You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kodrat wanita yang merupakan tugas mulia adalah masa

kehamilan dan mengasuh anak. Kehamilan seseorang berawal dari bertemunya sel

telur dengan sperma yang selanjutnya berkembang menjadi janin yang yang selalu

didambakan sebuah keluarga. Masa kehamilan memerlukan perawatan, pemeriksaan

khusus dan pemenuhan gizi yang spesial untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin

dalam kandungan sehingga diharapkan nantinya janin dapat lahir dengan lancar dan

sehat. Proses kelahiran yang diharapkan seorang wanita adalah alamiah yaitu melalui

vagina,namun kenyataannya tidak sedikit masalah yang timbul saat proses kelahiran

sehingga perlu penanganan khusus untuk menyelamatkan jiwa ibu maupun

janinnya,salah satu diantara tindakannya adalah sectio caesaria.

Sectio caesaria merupakan suatu persalinan buatan dimana janin dikeluarkan

melalui insisi pada perut dan dinding rahim ( segmen bawah rahim ) dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin lebih dari 500 gram. Operasi ini

memerlukan penanganan khusus karena adanya perubahan fisiologis ibu selama

kehamilan. Terkait dengan masalah tindakan anestesi, perawat anestesi dituntut

untuk mampu melakukan tindakan pemeriksaan, perawatan pre, intra, dan pasca

anestesi.

Menurut data dari IBS RSUD Muntilan Kab. Magelang jumlah operasi

dengan tindakan sectio secaria pada tahun 2009 adalah sebanyak 342 kasus dan pada

tahun 2010 sebanyak 260 kasus. Sedangkan antara bulan januari-maret 2011

sebanyak 67 kasus.

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan peri

anestesi/perioperatif pada pasien dengan tindakan sectio secaria.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan perioperatif/perianestesi

pada pasien dengan tindakan sectio secaria dengan anestesi regional .

2. Mampu melakukan analisa data dan mengidentifikasi masalah

keperawatan perioperatif/perianestesi pada pasien dengan tindakan sectio

secaria dengan anestesi regional.

3. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan perioperatif/perianestesi

pada pasien dengan tindakan sectio secaria dengan anestesi regional.

4. Mampu merencanakan dan melakukan tindakan keperawatan

perioperatif/perianestesi pada pasien dengan tindakan sectio secaria

dengan anestesi regional.

5. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

tindakan sectio secaria dengan anestesi regional.

C. Ruang Lingkup

Penyusunan makalah ini membahas tentang asuhan keperawatan anestesi perioperatif

pada Ny.’N’ dengan sectio caesaria. Tindakan anestesi dengan Regional Anestesi

mulai dari persiapan anestesi, intraanestesi dan pemulihan anestesi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

1 Pengertian

Suatu persalinan buatan yang dilakukan dengan melahirkan janin melalui

suatu insisi pada perut dan dinding rahim (segmen bawah rahim).

2. Jenis / Tipe

a. SC transperitonial profunda klasik ( corporal )

Insisi longitudinal di garis tengah uterus,dinding anterior uterus

dilebarkan ke atas dan ke `bawah dengan gunting tumpul. Diperlukan luka

yang lebar karena bayi dilahirkan bokong terlebih dahulu. Janin dan plasenta

dikeluarkan,uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.

b. SC tranperitonial ( SCTP )

Insisi melintang segmen bawah ini prosedur pilihan yang banyak

dilakukan. Segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil. Luka

ini dilebarkan ke samping,kepala janin di balik, insisi di ekstraksi atau di

dorong di ikuti bagian badan yang lain,kemudian plasenta dan selaput

ketuban. Luka di jahit lapis demi lapis.

c. SC di lanjutkan histerektomi

Pembedahan ini merupakan SC yang dilanjutkan dengan pengangkatan

uterus. Hal ini bisa karena terjadinya atoni uteri sehingga perdarahan terus

3
berlangsung dan memerlukan pengambilan keputusan yang cepat untuk

mengatasi perdarahan dengan histerktomi total atau sub total.

d. SC ekstra peritonial

Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi

pada kasus yang mengalami infeksi luas.

3. Indikasi

a. Indikasi ibu.

1) Panggul sempit absolute.

2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.

3) Stenosis serviks.

4) Plasenta previa.

5) DKP.

6) Ruptura uteri.

b. Indikasi janin.

1) Kelainan letak ( lintang, bokong, oblig )

2) Gawat janin.

3) Gemeli.

4. Komplikasi

a. Infeksi nifas.

b. Perdarahan Post SC.

c. Ruptur / Luka Vesika urinaria

5. Penatalaksanaan

Persiapan Preoperasi

a. Persiapan Kamar Operasi

1) Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai

4
2) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi

b. Persiapan Pasien

1) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.

2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien

3) Perawat member support kepada pasien.

4) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur

dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).

5) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui

penyakit yang pernah di derita oleh pasien.

6) Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).

7) Pemeriksaan USG.

8) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.

a. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra

muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau

dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.

1) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan

adalah 50 mg.

2) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg

Meperidin.

3) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan

bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.

5
b. Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi

jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

c. Terapi cairan dan Diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup

selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian,

jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien harus segera di evaluasi

kembali paling lambat pada hari kedua.

d. Vesika Urinarius dan Usus

Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya

setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah

pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif

kembali pada hari ketiga.

e. Ambulasi

Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat

bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien

dapat berjalan dengan pertolongan.

f. Perawatan Luka

Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan

tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat

diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga

post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

6
g. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut

harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau

keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.

h. Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak

menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa

banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.

i. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan

pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas

ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan

orang lain.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,alamat,

status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa masuk,

yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum dan tanda vital

b. Data Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang. Meliputi keluhan atau yang

berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini dan

keluhan yang dirasakan setelah pasien di operasi .

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

7
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit

sekarang, penyakit hipertensi, DM dan jantung

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga

pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan yang sama.

c. Data Sosial Ekonomi

Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, akan tetapi kemungkinan dapat

lebih sering terjadi pada penderita malnutrisi dengan sosial ekonomi rendah.

d. Data Psikologis

1) Pasien biasanya dalam keadaan labil.

2) Pasien biasanya cemas akan keadaan seksualitasnya.

3) Harga diri pasien terganggu

e. Data Pemeriksaan Penunjang

1) USG, untuk menetukan letak impiantasi plasenta.

2) Pemeriksaan hemoglobin

3) Pemeriksaan Hematokrit.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan nyaman : nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan

(Doengoes,2001:417).

b. Ansietas berhubungan dengan situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi /

kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi (Doengoes,2001:417).

c. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau

regulasi (Doengoes,2001;422) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan

dengan trauma jaringan / kulit rusak (Doengoes,2001:427).

8
d. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi

mekanisme efek-efek hormonal/anastesi (Doengoes,2001:437).

3. Rencana tindakan

a. Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan.

Tujuan : ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

1) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.

2) Tampak rileks mampu tidur.

Intervensi :

1) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan

isyarat verbal dan non verbal seperti meringis.

Rasional : pasien mungkin tidak secara verbal melaporkan nyeri dan

ketidaknyamanan secara langsung. Membedakan karakteristik

khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri paska operasi dari

terjadinya komplikasi.

2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab

ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.

Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu

mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas.

3) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.

Rasional : pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah,

serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat

menurunkan tekanan darah.

4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.

9
Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus

kuat dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun

frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang

memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.

5) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan

gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan

distraksi.

Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari sensasi

nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi tidak

menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.

6) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur

pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.

Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan.

Pembebasan menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan

mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan

otot abdomen.

7) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan

berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.

Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan

peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi

gas.

8) Anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri

Rasional : memungkinkan gas meningkatkan dari kolon desenden ke

sigmoid, memudahkan pengeluaran.

10
9) Inspeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan es secara

20 menit setiap 24 jam, penggunaan bantal untuk peninggian pelvis

sesuai kebutuhan.

Rasional : membantu regresi hemoroid dan varises vulva dengan

meningkatkan vasokontriksi, menurunkan ketidak nyamanan dan

gatal, dan meningkatkan fungsi usus normal.

10) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan

berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling.

Rasional : kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7

hari dan overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan

ketidaknyamanan.

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,

transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.

Tujuan : ansietas dapat berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

1) Mengungkapkan perasaan ansietas

2) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun

3) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.

Intervensi :

1) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan

Rasional : memberikan dukungan emosional; dapat mendorong

mengungkapkan masalah.

2) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah.

Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan

11
atau harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi

orangtua.

3) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme

koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika

dibutuhkan.

Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap

peran baru, mengurangi perasaan ansietas.

4) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.

Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau Kesalah

pahaman dapat meningkatkan tingkat ansietas.

5) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.

Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan

penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak

diketahui, atau menganggap hal yang buruk berkenaan

dengan keadaan bayi.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit

rusak.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

1) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.

2) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.

Intervensi :

1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan

pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen

terkontaminasi dengan tepat.

12
Rasional : membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi.

2)Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan

adanya kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca

operasi.

Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelu

kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat

penyembahan.

3) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari,

kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan

penambahan berat badan prenatal.

Rasional : pasien yang berat badan 20% dibawah berat badan normal

atau yang anemia atau yang malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi

pascapartum dan dapat memerlukan diet khusus.

4) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan

besi.

Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume, sirkulasi

dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk

pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.

5) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan.

Lepasnya balutan sesuai indikasi.

Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama

kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera atau

kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.

6) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan

udem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.

13
Rasional : tanda-tanda ini menandakan infeksi luka biasanya

disebabkan oleh steptococus.

7) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.

Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan

pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.

8) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat

setiap hari.

Rasional : Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari kedua

setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenis dan dapat

merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.

9) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.

Rasional : Demam paska operasi hari ketiga, leucositosis dan

tachicardia menunjukkan infeksi. Peningkatan suhu sampai 38,3 C

dalam 24 jam pertama sangat mengindentifikasikan infeksi.

10) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi

atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.

Rasional : Setelah kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian

umbilikus selama sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan

peningkatan aliran lokhea, perlambatan involusi meningkatkan

resiko endometritis. Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan

kemungkinan jaringan plasenta tertahan atau infeksi.

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan

tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan

14
kepada orang lain yang dipercaya di bawah pengawasan orang yang masih seprofesi

dengan perawat. (Nursalam, 2001 : 63)

5. Evaluasi

Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan

dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk mengetahui

sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu perawat juga melakukan

umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai

(Nursalam,2001:71).

C . Konsep Anestesi

1. Pengertian

Spinal anestesi adalah prosedur yang menginjeksikan anastetik lokal ke dalam ruang

subarakhnoid dan mencegah permulaan dan konduksi rangsang saraf dengan

menghambat aliran ion, meningkatkan ambang eksitasi elektron, memperlambat

perambatan rangsang saraf, menurunkan kenaikan potensial aksi dan menghambat

depolararisasi.

2. Indikasi

a. Bedah ekstremitas bawah.

b. Bedah panggul.

c. Bedah obgin.

d. Bedah urologi.

e. Bedah abdomen bawah.

f. Pada bedah anak biasanya di kombinasi dengan anestesia.

15
3. Kontra indikasi

a. Absolut.

1) Pasien menolak.

2) Infeksi pada tempat suntikan.

3) Hipovolemia berat, syok.

4) Koagulasi atau mendapat terapi anti koagulan .

5) TIK meninggi .

6) Kurang pengalaman terhadap tindakan .

b. Relatif

1) Infeksi sistemik .

2) Infeksi sekitar tempat suntikan .

3) Kelainan neurologis .

4) Kelainan psikis .

5) Bedah lama .

6) Penyakit jantung .

7) Hipovolemia ringan .

8) Nyeri punggung kronis .

4. Komplikasi

a. Hipotensi.

b. Bradikardi .

c. Hipoventilasi .

d. Trauma pembuluh darah .

e. Nausea, vomitus .

f. Gangguan pendengaran .

g. Total spinal .

16
h. Nyeri dan infeksi tempat suntikan .

i. Nyeri punggung .

j. Pusing dan nyeri kepala .

k. Retensi urine .

l. Meningitis .

5. Tatalaksana

a. Alat

1) Rutin.

2) Alat pantau yang diperlukan.

3) Kit emergensi.

4) Obat anestetik local hiperbarik lidokain atau bupivakain 0,5%.

5) Berikan infuse tetesan cepat (hidrasi akut) sebanyak 500-1000 ml dengan

kristaloid atau koloid.

6) Jarum khusus fungsi lumbal

7) Larutan epedrin yang mengandung 5 mg/ml,

8) Handscoen, spoit 5 cc, betadine, duk, kasa steril dan plester

b. Pelaksanaan

1) Pasang alat pantau yang diperlukan.

2) Pungsi lumbal dapat dilakukan dengan posisi pasie tidur miring ke kanan atau

ke kiri atau duduk, sesuai indikasi.

3) Desinfeksi area pungsi lmbal dan tutup dengan duk lubang steril.

4) Lakukan pungsi lumbal dengan jarum spinal ukuran paling kecil pada celah

interspinosum lumbal 3-4 atau 4-5 sampai keluar cairan likuor.

5) Masukkan obat anestetik local yang dipilih sambil melakukan barbotase.

6) Tutup luka tusukan dengan kasa steril.

17
7) Atur posisi pasien sedemikian rupa agar posisi kepala lebih tinggi dari

tungkai/badan.

8) Nilai ketinggian blok dengan skor bromage.

9) Segera pantau tekanan darah dan denyut nadi.

18

You might also like