Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara
lisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan
status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di
dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu
mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun
anggota bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Nasional
Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca:
sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa.
Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita,
mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi
dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan
sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut
bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa
Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi
4
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan
bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem,
maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah
semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa
Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah
Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia.
Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama
bahasa Indonesia.
demikian itu, maka kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak
tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran
bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang diatur, berikut adalah
ringkasan pedoman umum penulisan kata dalam bahasa Indonesia:
6
1. Kata dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Umumnya kata dasar dalam bahasa
Indonesia, dan juga semua bahasa yang serumpun dengan bahasa Indonesia, terdiri dari
dua suku kata; misalnya: rumah, lari, nasi, padi, pikul, jalan, tidur dan sebagainya.
Seorang ahli bahasa Jerman, Otto von Dempwolff, dalam penelitiannya tentang bahasa
Indonesia telah menetapkan dua macam pola susunan kata dasar dalam bahasa
Indonesia. Pola itu disebutnya Pola Kanonik atau Pola Wajib , yaitu:
Kita tidak menyangkal akan apa yang telah dikemukakan oleh von
Dempwolff. Tetapi, andaikata kita menerima secara mutlak Pola Kanoniknya itu
sebagai dasar yang absolut, maka bagaimana kita harus menerapkan kata-kata seperti
tendang, banting, panggil, aku, api, anak, dan lain-lain? Berarti kita sekurang-
kurangnya menambahkan beberapa macam rumus lagi agar bisa menampung semua
kata dasar yang terdapat dalam bahasa Indonesia, misalnya: K-V-K-K-V-K, V-K-V-K,
V-K-V. Dan semua rumus ini sekurang-kurangnya baru mengenai kata-kata dasar. Jika
kita membahas kata-kata pada umumnya, tentu akan lebih banyak lagi.
Oleh karena itu kita mengambil suatu dasar lain yang lebih sempit yaitu
berdasarkan suku kata ( silaba ). Bila kita berusaha untuk memecah-mecahkan kata
dasar bahasa Indonesia menjadi sukukata-sukukata, maka kta akan sampai kepada satu
kesimpulan bahwa ada tiga macam struktur sukukata dalam bahasa Indonesia yaitu: V,
V-K, K-V , dan K-V-K . Dengan demikian kata-kata dasar dalam bahasa Indonesia
dibentuk dari kemungkinan-kemungkinan gabungan dari ketiga jenis silaba itu,
misalnya:
ka - ta (K-V + K-V)
2. Kata turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: bergeletar, dikelola.
b) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung
boleh digunakan untuk memperjelas.
c) Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan ditulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk
memperjelas.
e) Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda
hubung. Contoh: non-Indonesia.
3. Kata ulang
a) Kata ulang penuh atau kata ulang murni, yaitu semua kata ulang yang
dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh.
Misalnya: rumah-rumah, sakit-sakit.
b) Kata ulang berimbuhan atau kata ulang bersambungan, yaitu semua kata
ulang yang salah satu unsurnya berimbuan: awalan, sisipan, atau akhiran.
Misalnya: berjalan-jalan, turun-temurun, tanam-tanaman.
8
c) Kata ulang berubah bunyi, yaitu kata ulang yang mengalami perubahan
bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang.
Misalnya: bolak-balik, serba-serbi.
d) Kata ulang semu, yaitu kata yang hanya dijumpai dalam bentuk ulang
itu. Jika tidak diulang, komponennya tidak memunyai makna atau bisa
juga memunyai makna lain yang tidak ada hubungannya dengan kata
ulang tersebut.
Misalnya: hati-hati, tiba-tiba, kunang-kunang.
e) Kata ulang dwipurwa, yang berarti "dahulu dua" atau kata ulang yang
berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi
sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Kata ulang ini disebut juga
reduplikasi, yang berasal dari bahasa Inggris "reduplication" yang berarti
perulangan. Sebenarnya semua kata ulang juga dapat disebut reduplikasi.
Misalnya: lelaki, tetua.
Belakangan ini ada cara pemakaian Bahasa yang sedang populer yang
berlangsung dimana-mana dan dilakukan oleh semua orang dari semua kalangan yaitu :
Penggunaan Bahasa Indonesia campur aduk. Sekarang ini orang sedang Hobi untuk
mengkombinasikan Bahasa Indonesia mereka dengan bahasa asing, terutama dengan
Bahasa Inggris, seperti kata-kata “Fuck banget gitu lho” “You punya barang berapa”
“so what gitu lho” “sampai ketemu later ya!” “saya sudah katakan sebelumnya kalau
emotion itu selalu terpisah dengan cognition, thats why its very hard to reach konklusi
dari kedua hal tersebut.” Dalam argument, dalam bincang-bincang santai, dalam
televisi, bahasa Indonesia tipe mutant ini selalu keluar. Mengapa bisa begitu?
11
Sebetulnya hal ini sudah terjadi sejak dulu, namun fenomena krisis tersebut
baru meledak hari ini. Sewaktu Soekarno berdebat dengan salah satu aktifis feminis, dia
menggunakan Bahasa Indonesia, Belanda dan Sunda secara campur aduk sehingga
membuat orang-orang yang ada disekitarnya jadi bingung. Dan ketika itu Sjahrir
menegur “tolong jangan gunakan 3 bahasa sekaligus ketika berpendapat, karena banyak
peserta yang bingung. Lagipula kan Indonesia sudah ada Bahasa pemersatu, kenapa
tidak gunakan itu saja?” Soekarnopun minta maaf lantas meneruskan musyawarah
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kebiasaan seperti itupun
bisa kita temukan dalam catatan seorang Nasionalis seperti Soe Hok Gie (Dalam
bukunya Catatan seorang Demonstran), yang biasa mencampurkan Bahasa Indonesia
dengan Bahasa Inggris.
perlahan membentuk ikatan sosial antara individu dengan individu yang lain dalam
sebuah kelompok masyarakat.
Proses pengidentifikasian kelompok yang terus berjalan dalam individu
membentuk suatu bentuk warna kepribadian. Hal tersebut sesuai dengan kesimpulan
Prof. Anthony melalui kajian semantik dan etimologi kata mengenai bahasa yang
merupakan cerminan dari watak,sifat, perangai, dan budi pekerti penggunanya.
Berbeda dengan proses adaptasi bahasa pada individu, dalam tingkatan
masyarakat proses adaptasi berjalan lebih kompleks, dengan waktu yang lebih panjang
pula. Masyarakat yang merupakan sekumpulan dari individu-individu dalam suatu
wilayah tertentu pada awalnya akan membuat kesepakatan-kesepakatan dalam
mengungkapkan makna serta berkomunikasi. Selanjutnya proses ini secara terus
menerus mengalami perubahan sehingga membentuk suatu sistem, atau yang disebut
Hugo Warami sebagai sistem kesepakatan-kesepakatan. Sistem kesepakatan dalam
masyarakat ini bukanlah suatu hasil akhir melainkan terus mengalami perubahan sesuai
dengan kealamiahan dari berdinamikanya masyarakat beserta individu dalam merespon
ransang dari luar. Proses yang berlangsung dalam masyarakat tersebut akan membentuk
karakteristik masyarakat seperti warna kepribadian dalam individu.
Salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian masyarakat di dunia adalah
bahasa Melayu. Dalam perkembangannya bahasa Melayu berhasil menjadi bahasa yang
paling berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai
jumlah penutur terbesar. Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat
Negara: Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Di Indonesia, bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting. Peran bahasa
Melayu meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, dan bahasa pengantar dalam
pendidikan. Menurut Koentjaraningrat, pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia secara historis dikarenakan enam hal. Pertama, berkembangnya suasana
kesetiakawanan yang mencapai momentum puncak yang menjiwai pertemuan antara
pemuda cendekiawan Indonesia yang penuh idealisme pada tanggal 28 Oktober 1928.
Kedua, adanya anggapan bahwa bahasa Melayu sejak lama merupakan lingua franca,
bahasa perdagangan, bahasa komunikasi antarorang Indonesia yang melintas batas
sukubangsa, dan bahasa yang digunakan untuk penyiaran agama. Ketiga, adanya
pengaruh media massa dalam bahasa Melayu. Keempat, berkembangnya kebiasaan
penggunaan bahasa Melayu dalam rapat-rapat organisasi gerakan nasional. Kelima,
13
tidak adanya rasa khawatir dalam diri warga suku non-Jawa terhadap risiko terjadinya
dominasi kebudayaan dari sukubangsa mayoritas. Keenam, karena para cendekiawan
Jawa sendiri mengecam struktur bahasanya sendiri.
Disepakatinya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia
menjadi landasan kokoh bagi terbentuknya integrasi dan identifikasi sosial/nasional.
Sebagai salah satu bentuk fisik dari identitas nasional, bahasa Indonesia memiliki
potensi untuk mempersatukan rakyat Indonesia. Potensi tersebut dikarenakan bahasa
Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai lambang identitas
nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan, adat
istiadat, dan bahasanya; serta sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Tantangan pembentukan identitas nasional melalui bahasa di Indonesia terdiri
dari tantangan internal dan eksternal. Secara internal bahasa persatuan ini harus
menghadapi realita bahwa Indonesia terdiri dari berbagai bahasa dan budaya. Sehingga
dalam proses sosialisasinya bahasa Indonesia harus menuntaskan kegamangan antara
menampilkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dapat digunakan seluruh
masyarakat tanpa melenyapkan bahasa daerah. Hal ini diperumit dengan suatu kondisi
dimana beberapa bahasa daerah terancam punah diakibatkan sosialisasi bahasa
Indonesia yang tidak mengindahkan perawatan bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang
harus dilestarikan. Sehingga pada daerah yang masih tertinggal, bahasa ibu ditinggalkan
karena tidak lebih prestise dibandingkan bahasa Indonesia. Di satu sisi bahasa Indonesia
juga harus menghadapi realita bahwa penuturnya sendiri sangat sedikit yang mau
mempelajari kaidah bahasa yang baik dan benar.
Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata,
ataupun huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa kata yang diatur, berikut adalah
ringkasan pedoman umum penulisan kata dalam bahasa Indonesia:
1. Kata dasar
2. Kata turunan
3. Kata ulang
4. Kata majemuk
Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
2. Saran
Semoga kita dapat mengguanakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dan
menggunakannya sebahagai bahasa sehari-hari.
15
Daftar Pustaka
http://www.feunpak.web.id/jima/orasi_dendysugono.htm
http://re-searchengines.com/0805hugo.html
http://rumahkiri.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1193
http://www.suarapembaruan.com/News/2005/10/23/Utama/ut01.htm
http://www.globalkomputer.com/Bahasan/Teori-Bahasa-dan-Otomata
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/10/28/0001.html