You are on page 1of 4

“Meteor” Cirebon Sesungguhnya Bukan 

Meteorit
Posted on 20 Agustus 2010 by tdjamaluddin

T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-astrofisika, LAPAN


Berita mengheboh kembali terjadi soal meteor. Kini agak aneh, dikabarkan ada meteor jatuh
di komplek Pabrik Gula Tersana Baru, Babakan, Kabupaten Cirebon pada Rabu malam
sekitar pukul 20.30 WIB. Beberapa karyawan pabrik dan warga merekamnya dengan video
dan kamera HP. Meleleh terbakar dengan warna api biru. Sehingga ada media menjulukinya
“Meteor Biru”. Bau belerang sangat menyengat di lokasi tersebut. Warga dan satpam
setempat memadamkan apai dengan menaburkan pasir. Polisi dari Polsek Babakan bertindak
cepat, mengamankan lokasi dengan memasang garis polisi kemudian mengambil sampel
lempengan beku dari lokasi terebut. Lempengan bekuan lelehan tersebut berdiameter sekitar
50 cm. Ketika dibongkar, lempengan tersebut rapuh sehingga menjadi kepingan-lepingan
selebar telapak tangan (gambar di atas).

Untuk menjawab pertanyaan masyarakat LAPAN mengirimkan tim ke lokasi. Dua peneliti,
T. Djamaluddin dan Abdul Rahman, didampingi Tim Humas LAPAN mengumpulkan sampel
dan informasi pendukung pada Kamis malam. Pertama, mendapat penjelasan dari Kapolsek
Babakan, Pak Sunarko, SH tentang kejadiannya disertai dengan foto-foto dan sampel yang
telah dikumpulkan. Beberapa sampel dan foto diambil untuk dianalisis. Kemudian
mengunjungi lokasi kejadian untuk melihat langsung dugaan titik jatuh dan mengumpulkan
informasi dari para saksi.

Informasi yang kami dapatkan tidak menunjukkan adanya lubang seperti diberitakan. Hanya
tanah datar berpasir yang di atasnya sebelumnya ada lempengan bekuan yang diduga
meteorit. Jadi tidak ada indikasi tumbukan keras. Tidak ada saksi yang dapat menjelaskan
arah jatuhnya “bola api”, tetapi tiba-tiba melihat api berwarna biru yang menyala. Walau pun
kabarnya ada juga warga di tempat yang jauh melihat cahaya meluncur, tetapi tidak 
diperoleh informasi arah datangnya.
Berdasarkan sampel dan informasi tersebut kami melakukan analisis pendahuluan dimulai
dari analisis fisik sampel dan informasi saksi. Walau pun sebagian sampel tampaknya seperti
logam, tetapi sangat rapuh dan tidak menunjukkan sifat magnetik. Adanya sampel dengan
sisa belerang menjadi kunci awal yang menjelaskan fenomena yang terjadi. Bau belerang
disebabkan karena adanya belerang yang terbakar. Analisis kemudian mengarah pada sifat
fisis belerang.

Belerang (sulfur) adalah zat yang mudah terbakar dan bila terbakar menimbulkan nyala api
berwarna biru.  Api berwarna biru seperti itu  pula yang bisa kita saksikan pada foto-foto lava
belerang panas di Kawah Ijen. Belerang juga mudah meleleh pada suhu sedikit di atas titik
didih air, sekitar 100 derajat C. Dua sifat tersebut menjelaskan objek yang dikira meteor itu
bisa meleleh dan terbakar dengan api berwarna biru.  Bila terpapar panas tinggi sampai 200
derajat, warnanya berubah menjadi merah tua. Warna merah itu yang juga tersisa pada
sebagian sampel seperti gambar di atas.

Dari mana asal muasal belerang di lokasi tersebut? Belerang (tepatnya gas hasil
pembakarannya, SO2) memang digunakan di Pabrik Gula tersebut untuk memutihkan kristal
gula. Jadi bisa saja ada belerang yang tercecer (atau sengaja diletakkan) di tempat tersebut.
Lalu dari mana asal muasal api yang membakar belerang tersebut? Tim LAPAN tidak
berminat untuk mencari tahu, yang jelas bukan dari langit. Tidak ada meteor api. Hal yang
mungkin terjadi adalah segumpal belerang terbakar atau dibakar  lalu terlempar atau
dilemparkan. Belerang terbakar menghasilkan api biru yang menarik perhatian. Orang yang
datang ke lokasi akan melihat belerang yang meleleh dan terbakar. Lelehannya menyebar
mengikuti alur tanah, mungkin ada yang menafsirkan membentuk seperti lafaz Allah.
Sementara belerang terbakar menghasilkan belerang oksida SO2 dengan bau menyengat.

Hasil pengkajian lapangan dan analisis sampel secara umum mengindikasikan hal-hal
berikut: Tidak adanya lubang tumbukan. Tidak ada saksi yang menjelaskan arah datangnya
“meteor”. Secara astronomi tidak dikenal adanya meteorit yang meleleh dan menghasilkan
api. Dan temuan sisa belerang memberikan indikasi sifat fisis objek diduga meteor itu seperti
pembakaran belerang. Atas dasar pengkajian lapangan dan analisis tersebut kami
menyimpulkan dugaan “meteor” di Cirebon tersebut sebenarnya bukan meteor, tetapi
belerang yang terbakar atau dibakar.

DIarsipkan di bawah: Astronomi-Sains Antariksa

You might also like