You are on page 1of 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat-Nya tugas kami dapat diselesaikan. Dalam
tugas ini kita membahas "Perilaku Terpuji" yang termasuk pada bab IX buku pendamping kami.
Tugas ini dibuat dalam rangka untuk memperdalam pemahaman siswa tentang perilaku
terpuji dan semoga di kemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian rasa terima kasih kami kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Bapakguru pembimbing kami yakni Bapak Hasanul
Faruq dan Bapak Nur Chamdi.Atas perhatiannya kami ucapakan terima kasih.

Surabaya, 16 Februari 2010

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar………………………………………………………………………………

2. Daftar Isi…………………………………………………………………………………….

3. Pendahuluan…………………………………………………………………………………

4. A. Adab dalam berpakaian dan berhias……………………………………………………..


B. Adab dalam perjalanan…………………………………………………………………..
C. Adab dalam bertamu dan menerima tamu……………………………………………….

5. Penutup………………………………………………………………………………………

6. Daftar pustaka………………………………………………………………………………

2
• PENDAHULUAN

Perilaku Terpuji
Islam adalah agama yang menuntun seluruh umatnya menuju suatu kehidupan yang penuh
rahmat. Aluran hukum Islam pada hakekatnya adalah tuntunan untuk mewujudkan kemaslahatan
dalam kehidupan umat manusia. Salah satu dari kemaslahatan itu adalah tata karma atau sopan
santun diantaranya tata krama, berhias, berpakaian, bertamu, dan menerima tamu. Kelima hal
tersebutlah yang akan kita bahas pada makalah ini.

A. Adab Dalam Berpakaian dan Berhias

 Berpakaian

3
Fungsi berpakaian ada tiga macam yakni sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan,
dan untuk keindahan. Dalam masalah aurat, Islam telah menetapkan bahwa aurat laki-laki
adalah antara pusar sampai kedua lutut. Sedangkan bagi perempuan adalah seluruh tubuh
kecuali wajah dan kedua telapak tangan.

Mengenai model pakaian Islam tidak membatasi karena hal ini berkaitan dengan budaya
masyarakat setempat. Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian apapun selama
memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.

Berikut adalah adab berpakaian Islam :

1. Pakaian harus menutupi aurat.


2. Pakaian harus bersih dan rapi
3. Untuk laki-laki, agar memakai pakaian yang panjang sampai menutupi aurat
4. Sedangkan wanita, harus menggunakan pakaian yang menutupi anggota tubuhnya kecuali
wajah dan kedua telapak tangan
5. Para lelaki muslim, haram hukumnya menggunakan sutra dan emas. oleh karena itu,
dilarang bagi lelaki muslim untuk menggunakan barang-barang diatas.sebagaimana hadist
Rasulullah SAW yang berarti :
Sesungguhnya dua benda ini (emas dan sutera) haram atas lelaki
ummatku. (H.R.Abu Daud)
6. Dalam islam tidak diperkenankan lelaki memakai pakaian wanita dan sebaliknya. karena
hal ini dapat menyebabkan "tassabuh"
7. Dalam ajaran islam, hukumnya sunat memakai pakaian dengan diawali bagian kanan
8. Tidak diperkenankan memakai pakaian yang mewah
9. Lebih mengutamakan pakaian yang berwarna putih
10. Hendaklah berpakaian yang rapi dan sopan

Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut :

“Ada dua golongan dan ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya, yaitu : 1) kaum
yang membawa cambuk seperti seekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang

4
(penguasa yang kejam), 2) perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang
canderung kepada perbuatan maksiat rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak akan
bias masuk jannah (surga) dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat
tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian. (HR. Muslim)

Ada dua perkara yang menjadi kesimpulan pada hadist di atas yaitu sebagai berikut :

1. Maksud dari kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-
perempuan yang suka memakai rambut sambungan agar terlihat panjang. Selanjutnya yang
dimaksud rambutnya sebesar punuk unta adalah sebutan wanita yang suka menyanggul
rambutnya. Kedua cara tersebut perkara yang dicela dalam Islam.

2. Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka berpakaian tetapi tidak untuk
menutup aurat. Oleh karena itu mereka disebut telanjang. Pada zaman modern seperti ini,
amat banyak perempuan yang mengenakan pakaian amat tipis dan atau amat tebal tetapi
sangat ketat sehingga bentuk tubuhnya terlihat amat jelas. Kedua cara berpakaian seperti ini
termasuk perkara yang dilarang agama Islam.

Dalam hal adab berpakaian kau laki-laki dilarang memakai cincin emas dan pakaian
sutera. Khalifah Aura pernah berkata yang artinya :

“Rasulullah SAW pernah melarang aku memakai cincin emas untuk pakaian sutera serta
pakaian yang dicelup dengan asfhar. (HR. Thabrani)

Yang dimaksud dengan asfhar ialah semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan
dipakai oleh wanita kafir pada zaman itu. Karena hadits yang bersumber dari Ali
Radhiallaahu ‘anhu mengatakan:

“Sesungguhnya Nabi Allah Subhaanahu wa Ta’ala pernah membawa kain sutera di tangan
kanannya dan emas di tangan kirinya, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya dua jenis benda
ini haram bagi kaum lelaki dari umatku”. (HR. Abu Daud)

Larangan bagi laki-laki untuk memakai cincin emas dan pakaian dari sutera adalah suatu
didikan moral yang tinggi. Allah SWT telah menciptakan kaum laki-laki memiliki naluri dan
susunan tubuh yang berbeda dengan kaum wanita. Kaum laki-laki memiliki naluri

5
melindungi kaum wanita sehingga tidak layak jika kaum laki-laki suka dimanja. Dari sisi lain
juga sekaligus menghindarkan dari sikap hidup bermewah-mewahan.

 Berhias

Pada hakikatnya Islam mencintai keindahan selama keindahan tersebut masih berada
dalam batasan yang wajar dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama.

Berikut adalah ketentuan agam dalam masalah berhias antara lain sebagai berikut :

1. Jangan bertato dan mengukir gigi, pada zaman jahiliah banyak wanita arab yang menato
sebagian besar tubuhnya. Adapun yang dimaksud mengikir gigi ialah memendekkan dan
merapikan gigi. Rasulullah SAW bersabda dan diriwayatkan oleh Thabrani yang artinya :

“Rasulullah SAW melaknat perempuan yang menato dan minta ditato, yang mengikir gigi
dan yang meminta dikikir giginya. (HR. Thabrani)

2. Jangan menyambung rambut, selain hadist diatas terdapat pula hadist riwayat tentang
menyambung rambut yang artinya :

“Seorang perempuan bertanya kepada Nabi SAW “Ya Rasulullah sesungguhnya anak saya
tertimpa suatu penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah
boleh saya menyampung rambutnya ?” Jawab Nabi SAW. “Allah melaknat perempuan yang
menyambung rambutnya dan yang meminta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhari)

3. Jangan berlebih-lebihan dalam berhias, berlebih-lebihan ialah melewati batas yang wajar
dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebihan cenderung pada sikap sombong
dan sombong merupakan sikap yang amat tercela dalam Islam. Setiap muslim harus
menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan kesombongan.

6
Artinya : … dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan sesungguhnya
setan itu adalah sangat ingkar terhadap Rabb nya. (QS. Al-Israa’ 26 -27).

B. Adab Dalam Perjalanan

1. Tata Krama di Jalan Raya

Allah SWT berfirman:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah, dan taatilah rasul-
Nya dan ulil amri (pimpinan-pimpinan) diantaara kamu.” (Q.S An-Nissa, 4:
59)
7
Mengacu pada ayat Al-Qur’an tersebut setiap Muslim/Muslimah
hendaknya menaati ajaran-ajaran Allah SWT dan rasul-Nya (ajaran islam)
dan undang-undang serta peraturan pemerintah dimanapun ia berada seperti
misalnya ketika berada dalam perjalanan.

Seseorang diamggap bertata karma dalam perjalanan, apabila tatkala


ia menggunakan jalan umum atau jalan raya, ia menaati undang-undang dan
peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan pemerintah. Misalnya :

a. Pejalan kaki hendaknya :

- Berjalan di sebelah kiri jalan dan di trotoar

- Menyeberang di jembatan penyeberangan atau di zebra cross

- Menunggu lampu hijau bagi penyeberang atau saat yang aman


untuk menyeberang

- Menjaga sopan santun dan tidak melakukan tindakan yang


mengganggu ketertiban umum

b. Pengemudi kendaraan bermotor hendaknya :

- Memerhatikan dan menaati rambu- rambu lalu lintas

- melengkapi kelengkapan berkendaraan, seperti SIM, STNK, dan


helm (bagi pengendara sepeda motor)

- Mengemudi dalam batas kecepatan yang sesuai dengan


keadaan jalan raya

- Tidak membuang sampah sembarangan

2. Tata Krama bagi Para Penumpang kendaraan umum

Bagi para penumpang keendaraan umum, seperti bis dan kereta


hendaknya memperhatikan dan melaksanakan tata krama, antara lain :

8
- Bermanis muka dan bertutur kata baik terhadap para penumpang
lainnya
- Seorang penumpang kendaraan umum hendaknya bersikap hormat
kepada penumpang lainnya yang lebih tua, dan sayang kepada
penumpang yang lebih muda
Jangan melakukan perbuatan-perbuatan yang mengganggu dan merugikan ,
misalnya : merokok, bersuara, (membunyikan radio terlalu keras),
bertengkar sesame penumpang, dan lain-lain

C. ADAB DALAM BERTAMU dan MENERIMA TAMU

a. Tata Krama Bertamu

1. Memperbaiki Niat

Tidak bisa dipungkiri bahwa niat merupakan landasan dasar dalam setiap amalan.
Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan hajatnya,
juga ia niatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah.
Sehingga,… tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi
agama dan dunianya. Tentang niat ini Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

‫إنما العمال بالنيات وإنما لكل امريء ما نوى‬

“Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat dan setiap orang
tergantung pada apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya).

2. Memberitahukan Perihal Kedatangannya (untuk Minta Ijin) Sebelum Bertamu

9
Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa ? Karena tidak setiap waktu
setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali ia punya keperluan/hajat yang
harus ditunaikan sehingga ia tidak bisa ditemui. Atau barangkali ia dalam keadaan
sempit sehingga ia tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari’at.
Betapa banyak manusia yang tidak bisa menolak seorang tamu apabila si tamu
telah mengetuk pintu dan mengucapkan salam padahal ia punya hajat yang hendak
ia tunaikan.
Allah telah memberikan kemudahan kepada kita berupa sarana-sarana komunikasi
(surat, telepon, sms, dan yang lainnya) yang bisa kita gunakan untuk melaksanakan
adab ini.

3. Menentukan Awal dan Akhir Waktu Bertamu

Adab ini sebagai alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu. Tidak mungkin
seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani tamu. Setiap aktifitas
selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang bertamu maupun yang ditamui
(tuan rumah). Apabila memang keperluannya telah usai, maka hendaknya ia segera
berpamitan pulang sehingga waktu tidak terbuang sia-sia dan tidak memberatkan
tuan rumah dalam pelayanan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫فإذا قضى أحدكم نهمته من وجهه فليعجل إلى أهله‬

“Apabila salah seorang diantara kamu telah selesai dari maksud bepergiannya,
maka hendaklah ia segera kembali menuju keluarganya” (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Berwajah Ceria dan Bertutur Kata Lembut dan Baik Ketika Bertemu

Wajah muram dan tutur kata kasar adalah perangai yang tidak disenangi oleh
setiap jiwa yang menemuinya. Allah telah memerintahkan untuk bersikap lemah
lembut, baik dalam hiasan rona wajah maupun tutur kata kepada setiap bani Adam,
dan lebih khusus lagi terhadap orang-orang yang beriman. Dia telah berfirman :

‫ن‬ ُ ْ ‫ك ل ِل‬
ِ ْ ‫مؤ‬
َ ‫مِني‬ َ ‫ح‬
َ ‫جَنا‬
َ ‫ض‬
ْ ‫ف‬
ِ ‫خ‬
ْ ‫َوا‬
10
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman” (QS. Al-Hijr : 88).

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata : [‫ }لقد جاءكم رسول من‬:‫ كقوله‬,‫ألن لهم جانبك‬
‫“ ]}أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم‬Maksudnya
bersikap lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Allah ta’ala : “Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
lagi penyayang kepada orang-orang beriman” (QS. At-Taubah : 128).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ل تحقرن من المعروف شيئا ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق‬

“Janganlah sekali-kali kamu meremehkan sedikitpun dari kebaikan-kebaikan,


meskipun hanya kamu menjumpai saudaramu dengan muka manis/ceria” (HR.
Muslim).

Selain berwajah ceria dan bertutur kata lembut, yang lebih penting untuk
diperhatikan adalah hendaklah ia berkata baik dan benar. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam dengan tegas telah memebri peringatan :

‫من كان يؤمن بالله واليوم الخر فليقل خيرا أو ليصمت‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik
atau hendaklah ia diam” (HR. Bukhari, Muslim, dan selain keduanya. Hadits ini
terdapat dalam Arba’in Nawawi nomor 15).

Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menggandengkan kata iman dengan pilihan antara berbicara
baik atau diam. Mafhumnya, jika seseorang tidak mengambil dua pilihan ini, maka ia dikatakan
tidak beriman (dalam arti : imannya tidak sempurna). Hukum asal dari perbuatan adalah diam.
Kalaupun ia ingin berkata, maka ia harus berkata dengan kata-kata yang baik. Sungguh rugi jika
seseorang bertamu dan bermajelis dengan mengambil perkataan sia-sia lagi dosa seperti ghibah,

11
namimah (adu domba), dan lainnya yang tidak menambah apapun dalam timbangan akhirat
kelak kecuali dosa. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫إن الرجل ليتكلم بالكلمة ما يتبين ما فيها يزل بها في النار أبعد ما بين‬
‫المشرق والمغرب‬

‘Sesungguhnya seseorang mengucapkan kata-kata, ia tidak menyangka bahwa


ucapannya menyebabkan ia tergelincir di neraka yang jaraknya lebih jauh antara
timur dan barat” (HR. Bukhari dan Muslim).

5. Tidak Sering Bertamu

Mengatur frekwensi bertamu sesuai dengan kebutuhan dapat menimbulkan


kerinduan dan kasih-sayang. Hal itu merupakan sikap pertengahan antara terlalu
sering dan terlalu jarang. Terlalu sering menyebabkan kebosanan. Sebaliknya,
terlalu jarang mengakibatkan putusnya hubungan silaturahim dan kekeluargaan.

6. Dianjurkan Membawa Sesuatu Sebagai Hadiah

Memberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan. Sikap saling memberi
hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih saying, karena pada dasarnya
jiwa senang pada pemberian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

”Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai “

HR. Bukhari dalam Al-Adabul-Mufrad 594; dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
.(dalam Al-Irwaa’ nomor 1601

7. Lama Waktu Bertamu Maksimal 3 Hari 3 Malam.

Terhadap tamu yang jauh tempat tinggalnya, Islam memberi kelonggaran


batas bertamu selama 3 hari 3 malam. Waktu tersebut dikatakan sebagai hak
12
bertamu. Setelah waktu itu berlalu maka habislah hak untuk bertamu, kecuali jika
tuan rumah menghendakinya. Dengan pembatasan waktu tersebut, beban tuan
rumah tidak terlampau berat dalam menjadi tamunya.

4. Tata Krama Menerima Tamu

1. Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan/melupakan


orang-orang fakir.

Rasululloh SAW bersabda:“Seburuk-buruk makanan adalah makanan pengantinan (walimah),


karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang faqir.” (Muttafaq’ alaih).

2. Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi
niat untuk mengikuti sunnah Rasululloh SAW dan membahagiakan teman-teman sahabat,
ataupun syukuran dalam rangka bersyukur atas nikmat yang telah diberikan ALLOH SWT.

3. Tidak memaksa-maksakan diri untuk mengundang tamu.

Di dalam hadits Anas Radhiallaahu anhu ia menuturkan:“Pada suatu ketika kami ada di sisi
Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat diri sendiri repot).” (HR. Al-
Bukhari)

4. Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal ini bertentangan dengan
kewibawaan.

5. Jangan menampakkan kejemuan/kebosanan terhadap tamu, tetapi tunjukkanlah kegembiraan


dengan kahadiran tamu tersebut, diantaranya dengan cara bermuka manis dan berbicara ramah.

13
6. Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, karena yang demikian itu berarti
menghormatinya

7. Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum tamu selesai menikmati
jamuan.

8. Disunnatkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu
yang baik dan penuh perhatian.

PENUTUP

Demikianlah tugas “Pendidikan Agama Islam” yang telah kami selesaikan. Kami
menyadari tidak ada manusia yang sempurna, maka kami dengan tangan terbuka akan
menerima kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca agar ke depannya kami
bias menjadi lebih baik.

14
Surabaya,16 Februari 2010

Tim Penulis

Daftar Pustaka
Buku Pendidikan agama islam X SMA

http://id.shvoong.com/social-sciences/1821648-adab-berpakaiankelas -dalam-islam/

http://mrjack.wordpress.com/2007/10/03/adab-berpakaian/

15
16

You might also like