You are on page 1of 2

Juwairiyah Binti al-Harits -radhiallaahu 'anha-

Beliau adalah Juwairiyah Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza’iyah al-
Mushthaliqiyyah.

Beliau adalah secantik-cantik seorang wanita. Beliau termasuk wanita yang ditawan
tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi’.

Hasil Undian Juwairiyyah adalah bagian untuk Tsabit Bin Qais bin syamas atau anak
pamannya, tatkala itu Juwairiyyah berumur 20 tahun. Dan akhirnya beliau selamat
dari kehinaan sebagai tawanan/rampasan perang dan kerendahannya. Beliau menulis
untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya.
Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melihat kondis seorang
wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon
beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Maka beliau bertanya
kepada Juwairiyyah: ”Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”.
Maka dia menjawab dengan sopan: ”Apakah itu Ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab:
”Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”. Maka tersiratlah pada wajahnya
yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan
kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah”. Maka
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Aku telah melakukannya”.

‘Aisyah, Ummul Mukmini berkata:”Tersebarlah berita kepada manusia bahwa


Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin
Abi Dhirar. Maka orang-orang berkata:”Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh
dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan Juwairiyyah manjadi
sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah
mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.

Dan Ummul Mukminin ‘Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyyah:”Juwairiyyah


adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya
melainkan akan jatuh hati kepadanya. Tatkala Juwairiyyah meminta kepada
Rasulullah untuk membebaskan dirinya sedangkan -demi Allah- aku telah melihatnya
melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena menduga bahwa
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam akan melihat sebagaimana yang aku lihat.

Maka masuklah pengantin wanita, Sayyidah Bani Mushthaliq kedalam rumah tangga
Nubuwwah. Pada Mulanya, nama Beliau adalah Burrah namun Rasulullah Shallallâhu
‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Juwairiyyah karena khawatir dia dikatakan
keluar dari biji gandum.

Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitabnya, al-Ishabah tentang kuatnya keimanan


Juwairiyyah radhiallaahu 'anha. Beliau berkata: ”Ayah Juwairiyyah mendatangi Rasul
dan berkata: ”Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan karena terlalu mulia dari
hal itu. Maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagaimana pendapatmu
seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita; apakah anda setuju?”.

“Baiklah”, katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwairiyyah dan menyuruhnya


untuk memilih antara dirinya dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Maka
beliau menjawab:”Aku memilih Allah dan Rasul-Nya”.
Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits
masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya. Ummul
Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56
H.

Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin, Juwairiyyah karena pernikahannya


dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam membawa berkah dan kebaikan yang
menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah
dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan menuju kebebasan dan
cahaya Islam beserta kewibawaannya. Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka
yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam beristri
lebih dari satu.

You might also like