Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Pustaka
Manajemen Puncak
Supervisor Pemeliharaan
Karyawan
.
7
Supervisor Pemeliharaan
Karyawan
Pada awalnya, setiap proses kerja baru belum cukup stabil. Sebelum melakukan
siklus PDCA berikutnya, proses tersebut harus distabilkan melalui siklus SDCA.
Jadi siklus SDCA menerapkan standarisasi guna mencapai kestabilan proses,
sedangkan PDCA menerapkan perubahan guna meningkatkannya. SDCA
berkaitan dengan fungsi pemeliharaan, sedang PDCA merujuk pada fungsi
perbaikan.
Mengutamakan Kualitas
Tujuan utama dari kualitas, biaya dan penyerahan (QCD) adalah menempatkan
kualitas pada prioritas tertinggi. Tidak jadi soal bagaimana menariknya harga dan
penyerahan yang ditawarkan pada konsumen, perusahaan tidak akan mampu
bersaing jika kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai. Praktek
mengutamakan kualitas membutuhkan komitmen manajemen karena manajer
seringkali berhadapan dengan berbagai godaan untuk membuat kompromi
berkenaan dengan persyaratan penyerahan atau pemotongan biaya. Dalam hal ini,
mereka mengambil resiko mengorbankan tidak hanya kualitas, tetapi juga
kehidupan bisnisnya.
ini membantu anda memahami kearah mana fokus harus diarahkan. Hal ini
menjadi langkah awal dalam upaya perbaikan.
Huruf T pada TQC/TQM menekan total, berarti melibatkan semua orang dalam
organisasi, dari manajemen puncak, manajemen madya, supervisor dan para
pekerja langsung. Lebih lanjut pengertiannya diperluas kearah pemasok, agen
penjualan dan penjual. Huruf T ini juga mengacu pada kepemimpinan dan kinerja
10
manajemen puncak (top management), suatu faktor yang sangat esensial untuk
penerapan TQC/TQM yang berhasil.
TPM. Namun, diluar itu kegiatan 5R dapat menghasilkan pencapaian yang tinggi
meskipun terpisah dari TPM.
Sistem Saran
Sistem saran berfungsi sebagai bagian terpadu untuk kaizen secara perorangan dan
menekan peningkatan moral serta memperbesar manfaat positif dari partisipasi
karyawan. Manajer Jepang memandang peran utama dari sistem saran sebagai
sarana menumbuhkan minat terhadap kaizen, yaitu dengan memberdayakan
karyawan mereka dalam mengajukan saran. Menbudayakan pola pikir kaizen dan
disiplin diri dikalangan karyawan adalah sasaran utama dari sistem saran ini.
12
Kegiatan QCD merupakan jembatan antar fungsi atau antar departemen dalam
organisasi. Oleh karena itu kerja sama silang fungsi sangat penting, seperti juga
kerja sama dengan pemasok atau dengan agen penjualan. Manajemen puncak
bertanggung jawab untuk melakukan penilaian terhadap posisi QCD perusahaan,
yang tercermin di pasar setiap saat. Mereka juga harus menetapkan prioritas dari
perbaikan QCD dalam kebijakannya.
karena itu, dalam pengertian umum gemba berarti tempat tiga kegiatan utama ini
terjadi, atau dalam konteks yang lebih khusus gemba sering kali diartikan tempat
dimana produk atau jasa layanan dibuat.
Dua kegiatan utama yang terjadi di gemba sehari-hari yang berkaitan dengan
manajemen sumber daya adalah pemeliharaan dan kaizen. Yang pertama merujuk
pada kegiatan mematuhi standar dan menjaga keadaan yang ada, sedang yang
terakhir berkaitan dengan meningkatkan standar tersebut. Bangunan gemba
menggambarkan pandangan global dari kegiatan-kegiatan yang terjadi di gemba
guna mencapai sasaran QCD. Sebuah perusahaan yang memproduksi produk atau
jasa layanan berkualitas dengan harga yang wajar dan menyerahkan kepada
konsumen pada saat yang tepat akan memberikan kepuasan bagi konsumen
sehingga mereka akan selalu loyal.
Manajemen
Laba
Standarisasi
Pemeliharaan Tempat Kerja (5 S)
Penghapusan Pemborosan (Muda )
Kerjasama Tim Peningkatan Moral Disiplin Pribadi
a. Standarisasi
Dalam mewujudkan QCD perusahaan harus mengelola berbagai sumber daya
secara tepat dari hari ke hari. Sumber daya ini mencakup tenaga kerja, informasi,
peralatan dan material. Pengelolaan harian dari berbagai sumber daya ini
membutuhkan standar. Setiap kali terjadi masalah atau ketidakwajaran, manajer
harus bertindak menyelidikinya, dan menemukan penyebab utamanya serta
14
mengubah standar yang ada atau menerapkan standar baru guna mencegah
terjadinya masalah berulang. Standar menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
gemba kaizen dan merupakan dasar dari perbaikan sehari-hari.
1. Seiri (Ringkas)
Merupakan suatu seni membuang, ‘Thea art of throwing things away”. Seiri
merupakan kegiatan memilah mana yang kita perlukan, yang sering kita perlukan,
dan yang sebenarnya tidak kita perlukan. Hal ini muncul Seiring dengan adanya
budaya menyimpan barang, penyimpanan barang-barang ini termasuk pula barang
yang sebenarnya tidak diperlukan. Kerugian-kerugian yang mungkin muncul
akibat penumpukan barang yang sebenarnya tidak diperlukan antara lain:
a. Waktu pencarian suatu barang menjadi semakin lama.
b. Memungkinkan untuk menjadi sumber penyebab kecelakaan kerja.
c. Perasaan jenuh karena ruangan yang terlalu padat.
Seiri adalah seni “membuang”. Membuang bukan saja barang-barang yang sudah
ada, tetapi juga membuang benda-benda yang akan ada. Maksudnya, berusaha
16
lebih selektif untuk memilih barang-barang yang disimpan saat ini dan akan
disimpan (dalam artian sempit: akan dibeli) nantinya.
2. Seiton (Rapi)
Seiton berarti penataan dan penyimpanan. Sebagian orang merasa bahwa penataan
merupakan suatu hal yang mudah, dan memang seharusnya demikian. Tapi sejauh
mana penataan yang baik telah kita jalankan masih merupakan pertanyaan. Suatu
penataan yang baik adalah penataan yang mengacu pada efisiensi, kualitas, dan
keselamatan.
a. Efisiensi
Cara penyimpanan barang harus hemat (tempat, biaya, dan mudah dalam hal
pengambilan (storage) dan pengembalian (retrieval)).
b. Keselamatan
Cara penyimpanan dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah timbulnya cidera,
seperti sakit punggung, dan tergelincir.
c. Kualitas
Seiton harus dilakukan dengan memperhatikan kualitas. Barang-barang yang
disimpan harus selalu berada dalam kondisi siap: tidak berkarat, kusam, dimakan
rayap, dan sebagainya.
3. Seiso (Resik)
Seiso berarti pembersihan. Dengan pembersihan kita sekaligus “memeriksa”
Cleaning is inspection. Kegiatan membersihkan dipercaya sebagai pembawa
semangat dan gairah baru bagi manusia. Ada 3 mekanisme dimana kegiatan ini
akan memberikan hasil “mengejutkan” di tempat kerja.
a. Macro Level
Membersihkan segala sesuatu yang kotor dan membereskan sebab-sebab
munculnya kotoran tersebut. Dilakukan bersama-sama dan dalam skala besar-
besaran.
17
b. Individual Level
Membersihkan tempat kerja yang lebih spesifik sesuai tempat kerja masing-
masing. Misalnya operator bubut membersihkan mesin bubut yang menjadi
tanggung jawabnya. Bersifat personal dan dilakukan sebagai bagian pekerjaan
sehari-hari.
c. Micro Level
Operator mulai melakukan kegiatan “membersihkan”nya dengan lebih teliti
sampai ke komponen-komponen yang lebih spesifik dari mesinnya. Setelah
melakukan pembersihan secara lebih mendetail, pekerja mulai berpikir tentang
cara mempertahankan kebersihan. Ia mulai menyelidiki sumber-sumber debu,
kontaminan, geram, dan mencari cara untuk mengeliminasinya.
Dari 3 tahap ini, tempat kerja akan berubah menjadi lebih menyenangkan dan itu
adalah hasil kerjanya sendiri. Kebanggaan akan tempat kerjanya pun akan
bertambah. Pekerja yang bangga atas pekerjaannya adalah aset perusahaan yang
tak ternilai.
4. Seiketsu (Rawat)
Seiketsu berarti pemantapan. Membakukan dan mempertahankan hasil 3S
sebelumnya, dapat dikatakan mempertahankan keadaan yang sudah ringkas, rapih
dan resik. Membakukan berarti berusaha menciptakan suatu mekanisme dimana
ketidakberesan-ketidakberesan baru yang akan mengancam kondisi 3S
sebelumnya dapat diidentifikasi dengan segera.
5. Shitsuke(Rajin)
Shitsuke berarti pembiasaan atau disiplin pribadi. Semua kegiatan 4S diatas tidak
akan mungkin bertahan lama, bahkan mungkin tidak akan terlaksana, tanpa
membuat semua orang yang melakukannya berulang-ulang, secara benar dan
mempertahankan 3S yang pertama, maka shitsuke memastikan bahwa semua
orang selalu menggunakan “alat” tersebut dengan benar.
18
c. Pemborosan (Muda)
Muda dalam bahasa jepang berarti pemborosan, pemborosan diartikan sebagai
segala sesuatu yang tidak mempunyai atau tidak memberi nilai tambah. Taichi
Ohno mengelompokan pemborosan di gemba ke dalam tujuh jenis yaitu:
2. Pemborosan Persediaan
Produk jadi, setengah jadi, atau komponen yang berstatus persediaan merupakan
pemborosan. Dengan kelebihan barang persediaan tidak ada nilai tambah yang
tercipta bahkan terjadi penurunan kualitas diakibatkan bertambahnya waktu
(adanya kadaluarsa). Bila pemborosan persediaan tidak ada, berbagai pemborosan
19
5. Pemborosan Proses
Kadang-kadang teknologi yang kurang tepat atau rancangan produk yang kurang
baik berakibat pada pemborosan yang terjadi pada pemrosesan. Pemborosan pada
pemrosesan pada banyak kasus umumnya diakibatkan karena kegagalan dalam
melakukan sinkronisasi proses.
20
7. Pemborosan Transportasi
Transportasi adalah kegiatan penting dalam operasi di gemba, namun
sesungguhnya memindahkan material maupun benda kerja sama sekali tidak
menciptakan nilai tambah pada barang tersebut.
Tiga Dosa
Istilah muda, mura, muri (di Indonesia dialih konsepkan menjadi tiga dosa) di
Jepang sering kali digunakan bersama dan dikaitkan dengan pemborosan. Seperti
juga pemborosan yang merupakan lembar periksa praktis dalam memulai kaizen,
istilah mura dan muri digunakan juga sebagai sarana kemudahan mengingat
(reminder) di gemba. Mura berarti ketimpangan, keragaman, atau
ketidakteraturan, sedangkan muri berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang
batas. Keadaan timpang, beragam, maupun terpaksa merupakan indikasi masalah.
Lebih jauh lagi, ketimpangan dan keterpaksaan selalu mengandung pemborosan
yang perlu dihapuskan.
d. Manajemen Visual
Sistem visual adalah sistem pembagian informasi yang menghubungkan tugas
yang harus dilaksanakan dengan informasi yang dibutuhkan untuk
mengerjakannya dan dalam waktu yang cepat. Sistem visual akhir-akhir ini
dipandang sebagai cara efektif menerapkan kaizen. Saat ini kaizen diterapkan
dalam produksi, mutu, keamanan dan sebagainya.
Display adalah alat petunjuk yang memberikan informasi kepada manusia melalui
indera manusia. Visual display adalah display yang memberikan informasi pada
manusia melalui proses indera penglihatan oleh mata. Visual display dibagi lagi
21
menjadi dua yaitu, display statis dan display dinamis. Yang dimaksud dengan
display statis adalah display yang memberikan informasi yang tetap sama dari
waktu ke waktu, tidak ada perubahan dalam nilai maupun pengertian. Sementara
display dinamis adalah display yang memberikan informasi yang berubah nilainya
atau pengertiannya dari waktu ke waktu. Visual display dinamis biasanya
digunakan untuk memberikan informasi mengenai nilai suatu keadaan pada suatu
waktu tertentu, misalnya nilai suhu ruangan pada suatu waktu tertentu yang
berubah-ubah sesuai dengan keadaan saat itu.
Upaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta kinerja suatu satuan
kerja baik dunia usaha maupun birokrasi perlu dilaksanakan terus menerus
sedemikian sehingga dapat berfungsi dan mencapai tujuannya secara optimal.
Sejak dahulu, terutama di Eropa dan Amerika Serikat dikembangkan konsep
manajemen dan organisasi yang bertujuan meningkatkan kinerja organisasi.
Antara lain dapat dikemukakan adalah konsep Max Weber tentang Birokrasi,
Konsep Taylor tentang Manajemen ilmiah, Fayol dengan 14 prinsip-prinsip, serta
konsep perilaku manusia yang mengutamakan motivasi dan pendekatan
demokrasi.
Konsep serta prinsip organisasi dan manajemen ini, telah mampu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi baik pada perusahaan, pemerintahan dan
organisasi sosial. Total Quality Control (Pengendalian Mutu Terpadu) diprakarsai
oleh Dr. J.M. Juran dan Dr. E.W. Deming dan dikembangkan di Jepang oleh
Kaoru Ishitawa dengan menerapkan Quality Control Circle (QCC) atau gugus
22
Kendali Mutu (GKM). GKM adalah salah satu konsep baru untuk meningkatkan
mutu dan produktivitas kerja industri/jasa. Terbukti bahwa salah satu faktor
keberhasilan industrialisasi di Jepang adalah penerapan GKM secara efektif.
Karena keberhasilan ini, sejumlah negara industri maju dan sedang berkembang
termasuk Indonesia, menerapkan GKM diperusahaan-perusahaan industri guna
meningkatkan mutu, produktivitas dan daya saing.
GKM adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri dari 3 – 8 orang dari unit
kerja yang sama, yang dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan
mengadakan pertemuan untuk melakukan kegiatan pengendalian mutu di tempat
kerjanya dengan menggunakan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
GKM merupakan bagian integral dari PMT dalam suatu organisasi. Tujuan GKM
ini adalah untuk mendayagunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan atau
instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan
mutu dalam arti luas. Objek perbaikan (tema) GKM sangat luas meliputi bahan,
proses, produk, lingkungan dan lain-lain. Tema perbaikan atau objek dapat berasal
dari anggota gugus, fasilitator, ketua GKM atau pimpinan perusahaan atau
organisasi. Penerapan GKM secara konsisten pada perusahaan akan sangat
bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
Perbaikan mutu dan peningkatan nilai tambah
Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya
Peningkatan kemampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai target
Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku
Peningkatan hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
Peningkatan keterampilan dan keselamatan kerja
Peningkatan kepuasan kerja
Pengembangan tim (gugus kendali mutu)
f. Sistem Saran
Sistem saran sebagai sarana menumbuhkan minat terhadap kaizen, yaitu dengan
memberdayakan karyawan dalam mengajukan saran, betapapun kecil arti saran
tersebut. Membudayakan pola pikir kaizen dan disiplin diri dikalangan karyawan
23
adalah sasaran utama sistem saran. Sistem saran berfungsi sebagai bagian terpadu
untuk kaizen secara perorangan dan menekan peningkatan moral serta
memperbesar manfaat positif dari partisipasi karyawan. Manajer Jepang
memandang peran utama dari sistem saran sebagai sarana menumbuhkan minat
terhadap kaizen.
Langkah 2: Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam
kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan
kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama.
25
Penyebab Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Akibat
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab
Penyebab Penyebab
misalnya nilai suhu ruangan pada suatu waktu tertentu yang berubah-ubah sesuai
dengan keadaaan saat itu (Sanders, 1993).
Oleh sebab itu, perancangan display harus mempunyai visibility, legibility dan
readability yang baik. Visibility berhubungan dengan kualitas dari karakter atau
simbol yang membuatnya dapat dilihat dengan baik dari kondisi lingkungannya.
Legibility berhubungan dengan atribut dari masing-masing abjad sehingga dapat
dibedakan antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan readability berhubungan
dengan kualitas yang membuat isi informasi dapat dikenali dengan baik.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran huruf yang akan
digunakan pada perancangan display, yaitu:
1. Tebal huruf atau angka
Berhubungan dengan perbandingan antara tebal dengan tinggi huruf atau angka.
Tebal huruf ini bergantung pada warna latar belakang dengan tingkat
pencahayaan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan yang dapat digunakan
sebagai patokan dalam menentukan tebal huruf atau angka:
Untuk pencahayaan yang baik, rasio yang digunakan jika warna huruf hitam
dengan latar belakang putih adalah 1:6 sampai 1:8, sedangkan rasio yang
digunakan jika warna huruf putih dengan latar belakang hitam adalah 1:8
sampai 1:10.
Jika pencahayaan dikurangi, semakin tebal huruf maka semakin mudah dibaca.
Untuk pencahayaan atau kontras dengan latar belakang yang kurang baik, huruf
atau angka tersebut harus dicetak tebal dengan rasio tebal dengan tingginya
lebih kecil, misalnya 1:5.
Untuk huruf atau warna yang sangat cerah, rasio harus dikurangi menjadi 1:2
sampai 1:20.
Untuk huruf hitam dengan warna latar belakang yang sangat cerah, maka
digunakan yang tebal.
yang paling umum digunakan antara lebar dengan tinggi huruf atau angka adalah
3:5.
3. Jenis huruf atau angka
Ada lebih dari 30.000 jenis huruf atau angka ini dibagi menjadi empat bagian
besar yaitu Roman, Gothic, Script dan Black Letter.
Untuk pembacaan dari jarak yang cukup jauh, maka digunakan persamaan yang
dikembangkan oleh The National Bureau of Standards (Sanders, 1993). Untuk
menentukan tebal huruf yang dibaca pada jarak yang bervariasi oleh orang-orang
dengan nilai snellen acuity yang berbeda pula. Persamaan tersebut dapat dilihat
pada rumus berikut:
WS = 1,45 x 10-5 x S x d ………………………............(Persamaan 2.1)
Ws
HL = ………………………………………............(Persamaan 2.2)
R
3
W = xH L ……………………………………...........(Persamaan 2.3)
5
Dimana:
WS = tebal huruf atau angka
S = nilai penyebut dari snellen acuity yang digunakan
d = jarak pembacaan
HL = tinggi huruf atau angka
R = rasio antara tebal dengan tinggi huruf atau angka
W = lebar huruf atau angka
Untuk pembacaan jarak dekat yang kurang dari 5000 mm, maka digunakan
persamaan 2.4 Persamaan-persamaan diatas sebenarnya masih dapat digunakan,
tetapi jarak pembacaannya dekat maka dimensi atau ukuran huruf yang dihasilkan
kurang baik karena hurufnya bisa menjadi terlalu tipis sehingga sulit untuk dibaca.
Untuk menggunakan persamaan 2.4 tetap harus menggunakan persamaan 2.1 dan
2.2 untuk mendapatkan nilai WS (dalam mm) dan nilai HL. Kemudian HL tersebut
dibagi dengan 0,35 yang mempunyai nilai yang sama dengan 1 points (pt) dalam
program Microsoft, sehingga akhirnya didapat ukuran huruf yang digunakan
dalam satuan pt.
28
HL
pt = …………………...…………………………...........
0,35
(Persamaan 2.4)