You are on page 1of 6

HUBUNGAN TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PERIOPERATIF

DENGAN RESIKO TERJADINYA DEHIDRASI PASCA BEDAH


PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH 2011

A. Latar belakang

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap

sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu

bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan

komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang

terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut) (Kaswiyan, 2000).

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik

yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh

melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian

tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air

tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan

elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh pada yang lainnya (Latief, 2002).

Defisit cairan perioperatif timbul sebagai akibat puasa pra-bedah yang kadang-

kadang dapat memanjang, kehilangan cairan yang sering menyertai penyakit primernya,

perdarahan, manipulasi bedah, dan lamanya pembedahan yang mengakibatkan

terjadinya sequestrasi atau translokasi cairan. Pada periode pasca bedah kadang-kadang

perdarahan dan atau kehilangan cairan (dehidrasi) masih berlangsung, yang tentu saja

memerlukan perhatian khusus (Leksana, 2004).

Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan (air

dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien orang dewasa. Gejala dari defisit cairan ini

belum dapat dideskripsikan, tetapi termasuk di dalamnya adalah rasa haus, perasaan

mengantuk, dan pusing kepala. Gejala dehidrasi ringan ini dapat memberikan kontribusi

terhadap memanjangnya waktu perawatan di rumah sakit yang terlihat dari penelitian

17638 pasien dengan hasil bahwa rasa kantuk dan pusing kepala pasca bedah merupakan

faktor prediktor yang berdiri sendiri terhadap bertambah lamanya waktu perawatan

pasca bedah (Graber, 2003).


Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik dengan judul “Hubungan Terapi

Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah

Pada Pasien di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan Resiko

Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel

Abidin Banda Aceh 2011”.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan

Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan Penyakit Primer

2) Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan

Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan Perdarahan

3) Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan

Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan Manipulasi Bedah

4) Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan

Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan Sequestrasi

5) Untuk Melihat Hubungan Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif Dengan

Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah Sakit Umum

dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan Translokasi Cairan

C. Kerangka Konsep

Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan (air

dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien orang dewasa. Keseimbangan cairan dan

elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka

akan berpengaruh pada yang lainnya. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang

digunakan yaitu :
VARIABEL INDEPENDENT VARIABEL DEPENDENT

Pasien Perioperatif di RSUZA Resiko dehidrasi :


Banda Aceh 2011 :  Penyakit primer
 Perdarahan
 Terapi Cairan dan
 Manipulasi bedah
Elektrolit
 Sequestrasi
 Translokasi cairan

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka kerja, maka hipotesa penelitian ini dapat di rumuskan sebagai

berikut :

1. Tinjauan Umum

Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di

Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011.

Ha = Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif

Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien di Rumah

Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011.

2. Tinjauan Khusus

1) Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Penyakit Primer

Ha= Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Penyakit Primer

2) Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Pendarahan.

Ha= Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien


di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Pendarahan.

3) Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Manipulasi Bedah.

Ha= Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Manipulasi Bedah.

4) Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Sequestrasi.

Ha= Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Sequestrasi.

5) Ho = Tidak ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Translokasi Cairan.

Ha= Ada hubungan yang bermakna antara Terapi Cairan Dan Elektrolit

Perioperatif Dengan Resiko Terjadinya Dehidrasi Pasca Bedah Pada Pasien

di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011 Berdasarkan

Translokasi Cairan.

E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif yang mengungkapkan hubungan

korelatifantara dua variabel dengan pendekatan cross-sectional study dimana jenis

penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel independen

dan dependen di nilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada follo up ( Arikunto,

2006).

F. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Perioperatif di Rumah Sakit

Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh 2011

b) Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probabilty sampling yaitu

setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih sebagai sampel (

Arikunto, 2006).

DAFTAR PUSTAKA
Kaswiyan, U, 2000. Terapi Cairan Perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.

Fakultas Kedokteran Unpad, RS. Hasan Sadikin.

Latief, AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Ed.

Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.

Leksana, E. 2004.Terapi Cairan Dan Elektrolit. bagian anestesi dan terapi intensif FK

Undip: Semarang.

Graber MA, 2003. Terapi Cairan Elektrolit Dan Metabolik. Ed.2. Farmedia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI,

Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

You might also like