You are on page 1of 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang ini perkembangan IPTEK semakin pesat, dimana

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya senantiasa bersandar kepada SDA

yang ada. Namun dalam penggunaan dan pemanfaatan SDA tersebut manusia

tidak sadar akan adanya masalah lingkungan hidup.

Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu pesat serta perubahan

gaya hidup, maka kebutuhan akan sumber daya alam semakin meningkat pula.

Namun dalam pemanfaatan sumber daya alam cenderung di lakukan secara tidak

terkontrol sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan, disamping itu jumlah

angka kemiskinan khususnya di Indonesia semakin bertambah. Hal ini disebabkan

karena tidak meratanya mata pencaharian atau terjadi kesenjangan sosial.

Angka pengangguran semakin bertambah tiap tahunnya karena sumber mata

pencaharian atau peluang kerja yang semakin kecil. Disamping itu karena kualitas

masyarakat yang tidak memenuhi untuk bersaing di era globalisasi yang menuntut

kepada pendidikan yang tinggi dan mempunyai keterampilan. Kurangnya

kesadaran akan pentingnya pendidikan merupakan faktor utama sehingga angka

pengangguran sulit untuk ditekan.

Maka dari itu jurusan Geografi FMIPA Universitas Negeri Makassar sebagai

lembaga pendidikan merasa perlu untuk mengkaji dan mencari tahu tantangan

pola hidup masyarakat perkotaan, peralihan antara desa dan kota yang nantinya

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
2

akan dibandingkan dengan pola hidup masyarakat pedesaan, serta mempelajari

budaya-budaya yang masih dipegang teguh dan dijalankan oleh mayarakat daerah

tersebut guna mendapat jawaban yang pasti akan masalah dan problema di atas

sehingga dapat memunculkan solusi yang dapat bermanfaat kedepannya.

A. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan beberapa
masalah antara lain :
1. Bagaimanakah kondisi social ditengah-tengah masyarakat yang ada di desa
Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa.
2. Bagaimanakah kondisi budaya/tradisi yang ada di desa Kanreapia
Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa

B. Tujuan Praktikum
Bertolak dari rumusan masalah diatas,maka adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk mengetahui kondisi social yang ada ditengah-tengah masyarakat
di desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui kondisi budaya/tradisi yang ada di desa Kanreapia
Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.

C. Manfaat Praktikum
1. Bagi mahasiswa sebagai bahan pembelajaran kedepannya bagaimana
melakukan sebuah penelitian terutama penelitian yang bersifat
kualitatif.
2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk selajutnya dijadikan
bahan evaluasi.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tentang Kehidupan Sosial Masyarakat

Dari hari ke hari manusia melaksanakan banyak tindakan interaksi antar

individu dalam rangka kehidupan masyarakat. Di antara semua tindakannya yang

berpola tadi perlu diadakan perbedaan antara tindakan-tindakan yang

dilaksanakannya menurut pola-pola yang tidak resmi dengan tindakan-tindakan

yang dilaksanakannya menurut pola-pola yang resmi. Sistem-sistem yang menjadi

wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi manurut

pola-pola resmi, dalam ilmu sosiologi dan antropologi disebut pranata, atau dalam

bahasa Inggris institution. (Koentjaraningrat, 1981)

Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya

menghasilkan nilai-nilai milik bersama oleh warganya. Untuk memahami

keberadaan masyarakat perlu memahami nilai-nilai yang dianutnya. Setiap

masyarakat mempunyai nilai-nilai sosial yang biasa disebut sistem sosial,

berfungsi mengatur tatanan di dalam masyarakat. Menurut Soejito nilai-nilai

sosial yang termasuk di dalamnya adalah tata susila dan adat kesopanan. Nilai-

nilai sosial merupakan ukudan di dalam menilai tindakan seseorang hubungannya

dengan orang lain. Nilai sosial seseorang dapat diperhitungkan oleh orang lain apa

yang dilakukan. Jika bertemu dua kelompok masyarakat yang saling tidak

mengetahui nilai-nilai sosialnya biaranya tidak saling memperhatikan tindakan

yang akan dilakukannya. (Agussalim, 2009)

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
4

Nilai-nilai sosial menurut Hanneman Samuel (1997) adalah prinsip yang

berlaku di suatu masyarakat tentang apa yang baik, benar, dan berharga yang

seharusnya dimiliki atau dicapai oleh masyarakat. Nilai-nilai itu berfungsi untuk

membimbing seseorang dalam melakukan suatu tindakan sehari-hari. Misalnya

seorang anak bertamu ke rumah temannya akan menyapa orang tua temannya

dengan sopan, kalau anak mempunyai nilai-nilai tidak akan membuat gaduh di

masyarakat.

Eksistensi manusia dapat dilihat dari dua posisi, yaitu: sifat individu dan

sosial. Sifat individu misalnya ketertarikan terhadap sistem stabilitas, penguasaan

diri, keberanian yang berarti bukan kekuatan hari, bukan kekuatan tubuh.

Sedangkan sifat sosial misalnya senang membantu, bekerja sama, kerja sosial,

berbuat baik, dan berkorban untuk orang lain. (Agussalim, 2005)

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan fenotipe.

Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan

faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Secara fisik seseorang memiliki

kemiripan ciri dari orang tuanya, kemiripan atau persamaan itu mungkin saja

terjadi pada keseluruhan penampilan fisiknya, bisa juga terjadi pada bagian-

bagian tubuh tertentu saja. Kita bisa melihat secara fisik bagian tubuh mana dari

kita yang memiliki kemiripan dengan orang tua kita. Ada bagian tubuh kita yang

mirip ibu atau ayah, begitu pula mengenai sifat atau karakter kita ada yang mirip

seperti ayah dan ibu. (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Manusia dikatakan juga sebagai makhluk sosial karena manusia tidak akan

pernah hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Ketika

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
5

bayi lahir, ia memerlukan pertolongan manusia lainnya. Bayi sama sekali tidak

berdaya ketika ia lahir, ia tidak bisa mempertahankan hidupnya tanpa pertolongan

orang lain. Berbeda dengan hewan, jerapah misalnya, ketika binatang ini lahir

hanya dalam hitungan menit ia sudah bisa berdiri tegak dan berjalan mengikuti

induknya. Kenapa hewan bisa mempertahankan hidupnya walaupun tanpa

pertolongan hewan lainnya? Karena untuk mempertahankan hidupnya hewan

dibekali dengan insting. Insting atau naluri adalah sesuatu yang dibawa sejak

lahir, yang diperoleh bukan melalui proses belajar. (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Kemajuan teknologi pada kota-kota besar sangat berpengaruh sekali terhadap

kehidupan di kota, kemajuan kehidupan di kota-kota besar membawa pengaruh

yang sangat cepat terhadap kehidupan di pedesaan. Penduduk di pedesaan ingin

mengikuti dan merasakan hasil kemajuan tersebut. Hal ini dalam satu segi

membawa pengaruh yang kurang baik, yaitu penduduk pedesaan menjadi

konsumtif adanya perubahan kebudayaan yang kurang baik terhadap para muda

mudinya. (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Seorang ahli antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar

prinsip-prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para ahli antropologi untuk

menentukan batas-batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok

dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi mereka. Dengan beberapa

modifikasi oleh J.A. Clifton dalam buku pelajarannya, Introduction to Cultural

Antropology (1968: hal 15), maka daftar itu menjadi seperti apa yang tercantum di

bawah ini.

1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih;

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
6

2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu

bahasa atau satu logat bahasa;

3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politikal-

administratif;

4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas

penduduknya sendiri;

5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang

merupakan kesatuan daerah fisik;

6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi;

7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman

sejarah yang sama;

8. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu

dengan lain merata tinggi;

9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

Di dalam masyarakat selalu terbentuk jenjang sosial di pelapisan masyarakat.

Pelapisan sosial adalah perbedaan rendah tingginya posisi atau kedudukan

seseorang atau kelompok yang terdapat pada masyrakat bersangkutan. Dasar

perbedaan rendah dan tingginya kedudukan tersebut sumbernya bermacam-

macam. Terjadinya pelapisan sosial disebabkan adanya bermacam-macam

perbedaan kemampuan seseorang atau kelompok untuk bersaing dan menduduki

ranking teratas di dalam piramida sosial. Perbedaan status itu dapat bersumber

dari kekayaan (ekonomi), nilai sosial, dan kekuasaan atau mungkin kecerdasan,

keturunan atau faktor kesalehan dalam agama. (Agussalim dkk, 2008)

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
7

Masyarakat sebagai suatu kolektif manusia yang sangat umum sifatnya,

mengandung kesatuan-kesatuan yang lebih khusus sifatnya, tetapi yang belum

tentu mempunyai syarat-syarat pengikat yang sama dengan suatu masyarakat.

Kesatuan sosial yang tidak mempunyai syarat-syarat pengikat itu adalah kategori

sosial atau social category. (Koentjaraningrat, 1981)

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa

manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Dalam masyarakat yang modern sering dibedakan

antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan “rural community” dan

“urban community”. Perbedaan antara msyarakat pedesaan dan masyarakat

perkotaan pada hakikatnya bersifat garduil. Agak sulit untuk memberikan batasan

apa yang dimaksudkan dengan perkotaan, oleh karena adanya hubungan antara

konsentrasi penduduk dengan gejala-gejala social yang dinamakn urbanisme .

Seseorang dapat mempunyai pendapat bahwa semua tempat dengan kepadatan

penduduk yang tinggi merupakan masyarakat perkotaan. Hal itu kurang benar,

karena banyak pula daerah yang berpenduduk padat, tak dapat digolongkan dalam

masyarakat perkotaan. (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Menurut Elly M. Setiadi (2007), warga masyarakat pedesaan mempunyai

hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan

warga masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya. Sisitem

kehidupan biasanya berkelompok atas dasar system kekeluargaan. Penduduk

masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun kita melihat

adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata tukang pembuat gula dan bahkan

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
8

tukang catut, akan tetapi inti pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan

pekerjaan sambilan saja, oleh karena bila tiba masa panen atau masa menanam

padi, pekerjaan – pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan. Namun demikian,

hal itu tidaklah bahwa setiap orng mempunyai tanah. Adapun ciri – ciri

masyarakat kota :

1. Kehidupan keagamaan berkuarng bila dibandingkan dengan kehidupan

dengan kehidupan agama di desa.

2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri

tanpa harus bergantung pada orang–orang lain.

3. Pembagian pekerjaan di antara warga–warga kota juga lebih

tegas dan mempunyai batas–batas yang nyata.

4. Kemungkinan–kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan

juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga–warga desa,

karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut di atas.

5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut

masyarakat perkotan, menyebabkan bahwa interaksi–interaksi yang

terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pada faktor pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat di kota–kota mengakibatkan

pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu

yang diteliti sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan

seorang individu.

Pelapisan sosial terdiri atas kelompok sosial yang memiliki derajat sosial

yang berbeda-beda menurut nilai luhur, moralitas, etika dan kehormatan sesuai

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
9

dengan kriteria yang telah ditetapkan masyarakat, pengelompokan ini disebut

status sosial. Pengkategorian masyarakat model pelapisan ini juga dipandang dari

tiga tingkatan yaitu: tinggi, menengah, dan rendah. Status sosial yang tinggi

adalah orang-orang yang dihormati, biasanya memiliki hak istimewa menurut

pandangan masyarakat yang ada di bawahnya. Sedangkan golongan rendah adalah

golongan kebanyakan, artinya dalam kehidupan masyarakat tidak menentukan

apa-apa dalam kehidupan sosial sehari-hari. (Agussalim dkk, 2008)

B. Tentang Kehidupan Budaya Masyarakat

Dalam ilmu antropologi, yang telah menjadikan berbagai cara hidup manusia

dengan berbagai macam sistem tindakan tadi sebagai obyek penelitian dan

analisanya, aspek belajar itu merupakan aspek yang sangat penting. Itulah

sebabnya dalam hal memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau

culture itu, artinya dalam hal memberi definisi terhadap konsep “kebudayaan,

ilmu antropologi seringkali sangat berbeda dengan berbagai ilmu lainnya. Juga

apabila dibandingkan dengan arti yang biasanya diberikan kepada konsep itu

dalam bahasa sehari-hari, yaitu arti yang terbatas kepada hal-hal yang indah

seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusastraan, dan filsafat, definisi

ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya. Menurut ilmu

antropologi, “kebudayaan” adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

diri manusia dengan belajar. (Koentjaraningrat, 1979)

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa,

dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yaitu

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
10

bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata

budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata

cultuur, dalam bahasa Latin berasal dari kata colera. Colera bararti mangolah,

mengerjakan, menyuburkan tanah (bertani). (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Mengakar pada kosakata di atas, akan dikutip beberapa konsep dan wawasan

kebuyaan dari pendapat para ahli misalnya: Taylor (Munandar, 1998 dan

Machfud, 1998) mengungkapkan, “Kebudayaan adalaah seluruh pengetahuan

yang kompleks berupa kepercayaa, seni, moral, hokum, adat kebiasaan, dan

segala kempuan serta kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota masyarakat.

Oleh karena pola-pola tindakan dan tingkah laku manusia adalah hasil

pelajaran, maka kita mudah dapat mengerti bahwa pola-pola tindakan dapat

berubah dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk organismenya. Apabila

misalnya pola-pola kelakuan dan hidup kolektif serangga lebah serta bentuk

sarangnya tidak berubah, sejak ratusan angkatan ia berada di alam bumi ini, maka

dengan pola-pola tingkah laku manusia tidaklah demikian halnya. Hanya beberapa

tahun yang lalu saja orang Indonesia masih banyak tinggal dalam rumah-rumah

besar bagi kelompok kerabatnya yang luas, dan dari musim ke musim menanam

padi di ladang atau di sawah sebagai petani. Kini keturunan langsung dari para

petani tadi tinggal dalam rumah-rumah gedung dalam kompleks perumahan

jawatan atau perusahaan swasta, dan tiap hari hidup di kantor, di perusahaan, atau

di pabrik sebagai direktur jendral, menejer, insinyur, atau ahli teknik. Hanya dua-

tiga angkatan yang lalu banyak orang Eskimo di daerah pantai Utara Kanada dan

Alaska masih berkemah dalam tenda-tenda yang dibuat dari kulit beruang yang

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
11

dilindungi oleh gumpalan-gumpalan salju keras di sekelilingnya dan di atasnya

(igloo), dan yang tiap hari bergerak mengejar binatang-binatang es sebagai

pemburu. Keturunan langsung para pemburu itu kini sudah tinggal dalam

apartemen-apartemen yang dibuat dari batu dan semen, dengan pengaturan suhu

yang otomatis, dalam kompleks-kompleks perumahan pabrik-pabrik makanan

ikan kaleng atau kompleks-kompleks perusahaan pusat pemboran minyak di mana

mereka bekerja sebagai buruh pabrik atau buruh minyak. (Koentjaraningrat, 1979)

Menurut Elly M. Setiadi dkk. (2007), tercipta atau terwujudnya suatu

kebudayaan adalah sebagai hasil intetraksi antara manusia dengan segala isi alam

raya ini. Kebudayaan mempunyai keguanaan yang sangat besar bagi manusia.

Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama

dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alam:

1. Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.


2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-

kemampuan lain.

3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

4. Pembeda manusia dan binatang.

5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan

berperilaku di dalam pergaulan.

6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaiman seharusnya bertindak,

berbuat, dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7. Sebagai modal dasar pembangunan.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
12

Adanya bermacam-macam wujud kesatuan kolektif manusia menyebabkan

bahwa kita memerlukan beberapa istilah untuk membeda-bedakan berbagai

macam kesatuan manusia tadi. Kecuali istilah yang paling lazim, yaitu

masyarakat, ada istilah-istilah khusus untuk menyebut kesatuan-kesatuan khusus

yang merupakan unsur-unsur dari masyarakat, yaitu kategori sosial, golongan

sosial, komunitas, kelompok, dan perkumpulan. Keenam istilah sebutan itu

beserta konsepnya, syarat-syarat pengikatnya, serta ciri-ciri lainnya, akan kita

tinjau secara lebih mendalam di bawah ini. (Koentjaraningrat, 1979)

Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan Al-Kroeber

(Antropolog) menganjurkan untuk menggunakan wujud kebudayaan secara tajam

sebagai suatu sistem. Dimana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu

rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J.

Honigmann dalam bukunya The World of Man (1959) membagi budaya dalam

tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact. Menurut Koentjaraningrat (1979),

kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Sistem budaya merupakan wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia sebagai

makhluk berbudaya, dimana manusia itu sama, karean dibekali oleh penciptanya

dengan akal, perasaan, dan kehendak dalam jiwanya. Inilah yang membedakan

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
13

perwujudan budaya menurut keadaan waktu dan tempat, atau perwujudan budaya

yang hanya didasarkan pada akal(rasio) semata dengan mengabaikan perasaan,

menyebabkan berlainan dengan perwujudan budaya yang didasarkan pada akal,

perasaan dan kehendak. Menurut Prof. Sutan Takdir Alisyahbana, apabila budaya

ini penekanannya pada akal (mind) akan menimbulkan tingkat peradaban yang

berbeda. (Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Unsur pokok kebudayaan menurut Bronislaw Malinowski, yaitu:

1. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggotra

masyarakat di dalam upaya menguasai alam kelilingnya.

2. Organisasi ekonomi.

3. Alat-alat dan lembaga pendidikan.

4. Organisasi kekuatan

Unsur pokok kebudayaan menurut Melville J. Herkovits adalah:

1. Alat teknologi

2. Sistem ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak

dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagan, konsep, serta keyakinan dengan demikian

sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa

Indonesia lebih lazim disebut dengan adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat

juga sistem norma dan dari situlah salah satu fungsi sistem budaya adalah menata

serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia. Dalam sistem

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
14

budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lainnya.

Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan

sebagai satu kesatuan. Manusia sebagai makhluk berbudaya, dikatakan demikian

karena manusia dibekali dengan oleh penciptanya dengan perangkat akal.

Perasaan kehendak dan kalbu. Sebagai makhluk berbudaya manusia memerlukan

kebutuhan-kebutuhan baik kebutuhan fisik jasmani maupun kebutuhan non fisik.

(Elly M. Setiadi dkk, 2007)

Menurut Elly M. Setiadi dkk (2007), substansi (isi) utama kebudayaan

merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang

bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu

sendiri, dalam bentuk atau berupa:

1. Sistem pengetahuan

2. Nilai

3. Pandangan hidup

4. Kepercayaan

5. Persepsi

6. Etos kebudayaan

Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya

kebudayaan Minangkabau, kebudayaan Bali, atau kebudayaan Jepang) sebagai

suatu keseluruhan yang terintegrasi, pada waktu analisa membagi keseluruhan itu

ke dalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal”

atau cultural universal. Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi

bersifat universal, jadi unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di dalam semua

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
15

kebudayaan dari semua bangsa dimanapun di dunia. Mengenai apa yang disebut

cultural universal itu, ada beberapa pandangan yang berbeda diantara para sarjana

antropologi. Berbagai pandangan yang berbeda itu serta alasan perbedaannya

diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam sebuah karangan berjudul Universal

Categories of Culture (1953). Dengan mengambil sari dari berbagai kerangka

tentang unsur-unsur kebudayaan universal yang disusun oleh beberapa sarjana

antropologi itu, maka saya berpendapat bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang

dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur yang dapat kita sebut

sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah:

1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan

3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup

5. Sistem mata pencaharian hidup

6. Sistem religi

7. Kesenian

Menurut Elly M. Setiadi dkk. (2007), beberapa variabel yang berhubungan

dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:

1. Physical Environment, merujuk pada lingkungan natural seperti

temperatur, curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora, dan fauna.

2. Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta

proses sosialisasi seperti: norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
16

3. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi

dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarkat

mengenai lingkungannya.

4. Environmental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat

menggunakan lingkungan dalam lingkungan sosial.

5. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti

membangun rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam

memodifikasi lingkungan fisik seperti budaya pertanian dan iklim.

Istilah akulturasi atau acculturation atau culture contact, mempunyai

berbagai arti di antara para sarjana antropologi, tetapi semua spaham bahwa

konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia

dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan

asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Terbukti bahwa tidak

pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu, seperti

termaktub dalam contoh tentang penyebaran mobil tersebut di atas, selalu

berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah

dipisah-pisahkan. (Koentjaraningrat, 1981)

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada:

1. golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

berbeda-beda,

2. saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
17

3. kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah

sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah

wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.

Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah

suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu

golongan-golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur

kebudayaannya, dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan

mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilangan kepribadian

kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. (Koentjaraningrat,

1981)

C. Tentang Kehidupan Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat

Manusia sejak lahir memiliki pengetahuan, ada yang diperoleh secara fitrah

(merasa, menangis, makan, minum). Ada pula yang diperoleh melalui proses

belajar seperti dipelajari dari lingkungan sosialnya diterima melalui penca

inderanya (mendengar, melihat, mencium, merasakan sentuhan-sentuhan, dan

sebagainya). Belajar juga dalam arti formal yang melalui lembaga-lembaga

pendidikan yang telah dirancang secara berjenjang. (Agussalim dkk, 2008)

Menurut Mutahhari (1999:31), pada diri manusia terdapat sejumlah

pengetahuan yang sifatnya fitri (diperoleh secara naluri) dan muktasabah

(diperoleh dengan usaha). Teori pertama mengatakan: “Di dalam diri manusia

mempunyai setumpuk konsep dan gambaran pengetahuan.” Artinya lembaran hati

dan otaknya masih bersih dan belum ada catatan apapun, namun unsur-unsurnya

sudah ada sejak awal. Sebagaimana teori John Lock yang menganggap manusia

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
18

lahir dalam keadaan bersih. Seperti bersihnya kertas putih dan lingkunganlah yang

menggoresinya. Pendapat ini berdasarkan pada ayat Alquran yang artinya “dan

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu

bersyukur” (An-Nahl:78). Maksud ayat tersebut manusia lahir dalam keadaan

kosong dari pengetahuan, tetapi diberi alat untuk memperolehnya. Seperti diberi

pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai titian agar mereka dapat memperoleh

pengetahuan.

Pendidikan masyarakat adalah suatu gagasan berupa konsep, hasil penelitian

dan penerapan pengembangan di masyarakat. Fungsinya adalah untuk

membimbing dan meningkatkan pola pikir masyarakat terhadap semua

perkembngan dunia yang terjadi saat ini. Dulu, ada sebuah program pemerintah

yang banyak diikuti oleh masyarakat keran programnya yang menyenangkan dan

bisa memberikan pendidikan secara gratis kepada mereka. Disebut dengan

Kelompencapir atau Kelompok Pendengar Pembaca dan Pirsawan. Manfaat bagi

masyarakat golongan menengah ke bawah adalah mereka menjadi semakin tinggi

tingkat kesadarannya akan berbagai macam hal penting yang terjadi di masyarakat

kita. Pola pikirnya menjadi berubah dan semakin terbuka dengan berbagai

perubahan dunia. Dengan arti lain, wawasan mereka semakin luas dengan adanya

program ini. (AnneAhira.com)

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo (2008)

mengatakan masyarakat desa memiliki peluang yang sama dengan masyarakat

kota untuk memperoleh pendidikan. Peluang pendidikan dibuka oleh pemerintah

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
19

sama lebarnya untuk masyarakat desa maupun kota. Bahkan semangat juang

masyarakat desa lebih tinggi daripada masyarakat kota. (Depdiknas.go.id)

Akibat revitalisasi akses pendidikan, masyarakat desa jadi korban. Di tengah-

tengah derasnya serbuan teknologi informasi di bidang pendidikan, menyebabkan

akses kepada masyarakat desa makin berjarak. Terbukti dari banyaknya informasi

dari pusat yang tak sampai ke akar rumput. (Bayu G. Murti, 2009)

Lembaga pendidikan tergolong produsen yang terbesar dari berbagai studi

ilmu sosial yang banyak menerapkan melalui Tri dharmanya (pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat). Para pendidik memakainya dalam

melaksanakan transmisi budaya dalam pelestarian. Prinsip mereka selalu

mengikuti tata kerja ilmu-ilmu sosial tertentu, khususnya kejiwaan untuk

diterapkannya dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha pengenalan

mahasiswa kepada masyarakat, pengembangan kematangan maturites

(emosional), lingkungan alam dengan menggunakan berbagai pokok tema yang

diambil dari ilmu sosial. Ilmu pengetahuan sosial dan ilmu budaya yang dianut

oleh masing-masing masyarkat bersangkutan. Kemudian dilengkapi dengan teori-

teori yang diajarkan di sekolah atau ditafsirkan sebagai kumpulan saringan ilmu-

ilmu sosial untuk mengajarkan perguruan tinggi. (Agussalim, 2009)

Pendidikan sains menekankan pada pengalaman secara langsung. Sains yang

diartikan sebagai satu cabang ilmu yang mengkaji sekumpulan pernyataan atau

fakta-fakta dengan cara yang sistematik dan serasi dengan hukum-hukum

melandasi peradaban dunia modern. Sains merupakan satu proses untuk mencari

dan menemui sesuatu kebenaran malalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
20

hakikat makhluk, untuk menerangkan hukum-hukum alam. (Elly M. Setiadi,

2007)

Seni, agama, dan ilmu adalah pengetahuan, masing-masing ilmu ini

mempunyai landasan ontologis, epistimologis, dan aksiologis sendiri-sendiri. Ilmu

berusaha memahami gejala alam sebagaimana adanya. Hasil kegiatan keilmuan

merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam dan budaya.

Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang sifatnya

umum dan bersifat impersonal. Seni dan budaya bersifat subjektif dan berusaha

memberikan makna sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. (Agussalim

dkk, 2008)

Dalam sebuah buku kecil berjudul “The Interest of the Voiceless Far East:

Introduction to Oriental Economics”, yang diterbitkan di Leiden pada tahun 1984,

versi Indonesia 1983, Boeke menyadarkan kepada kita bahwa dalam berbagai

kajian tentang ekonomi, kedudukan peran dan arti desa tradisional hampir-hampir

terabaikan, kalupun disinggunf, sejauh desa tradisional itu mulai terlibat atau

terkait dalam permasalahan perekonomian kota. Desa tradisional senantiasa hanya

dijadikan obyek atau dalam posisi tersubordinasi oleh kota. Padahak, menurut

Boeke, bagi masyarakat negara berkembang (developing countries) yang berbasis

pada sektor pertanian-agraris, desa tradisional memiliki kedudukan dan telah

memainkan arti penting bagi masyarakatnya di dalam memenuhi berbagai

kebutuhan ekonomis mereka. Bahkan meskipun pada media abad 20-an gerakan

ekonomi perkotaan telah mulai menembus tembok kehidupan ekonomi pedesaan,

ternyata desa tradisional tetap mampu mempertahankan prinsip-prinsip,

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
21

pandangan-pandangan “ekonomi pedesaan”-nya atas dasar kekuatan-kekuatan

internal yang dimiliki, yaitu “ekonomi swasembada” yang oleh Boeke diistilahkan

sebagai “ekonomi prakapitalis” (pracapitalism economy). Atas dasar prinsip

keswasembadaan ini pulalah, ketika berbagai krisis yang melanda berbagai sektor

ekonomi perkotaan (produksi, perdagangan, perniagaan, dan lain-lain) ternyata

kehidupan perekonomian di desa tradisional seakan tidak terpangaruh dan tetap

bergerak sesuai dinamikanya sendiri.

Menurut Boeke (1983), desa tradisional merupakan sebuah rumah tangga

yang secara ekonomi berdaulat dan mandiri. Desa tradisional juga merupkan

sebuah unit produksi bagi pemenuhan kebutuha-kebutuhan konsumtif kalangan

kelas menengah dan atas (penguasa, bangsawan, pemilik tanah/modal, dan lain-

lain) sementara bagi kalangan bawah, hal itu tidak lain merupakan kewajiban

sosial dan ekonomis mereka atas perlindungan dan pimpinan yang diberikan oleh

kalangan menengah dan atas dan ini berarti pula sebagai bentuk pengabdian

kepada penguasa alam yang Maha Kuasa.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
22

BAB III

METODE PELAKSANAAN PRAKTEK

A. Lokasi Praktek Lapangan

Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolopao, Kabupatn Gowa Sulawesi Selatan

B. Alasan Pemilihan Lokasi


Alasan pemilihan lokasi yakni karena lokasi kanreapia merupakan daerah
yang cukup jauh dengan wilayah kota Makassar sebagai daerah ibu kota
provinsi dengan ketinggian 800 m dpl. Sehingga menarik untuk mengetahui
kondisi sosial budaya yang ada di daerah tersebut, kita ketahui bahwa letak
suatu daerah akan mempengaruhi kondisi sosial budayanya, kita bisa
mengambil sebuah peristiwa yang ada hubungannya dengan hal tersebut, yakni
ketika perjanjian perdamaian peristiwa di Ambon maka malino dijadikan lokasi
pertemuan untuk perdamain tersebut, artinya kondisi suhu yang merupakan
faktor pemicu singga dijadikannya malino tempat yang starategis, karena
malino merupakan daerah yang dingin sehingga orang akan focus dan tenang.
Dikaitkan dengan alasan diatas maka desa kanreapia dijadikan wilayah
yang strategis untuk melihat kondisi sosial dan budaya di desa tersebut.

C. Waktu Pelaksanaan Praktikum


Waktu pelaksaan praktikum dilaksanakan pada tanggal 24 (Jum’at) – 26
(Minggu) Desember 2010.

D. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan yakni :
1. Alat
a. Megaphone
2. Bahan
a. Kuesioner
b. Alat tulis menulis

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
23

c. Tabulasi

E. Teknik Pelaksanaan Praktikum


Adapun teknik pelaksanaan praktikum yakni pertama, pembagian
kelompok yang dilakukan oleh dosen/asisten dosen yang bersangkutan,
kemudian membentuk panitian pelaksana untuk mengkoordinir, setelah sampai
dilokasi maka kegiatan awal yakni melakukan observasi sementara lalu
membuat laporan sementara tentang lokasi tersebut.
Selanjutnya melakukan wawancara dengan masyarakat setempat dengan
panduan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya, setelah wawancara selasai
maka dibuatlah tabulasi untuk mengetahui persentasi masyarakat yang ada di
desa Kanreapia, kemudian membuat laporan sementara tentang hasil
wawancara tersebut.

F. Teknik Pengambilan Data dan Analisis data


A. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada praktikum ini dilakukan dengan

menggunakan :

 Angket

Angket yang dimaksud disini adalah 2 lembar kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Kemudian

diisi dengan berbagai options yang akan dijawab oleh responden.

 Wawancara

Untuk mengisi angket yang telah tersedia maka dilakukan wawancara

kepada masyarakat sebagai narasumber.

 Dokumentasi

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
24

Dokumentasi disini dalam bentuk foto sebagai bukti bahwa telah

melakukan wawancara kepada responden.

B.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam pengolahan data adalah

menggunakan analisis statistik dan table

G. Peta Lokasi Praktek

 Batas-batas Wilayah

 Sebelah Utara : Kotamadya Makassar dan Kabupaten Maros

 Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan kabupaten Jeneponto

 Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai, Bulukumba dan Bantaeng.

 Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
25

 Secara geografi Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 5o 33’ 6”

sampai 5o 34’ 7” Lintang Selatan dan 12o 38’ 6” sampai 12o 33’ 6” Bujur

Timur. Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan Pulau Sulawesi.

Ibukotanya Sungguminasa dengan jarak sekitar 6 km dari ibukota Makassar.

Dengan luas wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan.

 Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah

Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah

Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu

sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni  Kecamatan Parangloe,

Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan,

Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan

topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni  Kecamatan Somba

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
26

Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng

Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

 Jumlah penduduk Kabupaten Gowa sampai dengan tahun 2005 mecapai 575

295 jiwa yang terdiri atas 283.291  jiwa laki-laki dan 291.882  jiwa

perempuan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Kelompok umur responden

UMUR JUMLAH PERSENTASE


Kurang dari 35 tahun 12 60%
Antara 35 – 45 tahun 5 25%
Lebih dari 45 tahun 3 15%
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Tabel 2. Pekerjaan responden

Pekerjaan Jumlah Persentase


Tukang (kayu,batu dll) - -
PNS - -

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
27

ABRI - -
Pegawai Swasta - -
Pedagang 2 10%
Petani 16 80%
Dll 2 10%
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Tabel 3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase


Tidak tamat SD 3 15%
Tamat SD 13 65%
Tidak tamat SMP/ sederajat - -
Tamat SMP/sederajat 3 15%
Tamat SMA/sederajat 1 55
Sarjana muda - -
Sarjana - -
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Tabel 4. Tingkat pendapatan responden

Tingkat pendapatan/bulan Jumlah Persentase


Kurang dari Rp. 1.000.000 12 60%
Antara Rp. 1.000.000 – 5 25%
Rp. 2.000.000
Lebih dari Rp. 2.000.000 3 15%
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Tabel 5 : jumlah anggota/anak yang dimiliki

Jumlah anggota/anak yg Jumlah Persentase

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
28

dibiayai
Kurang 2 orang 12 60%
Antara 3 – 4 orang 7 35%
Lebih dari 5 orang 1 5%
Jumlah 20 100%

Tabel 6. Kegiatan sosial yang sering dilakukan

Kegiatan sosial Jumlah Persentase


Pesta Adat - -
Gotong Royong 9 45%
Kerja Bakti 5 25%
Majelis Ta’lim 4 20%
pengajian 1 10%
Remaja Masjid 1 10%
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Tabel 7 : kegiatan budaya yang dilakukan

Kegiatan budaya Jumlah Persentase


Rapat-Rapat Kampung/Desa - -
Pesta Pernikahan/Sunatan 5 25%
Arisan - -
Dll 15 75%
Jumlah 20 100%
Sumber data: Hasil oleh data kuisioner, tanggal 25 Desember 2010

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
29

B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan langsung kami di lapangan di Desa Kanreapia
kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa tentang study lapangan Ilmu Sosial
Budaya Dasar dari 20 orang responden yang mewakili 20 kepala keluarga, maka
kami dapat menarik kesimpulan dengan menimbang beberapa aspek, diantaranya:
kelompok umur responden, pekerjaan responden, tingkat pendidikan, tingkat
pendpatan responden, jumlah anggota keluarga, kegiatan budaya yang sering
dilakukan, kegiatan social yng sering dilakukan
Berdasarkan tabulasi berdasarkan kelompok umur bahwa responden yang
berumur kurang dari 35 tahun yaitu berjumlah 12 orang dengan persentase 60%,
antara 35 – 45 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 25% dan lebih dari 45
tahun 5 orangdengan persentase 15%. Dari hasil tabulasi ini dapat dilihat
responden yang lebih banyak diwwancarai adalah kelompok umur kurang dari 35
tahun.
Berdasarkan tabulasi menurut pekerjaan responden bahwa responden yang
bekerja sebagai tukang (kayu, batu, dll) tidak ada (0%), yang bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak ada (0%), yang bekerja sebagai ABRI/POLRI,
tidak ada(0%), yang bekerja sebagai pedagang berjumlah 2 orang denga
persentase 10%, yang bekerja sebagai petani berjumlah 16 orang dengan
persentase sebesar 80%, dan selebihnya yang termasuk dalam kategori Dll ibu
rumah tangga yang berjumlah 2 orang dengan persenase sebesar 10%. Dari hasil
tabulasi ini dapat dilihat bahwa mayosritas masyarakat Desa Kanreapia
bermatapenaharian sebagaipetani.
BErdasarkan tabulasi menuruttingkat pendidikan responden bahwa
responden yang tingkat pendidikannya tidak tamat SD berjumlah 3 orang dengan
persentase sebesar 15%, yang tamat SD berjumlah 13 orang dengan persentase
sebesar 65%, yang tidak tamat SMP/sederajat tidak ada (0%), yang tamat
SMP/sederajat berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 15%, yang tamat
SMA/sederajat berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 5%, yang sarjana

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
30

muda tidak ada (0%), yang sarjana tidak ada (0%). Dari hasil tabulasi ini dapat
dilihat bahwa penduduk Desa Kanreaapia rata-rata pendidikan terakhirnya hanya
sampai pada jenjang Sekolah Dasar saja, karenabiasanya kebanyakan masyarakat
Desa Kanreapia semasakecilnya lebih memilih membantu orang tuanya berkebun
di banding dengan bersekolah, dan kesadaran orang tua bahwa pentingnya ilmu
pengetahuan yang masi kurang.
Berdasarkan tabulasi menurut tingkat pendapatan responden dari 20
responden yang telah diwawancari bahwa responden yang pendapatannya kurang
dari Rp. 1.00.000 berjumlah 12 orang dengan persentase 60%, yang
pendapatannya antara Rp.1.000.000-Rp. 2.000.000 berjumlah 2 orang dengan
persentase sebesar 25%, dan yang pendapatannya lebih dari Rp. 2.000.000
berjumlah 3 orang dengan persentase sebesar 15%. Dari data tersebut kita dapat
menarik sebuah kesimpulan bahwa masyarakat Desa Kanreapia rata-rata
berpendapatan kurang dari Rp. 1.000.000. ini disebabkan karena masyarakat Desa
Kanreapia manyoritas bermatapencaharian sebagai petani, dan petani bergntung
pada musim, dan cuaca di daerah tersebut, jadi pendapatan mereka tidak menentu
tergantung dari musim dan iklim.
Berdasarkan tabulasi menurut jumlah anggota keluarga yang dimiliki
responden dari 20 responden yang diwawancarai bahwa responden yang anggota
keluarganya kurang dari 2 orang berjumlah 12 orang dengan persentase sebesr
60%, antara 3-4 orang berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 35%, dan
lebih dari 5 orang berjumlah 1 orang dengan persentase 5%. Dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga yang dominan yakni dalam kategori
kurang dari 2 orang.
BErdasarkan tabulasi menurut kegiatan social yang sering dilakukan oleh
responden, dari 20 responden yang telah diwawancarai diperoleh yang melakukan
kegitan social seperti gotong royong berjumlh 9 orang dengan persentase sebesar
45%, kerja bakti berjumlah 5 orang dengn persentase sebesar 25%, majelis ta’lim
berjumlah 4 orangn dengan persentase sebesar 20%, pengajian berjumlah 1 orang
dengan persentase sebesar 5%, remaja masjid berjumlah 1 orang dengan

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
31

persentase sebesar 5%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan social yang
sering dilakukan oleh masyarakat di Desa Kanreapia adalah gotong royong.

Berdasarkan tabulasi menurut kegitn budaya yang sering dilakukan oleh


responden, dari 20 responden yang telah diwawancarai diperoleh yang sering
melakukan pesta-pesta kawin/sunatan berjumlah 5 orang dengan persentase
sebesar 25%, sedangkan rapat-rapat kampong dan arisan tidak ada. Dan
selebihnya yang termasuk dalam kategori Dll berjumlh 15 orang dengan
persentase 75%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa budaya di daerah
Kanreaapia masi dipertahankan dan belum terkontaminasi dengan budaya
barat/perkotaan.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
32

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum kehidupan sosial masyarakat Desa Kanreapia Kecamatan

Tombolopao Kabupaten Gowa mereka hidup rukun dan penuh

kekeluargaan.

2. Masyarakat Desa Kanreapia Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa

menaruh perhatian yang tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya

serta senantiasa melestarikannya.

3. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial serta

kebudayaannya. Masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih

tinggi kurang menaruh perhatian terhadap lingkungan sosial dan

kebudayaan yang ada karena kesibukan kehidupan sehari-harinya,

sedangkan masyarakat dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah

menganggap bahwa kebudayaan merupakan hal yang sangat penting dan

senantiasa menjalankan kebudayaan - kebudayaan tersebut dalam

kehidupan bermasyarakat.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
33

B. Saran

1. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pada tingkatan nyang lebih

tinggi, maka seharusnya mereka mengenal pendidikan dan memberikan

kesempatan ikut program pendidikan kepada generasi setelahnya.

2. Jangan menjadikan membiayai seseorang yang sedang menempuh

pendidikan sebagai sebuah beban tersendiri bagi pendapatan, karena hal

ini sama saja artinya dengan berinfestasi.

3. Sebaiknya setelah praktikum lapang, dilakukan evaluasi hasil praktikum

agar praktikan memperoleh pengetahuan dan interpretasi yang sama

terhadap hasil temuan di lapangan.

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa
34

DAFTAR PUSTAKA

Agussalim, A.M., dkk. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar:


Anugrah Mandiri.

Agussalim dkk. 2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar: Anugrah


Mandiri.

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru.

Leo M. Nur Zakaria, Hasriyanti. 2009. Modul Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNM.

Setiadi, Elly M. dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.

Soelaeman M, Munandar. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : Refika


Aditama.

Soelaeman M, Munandar. 2007. Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Refika


Aditama.

Sumber lain:

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

http://www.jurnalbogor.com

http://www.anneahira.com

Laporan Lengkap Praktek Lapangan Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
di Kab. Gowa

You might also like