You are on page 1of 21

Persediaan ED PSAK No.

14 (Revisi 2008)

1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 14


2
3 PERSEDIAAN
4
5 Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring
6 adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca
7 dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang
8 dicetak dengan huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak
9 wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material
10 (immaterial items).
11
12 PENDAHULUAN
13
14 Tujuan
15
16 01. Tujuan Pernyataan ini adalah mengatur perlakuan
17 akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam
18 akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang
19 diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas
20 aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Pernyataan
21 ini menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan
22 pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap
23 penurunan menjadi nilai realisasi neto. Pernyataan ini juga
24 memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk
25 menentukan biaya persediaan.
26
27 Ruang Lingkup
28
29 02. Pernyataan ini diterapkan untuk semua persediaan,
30 kecuali:
31 (a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak
32 konstruksi, termasuk kontrak jasa yang terkait
33 langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak
34 Konstruksi);
35 (b) persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK
36 44: Akuntansi Aktivitas Perkembangan Real Estat);
37
38

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.1


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 (c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen


2 Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK
3 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
4 (d) aset biolojik terkait dengan aktivitas agrikultur dan
5 produk agrikultur pada saat panen;
6 (e) aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK
7 32: Akuntansi Kehutanan); dan
8 (f) hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan
9 gas bumi (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan
10 Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas
11 Bumi).
12
13 03. Pernyataaan ini tidak berlaku untuk pengukuran
14 persediaan bagi pialang-pedagang komoditi yang mengukur
15 persediaannya pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk
16 menjual, sesuai dengan praktik yang berlaku pada industri.
17 Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar setelah
18 dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar
19 setelah dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laporan laba
20 rugi pada periode terjadinya.
21
22 04. Pialang-pedagang adalah mereka yang membeli atau
23 menjual komoditi untuk orang lain atau dirinya sendiri.
24 Persediaan pialang-pedagang terutama diperoleh dengan tujuan
25 untuk dijual dalam waktu dekat dan memperoleh laba dari
26 fluktuasi harga atau marjin. Ketika persediaan ini diukur dengan
27 nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual, maka yang
28 dikecualikan hanya dari persyaratan pengukuran dalam
29 Pernyataan ini.
30
31 Definisi
32
33 05. Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan
34 dalam Pernyataan ini:
35
36 Persediaan adalah aset:
37 (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
38 (b) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

14.2 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk


2 digunakan dalam proses produksi atau pemberian
3 jasa.
4
5 Nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam
6 kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya
7 penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk
8 membuat penjualan.
9
10 Nilai wajar adalah jumlah di mana suatu aset
11 dipertukarkan, atau kewajiban diselesaikan, antara pihak
12 yang berpengetahuan dan berkeinginan dalam suatu
13 transaksi yang wajar.
14
15 Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek
16 kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa
17 berjangka.
18
19 Nilai khusus-entitas adalah nilai kini dari arus kas yang
20 diharapkan oleh suatu entitas yang timbul dari
21 penggunaan aset berkelanjutan dan dari pelepasannya
22 pada akhir umur manfaat atau yang diharapkan terjadi
23 ketika penyelesaian kewajiban.
24
25 06. Nilai realisasi neto mengacu kepada jumlah neto yang
26 entitas berharap untuk direalisasi dari penjualan persediaan
27 dalam kegiatan usaha biasa. Nilai wajar mencerminkan suatu
28 jumlah di mana persediaan yang sama dapat dipertukarkan
29 antara pembeli dan penjual yang berpengetahuan dan
30 berkeinginan di pasar. Nilai realisasi neto adalah nilai khusus
31 entitas sedangkan nilai wajar tidak tergantung pada nilai khusus
32 entitas. Nilai realisasi neto untuk persediaan bisa tidak sama
33 dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
34
35 07. Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk
36 dijual kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh
37 pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan
38 properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.3


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian


2 yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta
3 perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
4 Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa seperti
5 diuraikan dalam paragraf 18, di mana entitas belum mengakui
6 pendapatan yang terkait (lihat PSAK 23: Pendapatan).
7
8 PENGUKURAN PERSEDIAAN
9
10 08. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau
11 nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.
12
13 Biaya Persediaan
14
15 09. Biaya persediaan harus meliputi semua biaya
16 pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul
17 sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat
18 ini.
19
20 Biaya Pembelian
21
22 10. Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea
23 impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih
24 kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya
25 pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara
26 langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,
27 dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa
28 dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
29
30 Biaya Konversi
31
32 11. Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara
33 langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya
34 tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis
35 overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam
36 mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi
37 tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan,
38 tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti

14.4 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik,


2 dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead
3 produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang
4 berubah secara langsung, atau hampir secara langsung,
5 mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak
6 langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
7
8 12. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya
9 konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal.
10 Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan
11 akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan
12 normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama
13 pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat
14 digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian
15 jumlah overhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak
16 bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak
17 terpakainya pabrik. Overhead yang tidak teralokasi diakui
18 sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi
19 tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang
20 dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang
21 sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya. Overhead
22 produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar
23 penggunaan aktual fasilitas produksi.
24
25 13. Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari
26 satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya,
27 ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk
28 utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat
29 diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan
30 antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian
31 dapat didasarkan pada, misalnya, perbandingan harga jual untuk
32 masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada
33 waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau
34 pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk
35 sampingan, pada hakekatnya tidak material. Ketika kasusnya
36 demikian, produk sampingan sering kali diukur pada nilai realisasi
37 neto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk utama.
38

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.5


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 Dengan demikian, jumlah tercatat produk utama tidak berbeda


2 secara material dari biayanya.
3
4 Biaya-biaya Lain
5
6 14. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya
7 persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan
8 berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam
9 keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead
10 nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan
11 tertentu sebagai biaya persediaan.
12
13 15. Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya
14 persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya
15 adalah:
16 (a) jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi
17 lainnya yang tidak normal;
18 (b) biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam
19 proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi
20 berikutnya;
21 (c) biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan
22 kontribusi untuk membuat persediaan berada dalam kondisi
23 dan lokasi saat ini; dan
24 (d) biaya penjualan.
25
26 16. PSAK 26: Biaya Pinjaman menentukan kondisi terbatas
27 di mana biaya pinjaman termasuk dalam biaya persediaan.
28
29 17. Entitas mungkin membeli persediaan dengan persyaratan
30 penyelesaian tangguhan (deferred settlement terms). Ketika
31 perjanjian secara efektif mengandung elemen pembiayaan,
32 maka elemen tersebut, misalnya perbedaan antara harga beli
33 untuk persyaratan kredit normal dan jumlah yang dibayarkan
34 diakui sebagai beban bunga selama periode pembiayaan.
35
36
37
38

14.6 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 Biaya Persediaan Pemberi Jasa


2
3 18. Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka
4 mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya
5 persediaan tersebut terutama meliputi biaya tenaga kerja dan
6 biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani
7 pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead
8 yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya
9 yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi
10 umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui
11 sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan
12 pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang
13 tidak dapat diatribusikan yang sering merupakan faktor
14 pembebanan harga oleh pemberi jasa.
15
16 Teknik Pengukuran Biaya
17
18 19. Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode
19 biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat
20 digunakan jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar
21 memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan
22 perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas.
23 Biaya standar di-review secara reguler dan, jika diperlukan,
24 direvisi sesuai dengan kondisi terakhir.
25
26 20. Metode eceran seringkali digunakan dalam industri
27 eceran untuk menilai persediaan dalam jumlah besar item yang
28 berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama di mana
29 tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya
30 lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai
31 jual persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai.
32 Persentase tersebut digunakan dengan memerhatikan
33 persediaan yang telah diturunkan nilainya di bawah harga jual
34 normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap
35 departemen eceran.
36
37
38

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.7


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 Rumus Biaya
2
3 21. Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak
4 dapat diganti dengan barang lain (not ordinary
5 interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan
6 dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus
7 diperhitungkan berdasarkan identifikasi spesifik terhadap
8 biayanya masing masing.
9
10 22. Identifikasi spesifik biaya artinya biaya–biaya spesifik
11 diatribusikan ke item persediaan tertentu. Cara ini merupakan
12 perlakuan yang sesuai bagi item yang dipisahkan untuk proyek
13 tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Namun
14 demikian, identifikasi spesifik biaya tidak tepat ketika terdapat
15 jumlah besar item dalam persediaan yang dapat menggantikan
16 satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan
17 demikian, metode pemilihan item yang masih berada dalam
18 persediaan dapat digunakan untuk menentukan di muka
19 dampaknya dalam laporan laba rugi.
20
21 23. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam
22 paragraf 21, harus dihitung dengan menggunakan rumus
23 biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-
24 rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya
25 yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat
26 dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang
27 memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya
28 yang berbeda diperkenankan.
29
30 24. Misalnya, persediaan yang digunakan dalam suatu
31 operasi segmen mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari
32 jenis persediaan yang sama yang digunakan dalam operasi
33 segmen yang lain. Namun demikian, perbedaan lokasi geografis
34 persediaan (atau dalam perspektif perpajakan), dengan
35 sendirinya, tidak cukup hanya sekedar menggunakan rumus
36 biaya yang berbeda.
37
38

14.8 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 25. Formula MPKP mengasumsikan item persediaan yang


2 pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu
3 sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah
4 yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-
5 rata tertimbang, biaya setiap item ditentukan berdasarkan biaya
6 rata-rata tertimbang dari item yang serupa pada awal periode
7 dan biaya item yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama
8 suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara
9 berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada
10 keadaan entitas.
11
12 Nilai Realisasi Neto
13
14 26. Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali
15 jika persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah
16 usang, atau harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan
17 juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya
18 penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan
19 telah meningkat. Praktek penurunan nilai persediaan di bawah
20 biaya menjadi nilai realisasi neto konsisten dengan pandangan
21 bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan
22 jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau
23 penggunaannya.
24
25 27. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi
26 neto secara terpisah untuk setiap item dalam persediaan. Namun
27 demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan
28 mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok item yang
29 serupa atau berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk
30 dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang
31 serupa, yang diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama,
32 dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari item-item lain dalam
33 lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika
34 dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang
35 jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen
36 geografis tertentu. Pemberi jasa pada umumnya
37 mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap jasa di mana harga
38

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.9


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 jual terpisah ditentukan. Dengan demikian, masing-masing jasa


2 tersebut diperlakukan secara terpisah.
3
4 28. Estimasi nilai realisasi neto didasarkan pada bukti paling
5 andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap
6 jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi
7 ini memertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung
8 terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode
9 sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada
10 pada akhir periode.
11
12 29. Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan
13 tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Misalnya, nilai
14 realisasi neto dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk
15 memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti
16 didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan lebih
17 sedikit daripada jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai
18 realisasi neto untuk kelebihannya didasarkan pada harga jual
19 umum. Penyisihan dapat timbul dari kontrak penjualan yang
20 bersifat pasti yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki
21 atau dari kontrak pembelian yang bersifat pasti. Penyisihan
22 tersebut diperlakukan sesuai dengan PSAK 57: Kewajiban
23 Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi.
24
25 30. Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk
26 digunakan dalam memroduksi persediaan tidak diturun nilainya
27 di bawah biaya jika produk jadi yang dihasilkan diharapkan
28 dapat dijual sebesar atau di atas biayanya. Namun demikian,
29 ketika penurunan harga bahan mengindikasikan biaya produk
30 jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi neto, maka
31 nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi neto. Dalam kondisi
32 semacam itu, biaya penggantian bahan merupakan ukuran
33 terbaik yang tersedia untuk nilai realisasi netonya.
34
35 31. Pengujian yang baru dilakukan atas nilai realisasi neto
36 pada setiap periode berikutnya. Ketika kondisi yang semula
37 mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah biaya
38 ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas

14.10 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 terhadap peningkatan nilai realisasi neto karena perubahan


2 keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik
3 (dalam hal ini pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan
4 nilai awal) sehingga jumlah tercatat yang baru dari persediaan
5 adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi neto yang
6 telah direvisi. Hal ini terjadi, misalnya, ketika suatu item dalam
7 persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi neto karena harga
8 jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan
9 harga jualnya telah meningkat.
10
11 Pengakuan sebagai Beban
12
13 32. Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat
14 persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada
15 periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
16 Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi
17 nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus
18 diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan
19 atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali
20 penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali
21 nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan
22 terhadap jumlah beban persediaan pada periode
23 terjadinya pemulihan tersebut.
24
25 33. Beberapa persediaan dialokasikan ke pos aset lainnya,
26 misalnya, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset
27 tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke
28 aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa
29 manfaat aset tersebut.
30
31 PENGUNGKAPAN
32
33 34. Laporan keuangan harus mengungkapkan:
34 (a) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
35 pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang
36 digunakan;
37 (b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai
38 tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas;

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.11


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 (c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai


2 wajar dikurangi biaya untuk menjual;
3 (d) jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama
4 periode berjalan;
5 (e) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
6 pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai
7 beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan
8 pada paragraf 32;
9 (f) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan
10 nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah
11 persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode
12 berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 32;
13 (g) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan
14 nilai persediaan yang diturunkan sebagaimana
15 dijelaskan pada paragraf 32; dan
16 (h) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai
17 jaminan kewajiban.
18
19 35. Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam
20 berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya
21 masing-masing berguna bagi pemakai laporan keuangan.
22 Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang
23 dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam
24 penyelesaian, dan barang jadi. Persediaan dalam pemberi jasa
25 biasanya disebut pekerjaan dalam penyelesaian.
26
27 36. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
28 periode, seringkali disebut sebagai beban pokok penjualan,
29 meliputi biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam
30 pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual, overhead
31 produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi
32 persediaan yang tidak normal. Kondisi tertentu dari entitas juga
33 memungkinkan untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya
34 distribusi.
35
36 37. Beberapa entitas mengadopsi suatu format laporan laba
37 rugi yang mengakibatkan jumlah yang diungkapkan adalah
38 selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama

14.12 Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

1 periode yang bersangkutan. Dalam format ini, entitas


2 menyajikan analisa beban menggunakan klasifikasi berdasarkan
3 sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya
4 yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan bahan habis
5 pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama
6 dengan jumlah perubahan neto persediaan pada periode
7 tersebut.
8
9 TANGGAL EFEKTIF
10
11 38. Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk laporan
12 keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009.
13 Penerapan lebih dini dianjurkan.
14
15 PENARIKAN
16
17 39. Pernyataan ini menggantikan PSAK 14 (1994):
18 Persediaan
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 14.13


EXPOSURE DRAFT
PSAK No. 14 26 Februari 2008
(Revisi 2008)

EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
PERSEDIAAN
Exposure draft ini diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Tanggapan atas exposure draft ini diharapkan dapat


diterima paling lambat tanggal 7 Mei 2008 oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan

IKATANAKUNTAN INDONESIA
Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

ED No. EXPOSURE DRAFT


14 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
(Revisi 2008)
PERSEDIAAN
r

Hak cipta © 2008, Ikatan Akuntan Indonesia

r evisi

Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jalan Sindanglaya No. 1
Menteng
Jakarta 10130
Telp: (021) 3190-4232
Fax : (021) 724-5078
email: iai-info@iaiglobal.or.id

Februari 2008

ii Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi


Keuangan hanya untuk ditanggapi dan dikomentari. Saran -
saran dan masukan untuk menyempurnakan draft ini masih
dimungkinkan sebelum diterbitkannya Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan

Tanggapan tertulis atas draft ini paling lambat diterima pada 7


Mei 2008. Tanggapan dikirimkan ke:

Dewan Standar Akuntansi Keuangan


Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No.1,
Menteng,
Jakarta 10310
Fax: 62-21 724-5078
E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id

Hak Cipta © 2008 Ikatan Akuntan Indonesia

Exposure Draft (ED) ini dibuat dengan tujuan untuk


penyiapan tanggapan dan komentar yang akan dikirimkan
ke Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Penggandaan
ED ini oleh individu/organisasi/lembaga dianjurkan dan
diizinkan untuk penggunaan di atas dan tidak untuk
diperjualbelikan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan


Indonesia, Jl Sindanglaya No.1, Menteng, Jakarta 10310.
Tel. 62-21 3190-4232, Fax: 62-21 724-5078
E-mail: iai-info@iaiglobal.or.id

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


iii
Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Pengantar
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menyetujui Exposure
Draft PSAK 14 (revisi 2008) tentang Persediaan dalam rapatnya
pada tanggal 26 Februari 2008 untuk disebarluaskan dan ditanggapi
oleh kalangan anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK, Dewan
Pengurus Nasional IAI, perguruan tinggi dan individu/organisasi/
lembaga lain yang berminat.

Tanggapan akan sangat berguna jika memaparkan permasalahan


secara jelas dan alternatif saran yang didukung dengan alasan.

Exposure Draft PSAK 14 (Revisi 2008): Persediaan merevisi


PSAK 14 (1994): Persediaan. Exposure Draft PSAK 14 (Revisi
2008): Persediaan merupakan adopsi dari IAS 2: Inventory.

Exposure Draft ini disebarluaskan dalam bentuk buku, sisipan


dokumen dalam majalah Akuntan Indonesia, homepage IAI:
www.iaiglobal.or.id.

Jakarta, 26 Februari 2008


Dewan Standar Akuntansi Keuangan

M. Jusuf Wibisana Ketua


Jan Hoesada Anggota
Dudi M. Kurniawan Anggota
Siddharta Utama Anggota
Hekinus Manao Anggota
Agus Edy Siregar Anggota
Etty Retno Wulandari Anggota
Jumadi Anggota
Roy Iman Wirahardja Anggota
Riza Noor Karim Anggota
Merliyana Syamsul Anggota
Meidyah Indreswari Anggota
Jogiyanto Hartono Anggota

iv Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Ikhtisar Ringkas

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 14 (2008):


Persediaan dengan PSAK 14 (1994): Persediaan adalah
sebagai berikut:
- Adopsi IAS 2. ED PSAK 14 (2008): Persediaan
mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 2 (2003):
Inventories, kecuali untuk beberapa paragraf sebagaimana
dijelaskan di bagian “Perbedaan ED PSAK 14 (2008):
Persediaan dengan IAS 2 (2003): Inventories”.
- Ruang lingkup. ED PSAK 14 (2008) tidak diterapkan
untuk pialang-pedagang komoditi yang mengukur
persediaannya pada nilai wajar, sedangkan PSAK 14 (1994)
tidak mengatur hal tersebut.
- Biaya perolehan. Dalam PSAK 14 (1994) selisih valuta
asing yang terkait pembelian persediaan dapat diakui
sebagai biaya perolehan persediaan, tetapi hal tersebut
tidak diatur dalam ED PSAK 14 (2008).
- Pembayaran tangguh. Biaya perolehan persediaan
secara tangguh diatur dalam ED PSAK 14 (2008) yang
dapat menimbulkan beban bunga, sedangkan PSAK 14
(1994) tidak mengatur hal tersebut.
- Rumus biaya. Rumus biaya yang digunakan dalam ED
PSAK 14 (2008) adalah FIFO dan rata-rata tertimbang,
sedangkan PSAK 14 (1994) adalah FIFO, LIFO, dan
rata-rata tertimbang.

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA v


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

Perbedaan ED PSAK 14 (2008): Persediaan dengan IAS


2 (2003): Inventories

ED PSAK 14 (2008): Persediaan mengadopsi seluruh


pengaturan dalam IAS 2 (2003): Inventories, kecuali untuk
beberapa paragraf berikut:
1. IAS 2 paragraf 2(c) yang kemudian menjadi ED PSAK 14
paragraf 2(c) karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi.
2. IAS 2 paragraf 3(a) dihilangkan karena IAS 41: Agriculture
belum diadopsi.
3. IAS 2 paragraf 4 dihilangkan karena IAS 41: Agriculture
belum diadopsi.
4. IAS 2 paragraf 20 dihilangkan karena IAS 41: Agriculture
belum diadopsi.
5. IAS 2 paragraf 40 yang menjadi ED PSAK 14 paragraf 39
mengenai tanggal efektif.
6. IAS 2 paragraf 42 dihilangkan karena SIC-1: Consistency—
Different Cost Formulas for Inventories belum diadopsi.

Selain itu, ada beberapa tambahan yaitu:


1. ED PSAK 14 paragraf 2(c), (e) dan (f) mengenai persediaan
yang terkait real estat, aset biolojik hasil hutan, hasil tambang
umum, minyak dan gas bumi, karena telah diatur tersendiri
dalam PSAK 44, 32, dan 29.
2. ED PSAK 14 paragraf 5 mengenai definisi “komoditi” yang
diambil dari UU 32/1997 tentang Perdagangan Berjangka
Komoditi dan “nilai khusus entitas” dari PSAK 16.

vi Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

DAFTAR ISI

Paragraf

PENDAHULUAN ............................................................ 01 - 07
Tujuan ................................................................................ 01
Ruang Lingkup ................................................................. 02 - 04
Definisi .............................................................................. 05 - 07

PENGUKURAN PERSEDIAAN ................................... 08 - 33


Biaya Persediaan......................................................... 09
Biaya Pembelian ......................................................... 10
Biaya Konversi ........................................................... 11 - 13
Biaya-biaya Lain ......................................................... 14 - 17
Biaya Persediaan Pemberi Jasa ....................................... 18
Teknik Pengukuran Biaya .......................................... 19 - 20
Rumus Biaya ............................................................... 21 - 25
Nilai Realisasi Neto .................................................... 26 - 31
Pengakuan sebagai Beban ......................................... 32 - 33

PENGUNGKAPAN ......................................................... 34 - 37

TANGGAL EFEKTIF ..................................................... 38

PENARIKAN ................................................................... 39

Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA vii


Persediaan ED PSAK No. 14 (Revisi 2008)

viii Hak Cipta © 2008 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

You might also like