You are on page 1of 8

Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan

pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat,
analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan
populasi. Metode sampling banyak menggunakan teori probabilitas dan teori statistika.

Tahapan sampling adalah:

 Mendefinisikan populasi hendak diamati


 Menentukan kerangka sampel, yakni kumpulan semua item atau peristiwa yang
mungkin
 Menentukan metode sampling yang tepat
 Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
 Melakukan pengecekan ulang proses sampling

Sampel merupakan bagian dari populasi. Sampel dapat menerangkan keadaan suatu populasi
pada bagian unit-unit populasi tertentu saja. Terdapat beragam teknik penarikan sampel,
berikut ini adalah teknik sampling berdasarkan pembagian dari C.W. Churchman et al.,
dimana mula-mula Sampling dibagi dua yaitu desain sampling tetap (fixed sampling design)
dan Sequential Sampling.

1. Desain sampling tetap (fixed sampling design)


Desain sampling tetap, sampel dibentuk mengikuti aturan tertentu, dan aturan ini tidak
berubah-ubah selama penarikan sampel berlaku. Desain sampling tetap dibagi dua yaitu:
sampel tanpa batasan (unrestricted random sample) dan sampel dengan batasan-batasan
(restricted random sample).
Pada penarikan sampel tanpa batasan (unrestricted random sample), sampel ditarik secara
langsung dari populasi. Populasi tidak dibagi-bagi terlebih dahulu atas subsample, teknik ini
dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu:

a) Sampel acak sederhana (simple random sampling)


Tiap unit populasi diberi nomor, kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara acak.

b) Sampel sistematik (sistematic sample)


Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan, kemudian ditentukan nomor sebagai titik tolak
menarik sampel. Contohnya adalah jika kita menarik sampel dengan kelipatan 5, maka
sampel kemudian adalah sampel ke-10, sampel ke-15, dan seterusnya.
Sedangkan pada penarikan sampel dengan batasan (restricted random sampling), sampel
ditarik dari populasi yang telah dikelompokkan. Mula-mula sampel dikelompokkan terlebih
dahulu sampai ditarik dari masing-masing kelompok tersebut. Analoginya adalah kita dapat
membuat pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin, interval umur, profesi, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Restricted Sampel dibagi kembali atas:

a) Multiple Stage Sample


Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota populasi menjadi anggota
sampel. Pada tiap kelompok populasi kita pilih sejumlah anggota tertentu untuk menjadi
anggota sampel dengan jumlah yang sama, atau sebanding dengan besar relative anggota
kelompok populasi yang masuk ke dalam sub sampel.

b) Stratified Sample
Populasi dibagi ke dalam kelompok yang homogen (berdasarkan strata) terlebih dahulu,
kemudian ditarik sampel dari setiap strata.

c) Cluster Sampling
Populasi dibagi dahulu berdasarkan area (cluster). Anggota tiap subpopulasi tiap cluster tidak
harus homogen, beberapa cluster dipilih dulu sebagai sampel, kemudian dipilih lagi anggota
unit dari sampel cluster diatas.

d) Stratified Cluster Sampling


Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.

2. Desain sampling skuensial (sequential sampling design)


Berbeda halnya dengan desain sampling tetap, jika dalam penarikan sampel tidak sama
selama penarikan sampel berlangsung, maka desain sampling disebut sekuensial. Sampling
sekuensial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: (a) menarik sampel secara bertingkat, dan
(b) dengan mengamati satu persatu anggota-anggota populasi.

Sumber: Churchman dalam Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=578&q=teknik+sampling+penelitian&revid=787929
028&sa=X&ei=Xu-eTfC2NYjWrQeSvJjuAg&ved=0CF0Q1QIoAA&fp=457ab7aeb8dccb3d

TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN

Oleh: Rostina Sundayana *)

Abstrak
Tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal
tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama,
keterbatasan biaya, dll. Sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian secara
sampel. Ada beberapa keuntungan dari penelitian yang dilakukan secara sampel antara lain
(1) memudahkan jalannya penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat
dalam pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dalam menentukan sampel mana yang akan
dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus
dapat mewakili semua karakteristik dari  populasinya. Jika sampel yang kita gunakan tidak
dapat mewakili semua karakteristik populasinya (tidak representatif), maka hasil penelitian
tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya. Untuk mendapatkan sampel yang
refresentatif tersebut, maka diperlukan teknik sampling  yang tepat, sehingga sampel yang
kita gunakan benar-benar mewakili semua karakteristik populasi penelitian.
A. Pendahuluan
Pada hakekatnya, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengemban tiga tugas pokok
yang lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan oleh
seluruh sivitas akademika. Ketiga dharma tersebut adalah: pendidikan dan pengajaran,
melaksanakan penelitian, dan melakukan pengabdian pada masyarakat.

Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk melakukan penelitian
secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan disesuaikan dengan jenjang dan
bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian yang dilakukan mahasiswa dapat berupa
makalah, tugas akhir (TA), ataupun skripsi; sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat
berupa penelitian pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu
pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan hasilnya bagi kepentingan dan
usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi seorang dosen, penelitian
merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan pangkat.

Sebelum seseorang akan melakukan penelitian, sebaiknya harus menyusun rencana


penelitian, yang dikenal dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan dari proposal
penelitian tersebut adalah sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan peneliti, baik
mengenai masalah, ruang lingkup, metode penelitian yang dipakai, populasi dan sampel
penelitian, perencanaan tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, sampai pada
perencanaan anggaran (jika diperlukan).

Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak
alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang
dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240)
mengatakan bahwa keuntungan menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya
penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data,
dan (4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat beralasan jika penelitian dilakukan
hanya terhadap sampel saja.

Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah
mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari 
populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat mewakili semua karakteristik
populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya.

B.  Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel yang Representatif


Populasi ialah Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 1997:59). Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan
secara jelas yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian
yang dicakup. Tujuan diketahunya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan
besarnya ukuran sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya
daerah generalisasi.

Ditinjau dari ukuran anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas/ terhingga
(Finite Population)., dan  populasi tak terbatas / tak terhingga (Infinite Population). Namun
dalam kenyataannya populasi terhingga selalu menjadi populasi yang tak terhingga. Ditinjau
dari sudut sifatnya, maka populasi dapat bersifat  homogen, dan  heterogen. Bersifat homogen
artinya populasi tersebut mempunyai karakteristik yang sama, sehingga tidak perlu
mempersoalkan berapa banyak jumlah ukuran sampel harus diambil.

Sedangkan bersifat heterogen artinya setiap anggota sampel dari populasi tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditetapkan batasan-batasannya, baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus.
Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Untuk anggota populasi yang
relatif besar, maka diperlukan mengambil sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel.
Pengambilan anggota sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi harus
dilakukan dengan teknik tertentu dengan yang disebut teknik sampling.

Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53) mengatakan bahwa
“Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya
dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya,serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut:
1. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat / karakteristik populasi, sehingga dapat
menghindari kekaburan dan kebingungan.
2. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi
yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi. Umpamanya didapat dari
dokumen-dokumen.
3. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan
penelitiannya.
4. Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis.

Supaya sampel yang dijadikan penelitian representatif, maka diperlukan jumlah sampel
minimal yang digunakan dalam penelitian. Dalam penentukan ukuran sampel dapat dilakukan
dengan  dua cara yaitu cara praktis (tidak menggunakan rumus atau hitungan) dan cara
perhitungan dengan menggunakan rumus. Banyak sekali model rumus-rumus yang dapat
digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimum, salah satunya rumus empiris
dianjurkan oleh Issac dan Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:

Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
2 = 3,8412 = nilai tabel  

Sebagai contoh, jika  banyakya populasi diketahui = 500, maka banyaknya sampel minimum
yang harus diambil adalah:
Jadi minimal sebanyak 217.

Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan
Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel, sehingga kita tinggal
memakai tabel tersebut.

Tabel 1 : Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%


N S N S N S N S
10 10 90 73 300 169 1900 320
15 14 95 76 400 196 2000 322
20 19 100 80 500 217 2200 327
25 24 120 92 600 234 2400 331
30 28 130 97 700 248 2600 335
35 32 140 103 800 260 2800 338
40 36 150 108 900 269 3000 341
45 40 160 113 1000 278 3500 346
50 44 170 118 1100 285 4000 351
55 48 180 123 1200 291 4500 354
60 52 190 127 1300 297 5000 357
65 56 200 132 1400 302 10000 370
70 59 220 140 1500 306 15000 375
75 63 240 148 1600 310 20000 377
80 66 260 155 1700 313 50000 381
85 70 280 162 1800 317 100000 384
Sumber : Sugiono (1997 : 67)

Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5% ukuran
sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf signifikansi  5%
sebanyak 346.

C.  Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random (probability
sampling) dan  sampling nonrandom (nonprobability sampling). Sampling random yaitu
pengambilan sampel secara acak  yang dilakukan dengan cara undian,  atau tabel bilangan
acak/random atau dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan  sampling
nonrandom  atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel tidak
secara acak.

1. Teknik Sampling Random


Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana (Simple
Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling kluster/area
(Cluster Sampling)

a.  Sampling Random Sederhana


Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara pengambilan
sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.

b.  Teknik Sampling Bertingkat


Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis, berjenjang, dan
petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-
kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya :
menurut usia, pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik
jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh
jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut
proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota
sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan
usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya ukuran dari masing-
masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka disebut dengan disproportional stratified
random sampling.

Contoh  Teknik sampling proporsional :


Misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi = 100.
Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk A, B, dan
C dapat dihitung  sebagai berikut :
untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang,
untuk B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan
untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang.

Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional:


Misalnya populasi untuk A = 3, B = 4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota populasi = 100.
Sedangkan besar anggota sampel sebanyak 80 sehingga besar masing-masing sampel untuk
A, B, C  dan D dapat dihitung  sebagai berikut :

Untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D diambil secara
proporsi dengan perhitungan sebagai berikut:
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

c.  Teknik Sampling Kluster


Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional
sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi tersebar
dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah
diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara
acak untuk dijadikan anggota sampelnya.

Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek
yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random.

Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang
tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan
teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap pilihan tidak
sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk
satu daerah berpindah kedaerah lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk
tersebut mungkin menjadi anggota rangkap sampel penelitian.

2. Teknik Sampling Nonrandom


Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling Sistematis
(Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling), Teknik
Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling),  dan
Teknik Bola Salju (Snowball  Sampling)

a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)


Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana yang
digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan urutan tertentu.
Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar pegawai disuatu kantor, pengambilan
sampel hanya nomor genap atau yang ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat
dan mudah. Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.

b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)


Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan
terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan dipandang orang yang
dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat
tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka
yang kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan
teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang
representatif.

c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)


Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan
penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti tentang disiplin siswa maka yang dipilih
adalah orang yang aahli dalam kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan,
ketua osos,  yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah
murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya
ialah tidak representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).

d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)


Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah
tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji yang berangkat ke
tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama
dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000
jiwa penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk.
(Riduan dan Akdon, 2006 : 246-247).

e. Teknik Bola Salju (Snowball  Sampling) 


Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui
hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari
yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin banyak.
Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.

D. Penutup
Dari uraian di atas, banyak teknik sampling yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan
sampel yang representatif, baik secara sampling random (probability sampling) maupun
secara  sampling nonrandom (nonprobability sampling). Kesalahan-kesalahan umum yang
sering dijumpai dalam menentukan besarnya anggota sampel diantaranya: (1) Peneliti
mengubah prosedur teknik sampling; (2) Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai
dengan tujuan penelitiannya, (3) Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan
oleh perhitungannya; (4) Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik
sampling tertentu yang ia gunakan didalam penelitiannya itu;

Selain hal tersebut, kekeliruan non sampling ini dapat terjadi dalam setiap penelitian, apakah
itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus, penyebabnya adalah: (1) populasi tidak
didefinisikan sebagaimana mestinya, (2) Kuesioner tidak dirancang sesuai dengan keperluan.
(3) Peneliti kurang memahami isi dari kuesioner sehingga jawaban responden kurang sesuai
dengan keinginan. (4) Responden tidak memberikan jawaban yang objektif atau menolak
untuk memberikan jawaban.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi.  (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Yogyakarta : Rineka Cipta.
Nasution. (2003). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung : Jemmars.
Riduan, dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (1997).  Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.

*)Rostina Sundayana, Drs.M.Pd. adalah Dosen  Kopertis Wil. IV (Lektor Kepala) dpk.
AMIK Garut.
You might also like:
 Modul 4 # Populasi dan Sampel
 Teknik sampling
 Populasi dan Sampel Penelitian
 ESENSI PENGENDALIAN EKSPERIMEN DALAM ILMU PENDIDIKAN
LinkWithin

Diposkan oleh Ahmad kurnia, SPd,MM di 23:35


Kategori tulisan: Populasi dan sampel
Reaksi: 

0 komentar:

Poskan Komentar

You might also like