You are on page 1of 22

FORMAT PENULISAN

PROPORSAL
Prof. Dr. dr. G. Sa., SKM,
M.Kes., M.Sc., Sp.MK,
Sp.OG(K), PhD

1
Bagian Awal
 Cover ( halaman judul luar),
 halaman judul dalam,
 lembar pernyataan persetujuan,
 lembar pengesahan tim penguji,
 daftar isi,
 daftar lampiran,
 kata pengantar

2
Bagian Pokok

 BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian

 BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN

 BAB III : KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
3.3. Hipotesis ( bila ada )
3
FORMAT
 BAB IV : METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
4.2. Waktu dan Tempat
Penelitian
4.3. Populasi dan Sampel
4.4. Tehnik Pengumpulan Data
4.5. Pengolahan dan Analisis
Data
 BAB V : HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4
 Bagian Akhir
- daftar pustaka

5
Pendahuluan
 Tujuan utama dari pendahuluan adalah
menjelaskan latar belakang
permasalahan penelitan dan alasan-
alasan secara ilmiah mengapa peneliti
memilih topik tersebut.
 Meyakinkan pembaca (misalnya
pembimbing, penguji atau penyandang
dana) betapa pentingnya masalah
tersebut untuk diteliti dan tujuan serta
manfaat yang akan diperoleh dari
penelitian yang akan dilakukan.
6
 Secara teoritis, idealnya yang harus diteliti
menyangkut beberapa aspek atau
variabel, namun karena beberapa
keterbatasan peneliti tidak dapat
melakukannya.
 Untuk itu keterbatasan dan ruang lingkup
penelitian perlu dicantumkan dalam
bagian atau bab pendahuluan.

7
 Sebelum menulis bagian pendahuluan,
peneliti harus mencari permasalahan apa
yang layak untuk diteliti.
 Masalah merupakan undangan untuk
melakukan sebuah penelitian dan
bukanlah pekerjaan yang mudah bahkan
boleh dikatakan sulit serta memakan
waktu yang lama.

8
 Masalah adalah suatu kesenjangan (gap) antara
yang seharusnya dengan apa yang terjadi, atau
adanya perbedaan antara kenyataan yang ada
atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau
terjadi.

 Namun kesenjangan jangan diartikan sempit,


karena kesenjangan itu dapat berupa
- belum dapat dibuktikannya suatu hubungan
yang bersifat kausatif (sebab akibat),
- belum adanya metode untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi atau
- belum diketahuinya ciri-ciri atau unsur-
unsur suatu permasalahan.
9
 Akan tetapi tidak semua kesenjangan
dapat diangkat menjadi permasalahan
penelitian.
 Suatu kesenjangan dapat dikembangkan
menjadi permasalahan penelitian.
(1) kesenjangan itu dapat diterangkan
mengapa hal itu terjadi
(2) pertanyaan tentang kesenjangan itu
memungkinkan untuk dijawab lebih
dari satu kemungkinan jawaban.

10
 Kabupaten Aceh Utara di Provinsi Aceh merupakan
daerah yang sangat subur. Pendapatan Per kapita
penduduknya melebihi pendapatan per kapita propinsi
bahkan per kapita nasional. Sarana trasportasi sangat
baik, penduduk yang buta huruf juga relatif sangat
rendah. Program-program pembangunan, termasuk
program kesehatan dan keluarga berencana sudah cukup
banyak dilaksanakan dan telah mendapatkan berbagai
penghargaan baik nasional maupun internasional.
 Tetapi angka kematian anak kabupaten ini masih cukup
tinggi, jauh diatas angka propinsi maupun nasional. Dari
gambaran ini terlihat adanya kesenjangan.

 Bila dilihat kondisi georgrafis, sosial dan ekonomi


kabupaten tersebut seharusnya menjamin angka
kematian anak yang rendah, tetapi kenyaannya angka
kematian anak tersebut justru tinggi. Hal ini mendorong
atau mengundang peneliti untuk mengetahui faktor-
faktor apa yang menyebabkan tingginya angka kematian
anak di kabupaten X tersebut?

11
Latar Belakang
 Latar belakang menjelaskan kepada pembaca
topik penelitian. Untuk itu diperlukan fakta-fakta
atau informasi yang mendorong peneliti memilih
topik atau masalah tersebut, sehingga pembaca
(pembimbing, penguji atau sponsor)
mengetahui background dan kontek
permasalahan penelitian serta pentingnya
masalah tersebut untuk diteliti.
 Biasanya uraian diawali dari hal-hal yang besifat
umum sampai ke hal-hal yang bersifat spesifik
berkaitan langsung dengan masalah atau topik
yang diteliti. Dengan perkataan lain, uraian latar
belakang harus bersifat “piramida terbalik”
12
Rumusan Masalah

 Dilatar belakang telah diuraikan panjang


lebar gambaran persoalan penelitian,
maka langkah berikutnya adalah
merumuskan masalah penelitian.
 Dengan perkataan lain membuat
ringkasan latar belakang penelitian
menjadi lebih ringkas dan padat.
 Tergantung bobot permasalahan
penelitian.
13
Contoh 1: Rumusan masalah dalam
bentuk pernyataan

 Sekitar 80% penduduk Indonesia tinggal di


pedesaan. Perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan ke pedesaan merupakan salah satu
prioritas upaya kesehatan di Indonesia. Untuk
itu diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan serta demand terhadap
pelayanan kesehatan, sehingga dapat
direncanakan dan diselenggarakan pelayanan
kesehatan yang relefan dengan situasi dan
kondisi setempat. Salah satu cara untuk
mengetahui hal tesebut adalah melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yagn
mempengaruhi demand terhadap pelayanan
kesehatan di pedesaan.

14
Contoh 2: Rumusan maslah dalam
bentuk pertanyaan
 Jumlah kasus kecelakaan kerja menunjukkan
peningkatan dari tahun ketahun. Kasus tersebut
telah banyak dipublikasi oleh berbagai pihak
dalam banyak forum, namun belum banyak yang
menghitung bagaimana dampak terhadap
ekonomi dari suatu kecelakaan kerja atau
seberapa besarkah kerugian ekonomi akibat
kecelakaan yang terjadi baik terhadap pekerja itu
sendiri, rumah tangga pekerja, dan perusahaan.

[1] Judul penelitian ini adalah dampak ekonomi
akibat kecelakaan kerja di jakarta, tahun 1989-
1991 (berdasarkan klaim pada PT Astek Persero)
15
Tujuan Penelitian
 Tujuan penelitian harus berkaitan dengan inti
permasalahan penelitian.
 Misalnya permasalahan penelitian adalah rendahnya
pemanfaatan KMS,
 maka tujuan umum penelitiannya adalah
- untuk mengindentifikasi faktor-faktor penyebab
rendahnya pemanfaatan KMS.
 Sedangkan tujuan khusus lebih operasional lagi.
Umumnya rumusan tujuan khusus
- untuk mengetahui apakah variabel X,Y,Z dan
sebagainya (atau variabel independen) mempunyai
hubungan dengan variabel dependen (dalam kasus ini
rendahnya pemanfaatan KMS).

16
Manfaat Penelitian
 Ada beberapa jenis manfaat penelitian, antara
lain
- manfaat praktis yang didapatkan dari hasil-
hasil penelitian. Manfaat praktis tersebut bisa
buat pemerintah, Masyarakat
- manfaat teoritis. : manfaat untuk
pengembangan ilmu; konstribusi penelitian
untuk pengembangan body of knowledge.

Biasanya penelitian-penelitian level strata 3


(S3) harus mempunyai manfaat teoritis,
sedangkan untuk level strata satu(S1)
penulisan manfaat teoritis bukan merupakan
suatu keharusan.
17
Tinjauan Kepustakaan
 Tinjauan kepustakaan harus lengkap dan disusun
menurut perkembangan pengetahuan yang ada sangkut-
pautnya dengan tulisan atau penelitian penulis.
 Tinjauan kepustakaan ini dapat dianggap sebagai
dokumentasi yang menjelaskan perhatian terhadap suatu
permasalahan, dan menunjukkan hal-hal yang sejalan
dan membenarkan pendekatan yang dipakai untuk
pemecahan permasalah tersebut.
 Dengan kata lain memuat semua bahan yang
menyangkut penelitian yang dilakukan.
 Pada umumnya tinjauan kepustakaan ini harus menurut
pernyataan/pendapat dari hasil penyelidikan yang ditulis
dari berbagai sumber seperti buku, skripsi tesis atau
jurnal/majalah –majalah. Tiap sumber yang digunakan ,
baik dikutip langsung atau tidak langsung (intisari)
disebutkan pada nomor urut daftar kutipan
dibelakangnya. Jadi dengan demikian peneliti tahu persis
landasan teoritis/kerangka teoritis tentang apa yang
sedang diteliti. 18
Kerangka Teoritis

 Pada bab tinjauan kepustakaan, penulis telah


mereview beberapa teori –teori yang relevan
dengan variable penelitian.
 Selanjutnya, teori-teori tesebut digambarkan
menjadi suatu kerangka, yang dinamakan
kerangka teroritis.
 Sebaiknya kerangka tersebut dinarasikan secara
singkat. Narasi singkat ini penting ditulis untuk
menunjukkan tingkat pemahaman peneliti
terhadap kerterkaitan beberapa teori dengan
aspek yang sedang diteliti.

19
Kerangka Konsep Penelitian
 Setelah peneliti mempunyai kerangka teoritis,
tugas selanjutnya membuat kerangka konsep
penelitian.
 Kerangka konsep penelitian dapat diambil
seluruhnya, sebagian atau dimodifikasi dari
salah satu atau beberapa kerangka teoritis yang
ada.
 Dalam merumuskan kerangka konsep
penelitian, sebainya harus tergambar
keterkaitan antar variable.
 Dengan perkataan lain, skema atau kerangka
harus dapat memberikan kejelasan hubungan
antara variable dependent dan variable
independent.
20
Pengetahuan

Jenis Kelamin
Kesehatan
Reproduksi
Sikap

Dukungan
Orang Tua

21
Variabel Penelitian
 Agar konsep-konsep dapat diukur secara
empiris, maka konsep harus
dioperasionalisasikan menjadi variable.
 Variable berasal dari kata variasi. Jenis
kelamin, misalnya, memenuhi kriteria
variable, karena mempunyai variasi nilai.
Karena jenis kelamin, ada yang jenis
perempuan dan ada yang berjenis
kelamin laki-laki.
22

You might also like