajaran Pendidikan Agama Islam
Setiap guru pengajar mata pelajaran PAI harus memiliki kemampuan
serta keterampilan dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa terutama
apabila menggunakan metode diskusi .Dengan mendasarkan diri pada konsep
diskusi yang terdiri dari berbagi macam bentuk di atas, maka agar
pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang tenaga pengajar harus
memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah :
1. Persiapan / perencanaan diskusi
2. Pelaksanaan diskusi
3. Tindak lanjutan diskusi
4. Tujuan metode diskusi
5. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi
6. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi
7. Prinsip-prinsip metode diskusi
Dengan pedoman pada ketujuh prinsip itu pengajar bisa menyampaikan
materi pelajaran PAI dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam
penyampaian materi bisa baik, jelas dan benar, anakpun bisa memahami,
mengerti dan mengerjakan tugas dengan baik dan benar pula. Dengan
demikian anakpun bisa mengeterapkan pengetahuannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pencapaian nilai hasil evaluasi akan meningkat.
B. Prestasi Belajar PAI
1. Prestasi
Muray dalam Beck (1990:290) mendefinisikan prestasi sebagai
berikut :

5
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult
as well and as quickly as possible”
“Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih
kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat
mungkin”.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam
Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi
tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat
dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,
prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam
proses pembelajaran.
2. Pengertian Belajar
Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali
dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa
pendapat para ahli tentang definisi belajar. Cronbach, Harold Spears dan
Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :
a. Cronbach memberikan definisi :
“Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience”.
“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai
hasil dari pengalaman”.
b. Harold Spears memberikan batasan:
“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something
themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu
sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
c. Geoch, mengatakan :

6
“Learning is a change in performance as a result of practice”.
Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu
senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih
baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya
merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh
lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan
oleh seorang idividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan
lingkungan.
Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2)
dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses
perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari
pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2)
yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim
(2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas
dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas
dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum

7
mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan
di dalam proses belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang
ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu
diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah
kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan,
keterampilan, kemampuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang
bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai.
Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka
prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang
setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif
Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha
maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha
belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi
belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang
menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta
didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005:8-9)
mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

8
mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada
hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun
secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam
menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan
siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya
untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya
aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut
ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah
menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada
suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian
belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang
berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari
pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.

9
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang
siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar
adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa
dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga
aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target
dalam ketiga kriteria tersebut.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami
proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.
Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya
prestasi belajar siswa.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan,
maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor
yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri
anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu
kecedasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi

10
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi
yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat
perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang
lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan
suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
.

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek


yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.
Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas
normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang
rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah
“semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin
besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah
kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya
untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi
seorang anak dalam usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang
sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal
ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti

11
kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau
kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui
belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin
(1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu
untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian
tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya
sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya
prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar
terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam
mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau
orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang
diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto (1995:57)
mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa
sayang.”
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah
“suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti
sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”

12
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar
pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang
menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di
dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat
mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang
telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat
yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk
melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai
dengan keinginannya.
d. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal


tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah
bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian
pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil
jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan
Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri
seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan
dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang
menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha
dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa

13
kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa
akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran.
Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara
aktif.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan
sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak
memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor
ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga,
keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan
pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan
terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah
satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk
belajar.
Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,
sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah

14
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa
pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan
pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga
formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru
sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan
kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh
perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian
orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat
belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan
keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih
giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan
guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara
guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah
laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut
untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode
yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm
proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam
kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. .

15
Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang
sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang
rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.
Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak
nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh
pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk
kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan
selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal
di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan
besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia
akan turut belajar sebagaimana temannya.
D. Menggunakan Metode Yang Tepat

Pendidikan harus tahu bahwa tidak ada satupun metode yang paling
baik, tanpa didukung oleh metode yang lain dalam proses belajar mengajar.
Misalnya dalam kegiatan pendidikan akan menggunakan metode ceramah.
Maka akan menjadikan akan duduk dengan catatan hafal (DDCH), sehingga
membosankan bagi anak akibatnya akan enggan belajar.
Di dalam mengajarkan pelajaran matematika hendaknya pendidik
menggunakan beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan
beberapa metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain
metode ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode
problem solving, metode eksperimen dan sebagainya.
Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan menimbulkan
minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif.

16
E. Pengertian Metode Diskusi

1. Pengertian

Metode diskusi adalah cara menyampaikan pelajaran dimana guru


bersama-sama siswa saling mengadakan tukar menukar informasi, pendapat
dan pengalaman dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi.
Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Persoalan atau pertanyaan yang
mempunyai kelayakan untuk didiskusikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
:
a. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya.
b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah
yang dapat dipertahankan kebenarannya.
c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”,
tetapi lebih mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan
membandingkan.
2. Klasifikasi
Dalam melaksanakan metode diskusi pimpinan diskusi dapat
dipegang oleh guru atau meminta salah satu siswa/ peserta didik.
Sedangkan berdasarkan tehnik pelaksanaannya diklasifikasikan menjadi
dua yaitu :
a. Debat
Dalam hal ini terjadi dua kelompok yang mempertahankan pendapatan
masing-masing yang bertentangan, sehingga pendengar dijadikan sebagai
kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam
keputusan akhir.
b. Diskusi
Pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan
pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari segi pelaksanaannya diskusi
dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
Diskusi kelas

17
Diskusi kelas adalah semacam “brainstorming” (pertukaran
pendapat).
Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain sehingga terjadi
pertukaran pendapat secara serius dan wajar.
Diskusi kelompok
Dalam hal ini guru menyampaikan masalah, kemudian dibagi
menjadi beberapa sub masalah setelah itu siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk membahas masing-masing sub, yang
selanjutnya hasilnya dilaporkan di depan kelas untuk ditanggapi.
Panel
Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja (3
sampai 7 orang) sedangkan siswa yang lain bertindak sebagai
pendengar (audiens). Ciri yang lain terdapat dalam panel ini dilakukan
oleh para siswa yang benar-benar ahli memahami seluk beluk masalah
yang didiskusikan, yang tidak bertujuan untuk memperoleh
kesimpulan akan tetapi merangsang berpikiran agar siswa
mendiskusikan lebih lanjut.
Konferensi
Dalam konferensi ini anggota duduk saling menghadap,
mendiskusikan sesuatu masalah, sehingga setiap peserta harus
memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat
yang akan diajukan.
Symposium
Dalam pelaksanaannya dapat menempuh dua cara yaitu :
 Mengundang dua pembicara atau lebih, dan
setiap pembicara diminta untuk menyajikan prasarana yang
sama, namun dari sudut pandang yang berbeda-beda.
 Membagi masalah dalam beberapa aspek,
setiap aspek dibahas oleh seorang pemrasaran, selanjutnya
disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti prasaran-

18
prasaran. Setelah selesai penyanggah umum memberikan
sanggahan, barulah pemrasaran diberikan kesempatan untuk
memberikan jawaban atas sanggahan tersebut.
6) Seminar
Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam
meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas.
Ciri-ciri yang ada di dalamnya adalah :
 Pembahasan bertolak dari kertas kerja yang
disusun oleh pemrasarana, yang berisi uraian teoritas sesuai
dengan tujuan dan maksud yang terkandung dalam pokok
seminar (tema).
 Pelaksanaannya sering kali diawali dengan
pandangan umum atau pengarahan dari pihak tertentu yang
berkepentingan.
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi
Dengan mendasarkan diri pada konsep diskusi yang terdiri dari berbagai
macam bentuk di atas, maka agar pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang
tenaga pengajar harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah :
a. Persiapan / perencanaan diskusi
1) Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih
terjamin.
2) Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan
jumlahnya disesuakan dengan sifat diskusi itu sendiri.
3) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan
berla rut - larut.
b. Pelaksanaan diskusi
1) Membuat struktur kelompok (ketua/ pimpinan, sekretaris,
anggota).
2) Membagi-bagi tugas dalam diskusi
3) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi
4) Mencatat ide-ide / sarana-sarana yang penting

19
5) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta
6) Menciptakan situasi yang menyenangkan
c. Tindak lanjutan diskusi
1) Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari diskusi
2) Memberikan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi
seperlunya
3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi untuk
dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi
yang akan datang.
Tujuan metode diskusi adalah sebagai berikut:
4) Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi,
berbicara dan mengajukan pendapat sesuai dengan
kemampuannya.
6) Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain atau
menghargai pendapat korang lain.
7) Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan
peranan diri sendiri.
8) Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan
berbagai masalah yang “dilihat”, baik dari pengalaman sendiri
maupun dari pelajar sekolah.
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan
keputusan diskusi.
d. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi
Secara umum langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
melaksanakan metode diskusi adalah :
1) Menemukan masalah yang layak untuk didiskusikan.
2) Menjelaskan masalah tersebut.
3) Mengatur giliran pembicaraan.
4) Memberi kesempatan kepada para siswa yang akan
berbicara secara bergiliran.

20
5) Mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
siswa kepada peserta diskusi.
6) Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila
terjadi penyimpangan pembicaraan.
7) Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau
kesimpulan.
Dengan demikian peranan guru sebagai pemimpin diskusi adalah :

8) Sebagai pengatur lalu pembicaraan.


9) Sebagai dinding penangkis, artinya menerima pertanyaan
dari anggota dan melemparkannya kembali kepada anggota yang
lain.
10) Sebagai petunjuk jalan (guide) yang memberikan
pengarahan kepada anggota tentang masalah yang sedangkan
didiskusikan, sehingga tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.
e.Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi
1) Keuntungan-keuntungan metode diskusi
 Mempertinggi partisipasi anggota secara individu
 Mempertinggi partisipasi kelompok secara keselurahan
2) Kelemahan-kelemahan metode diskusi
 Tidak mudah bagi pemimpin diskusi untuk meramaikan
arah penyelesaian diskusi.
 Tidak selalu mudah bagi anggota kelompok diskusi untuk
mengatur cara berpikir secara rapi, apalagi secara ilmiah.
f. Prinsip-prinsip metode diskusi
1) Prinsip mengikutsertakan anak-anak dalam diskusi.
2) Pembicaraan jangan sampai diborong oleh beberapa orang
anak.
3) Perhatikan anak yang selalu diam, kadang-kadang ia
mempunyai pendapat yang baik. Dalam hal anak terus diam, guru
hendaknya menyuruh anak itu mengemukakan pendapatnya.

21
4) Diskusi yang baik tidak asal berbicara, ramai, diperlukan
suatu ketertiban, baik dalam bergilir mengemukakan pendapat
maupun memperhatikan orang yang sedang berbicara.
5) Pertanyaan atau persoalan hendaknya sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pengalaman anak.
6) Guru sebagai pemimpin yang memberi kepercayaan kepada
anak untuk turut serta dalam diskusi guna mendorong dan
merangsang anak untuk melakukan sumbangan pikiran.
7) Menyetujui atau menentang pendapat orang lain, anak-anak
supaya tetap berlaku sopan dan hormat, pendapat jangan hanya
menang dan menyakiti atau mematahkan semangat orang.

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai
peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d)
administrasi sosial ekperimental.

22
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas
dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan
data yang subjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu seputar ruang kelas XII A3 SMA Negeri 3 Lumajang
Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa yaitu 36 beda agama 2
siswa jadi 34 siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011
B. Seting Penelitian
Seting penelitian yaitu tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
SMA Negeri 3 Lumajang Tahun Pelajaran 2010 / 2011.

C. Desain atau Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam
Mukhlis, 2000:3).
Sedangkan menurut Mukhlis (2000:5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan.

23
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih , yaitu penelitian tindakan,
maka peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart ( dalam Sugiarti,1997:6) , yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya.Setiap siklus meliputi planning ( rencana ) , action
( tindakan ) , observation ( pengamatan ) , dan reflection ( refleksi). Langkah
pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi , tindakan ,
pengamatan dan refleksi . Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Observasi dibagi dalam tiga putaran yaitu putaran 1, 2 dan 3 , dimana
masing–masing putaran dikenai perlakuan yang sama ( alur kegiatan yang
sama ) dan membahas satu sub pokok bahasan yang di akhiri dengan tes
formatif di akhir masing – masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki/
meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
(Mukhlis, 2000:5).
a. Data dan teknik pengumpulan data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model diskusi,intrumen
penelitian observasi aktivitas siswa guru, dan Tes formatif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

24
c. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu
proses pengumpulan data hasil kegiatan proses belajar mengajar dengan
metode Diskusi.
d. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model
diskusi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran.
e. Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman tentang hukum baca,an
tersebut.Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah isian.Sebelumnya soal – soal ini berjumlah 10 soal yang
telah di ujicoba , kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang
di uji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk
memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil
data. Langkah – langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut :
C. Analisa Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui


observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model diskusi,
observasi aktivitas siswa guru, dan Tes formatif
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga
untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

25
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi setting penelitian

Deskripsi setting penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa


pengamatan pengelolaan metode pembelajaran diskusi dan pengamatan
aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan pengelolaan metode pembelajaran diskusi yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran diskusi dalam

26
menumbuhkan gairah belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan
guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
terhadap pelajaran PAI sebelum dan sesudah diterapkannya metode diskusi
Pada tahap ini, penelitian mengadakan pengamatan secara langsung pada
siswa kelas XII A3 SMA Negeri 3 Lumajang dalam tahap ini, para siswa
diberikan soal latihan yang dibedakan menjadi 2 tahap yaitu tahap 1 terdiri
dari soal-soal siswa di suruh mencari bacaan yang terdapat pada statu ayat
yang di pelajari . Dengan melakukan berbagai macam test dan quiz ini maka
dapat diketahui hasil dari metode diskusi ini. Dari hasil soal latihan tersebut,
kemudian dibandingkan nilai hasilnya sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan metode diskusi.
Data-data yang diperoleh dalam setiap siklus adalah :
Data Siswa
Data nama siswa kelas XII A3 SMA Negeri 3 Lumajang (sebagaimana
terlampir).
B. Paparan hasil penelitian

1) Siklus I
 Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
 Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 22 Juli 2010 di kelas XII dengan jumlah siswa 36 beda
agama 2 siswa jadi 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.

27
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 74
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
3 Persentase ketuntasan belajar 58, 82 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


metode pembelajaran kooperatif model diskusi diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 74 dan persentase ketuntasan belajar
mencapai 58, 82 % atau ada 14 siswa dari 34 siswa belum tuntas belajar.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan karena siswa belum
mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif model diskusi.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Prestasi Siswa Pada Siklus I

Hasil
No Uraian
Sebelum Sesudah
1 Proses pembentukan kelompok 2 4
2 Proses pembelajaran PAI 2 4
3 Pembahasan dengan cara kelompok 0 0

Keterangan : Skor 1 = 5 Skor 2 = 5 Skor 3 = 5

 Refleksi

28
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
a.Guru masih kurang siap dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Masih kekurangan waktu selama KBM berlangsung sehingga anak
bingung.
c.Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
 Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.
a.Guru harus lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru harus berusaha
supaya siswa terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
b. Guru perlu mengelola waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
c.Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
2) Siklus II
 Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, dan alat-alat pengajaran
Hasil diskusi : (sebagaimana terlampir)
Penugasan Individu diambilkan dari buku siswa
 Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 29 Juli 2010 di kelas XII dengan jumlah siswa 36 beda
agama 2 siswa jadi 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga

29
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus
II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan
adalah tes formatif II.
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 80
2 Jumlah siswa yang tuntas 30
3 Persentase ketuntasan belajar 88, 23 %

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa


adalah 80 dan ketuntasan belajar mencapai 88, 23 %atau ada 30 siswa
dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar maka secara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai sebesar 90 % (termasuk kategori tuntas).


Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model diskusi yang membuat siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Tabel 5.5. Rekapitulasi Minat Siswa Pada Siklus II
No Uraian Banyak Siswa
1 Anak yang suka dengan model diskusi 30
2 Anak yang bingung 2
3 Anak yang sama sekali tidak mengerti 2

 Refleksi

30
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan metode pembelajaran kooperatif model diskusi. Dari data-
data yang telah diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
b. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
d. Hasil belajar siswsa pada siklus II mencapai ketuntasan.
 Refisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan metode pembelajaran
kooperatif model diskusi dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi
yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan
agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan
metode pembelajaran kooperatif model diskusi dapat menumbuhkan
aktifitas belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Analisa hasil penelitian


1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif model diskusi memiliki dampak positif dalam menumbuhkan
aktifitas belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan
belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 58, 82 % , dan

31
88, 23 %. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah
tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
metode pembelajaran kooperatif model diskusi dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa
pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran PAI dengan metode pembelajaran kooperatif model diskusi
yang paling dominan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,
dan diskusi antar siswa,antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model
diskusi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan LKS,enemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik,
evaluasi,tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di depan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

33
1. Bahwa dengan menerapkan metode diskusi, daya serap anak
terhadap mata pelajaran PAI tentang hukum tanwin dan nun sukun dan
mim mati benar-benar meningkat.
2. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan prestasi belajar
yang dihasilkan selama mengerjakan soal latihan. Peningkatan dari nilai
anak didik dapat dilihat dari mean / nilai rata-rata
3. Dalam pelajaran Tajwid guru harus pandai menarik minat anak.
Mendorong kreativitas, menggiring anak dari pemikiran yang konkrit ke
pemikiran yang abstrak.
4. Upaya peningkatan daya serap anak harus dilakukan oleh semua
pihak yang terkait.
B. Penutup
Kami selaku penulis Penelitian tindakan kelas (PTK) mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian penelitian ini. Dan mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin..

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Algesindon.

34
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara
Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers.
Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka
Dimyati, dan Moedjiono mujiono Belajar Dan Pembelajaran 1994. Depdikbud.
Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical
Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Gagne.1985, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Gunarso Arif 1993., Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta; PT. Raja
Grafindo Persada.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan
FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yoyakarta.
Hakim Thursam.2000. Metode-metode Mengajar, Bandung : Angkasa
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

35
Hasbullah, 1994."Dasar-dasar Ilmu Pendidikan", PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta,
Hudya.1988 Srategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Kartono.1995 Strategi Belajar Mengajar,, Universitas Terbuka. Jakarta.
Kartono, 1995, Pendidikan dan Masyarakat, Yogayakarta ,CV. Bina Usaha
Muhibbin.1999. Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah: Petunjuk
Bagi Para Guru dan Orang Tua. Gramedia. Jakarta.
Mukhlis2000., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta
Muray, 1990, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta
M. Ngalim Purwanto, 1986. Psikologi Pendidikan, , PT Remaja Rosdakarya-
Bandung.
Nasution, 1995, Pegembangan Kurikulum, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti
Purwanto, Ngalim, M, 1986, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung :
Rosda Karya
Sardiman, A.M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo
Slameto.2003. Proses Belajar Mengajar, Bumi aksara, Jakarta.
Sudirman, N. Ilmu Pendidikan. Rajawali Roskanda;Bandung.
Sugiarti,Titik 1997 Motivasi Belajar, Cerdas Pustaka, Jakarta.
Syah, Muhibin.1999. Psikologi Belajar, Bandung, PT Logis wacana ilmu
Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya.
S. Nasution, 1996, Metode Research, Bandung: Jemmars
Winataputra,udin. 2007. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo
Winkel 1996, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English, Oxford
Univercity Press

36

You might also like