You are on page 1of 15

Ulat Grayak (Spodoptera litura/Prodenia litura)

Ulat grayak yang masih muda berwarna kehijauan, sedangkan ulat dewasanya berwarna
kecokelatan atau abu-abu gelap dan berbintik-bintik hitam serta bergaris-garis keputihan.
Ulat grayak berumur 20 hari untuk kemudian menjadi kepompong tersebut berada dalam
tanah.

Ulat grayak memakan daun dan memakan polong-polong yang masih muda. Daun yang
diserang ulat grayak berlubang-lubang, kemudian menjadi robek-robek. Pada serangan
berat, daun tinggal tulang-tulangnya saja. Ulat grayak menyerang tanaman pada malam
hari. Pada siang hari, ulat grayak bersembunyi di dalam tanah atau di tempat-tempat
teduh seperti di balik daun. Ulat grayak memiliki kemampuan merusak tanaman kedelai
sangat besar. Seekor ulat dewasa yang hidup pada tanaman umur 1-2 minggu dapat
menyebabkan tanaman tidak berbuah sama sekali (Mahrita Wilis dan Muhammad
Thamrin, 1994).

Pencegahan dan pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:

a. Dengan penggenangan sesaat dan membunuh ulat-ulat yang berada di dalam tanah,
karena dengan genangan air dapat menyebabkan ulat tidak dapat bernapas dan segera
mati.

b. Sanitasi kebun

c. Penanaman serempak dalam satu hamparan lahan yang luas

d. Memangkas daun yang menjadi sarang telur, kemudian dikumpulkan dan dibakar.

e. Dengan menyebarkan musuh alamiahnya, seperti Bacillus thuringiensis dan


Borrelinavirus litura.

f. Memunguti ulat, lalu membunuhnya

g. Menangkap kupu-kupunya dengan menggunakan perangkap lampu minyak yang


dibagian bawahnya diberi baskom yang berisi air dan minyak tanah, lalu dibunuh.

h. Pengolahan tanah yang intensif dapat membunuh kepompong dan ulat yang
bersembunyi di dalam tanah.

i. Dengan penyemprotan insektisida, misalnya Curatron 500 EC, Matador, Decis 2,5 EC,
Cateya 500 EC, atau Crowen 113 EC.

j. Dengan menggunakan perangkap feremoid sex (sex pheromone). Misalnya dengan


ugratas biru yang dipasang dalam botol plastik volume 500 ml atau 1.000 ml, untuk lahan
seluas 1 hektar tanaman kedelai dapat dipasang 15 botol.
Skripsi Pendidikan Kimia : STUDI PENENTUAN LOGAM TEMBAGA (Cu) DAN
SENG (Zn) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L] Merril) SECARA
SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (DI KECAMATAN TRIMURJO
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH).

Oleh :
Priyo Raharjo
96171146
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan salah satu tanaman sumber protein yang
penting di Indonesia. Sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk
Indonesia, tanaman kedelai menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian.
Berdasarkan luas panen, di Indonesia kedelai menempati urutan ke-3 sebagai tanaman
palawija setelah jagung dan ubi kayu. Rata-rata luas pertanaman per tahun sekitar
703.878 ha, dengan total produksi 518.204 ton.
Pertanian modern dengan tuntutan produksi yang tinggi, khususnya di lahan dengan
tanah tidak subur dan menggunakan varietas unggul, memerlukan masukan unsur
hara dalam jumlah besar. Kebutuhan unsur hara di atas dapat dipenuhi melalui
pemanfaatan berbagai jenis unsur hara, baik organik maupun anorganik, alami
ataupun non alami (rekayasa kimia).

Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil kedelai antara lain: tanah,
varietas, pengelolaan, lingkungan, keadaan hama, pemupukan dan zat-zat pencemar
(Sumarno, 1984). Kedelai mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan
sebagai sumber bahan makanan seperti tempe, minyak, kecap dan sebagainya.
Disamping itu kedelai merupakan tanaman dengan daerah penyebaran yang cukup
luas termasuk di daerah tropis seperti di Indoensia (AAK, 1989).
Penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar dapat berdampak buruk terhadap
lingkungan. Pupuk kimia dapat mengandung logam berat dalam jumlah tinggi dan
kegunaannya dapat meningkatkan konsentrasinya di dalam tanah serta bahayanya
terhadap mahluk hidup (Salam AK, 1997).
Pupuk kimia yang biasa digunakan petani untuk tanaman kedelai yaitu Urea dan TSP
yang semuanya mengandung 0,02 % Cu dan 0,02 % Zn. Petani menggunakan pupuk
tersebut pada kedelai untuk urea kira-kira 600—800 kg per hektar, TSP kira-kira
600—800 kg per hektar dan KCl kira-kira 400 kg per hektar. Untuk zat pengatur
tumbuhan (ZPT) dan pupuk pelengkap cair (PPC), petani menggunakan Dharmasri
5 EC untuk mengendalikan rayap tanah pada akar dan gandasil D untuk pertumbuhan
dau dan buah yang mengandung komposisi 12 % asam fosfat dilengkapi dengan
unsur-unsur tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), Kobal (Co), dan Boron (B) serta
vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti aneurine, laktof lavine dan
nicotinil acid amida (Williams and UZO, W.T.H, 1993).
Zat-zat pencemar merupakan senyawa yang tidak diinginkan dalam lingkungan
hidup. Bahan-bahan pencemar itu tergolong zat organik dan anorganik. Diantara zatzat
pencemar anorganik maka logam berat seperti tembaga (Cu) dan seng (Zn)
mendapat perhatian yang lebih banyak. Hal ini bukan saja karena sifat toksiknya
melainkan logam berat itu pada umumnya terdapat dalam lingkungan. Diantara
2
logam-logam berat yang dapat mengganggu kesehatan tubuh adalah tembaga dan
seng.
Besarnya bahaya logam berat terhadap mahluk hidup di atas menunjukkan bahwa
akumulasi logam berat di dalam jaringan tubuh tumbuhan, hewan dan manusia harus
ditekan. Selain itu aliran logam berat melalui jaringan makanan harus diatur
sedemikian rupa, sehingga logam berat yang dapat memasuki jaring makanan hanya
dalam jumlah terbatas dan pemupukannya di dalam jaringan tubuh mahluk hidup
berada pada tingkat yang tidak membahayakan.
Dengan mengetahui akibat-akibat tersebut di atas maka perlu dilakukan studi logam
berat pada tanaman kedelai yang banyak dikonsumsi oleh manusia. Dalam studi
logam ini akan ditentukan kandungan logam tembaga dan seng pada tanaman kedelai
secara kuantitatif menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang tinggi serta sumber lemak, vitamin dan
mineral yang sering dikonsumsi masyarakat dalam negeri. Angka konsumsi kedelai
dalam negeri cukup besar. Kebutuhan kedelai tahun 2002 mencapai 1,2 juta ton.Untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus terus melakukan impor yang
rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahun ke tahun,
produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun.
Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor terus berlangsung dan memiliki
kecenderungan terus meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut muncul beberapa
permasalahan. Faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kedelai impor dan kedelai
domestik. Bagaimana hubungan permintaan kedelai domestik dengan kedelai impor.
Bagaimana kinerja produksi kedelai domestik dan permintaan kedelai dari tahun ketahun.
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah mengidentifikasi variabel variabel yang
mempengaruhi permintaan kedelai impor dan kedelai domestik. Mengidentifikasi
hubungan permintaan kedelai domestik dengan kedelai impor. Mengetahui proyeksi
kinerja produksi kedelai domestik, impor dan permintaan kedelai dari tahun ketahun
Hipotesis penelitian ini (1) Diduga permintaan kedelai domestik dan permintaan kedelai
impor dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai impor, jumlah penduduk
dan pendapatan penduduk. (2) Diduga elastisitas harga kedelai domestik terhadap
permintaan kedelai domestik bernilai negatip. Elastisitas harga silang kedelai domestik
terhadap permintaan kedelai impor bernilai positif untuk barang substitusi. Elastisitas
pendapatan penduduk terhadap permintaan kedelai bernilai positif untuk barang normal.
(3) Diduga kinerja produksi kedelai domestik dan permintaan kedelai dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi data produksi kedelai domestik, jumlah kedelai impor, harga
kedelai domestik dan harga kedelai impor, kurs tengah Dolar terhadap Rupiah,
pendapatan penduduk dan jumlah penduduk. Data tersebut diambil dari Biro Pusat
Statistik (BPS) dan Food Organitation (FAO). Dari hasil penelitian dan pembahasan
didapatkan bahwa (1) Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai domestik adalah
variabel harga kedelai domestik (X1) sebesar 0,501 berarti bahwa setiap penambahan
Rp.1,- per ton harga kedelai domestik akan meningkatkan permintaan kedelai domestik
sebesar 0,501 ton. Variabel harga kedelai impor (X2) sebesar 4.759,670, berarti bahwa
setiap penambahan $ 1,- per ton harga kedelai impor akan menyebabkan penurunan
permintaan kedelai domestik sebesar 4759,670 ton. Variabel pendapatan penduduk (X3)
sebesar 0,665 berarti bahwa setiap penambahan pendapatan penduduk sebesar Rp. 1,-
perkapita pertahun maka permintaan kedelai domestik akan turun sebesar 0,665 ton.
Variabel jumlah penduduk (X4) sebesar 64,317 menyatakan bahwa setiap penambahan
jumlah penduduk sebanyak 1000 jiwa maka akan meningkatkan permintaan kedelai
domestik sebesar 64,317 ton. (2) Variabel yang mempengaruhi permintaan kedelai impor
adalah variabel harga kedelai impor (X2) sebesar 5.773,237 berarti bahwa setiap
penambahan $ 1,- per ton harga kedelai impor akan menyebabkan penambahan
permintaan kedelai impor sebesar 5.773,237 ton . (3) Nilai elastisitas harga kedelai
domestik terhadap permintaan kedelai domestik adalah -0,880. Hal tersebut berarti
apabila harga kedelai domestik bertambah sebesar1% maka permintaan kedelai domestik
akan menurun sebesar 0,880% per tahun. Nilai elastisitas harga kedelai impor terhadap
permintaan kedelai domestik adalah 0,984. Hal tersebut berarti apabila harga kedelai
impor meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai domestik akan naik sebesar
0,984% per tahun. Karena E adalah positif maka hubungan antara kedelai domestik dan
kedelai impor adalah subtitusi. Nilai elastisits pendapatan penduduk terhadap permintaan
kedelai domestik bernilai 2,684. Hal tersebut berarti apabila pendapatan penduduk
meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai domestik akan naik sebesar 2,684%
(karena En>0) maka kedelai domestik disebut barang normal. (4) Nilai elastisitas harga
kedelai impor terhadap permintaan kedelai impor adalah –2,446. Hal tersebut berarti
apabila harga kedelai impor meningkat sebesar1% maka permintaan kedelai impor akan
turun sebesar 2,446%. Nilai elastisitas pendapatan penduduk terhadap permintaan kedelai
impor bernilai -3,611. Hal tersebut berarti apabila pendapatan penduduk naik sebesar 1%
maka permintaan kedelai domestik akan turun sebesar 3,611% (karena En<0 maka
kedelai impor disebut barang tuna nilai. (5) Trend produksi kedelai domestik pada tahun
1991-2002 memiliki nilai slope (kemiringan) negatif sebesar 46052,1 dan laju
pertumbuhan tiap tahunnya sebesar –0,033%. Trend permintaan kedelai domestik antara
tahun 1991-2002 memiliki nilai slope negatif sebesar 44.829,2 dan laju pertumbuhannya
sebesar -11%. Trend permintaan kedelai impor pada tahun 1991-2002 memiliki slope
(kemiringan) positif sebesar 29945,42 dan laju pertumbuhan tiap tahunnya 0,035%.
Selama ini pemerintah banyak melakukan kebijakan proteksi di sektor komoditas
pertanian, seperti beras, gula dan kedelai, yang bertujuan untuk mencapai swasembada.
Akan tetapi, sebaiknya kebijakan tersebut juga perlu diikuti dengan program pemerintah
yang jelas dan terukur. Peluang untuk meningkatkan produktivitas kedelai sulit untuk
dapat dicapai, tanpa disertai penyediaan lahan khusus untuk upaya itu. Apabila petani
tetap melakukan pola tanam yang terus berganti, maka produktivitas sulit untuk bisa
ditingkatkan. Dengan demikian, harus dilakukan program perluasan lahan tanaman
kedelai untuk swasembada kedelai. Selain itu, juga perlu diadakan program budidaya
bibit kedelai secara berkesinambungan yang langsung bisa dimanfaatkan oleh para
petani. Rencana pengenaan tarif bea masuk (BM) kedelai sebesar 10-15 % akan
meningkatkan harga jual kedelai yang gilirannya akan mengakibatkan kenaikan biaya
produksi. Dengan demikian, pengusaha akan membagi adanya penambahan beban itu
kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual produknya di tingkat eceran oleh
karena itu pemerintah hendaknya mencari solusi terbaik sehingga harga kedelai impor
bisa diproteksi tetapi juga tidak merugikan konsumen.

1.1  Latar Belakang

Kalau pada postingan saya sebelumnya kita telah membahas tentang tanaman
rambutan kali ini giliran tanaman kedelai yang akan kita bahas
Pada dasarnya Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu,
diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri
belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan
produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan
mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam.
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar
banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan
sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia
adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar
Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia
harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan
Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis
sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Tiongkok. kedelai
merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai
pupuk hijau dan pakan ternak.
Indonesia saat ini mendapatkan pasokan kedelai terbesar dari Amerika dan Argentina.
Konsumsi kedelai di negara kita adalah 2 juta ton/tahun dan komoditi kedelai telah
menyedot devisa sebanyak 3 trilyun/tahun.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine
max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau)
dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah
Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan
tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Kedelai merupakan sumber utama protein
nabati dan minyak nabati dunia.Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai
kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam
fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi :
1. tahu (tofu),
2. bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari
kedelai hitam),
3. tempe
susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),
4. tepung kedelai,
5. minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon,   
pelarut, dan biodiesel

1.2  Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum lapang ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tanaman
kedelai varietas Argoporo dengan populasi dua (P2 V5), dan untuk memenuhi sayarat
praktkum 3 sks.

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Singkat Kedelai


Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang
kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina
Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan
dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah
Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara
lain di Amerika dan Afrika.
2.2 Taksonomi Tanaman kedelai
            Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja
dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai
sebagai berikut :
Divisio             : Spermatophyta
Classis             : Dicotyledoneae
Ordo                : Rosales
Familia            : Papilionaceae
Genus              : Glycine
Species:           Glycine max (L.) Merill

2.3 Morfologi Tanaman Kedelai


2.3.1 Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan
endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau,
coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk
biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang
(10-13g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada
varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian
besar biji berbentuk bulat telur, Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga
setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian,
biji tersebut harus mempunyai kadar air berkisar 12-13%.

2.3.2 Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup.
Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna
hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang
berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu,
sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan
sebagai sayuran.

2.3.3 Akar
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang
yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika
kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap
unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan
kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan
alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat
terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat
nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai.
Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20
hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam
bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi
nitrat (NO3).

2.3.4 Batang dan Cabang


Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal
akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keeping kotiledon yang masih melekat pada
hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada
diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil.
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 sampai 6
cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak
bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas
(determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate).
Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan
meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan
batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak
terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus
tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian
tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.

2.3.5 Bunga
Sebagian besar kedelai mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Bunga kedelai
termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina.
Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan
kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau
putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan
secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi
dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih
banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Tangkai bunga umumnya tumbuh
dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai
daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan
varietas kedelai. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu
untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia.

2.3.6  Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon
pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun
tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan
tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai
tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau.
Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan
muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur,
mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

2.3.7 Buah atau Polong


Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap
ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada
setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan
pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses
pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat
awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari
hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.

2.4 Syarat Pertumbuhan


Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh
dan pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila
hanya ada satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua
komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa
optimal.

2.4.1 Tanah
a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air
tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang
baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai.
b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh.
Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh
dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.
c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada
tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,
pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau
kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri
Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang).
Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik
hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.
e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan
organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan
sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman.
f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya
cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan
aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan
besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya.
g) Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi
pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat
terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi
(proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang
baik.
h) Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya
datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
i)  Ketinggian Tempat juga berpengaruh, varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam
di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar
cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh
baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.

2.4.2 Iklim
a. Panjang hari (photoperiode)
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran
sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai
tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh
karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang
hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka
varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi
pendek, yaitu dari umur 50  -60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu,
batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.
Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah
tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran
rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman
kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan
tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan
tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari
yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi
30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman
kedelai.

b. Suhu
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang
optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang
rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu.
Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi.
Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam
biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh
terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa
tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai
yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada
daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong
kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.

c. Distribusi curah hujan


Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata
sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan
oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, system pengelolaan tanaman, dan
lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman
kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai.
Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh
pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan
bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa
berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat
tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong.
Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia
berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, yaitu saat
kelembaban tanah sudah memadai untuk perkecambahan.
Selain itu, juga harus didasarkan pada pola distribusi curah hujan yang terjadi di
daerah tersebut. Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman
kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman  kekeringan
maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia
pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar
diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong
proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam.

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang tinggi serta sumber lemak, vitamin dan
mineral yang sering dikonsumsi masyarakat dalam negeri. Angka konsumsi kedelai
dalam negeri cukup besar. Kebutuhan kedelai tahun 2002 mencapai 1,2 juta tonUntuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih harus terus melakukan impor yang
rata-rata sebesar 40% dari kebutuhan kedelai nasional meningkat dari tahun ke tahun,
produksi dalam negeri masih relatif rendah dan memiliki kecenderungan terus menurun.
Hal ini menyebabkan ketergantungan akan kedelai impor terus berlangsung dan memiliki
kecenderungan terus meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut muncul beberapa
permasalahan. Faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan kedelai impor dan kedelai
domestik. Bagaimana hubungan permintaan kedelai domestik dengan kedelai impor.
Bagaimana kinerja produksi kedelai domestik dan permintaan kedelai dari tahun ketahun.
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah mengidentifikasi variabel variabel yang
mempengaruhi permintaan kedelai impor dan kedelai domestik. Mengidentifikasi
hubungan permintaan kedelai domestik dengan kedelai impor. Mengetahui proyeksi
kinerja produksi kedelai domestik, impor dan permintaan kedelai dari tahun ketahun
Hipotesis penelitian ini (1) Diduga permintaan kedelai domestik dan permintaan kedelai
impor dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai impor, jumlah penduduk
dan pendapatan penduduk. (2) Diduga elastisitas harga kedelai domestik terhadap
permintaan kedelai domestik bernilai negatip. Elastisitas harga silang kedelai domestik
terhadap permintaan kedelai impor bernilai positif untuk barang substitusi. Elastisitas
pendapatan penduduk terhadap permintaan kedelai bernilai positif untuk barang normal.
(3) Diduga kinerja produksi kedelai domestik dan permintaan kedelai dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi data
produksi kedelai domestik, jumlah kedelai impor, harga kedelai domestik dan harga
kedelai impor, kurs tengah Dolar terhadap Rupiah, pendapatan penduduk dan jumlah
penduduk. Data tersebut diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Food Organitation
(FAO).
Dalam menganalisis data digunakan tiga metode analisis (1) Untuk menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan dalam analisis statistik, digunakan fungsi bentuk
Regresi linear berganda yang menggunakan persamaan Y=a+ bX+ bX+bX + bX + εi.
Dimana; Y = Jumlah permintaan kedelai, X = Harga kedelai domestik, X= Harga kedelai
impor, X= Pendapatan penduduk, X= Jumlah penduduk, a= Konstanta, b- b= Nilai
koefesien, εi = Error term. (2) Untuk mengetahui keterkaitan permintaan kedelai impor
dan kedelai domestik maka digunakan model elastisitas permintaan yang meliputi:
(a)Elastisitas harga barang itu sendiri E= .
(b)Elastisitas harga silang terhadap permintaan E= .
(c)Elastisitas pendapatan terhadap permintaan E= . ,
(3) Untuk memproyeksi kinerja produksi kedelai domestik, volume impor dan
permintaan kedelai dari tahun ke tahun maka digunakan analisa trend. Y = a + bx.
Dimana; x = Periode waktu, Y = Permintaan kedelai, a = Nilai Y apabila x = 0, b=
Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel x.
Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan bahwa (1) Variabel yang
mempengaruhi permintaan kedelai domestik adalah variabel harga kedelai domestik (X1)
sebesar 0,501 berarti bahwa setiap penambahan Rp.1,- per ton harga kedelai domestik
akan meningkatkan permintaan kedelai domestik sebesar 0,501 ton. Variabel harga
kedelai impor (X2) sebesar 4.759,670, berarti bahwa setiap penambahan $ 1,- per ton
harga kedelai impor akan menyebabkan penurunan permintaan kedelai domestik sebesar
4759,670 ton. Variabel pendapatan penduduk (X3) sebesar 0,665 berarti bahwa setiap
penambahan pendapatan penduduk sebesar Rp. 1,- perkapita pertahun maka permintaan
kedelai domestik akan turun sebesar 0,665 ton. Variabel jumlah penduduk (X4) sebesar
64,317 menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah penduduk sebanyak 1000 jiwa
maka akan meningkatkan permintaan kedelai domestik sebesar 64,317 ton. (2) Variabel
yang mempengaruhi permintaan kedelai impor adalah variabel harga kedelai impor (X2)
sebesar 5.773,237 berarti bahwa setiap penambahan $ 1,- per ton harga kedelai impor
akan menyebabkan penambahan permintaan kedelai impor sebesar 5.773,237 ton . (3)
Nilai elastisitas harga kedelai domestik terhadap permintaan kedelai domestik adalah
-0,880. Hal tersebut berarti apabila harga kedelai domestik bertambah sebesar1% maka
permintaan kedelai domestik akan menurun sebesar 0,880% per tahun. Nilai elastisitas
harga kedelai impor terhadap permintaan kedelai domestik adalah 0,984. Hal tersebut
berarti apabila harga kedelai impor meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai
domestik akan naik sebesar 0,984% per tahun. Karena E adalah positif maka hubungan
antara kedelai domestik dan kedelai impor adalah subtitusi. Nilai elastisits pendapatan
penduduk terhadap permintaan kedelai domestik bernilai 2,684. Hal tersebut berarti
apabila pendapatan penduduk meningkat sebesar 1% maka permintaan kedelai domestik
akan naik sebesar 2,684% (karena En>0) maka kedelai domestik disebut barang normal.
(4) Nilai elastisitas harga kedelai impor terhadap permintaan kedelai impor adalah –
2,446. Hal tersebut berarti apabila harga kedelai impor meningkat sebesar1% maka
permintaan kedelai impor akan turun sebesar 2,446%. Nilai elastisitas pendapatan
penduduk terhadap permintaan kedelai impor bernilai -3,611. Hal tersebut berarti apabila
pendapatan penduduk naik sebesar 1% maka permintaan kedelai domestik akan turun
sebesar 3,611% (karena En<0 maka kedelai impor disebut barang tuna nilai. (5) Trend
produksi kedelai domestik pada tahun 1991-2002 memiliki nilai slope (kemiringan)
negatif sebesar 46052,1 dan laju pertumbuhan tiap tahunnya sebesar –0,033%. Trend
permintaan kedelai domestik antara tahun 1991-2002 memiliki nilai slope negatif sebesar
44.829,2 dan laju pertumbuhannya sebesar -11%. Trend permintaan kedelai impor pada
tahun 1991-2002 memiliki slope (kemiringan) positif sebesar 29945,42 dan laju
pertumbuhan tiap tahunnya 0,035%.
Selama ini pemerintah banyak melakukan kebijakan proteksi di sektor komoditas
pertanian, seperti beras, gula dan kedelai, yang bertujuan untuk mencapai swasembada.
Akan tetapi, sebaiknya kebijakan tersebut juga perlu diikuti dengan program pemerintah
yang jelas dan terukur. Peluang untuk meningkatkan produktivitas kedelai sulit untuk
dapat dicapai, tanpa disertai penyediaan lahan khusus untuk upaya itu. Apabila petani
tetap melakukan pola tanam yang terus berganti, maka produktivitas sulit untuk bisa
ditingkatkan. Dengan demikian, harus dilakukan program perluasan lahan tanaman
kedelai untuk swasembada kedelai. Selain itu, juga perlu diadakan program budidaya
bibit kedelai secara berkesinambungan yang langsung bisa dimanfaatkan oleh para
petani. Rencana pengenaan tarif bea masuk (BM) kedelai sebesar 10-15 % akan
meningkatkan harga jual kedelai yang gilirannya akan mengakibatkan kenaikan biaya
produksi. Dengan demikian, pengusaha akan membagi adanya penambahan beban itu
kepada konsumen dengan cara menaikkan harga jual produknya di tingkat eceran oleh
karena itu pemerintah hendaknya mencari solusi terbaik sehingga harga kedelai impor
bisa diproteksi tetapi juga tidak merugikan konsumen.

You might also like