You are on page 1of 60

Menimbang

1\.1engingat

Menetapkan

MENTERI I<EUANGAN AEPUBLII< INDONESIA' SAL.JNAN

PERATURAN,MENTERIKEUANGAN NOMOR 192 IPMK.05/2009 TENTANG

PERENCANAAN KAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan I<as;

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355\

2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERENCANAAN KAS.

BABI

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Bendahara Umum Negara yang selanlutnya disebut BUN adalah pejabat yang diberi tugas uniuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara.

2. Kuasa BUN Pusat adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan.

3. Kuasa BUN di daerah adalah Kepala Kantor Pelayanan Perbendahar~J

Negara (KPPN). .

4. Uang Negara adalah uang yang dikuasai oleh BUN.

5. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Rekening KUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh penerimaan dan membayar seluruh penqeluaran negara pada bank sentral.

6. KantorlSatuan Kerja adalah unit instansi vertikal di bawah/di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga dan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mengelola dana Dekonsentrasl dan Tugas Perbantuan.

· ,

MENTEAIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA

- 2 -

7. Perklraan Penarikan Dana adalah daftar perkiraan kebutuhan dana untuk rnelaksanakan kegiatan yang dibuat oleh kantor/satuan kerja dan disampaikan ke KPPN untuk periode tertentu dalarn rangka pelaksanaan APBN (format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini).

8. Perkiraan Penyetoran Dana adalah daftar perkiraan penyetoran dana pada bank persepsi/BUN yang dibuatoleh kantor/satuan kerja/instansi eselon I dan dlsarnpalkan ke KPPN atau Kuasa BUN Pusat untuk periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN(format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan lnl).

9. Perkiraan Pencairan Dana adalah rekapitulasi perkiraan penarikan dana dari kantor/satuan kerla yang dibuat oleh KPPN dalarn periode tertentu (format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini).

10. Perkiraan Penerimaan Dana adalah rekapitulasl perkiraan penyetoran dana dari kantor/satuan kerja yang dibuat oleh KPPN dalam periode tertentu (format sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini).

BABII

RUANG LlNGKUP DAN TUJUAN PERENCANAAN KAS PEMERINTAH PUSAT

Pasal2

(1) Perencanaan Kas Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut

Perencanaan Kas merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara pada periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN.

(2) Ruang lingkup perencanaan kas rneliputi perencanaan penerimaan negara, perencanaan pengeluaran negara, dan perencanaan saldo Rekening KUN yang dilakukan secara periodik dalam rangka pelaksanaan APBN.

Pasal3 (1) Penerimaan negara bersumber darl:

a. pendapatan negara, antara lain: penerimaan pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan hibah;

b. penerimaan pembiayaan, antara lain: penerimaan pinjaman, hasil penjualan kekayaan negara yang dipisahkan, dan pelunasan plutang; dan

c. penerimaan negara iainnya, antara lain: perhitungan pihak ketiga.

MENTERIKEUANGAN REPUBLJK INDONESIA

(2) Pengeluaran negara meliputf:

a. belanja negara; .

b. pengeluaran pembfayaan, antara lain: pembayaran pokok utang, penyertaan modal negara, dan pemberian pinjaman; dan

c. pengeluaran negara lainnya, antara lain: perhitungan pihak ketiga.

(3) Saldo Rekening KUN merupakan posisi akhir Rekening KUN pada saat tertentu.

Pasal4

Perencanaan kas bertujuan agar:

a. BUN/Kua.sa BUN dapat memastikan ketersediaan dana guna memenuhi kewajiban negara;

b. BUN/Kuasa BUN dapat mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam rangka mengoptimalkan kelebihan kas atau menutupi kekurangan kas:

c. Kementerian negara/lembaga memperoleh dana senilai perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana untuk membiayai kegiatan yang akan dilaksanakan; dan

d. Kementerian negarallembaga memperoleh dana sesuai dengan waktu pelaksanaan kegiatan.

BAB III

TANGGUNG JAWAB BENDAHARA UMUM NEGARA DAN KEWAJIBAN MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA DALAM PERENCANAAN KAS

8agian Pertama BUN

PasalS

(1) Menteri Keuanqan sebagai Chief Financial Officer (CFO) bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas.

(2) Sumber data dalam melakukan penyusunan perencanaan kas yaitu:

a. Perkiraan pencairan dana dan/atau perkiraan penerimaan dana dari KPPN; dan

b. Perkiraan penarikan dana dan perkiraan penyetoran dana dari unit eselon I Departemen Keuangan atau Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggung jawab menangani penerimaan dan pengeluaran negara.

, I

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 4-

Bagian Kedua Menteri/Pimpinan Lembaga

Pasal6

(1) MenterilPimpinan Lembaga sebagai Chief Operational Officer (COO) wajlb membuat rencana/jadwal pelaksanaan kegiatan dalam 1 (satu) tahun anggaran.

(2) Menteri/Pimpinan Lembaga membuat perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana berdasarkan rencana/jadwal pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Penyusunan perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didelegasikan kepada para KepaJa Kantor/Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran lingkup kementerian negara/lembaga,

(4) Perkiraan penarikan dana dibuat secara periodik yaitu bulanan, mingguan, dan harlan.

(5) Perkiraan penyetoran dana dibuat secara perlodlk yaitu bulanan dan mingguan.

(6) Perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wsjlb disampaikan kepada BUN/Kuasa BUN sebagai Chief Financial Officer (CFO) untuk penyusunan perencanaan kas.

Pasal7

(1) Unit eselon I Departemen Keuangan yang tugas dan fungsinya secara langsung mengelola penerimaan negara wajib menyusun perkiraan penyetoran dana.

(2) Unit eselon I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Direktorat Jendera! Pajak;

b. Direktorat Jendera! Bea Cukai;

c. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang;

d. Direktorat Jenderal Anggaran;

e, Direktorat Jenderaf Perbendaharaan;

f. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; dan

g. Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Investasi Pemerintah.

(3) Unit eselon I Departemen Keuangan yang tugas dan fungsinya secara langsung mengelola pengeluaran negara wajib menyusun perkiraan penarikan dana.

• I

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

(4) Unit eselan I sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:

a. Direktorat Jenderal Pajak;

b. Direktorat Jenderal Bea Cukai;

c. Direktarat Jenderal Pengelolaan Utang;

d. Direktarat Jenderal Anggaran;

e. Direktarat Jenderal Perbendaharaan; f. Direktarat Jenderal Kekayaan Negara;

g. Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Investasi Pemerintah.

(5) Kementerian negara yang membidangi penqelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wajib menyusun perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana.

(6) Kementerian negara yang ditunjuk sebagai Pengguna Anggaran belanja subsidi wajib menyusun perkiraan penarikan dana,

BABIV

FUNGSI PENYUSUNAN PERKfRAAN PENARIKAN DANA

PasalS

(1) Perkiraan penarikan dana bulanan merupakan batas maksimurn penyediaan kas yang dapat ditarik oleh satuan kerja/unit eselan I Departemen Keuangan atau kementerlan neqara'lembaqa pada bulan berkenaan.

(2) Dalam hal realisasi lebih rendah dari perkiraan penarikan dana maka selisih antara realisasi dan perkiraan penarikan dana hanya dapat dicairkan setelah satuan kerja/unit eselan I Departemen Keuangan atau kementerian negara/lembaga melakukan revisi atas perkiraan penarlkan dana bulan berikutnya.

BABV

MEKANISME PENYAMPAIAN PERKIRAAN PENARIKAN DANA DAN PERKIRAAN PENYETORAN DANA

Bagian Pertama

Unit Eselon I Departemen Keuangan

Pasal9

(1) Unit eselon I Departemen Keuangan sebagaimana dlrnaksud dalam Pasal 7 ayat (1) sampai dengan ayat (4) wajib menyampaikan perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan C.q. Direktarat Pengelaiaan Kas Negara.

· ,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(2) Direktorat .lenderal Pajak menyampaikan:

a. Perkiraan penarikan dana terkait belanja pajak yang ditanggung pemerintah, imbalan bunga pajak, dan restitusi pajak; dan

b. Perkiraan penyetoran dana terkalt penerimaan perpajakan dalam negeri kecuali pajak penghasilan minyak bumi dan gas alam.

(3) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyampaikan:

a. Perkiraan penyetoran dana terkait penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai; dan

b. Perkiraan penarikan dana terkalt bea yang ditanggung pemerintah dan pengembalian kelebihan pembayaran dl bidang kepabeanan dan cukal serta imbalan bunga.

(4) Direktorat Jenderal Anggaran menyampaikan:

a. Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan pajak penghasilan minyak bumi dan gas alam, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNI?P); dan

b. Perkiraan Penarikan Dana terkait belanja subsidi, belanja lain-lain, dan pengembalian-pengembalian tarkait dengan PNBP.

(5) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menyampaikan:

a. Perkiraan panyetoran dana terkait penerimaan pembiayaan dan hibah yang diregistrasi; dan

b. Perkiraan penarikan dana terkalt pengeluaran pembiayaan dan belanjs bunga utang.

(6) Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q, Direktorat Sistem Manajemen Investasi menyampaikan perkiraan penyetoran dana terkait penyetoran pokok dan bunga dari Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah.

(7) Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Investasi Pemerintah menyampaikan perkiraan penyetoran dana dan/atau perkiraan penarikan dana terkaif penerimaan dan/atau pengeluaran dana investasi pemerintah.

(8) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara manyampaikanperkiraan penyetoran dana terkait penerimaan dari pengelolaan aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan aset eks bank dalam likuidasi.

Bagian Kedua Kementerian Negara

Pasal10

(1) Kementerian nagara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) dan ayat (6) wajib menyampaikan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

· ,

MENTERII<EUANGAN REPUBLII< INDONESIA

(2) Kementerian negara yang membidangi pengelolaan BUMN menyampaikan perkiraan penyetoran dana terkait penerimaan darl dividen dan privatisasi BUMN, dan perkiraan penarikan dana terkalt penyertaan modal negara pada BUMN.

(3) Kementerian negara yang ditunjuk sebagai Pengguna Anggaran belanja subsidi menyampaikan perkiraan penarikan dana terkait belanja subsidi.

Bagian Ketiga

Kantor/Satuan Kerja pada Kementerian Negara/Lembaga

Pasal11

(1) Kantor/satuan kerja yang mendapatkan alokasi APBN wajib menyusun perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat (5) serta menyampaikan ke KPPN.

(2) Tata cara pembuatan perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana oleh kantor/satuan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan .berpedornan pada Lampiran Peraturan Menteri Keuanganini.

8agian Keempat

Bentuk dan Waldu Penyampaian Perkiraan Penyetoran Dana IPerkiraan Penarikan Dana

Pasal 12

(1) Perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana buJanan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan (5) merupakan perkiraan dalam 1 (satu) tahun anggaran yang dirinci dalam 12 (dua belas) bulan.

(2) Perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana bulanan disampaikan paling larnbat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal pengesahan DIPA.

(3) Perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana mingguan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat (5) merupakan perkiraan dalam 1 (satu) bulan yang dibuat dalam 4 (empat) periode/ minggu yaitu tanggal 1 sampai dengan 7 untuk minggu pertama, tanggal 8 sampai dengan 15 untuk minggu kedua, tanggal 16 sampai dengan 23 untuk minggu ketiga, dan tanggal 24 sampai dengan akhir bulan untuk minggu keempat.

(4) Perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana mingguan dibuat setiap 2 (dua) bulan dan disampaikar. paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum minggu pertama perklraan,

MENTERI KEUANGAN REPU8LII( INDONESIA

- 8-

(5) Perkiraan penarikan dana harlan sebagalmana dlrnaksud dalam Pasal 6 ayat (4) merupakan perkiraan dalam 1 (satu) minggu sebagaimana dlmaksud pada ayat (3) yang dirlncl dalam hari kerja dalam minggu perkiraan.

(6) Perkiraan penarikan dana harlan dibuat setiap minggu dan disampaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum awal minggu.

Bagian Kelima

Pemutakhiran Perkiraan Penyetoran Dana dan Perklraan Penarikan Dana

Pasal 13

(1) Perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana wajib dilakukan pemutakhiran setiap ada perubahan.

(2) Pemutakhiran perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana bulanan dilakukan setiap bulan dan disampaikan paling lambat 3 (tiqa) hari kerja sebelum bulan perkiraan.

(3) Pemutakhiran perkiraan penyetoran dana/perkiraan penarikan dana mingguan dilakukan setiap bulan disampaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum minggu pertama perkiraan.

(4) Pemutakhiran perkiraan penarikan dana harian disarnpaikan paling larnbat 1 (satu) hari kerja sebelum hari perkiraan.

BABVI

PENYUSUNAN PERENCANAAN KAS

PADA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

8agian Pertama

Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Pasal14

(1) Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara bertanggung jawab untuk:

a. rnernbuat perencanaan kas yang bersumber dari perkiraan pencairan dana dan/atau perkiraan penerimaan dana yang disampaikan oleh KPPN dan perkiraan penyetaran dana dan/atau perkiraan penarikan dana dari unit eselon IIkementerian negara/lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7;

MENTERIKEUANGAN AEPUBLIK INDONESIA

- 9-

b. melakukan pemutakhiran data setelah menerima perubahan perkiraan pencairan dana dan/atau perkiraan penerimaan dana dari KPPN dan perkiraan penyetoran dana dan/atau perklraan penarikan dana dari unit eselon I Departemen Keuangan atau kementerian/lembaga sebagaimana dirnaksud dalam Pasal 7.

(2) Perencanaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disarnpaikan oleh Direktur Pengelolaan Kas NAgara kepada BUN/Kuasa BUN Pusat sebagai bahan pembuatan keputusan dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 ayat (1) dan ayat (2).

Bagian Kedua

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Pasal15

(1) Kantor Wilayah Oirektorat Jenderal Perbendaharaan melakukan rekapitulasi perkiraan pencairan dana/perkiraan penerimaan dana dad KPPN dalam wilayah kerjanya dan menyampaikan ke Oirektorat Pengelolaan Kas Negara paling lama 2 (dua) hari kerja setelah waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal12.

(2) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan monitoring dan pembinaan kepada KPPN yang belum menyampaikan perkiraan pencairan dana/perkiraan penerimaan dana.

Bagian Ketiga

KPPN

Pasal 16

(1) KPPN setelah menerima perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana dari kantorlsatuan kerja dalam wilayah kerjanya, seqera menyusun perkiraan pencairan dana dan perkiraan penerimaan dana untuk kemudian disampaikan ke Oirektorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal12.

(2) KPPN segera menyampaikan pemutakhiran atas perkiraan pencairan dana dan perkiraan penerimaan dana setelah menerima pemutakhiran atas perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan penyetoran dana dar! kantor/satuan kerja ke Oirektorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah batas waktu penyampaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA

~ 10 ~

BABV!!

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku paca tanggaf diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Diundangkandi Jakarta

Pada tanggal: 23 Novemher· 2009

MENTERI HUKUM DAN I-IAK ASASI MANUSIA, .

ttd.

P ATRIALIS AKBAR

Ditetapkan di Jakarta

pada tan,ggal 23 November 2009

. M;ENTERI KEUANGAN,

ttd,

SRI MULY ANI INDRA WATI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR A56

LAMPI RAN PERATURANMENTERIKEUANGAN NOMOR192/PMK.05/2009 TENTANG PERENCANAAN KAS

MENTERI KEUANGAN REPUBLII< INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN KAS

A. LATAR BELAKANG

Perencanaan kas merupakan amanat Undang~Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam penjelasan undanq-undanq tersebut, diuraikan bahwa salah satu fungsi perbendaharaan adalah melaksanakan kegiatan perencanaan kas. Kegiatan ini sanqat diperlukan dalam rangka pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas, sehingga pemanfaatan Uang Negara dapat dilaksanakan secara efisien dan dapat memberikan nilai tambah.

Ketentuan yang mengatur perencanaan kas adalah Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah. Pada Pasal 32 ayat (1) dinyatakan, "Menteri Keuangan se/aku BUN eieu Kuasa BUN Pusat bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minima!". Pada Pasal 32 ayat (4) dinyatakan, "Da/am rangka penyusunan perencanaan kas, kementerian negarallembaga dan pihak-pihak lain yang terkai! dengan penerimaan dan pengeluaran APBN wajib menyampaikan proyeksi penerimaan dan pengeluaran secara periodik kepada. Bendahara Umum NegaralKuasa Bendahara Umum Negam".

Kementerian negarallembaga mempunyai peran penting dalam perencanaan kas. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah mewajibkan kementerian negara/lembaga untuk memberi bahan/sumber data bagi perencanaan kas pemerintah pusat. Kewajiban ini diwujudkan dengan menyampaikan Perkiraan Penyetoran Dana dan Perkiraan Penarikan Dana secara periodik kepada Kuasa Bendahara Umum Negara. Laporan tersebut kemudian dikompilasi dan disusun menjadi perencanaan kas. Perkiraan Penyetoran Dana dan Perkiraan Penarikan Dana merupakan sumber data perencanaan kas sehingga tingkat akurasi dari perencanaan kas sangat dipengaruhi oleh keakuratan pembuatan Perkiraan Penyetoran Dana dan Perkiraan Penarikan Dana kementerian negarallembaga.

1

• I

MENTER! I<EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

B. TEKNIK PENYUSUNAN PERENCANAAN KAS

1. Penyusunan Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana pada Satuan Kerja Kementerian/Lembaga

Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyampaikan Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana secara periodik sebagai bahan penyusunan perencanaan kas oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Data Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana dibuat berdasarkan jadwal/rencana pelaksanaan kegiatan. Kewajiban MenterilPimpinan Lembaga dalam menyusun jadwal/rencana pelaksanaan kegiatan dan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana didelegasikan kepada Kepala Kantor/Kepala Satuan Kerja. Langkah-Iangkah dalam penyusunan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana meliputi:

a. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan yaitu menyusun rencana waktu pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalam DIPA/POK. Jadwal ini sebagai acuan bagi satker untuk melaksanakan kegiatannya selama satu tahun anggaran. Setelah menerima DIPA dan POK, satker harus menellti kedua dokumen terse but. Satker harus meneliti kesesuaian yang tertulis di dalam DIPA/POK dengan kondisi satker. Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara DIPAIPOK dengan kondisi satker atau kegiatankegiatan dalam DIPNPOK tersebut tidak sesuai dan tidak bisa dilaksanakan maka satker dapat melakukan perubahan atau revisi DIPA/POK.

Setelah meneliti dokumen sumber (DIPA/POK), satker menyusun jadwal pelaksanaan semua pekerjaan yang diamanatkan dalam DIPA/POK. Semua kegiatan disusun waktunya sesuai dengan !<:ondisi dan sifat dari pekerjaan tersebut dalam satu tahun anggaran.

Tujuan dari pembuatan jadwal pelaksanaan kegiatan adalah agar seluruh kegiatan dalam DIPA dapat dllaksanakan dengan baik dan tingkat penyerapan dananya juga tinggi.

b. Penyusunan Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana Penyusunan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana yaitu menentukan jumlah Perkiraan Penarikan Dana dari pagu DIPA sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan.

2

, ,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Setelah satker membuat jadwal peJaksanaan kegiatan, satker harus memilah-milah kegiatan yang bersifat kontraktual dan non-kontraktual. Kegiatan yang bersifat kontraktuaJ merupakan kegiatan yang cara pembayarannya melalul kontrak dengan pihak ketiga. Kegiatan ini terbagi menjadi kegiatan yang sudah dikontrakkan dan akan dikontrakkan (kegiatan yang kira-kira akan dikontrakkan/pada waktu bulan-bulan mendatang).

Selanjutnya, satker membuat perkiraan jumlah dana yang dibutuhkan dalam setiap melakukan pekerjaan tersebut dengan menyesuaikan pada nilai pagu yang ada dalam DIPA/POK sesuai [adwalkeqiatan yang telah disusun. Besarnya nilai uang tersebut harus melihat volume dari pekerjaan tersebut. Satker juga membuat perkiraan penyetoran dana yang diperkirakan akan diperoleh dari pelaksanaan pekerjaan terse but, Satker dalam penyusunan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana perlu memperhatikan sifat dari belanja yang ada dalam POK dan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah disusun, seperti eontoh berikut ini:

1) Belanja non-kontraktual seperti gaji, lembur, honor, langganan daya dan jasa, Alat Tulis Kantor (ATK) dan sebagainya yang bersifat konstan, penjadwaJan dapat dilakukan dengan membagi dalam 12 bulan (untuk gaji diperhitungkan gaji ke-13) dengan memperl1atikan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. Contohnya kenaikan pangkat, gaji berkala, pensiun, mutasi, dan sebagainya.

2) Belanja non-kontraktual yang belum terjadwal seeara pasti seperti sosialisasi, perjalanan dinas, dan belanja barang operaslonal dihitung nilainya berdasarkan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah disusun dan perkiraan volume dari kegiatan terse but.

3) Kegiatan yang bersifat kontraktual (khususnya yang sudah dikontrakkan) mengikuti jadwal pelaksanaan sesual aturan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan nilalnya dihitung menurut kebutuhan/sesuai kontrak. Contohnya mulal darl biaya lelang, biaya pembayaran termln pertama, biaya pembayaran termin kedua, dan seterusnya sampai kegiatan berakhir (saat pembuatan be rita aeara serah terima).

3

· ,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

4) Belanja barang/jasa dan belanja modal yang akan dikontrakkan harus ditentukan perkiraan waktu pengadaaan barang dan jasa tersebut serta urutan-urutan jadwalnya. Nilainya dihitung menurut kebutuhan dana masing-masing urutan pekerjaan.

c. Updating data

Updating data yaitu penyesuaian jumlah dan waktu pelaksanaan kegiatan serta Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana karena adanya perubahan kondisi di lapangan yang diperkirakan mempengaruhi perkiraan sebelumnya

Denqan penyusunan jadwaJ peJaksanaan kegiatan dan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana, diharapkan satker dapat meJaksanakan kegiatannya sesuai rencana. Namun demikian, apabila ternyata dalam reaJisasinya terdapat beberapa perubahan, satker dapat mengevaJuasi dan meng-update dengan rnenyusun perkiraan yang baru Beberapa contoh kasus updating data dapat dilihat dalam contoh berikut:

1) Jika realisasi lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan belanja

a) Jika realisasi lebih besar dari Perkiraan Penarikan Dana, satker harus memperbaiki Perkiraan Penarikan Dana untuk bulan-bulan selanjutnya. Sebagai contoh pada Perkiraan Penarikan Dana bulan Januari, PerJ<iraan Penarikan Dana untuk beJanja pengiriman Pas pusat sebesar Rp1.000.000,OO tetapi reaJisasinya sebesar Rp1.500.000,OO. Karena perkiraan dengan realisasi berbeda, maka Perkiraan Penarikan Dana untuk bulan-bulan berikutnya harus di-update (diubah). Contohnya Perkiraan Penarikan Dana bulan Maret (belanja pengiriman pas pusat) diubah dari Rp2.000.000,OO menjadi Rp1.500.000,OO.

b) Hal yang sarna juga berlaku untuk realisasi yang lebih kecil dari Perkiraan Penarikan Dana. Contahnya, Perkiraan Penarikan Dana belanja keperluan sehari-hari perkantoran bulan Januari sebesar Rp3.638.000,OO tapi realisasinya hanya Rp3.000.000,OO. Perkiraan Penarikan Dana untuk bulan-bulan berikutnya dapat direvisi/diubah untuk menampung selisih antara perkiraan dengan realisasinya.

4

· ,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SeJisih dana sebesar Rp638.000,OO tersebut dapat dimasukkan dalam perkiraan penarikan dana bulan Maret sehingga Perkiraan Penarikan Dana bulan Maret bertambah sebesar Rp638.000,OO.

2} Revisi DIPA yang mengubah pagu

Jikasatker menerima revisi DJPA yang menambah atau mengurangi pagu (revlsi kuning) maka Perkiraan Penarikan Dana juga harus diupdate (diubah). Perubahan ini meliputi pagu, sisa pagu, dan Perkiraan Penarikan Dana. Sebagai contoh, di akhir Februari terjadi revisi DIPA yang menarnbah pagu DIPA (revisi kuning). 8elanja modal pembangunan gedung bertambah sebesar Rp1 miliar maka satker mengubah pagu dan Perkiraan Penarikan Dana. Jika dana tersebut akan digunakan pada bulan Juli, maka Perkiraan Penarikan Dana pada bulan tersebut bertambah sebesar Rp1 miliar.

3} Perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan

Jika satker menganggap bahwa Perkiraan Penarikan Dana yang telah disusun kurang tepat dan perlu diperbaiki, maka Perkiraan Penarikan Dana harus di-update. Sebagai contoh, satker memperkirakan bahwa pelaksanaan pembangunan gedung akan mundur satu bulan pelaksanaannya, maka perkiraan penarikan dana belanja modal pembangunan gedung mundur satu bulan dari Perkiraan Penarikan Dana semula.

4) Terima SKPA

Jika satker menerima SKPA maka pagu satker akan bertambah. Sebaliknya, jika satker yang menerbitkan SKPA pagu satker akan berkurang.

fi) Jika kegiatan dalarn SKPA merupakan kegiatan yang baru, maka satker harus menambahkan dalam Perkiraan Penarikan Dana (pagu, sisa pagu, dan Perkiraan Penarikan Dana). Jika kegiatan dalam SKPA sudah ada dalam POK maka diberlakukan sebagaimana revisi OIPA (revisi tambah). Bagi satker yang mengeluarkan SKPA maka diberlakukan juga seperti revisi OIPA (revisi kurang).

6) Revisi yang tidak mengubah pagu(revisi putih)

Jika ada revisi DIPA yang tidak mengubah pagu DIPA (revisi putih) maka Perkiraan Penarikan Dana bulan berikutnya juga harus diupdate (dlubah), Perubahan diJakukan pada pagu dan Perkiraan Penarikan Dana.

5

· ,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Sebagai contoh terjadi revisi yang mengakibatkan belanja pemeliharaan halaman sebesar Rp4 juta direvlsi ke belanja pengiriman pos pusat. Satker mengubah pagu pengiriman pos pusat menjadi bertambah sebesar Rp4 juta dan pagu pemeliharaan halaman berkurang dengan nilal yang sama.

Perkiraan Penarikan Dana untuk belanja pengiriman pos pusat diubah dan ditentukan waktu penarikan dana tambahan terse but, dan perkiraan penarikan dana untuk belanja pemeliharaan juga dikoreksi.

"1) Diperkirakan belanja tidak bisa dicairkan

Jika ada belanja yang pada pertengahan tahun anggaran diketahui tidak bisa dicairkan karena suatu hal, maka Perkiraan Penarikan Dana juga harus diubah, karena Perkiraan Penarikan Dana tidak akan mencapai 100%. Kejadian ini biasanya terjadi karena perintah penghematan atau ketidaksiapan satker untuk mengerjakan kegiatan tersebut. Sebagai contoh, kegiatan sosialisasi yang akan dilaksanakan pada bulan November dengan dana sebesar Rp 27.900.000,00 tidak bisa dilakukan karena pada bulan tersebut ada larangan kegiatan sosialisasi. Dengan demikian, Perkiraan Penarikan Dana untuk kegiatan tersebut pad a bulan November menjadi nol.

2. Sentuk dan Waktu Penyampaian Perkiraan Penyetoran Dana dan Perkiraan Penarikan Dana

Kantorlsatuan kerja wajib membuat Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana secara periodik. Perkiraan Penarikan Dana dibuat dalam bulan an, mingguan, dan harlan, sedangkan Perkiraan Penyetoran Dana dibuat dalam bulanan dan mingguan.

a. Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana BuJanan

Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana bulanan merupakan perkiraan penarikan dana dan/atau penyetoran dalam satu tahun. anggaran yang dirinci dalam dua belas bulan. Format Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan dapat dilihat pada bag ian akhir Lampiran Peraturan Menteri Keuanganini.

Perkiraan Penarikan Dana Bulanan merupakan batas maksimum penyediaan kas yang dapat dicairkan dalam bulan terse but.

6

· ,

MENTERrKEUANGAN REPUBL!K INDONESIA

Dalam hal perkiraan lebih tinggi dari realisasi sehingga terjadi selisih, maka nilai selisih antara perkiraan dan realisasi tersebut hanya bisa dicairkan pada bulan berikutnya setelah satker melakukan revisi/pemutakhiran Perkiraan Penarikan Dana. Batas waktu penyampaian revisi/pemutakhiran perkiraan adalah paling larnbat tiga hari kerja sebelurn bulan perkiraan.

Contoh:

Satker A dengan kode satker 123456 mendapat alokasi pagu sebesar Rp8.890 miliar, membuat Perkiraan Penarikan Dana untuk satu tahun 2010 seperti diuraikan dalam tabel di bawah ini. Perkiraan Penarikan Dana disampaikan pada tanggal 8 Januari 2010. Dari data Perkiraan Penarikan Dana untuk bulan Februari 2010 sebesar Rp900 juta, ternyata reallsasl hanya sebesar Rp500 juta, sehingga terdapat selisih antara perkiraan dan realisasi sebesar Rp400 juta. Dana sebesar Rp400 juta terse but hanya dapat dicairkan, apabila satker melakukan revisilpemutakhiran Perkiraan Penarikan Dana bulan-bulan berikutnya. Dalam hal ini, selisih tersebut direncanakan akan dicairkan di bulan Maret 2010 sebesar Rp275 juta dan bulan April 2010 sebesar Rp125 juta. Berkenaan dengan hal terse but, Perkiraan Penarikan Dana harus direvisi khususnya bulan Maret 2010 ditambah sebesar Rp275 juta dan bulan April 2010 ditambah sebesar Rp125 juta seperti nampak dalam ilustrasi pada halaman berikut. Dengan demikian, Perkiraan bulan Maret 2010 menjadi Rp835 juta yaitu dari perkiraan awal senilai Rp560 juta ditambah Rp275 juta. Demikian pula Perkiraan Penarikan Dana bulan April 2010 menjadi Rp1.025 juta yaitu dari perkiraan semula Rp900 juta ditambah Rp125 juta. Penyampaian pemutakhiran perkiraan tersebut paling lambat tanggal 27 Januari 2010 (tiga hari kerja sebelum bulan Februari 2010).

7

· ,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA .

Perklraan dlsarnpalkan 'r<1ngg<l1 08 Jnnuart 2010

Satker : A

Kode satker : 123456

Realisasi Rp. SOD juta sehingga selisih 400

iuta

Updating Perl<iraan Penarlkan bulan Maret s.d. Desemb

Satl(er : A

)(ode satl(er

: 12.3456

Pemutakhiran perkiraan dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti dijelaskan dalam topik updating dj atas. Hal yang perlu diperhatikan oleh satker adalah batas akhir penyampaian yaitu tiga hari kerja sebelum bulan perkiraan.

25·Mar

27-Mei

2S-Jun

28-Jul

25-Agust

2S-Sep

27-0kt

8

MENTERI KEUANGAN REPUBLlI< INDONESIA

Penyampaian awal perkiraan penarikan dana paling lambat tanggal 14 Januari 2010, kemudian update untuk bulan Februari paling lambat tanggal 27 Januari 2010 dan seterusnya. Penyampaian updating, tidak hanya penyampaian pada bulan yang direvisi, tapi juga untuk bulanbulan berikutnya.

b. Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana Mingguan Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana Mingguan merupakan perkiraan dalam satu bulan yang dibuat dalam empat rninggu. Pengertian minggu disini adaJah mingguan sesuai dengan laporan kas posisi yaitu tanggal 1 sampai dengan 7 untuk minggu pertama, tanggal 8 sampai dengan 15 untuk minggu kedua, tanggaJ 16 sampai dengan 23 untuk minggu ketiga dan tanggal 24 sampai dengan akhir bulan untuk minggu keempat.

Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana Mingguan disampaikan paling lambat lima hari kerja sebelum minggu pertama perkiraan, kecuali awal tahun anggaran penyampaian paling lambat akhir minggu pertama awal tahun. Penyampaian update/pemutakhiran perkiraari disampaikan paling lambat dua hari kerja sebelum minggu perkiraan.

Contoh:

CONTOH PENYAMPAIAN DAN UPDATING PERKIRAAN PENARIKAN/PENYETORAN DANA MINGGUAN THN 2010

Dan seterusnya .

b. Asumsl bulan Februari ada revisi

Dua hart kerja sblmnya

Dan setarusnva : ..

Mlnggu 1: Tgi. 1 sampal dengan 7 Mlnggu 2: Tgi. 8 sampal dengan 15

Mtnggu 3 : Tgi. 16 sampal dengan 23 Mlnggu 4: Tgi. 24 sampal dengan 30/31

Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa penyampaian perkiraan Januari dan Februari disampaikan pad a tanggal 4 Januari 2010. Apabila tidak ada perubahan pada perkiraan Februari 2010 maka penyampaian bulan

9

MENTER I KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Maret dan April 2010 disampaikan lima hari kerja sebelumnya yaitu tanggal 22 Februari 2010. Jika pada bulan Februari ada perubahan, maka penyampaian pemutakhiran perkiraan disampaikan dua hari ker]a sebelum tanggal 1 Februari 2010 yaitu tanggal 28 Januari 2010.

c. Perkiraan Penarikan Dana Harian

Perkiraan Penarikan Dana harian merupakan perkiraan dalam satu minggu (mingguan seperti di atas) yang dirinci dalam hari kerja dalam minggu perkiraan. Perkiraan Penarikan Dana Harian disusun tlap minggu dan disampaikan paling lambat dua hari kerja sebelum awal minggu. Penyampaian pemutakhiran perkiraan harian disampaikan paling lambat satu hari kerja sebelum. tanggal perkiraan.

Contoh:

0~/0112010

06/0112010

29/0112010

1410112010

04/0212010

2l10lnOlO

1210212010

12/0212010

Ilustrasi di atas menunjukkan waktu penyampaian perkiraan harian pada awal tahun anggaran. Perkiraan terse but disampaikan pada awal hari kerja tahun anggaran berjalan. Penyampaian Perkiraan Penarikan Dana harian selanjutnya paling lambat dua hari kerja sebelum minggu perkiraan. Contohnya, Perkiraan minggu kedua bulan Januari 2010 disampaikan paling lambat tanggal 06 Januari 2010, minggu ketiga tanggal 14 Januari 2010 dan seterusnya. Pemutakhiran perkiraan disampaikan satu hari kerja sebelum

10

· ,

MENTEAIKEUANGAN AEPUBUK INDONESIA

tanggal perkiraan. Jika tanggal 2 Februari 2010 berubah, maka perubahan tersebut disampaikan paling lambat tanggal 1 Februari 2010.

3. Penyusunan Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana pada Eselon I Departemen Keuangan dan Kementerian Negara/Lembaga

EseJon I Departemen Keuangan dan kementerian negara/lembaga tertentu yang mengajukan SPM ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara, Perkiraan Penarikan Dana disampaikan ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Format dan waktu penyampaiannya sama dengan format dan waktu penyampaian pada satker kementerian negara Ilembaga. Perkiraan Penarikan Dana yang dimaksud antara lain pengeluaran subsidi, pengeluaran pembiayaan, pengeluaran terkait dengan investasi pemerintah, dan pengeluaran belanja lain-lain.

Perkiraan Penyetoran Dana yang terdiri atas penerimaan perpajakan, cukai, pembiayaan (utang dalarn dan luar negeri), PNBP penerimaan sumber daya alarn, penerimaan laba BUMN, dan Pendapatan BLU dibuat oleh Eselon I Departemen Keuangan dan kementerian negara/lembaga tertentu dan disampaikan ke ke Direktorat Pengelolaan Kas. Format dan waktu penyampaian Perkiraan Penyetoran Dana terse but sama dengan format dan waktu penyampaian Perkiraan Penyetoran Dana pada satker kementerian negara/lembaga.

Stakeholders yang mengirimkan Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran dana sebagaimana dimaksud pada uraian di atas adaJah sebagai berikut:

a. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan:

1) Perkiraan Penarikan Dana terkait belanja pajak yang ditanggung pemerintah, restitusi pajak, dan imbalan bunga;

2} Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan perpajakan dalam negeri kecuali pajak penghasilan minyak bumi dan gas alam.

b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyampaikan:

1) Perklraan Penyetoran Dana terkait penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai;

2) Perkiraan Penarikan Dana terkait bea yang ditanggung pemerintah dan pengembalian kelebihan pembayaran di bidang kepabeanan dan cukai serta imbalan bunga.

11

· ,

MENTERtKEUANGAN REPUBLtK INDONESIA .

C. Direktorat Jenderal Anggaran menyampaikan:

1) Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan pajak penghasilan minyak bumi dan gas alam, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

2) Perkiraan Penarikan Dana terkait belanja subsidi, belanja lain-lain, dan pengembalian-pengembalian terkait dengan PNBP.

d. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang menyampaikan:

1) Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan pembiayaan dan hlbah:

2) Perkiraan Penarikan Dana terkait pengeluaran pembiayaan dan belanja bunga utang.

e. Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Sistem Manajemen Investasi menyampaikan Perkiraan Penyetoran Dana terkait penyetoran pokok dan bunga dari Rekening Dana Investasi dan Rekening Pembangunan Daerah.

f. Sekretariat Jenderal c.q. Pusat Investasi Pemerintah menyampaikan Perkiraan Penyetoran Dana dan/atau Perkiraan Penarikan Dana terkait penerimaan dan/atau pengeluaran Dana Investasi Pernerintah.

g. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara menyampaikan Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan dari pengelolaan aset eks BPPN dan aset eks bank dalam likuidasi.

h. Kementerian negara yang membidangi pengeloJaan BUMN

menyampaikan Perkiraan Penyetoran Dana terkait penerimaan dari dividen dan privatisasi BUMN, dan Perkiraan Penarikan Dana terkait penyertaan modal negara pad a BUMN.

i. Kementerian negara yang ditunjuk sebagai Pengguna Anggaran belanja subsidi menyampaikan Perkiraan Penarikan Dana terkait belanja subsidi.

Penyampaian Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana eselon I Departemen Keuangan/Kementerian/Lembaga, format dan waktunya tidak berbeda dengan penyampaian Perkiraan Penarikan/Penyetoran Dana satker kementerian negara/lembaga.

4. Penyusunan Perencanaan Kas pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan

a. Penyusunan Perkiraan Pencairan Dana dan Perkiraan Penerimaan Dana pada KPPN

12

· ,

MENTEAII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KPPN setelah menerima Perkiraan Penarikan Dana dan Perkiraan Penyetoran Dana dari satker segera melakukan rekapitulasi perkiraan seluruh satker dalam wilayah kerjanya. Hasil rekapitulasi perkiraan dari satker disebut dengan Perkiraan Pencairan Dc;na dan Perkiraan Penerimaan Dana.

KPPN menyampaikan Perkiraan Pencairan Dana dan Perkiraan Penerimaan Dana dan updatingnya paling larnbat satu hari kerja setelah batas waktu penyampaian Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana dan updatingnya dari satker.

Selain melakukan rekapltulasl perkiraan satker, KPPN juga harus melakukan verifikasi perkiraan satker dan melakukan pembinaan mengenai teknik penyusunan perkiraan. Verifikasi khususnya terkait dengan nilai pagu, realisasl, dan kaidah-kaidah yang tidak bisa dilanggar dalam pelaksanaan APBN. Kaidah-kaidah yang tidak bisa dilanggar misalnya selaln belanja pegawai, perkiraan tidak boleh melebihi pagu anggaran ..

b. Penyusunan Perkiraan Pencairan Dana dan Perkiraan Penerimaan Dana pada Kantor WiJayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Dalam Perencanaan Kas, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas utama melakukan monitoring dan pembinaan pelaksanaan di KPPN dan satker. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan bertanggung jawab pelaksanaan kegiatan perencanaan kas pada KPPN di wilayah kerjanya berjalan dengan baik. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat terlibat Jangsung melakukan pembinaan ke satker sehingga beban pembinaan satker oleh KPPN dikurangi.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan rekapitulasi laporan Perkiraan Pencairan Dana dan/atau Perkiraan Penerimaan Dana dari KPPN di wilayah kerjanya. Hasil rekapitulasi ini .selanjutnya dikirim ke Dlrektorat Pengelolaan Kas Negara sebagai bahan penyusunan perencanaan kas. Meskipun data utama perencanaan kas berasal dari KPPN, tetapi rekapitulasl perkiraan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan juga diperlukan untuk bahan monitoring. Penyampaian rekapitulasi Perkiraan Pencairan/Penerimaan Dana KPPN ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling larnbat dua hari kerja setelah batas waktu penyampaian perkiraan dari satker.

13

, ,

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONESIA

c. Penyusunan Perencanaan Kas pada Direktorat Jenderal

Perbendaharaan c.q, Direktorat Pengelolaan Kas Negara

Direktorat Jenderal Perbendaharan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Nagara bertanggung jawab membuat perencanaan kas. Sumber data dalam perencanaan kas adalah Perkiraan Pencairan Dana dan/atau Perkiraan Penerimaan Dana dari KPPN dan Perkiraan Penarikan Dana dan/atau Perkiraan Penyetoran Dana dari eselon I Departemen Keuangan/Kementerian Negara/Lembaga tertentu. Perencanaan Kas harus sudah selesai sebelum bulan perkiraan.

C', PENUTUP

Akurasi perencanaan kas yang tinggi diperlukan suatu usaha yang konsisten dari seluruh pihak yaitu Menteri/Pimpinan Lembaga yang berkewajiban memberikan data/bahan untuk penyusunan perencanaan kas dan Menteri Keuangan selaku BUN yang mengolah data tersebut. Peningkatan kualitas/akurasi perencanaan kas sendiri adalah suatu proses yang diharapkan akan semakin baik dari waktu ke waktu, seiring dengan peningkatan pernaharnan dari sernua stakeholders.

14

«
(i
w
~
z
«
::J
I-
« <I:
so ...,
Z 0::
UJ
« ::.:::
I- z
:$ <I:
:l
e ~
w
~ U)
z
Z <I:
,::;;;\):!:n)";::;. <C ~
" <C C3
~ z UJ
~ J'" <C ::.:::
(() z
}" ~ <I:
".;;;'~~':" .: .. :~,:.) « <I:
'/:_"i0.1.'.';I· Z
_J <I:
W U)
a. ~
<I:
_J ..J
« UJ
a,
s: ..J
c <I:
<C 3:
CJ
w, «
-
<C ~
Z z
<C <I:
o o
Z z
w
W 0::
a::
l-

2
a::
0
u,
~
C"') l:3
0
Q.
0
Z
~
0
l-
n,
W
!J]
~
0
N
Z !J]
C2 ~
«
e
e
z
-e
z
::J -J
::a:: ::J
s ...,
-e
z
-e
c
z
~ z
ii2 ::J
....,
«
z
w
a,
z
«
« ijj
0:::
!2 ::
0:::
w
II.
0:::
a,
-c
0:::
~
"
co
w
u,
~
!J]
z

-...,
C!lz
~~
.w
~CQ
ra~
C!lo
Wz
~- ..
~~ ~ .. 0;- ~
(!)z ij § §
o~
o:w
Il.CO
~ ;;;0 ::J::
w g " § ::i
c g ;::
0 « :2
l.: X
~ ::l
x ...., t::
re
L-
x ro
x on
0 tl.O
0 t::
t"'j «
ro
c
:J
tl.O
tID
t::
Cl.J
0-
re
III
ro
:::I
:::.:: ~ E

rn ~

0> o

l-

n,

if) 0> C :J U.

<- ~>< ~ 7\OJZ?\
c ~~ ~ " '"O;e:»o
~ s·~ 0 '"OmS::O
~ ~ a ZCf)>m
m
:r: ~ '_Cf)Cf)
c ~?:f
U ~ § § ~ tctctc'O
m rn : ;0 7\A
s:s;:~o mm
~ ZZGlG) ;;0:::0
oS! s ~ ~~ ~~ffi~
- ~ ;oz
ZCiim
o Gl
j; en
z c
'tIC3
?!;~
er-
a
X
0
zen
..... -Ie
w?;a "
~ '"
A:J: 0
~ z
z ~
" w
g ..... 'tI
c: > I\J
" > G) "'0 "T1
0 r- C
.... ~» ..... m 0
~~~ ~ :;u ;U
"z 25 S
~ :;u :x>
z ~ -I
Z "'tI
" "C m
0 ;U
z m 2S
-I Z
..... gz
OJ 0 » S!
....... z :;u
§; ~ :x>
...... r- Z
"" Z "'C .' . 'iii'll;""
" 010 m ,. . ;~'.:. ":'."'~::;.
0 c» z
Z ·"t~.·
..... ·z :x>
?; ~>
;U t r- .. ,
~ (J) " ... ·;~.,;'({(lW.~::·
»
-I :x>
r- c: Z
" ;0 » C1
0 m Z :x>
z > " Z
g~ r-
Cii m >
> e
~ en
s » :x>
r- to -I
C C
;0 • :x>
~-I » Z
rO Z x
Cii~ »
~r Z m
:;0
c...
en »
'"
r
a
0
a
~
°en
~c
~g ,;
AX -
~ 0 eo
z a.
z ..... OJ
~ UI ;0;-
Cii:r: c:
a A ::J
:;;; c! "'I:!., .....
~8 c:
0 '" ;0;-
~~ r-' G) ~ 0.
C ?f
....
0- S:
",2 ~. 3
~ N @
2
"
;.::: "0
0 "'0
Z z
~5 -
0
f+
QZ "'0
j; "
Z
r .._. « J

~ W ~

z « ::J I« en

« z or:(

c

z

;2

-

a:::

« z w a..

z « « 0::

52 0::: w a..

~

:5 0:: o LL.

N

.

(I")

z <{ z « ..J :::> OJ

«

Ci

w ~

z « ::::l

~

U)

« Z <1; Cl

Z

;2 ..

O::z «<{ Z..J W:::> D.CO Z

<

<

0::

~

0::

w

a.

W~
Cl'JIJ>
N ~"':J
zc,!)
.;:: W«
m U)o..
'0 ~o::
N Wo
c= 0..
m
E --
co ::I:
ro ::s
:c
:2
:J
...,
U)
W
0
0..
0
Z
~
0 ~
N
Z 0
~
<C l-
e
C,!) o,
W
Z U)
«
z
::::> U)
:c (9
<C «
I-
<C
Z
<C ....J
CI ;:)
Z ...,
«
~
0:: z
<C
Z ::::>
W ...,
c,
z LiJ
~
rt :a:
i:
~
w n:::
o, c,
«
0::
«
~
00
W
LL
Z
«
...,
cci
:J Z
CI'J
...... «
(9 U
W
:::£ Z
~ Cl)C2 ~
~ -~« ~
z...,..., ~ ;; iO ii> ~
WZZ ~
(9 8::s::s ~ ~ ~ ~
0
0:: WWW
0.. ~cacc
F ~~
W ~ ;; ;;- :c
0 ~ ~ ::5
~ ~ ~
~ :::>
..., c:
ro
,_
ro
0 b.O
0.0
0 c= -
N <C
ro
t:
::I
b.O
till
~ C
QJ
0..
ro
Vl
ro
::I
::.::: - co ..-

E ~

01

e o,

'w 01 c:: ::J u,

c rn eo

§

ill a,

c rn ro

I

o,

-

c

co

~

~ C)

o ~

c:: rn ro ';::'

~

ill n,

C

co

.......

,!!!

-
z
:::.:::
0...
:td
0
-...
Z
0...
0.. N
:::.::: ';::
C1l ro
~ '0
E ....
';:: :::;,
:!2 c e ..J
i:S ro -c ce
E c.. ::J
....... ro « t-
lI::
"ffi !a ce
J: Ill. 0::
!i;:
a
lI:: «

[i

W ~

z « :J

~

rn

<C Z <C C

Z <! ~ (2

« z w a.

z <

~

~ .a::: w a.

J<C

== c:::

o U.

M

.

M

z c:( z « -' ::::J

OJ

«

ii

w ~

z < ::::J

~

en

«z z« <-'

offi

z < ~

C2 < z W 0.

Z « < ~

~ a=: w 0.

a

9 ;jj

o N

.... ....

..J:::;,

;:C!l ace t-D.

w a

e

<C
Ci
w z
~ «
z z
«
<C _J
::> :::l
I- m
<C «
CI) """)
<C 0:::
w
Z ~
<C
0 z
«
z :::l
< ~
~
D:': CJ)
« «
z
z ;3
w
a. z
z « ..
« ~
~ -z
0:::«
:::s: «_J
Z:::l
c::: Wm
w 0..
a. Z
l- e:(
« ~
:2 52
D:':
0 c::
w
u, a.
.
M
M C\l ~~
~::l
';:: Z(.!)
co 1.l.I«
rna..
"t:l 0:0:
C\l ~o
c:
co
E
ro
ro :c
:::c :5
~
:':I
....,
rn
w
0
e,
0
z
~
~ 0
0
N "_ I--
z
Q1i l-
n,
-c I.l.I
(.!) rn
(.!)
z
«
z rn
::l ~
:c
~
«
z
r3 ..J
::l
Z .....
;2
0::
«
z z
w
n. ::l
.....
Z
«
C2
S2 iii
0: :il
w
e,
0:
n,
<C
0:
~
co
W
IJ.
Z
«
...,
--I-
eri
::l Z
Ia ::l:
<.!)
w (.l N
I~I~ ~ <;;" ;0- 0;- s
8~55 g g g g
g:!!!~~
p
w ~ ;; ~ ~ ~
0 § g F
~ ~ o:i :::
~ ~
-;l
I c:
ro
"-
co
0 tlI)
tlI)
0 c: -
i «
ro
c:
:J
tlI)
tlI)
c:
(l.I
0..
co
III
ro
:J
:.:: ._:. N N

---

<0 r-, co

«
(i
w
~
z
ex:
::J z
l- e:(
« ::I
tJ) e
« e
z z
« :=
c «
Z z
~ «
c
~ z
« ;2
z 12
w «
0.. z
Z w
ex: a..
~ z
~
~
0:: n::
w 52
0.. e:::
I- w
« a.
:E
IY:
0
U.
'lit
M '<I'
;:,
o
o
Z
~
M
::>
o
o
~ z
:E
z
:Ij
~ ::> N
0 III ::>
N o
Z o
~ z
« ~
e
o
z
-e ,...
z :::;)
::> o
:r: (!)
~ z
« ~
z
«
c
z '<t
;2 ::>
o
ii: o
« z
z s
W
Q.
Z
~ M
::>
S2 e
o
a:: z
w >< s
a.
z
:Ij
::l N
III
::>
o
<!>
Z
~
......
:::;)
o
e
z
:E
'"
~
Z :::l
« ;:- 0
~ ~ Z
:::;) - -
0 ..., ~
::l «
Z e o
-
~ Z Z
0 0
Z z
-c < « ~
"") ., .,
Z Z z
::s ::s ::s :E
w w w ;:,
OJ OJ III ...,
0 ,... N M '<I'
Z c:
rei
...
rei
no
0 no
0 c: -
1 «
rei
c
:::I
on
on
~ r::
C1J
0-
rei
V1
rei
:::I
~ ~
c
'iii
el
C'II
.c
(!)
UI
C (")
C'II N
'C
:i
tll
C'II
.:.:
~
a
tll
c
III
~
'iii'
tll
c
C'II
el
C
I!!
::I
.:.:
~

.!!!
::I
UI
::I
UI
'iij'
tll
1:
(!)
11
Ql
UI
~ .:.:
:::J ~
'C 'C
,5 .E
:~ ~ii
CI CI
X C
~ 'iii
... Qi
c
~ UI
C e
I!! I!!
C'II III
:I :I
Qi Qi
tll tll
C C
C (II (II
'" Q. Q.
OJ
c
I!!
~
~~ N «

~

LU ~

Z « ::J

~

(f'J

« z

« c

z

~ C2 « z LU Q.

Z «

~

~

w a..

I<

~

o u..

~ ~ « :r:

« z « CI

z « ~

CZ « z w a.

z «

~

52 0::

W a.

e
X n:I
0 '-
n:I
0 tlll
N tllJ
~
n:I
c:
;l
~ tlO
tlO
c:
OJ
c...
n:I
'"
n:I
;l
~
- z

~

0:: <I: z W Q.

Z

~

52 cr:

W Q.

:ffi' 'ffi' (1)
-c
01 01 III
.lo: .5 0.
::l
"E III III
4i .~
::l UI III
C C ~
(1) s ·c
l;j III
(I) s:
::::I ::::I
4i 4i <G
Cl g' 01
c: Cl
OJ OJ c
c.. c, ~ <2:
..,
n:::
w
~
z
<2:
:::> z
I-
<2: c::(
(f) z
«
<2: ..J
Z ::'J
<2: ca
0 «
z z
<
« c
n:::
0 z
l- e::(
W a:::
>- 0
Z I-
W
W >-
a. z
z w
« 0.
~ z
<t
~ <2:
a:::
0::: :::s::::
w a:::
a. w
I- n,
<2:
:2:
0:::
0
u.
(C
M rJ)
W
0
a.
0
z
~
~ 0
0
N
Z I-
< o,
0:: w
« rJ)
G
G
Z so
<%; C!I
z «
::>
:I::
~ ..J
« :J
Z ..,.
«
c
z z
~ ::>
g ..,.
W
>- m
2
w :2:
a.
z
~ a::
a::: c,
52 «
a::
w
a. a::
<
:2:
ca
W
LL
Z
<{
..,.
:::s::::
0
n,
~ Fr f;
02
..J:J ~ ~
W:::s::::
~<
Z
:J
:::s::::
<
~ ::' ' ,
W ~ ~ ::J: c
~ ro
C OJ
0 ~ ~ c
~ :i ~
~ ~ ::l ~
..., >< c
n;l
0 .... -
0 III
bD
~ bD
C
-c
n;l
c
:J
r gg
c
Qj
0..
n;l
U\
n;l -
:J
:.:: ro
>-
,5
ro
OJ
ro
.0
Q.)
til
C
ro
""0
C
0.. L{)
0.. N
~ .r:!
ro 0..
'iij' 0..
0.. 'E
C
ro 2t
~
:J Ql
.0 In
~ C
:J
ro ~ "2
01 ro 111
(II -" ro
Z a ,§
C 0.
ro E <IJ
ro a C
E 4i <IJ
'c ~ 0.
<IJ 'ro .3
<=
Q) 0. ro
0... E til
C ro ';::
ro
:J til ""0
~ ro
til >. .J:!
ro c: :0
>. ro .S!
C s:
ro c: 1iI
s: ro 0-
ro 01 ro
OJ C 'E
ro ro 2
.0 :J
E Q) ...
<IJ ~ <IJ
0:::: C :l!'
c Q) ro
ro E In
'I::
.ru .@ J!l
c til l5
<IJ 0- C
c: E ~ :J
:J ~ ~
~ j c: c:
Ql a .~
""0 4i
~ 111 I/) ~
<n w ::I
~ N
.- « ...,

0::: w ~

z « :::J I« (J)

« z « o

z « 0::: o IW

>Z w n,

z «

~

~ 0::: w n,

i

0::: o u,

I"M

.,_;

is

-

z

a. a. ~

.m E

·c

x is

......

z < ::J (!')

o Z

:;s

< Z

< CI

Z < 0::

o Iill

>Z ill a.

Z < < 0::

~ e:::: ill 0.

... _._. -.--,-- --.,---,.--
~
::J
o
o
~
~
-
::J
~ e
o
)( Z ~
)( :3 :!:
0
N ::J
Z CO =
-c
0:: ::J
< e
e e
e Z
z :e
<
z I-
::J
X -
< ::J
I- o
« e
z z
« :z
0
z
~ ~
0 ::J
I-
W e
>- o
Z Z
w ::l:
0.
Z
< -
< =
0:: ::J
52 o
~ e
W x z
a. z :E
«
...J
::> =
III
:J
e
e
Z
~
L-
-
::J
e
e
~
:a
~
a
0. N F'
:!:
OZ § ~
..l:J
w~
~<
z ~
:J
~
-c
~ :=
W x XX c:I ..
0 >< x« .. ~ ~
0 ~ • ...J c:I '"
~:e {IS v!ll
~ ~ .:J tf'"d
~"? e~ I
tJ
U
...... x
0
0
~
c:
~
!I:I "'":'
C) ·
C) ·
c: ·
< ·
!I:I ·
·
c ·
::s ·
·
C) ·
C)
c: ·
Q) ·
·
0.. ·
·
11:1 ·
·
tf) ·
!I:I ·
::s ·
~ .....:,. ro
>-
e
'iii
Cl
ro
-0
Q.l
(/)
c: <0
ro N
'0
~
o,
o,
L:
0.
o,
:e
OJ
0.
Q)
(/) Z 0.. 0.. ~

« z « o

z « n:::

« o z w a.

z «

~

~

w a.

~

:E 0:: o u.

..J
:3
Z- z~
~~ 0;:2
%1-
<cZ z
~~ ~
ZZ
~<c ..J
<c!2 «
=>
1!i:J ~
~ UJ_ C2
e ::':::0
-c I-
a. z
<c 0
!!1 ::.:::
en
J:Z
o<c
en::':::
~~
·z
1.:)0
w::.:::
::.:::-
0
0
o
..J
<
en
..J~
~!!1
O..J
I-U)
cr::
..J
:3
ii5 ~~
<
en
:J
< z
UJ s
cr::
%
;2
J:~
01-
(l)Z
'0
::.:::
is
..J
«
z __ Z~
O~.-.
;2«1 Z co
<Z I-
~~ Z
~
zZ
~~ ..J
<e::'::: :3
-<c i
&1=
::.:::0
::::l I-
Z
(!l ~r::-
<c
a.
J:Z
0<
en::':::
~C2.-.
1-1,()
·z
(!)o
UJ::.:::
::':::0
.J;:l
~~
~Il.
0::
W
~
!;:
C/')
-
z
~ N
~ ~ ~
Z« X X
~(9 g g
(9(9
«Z
ro<t: X X
~ g., :c
w :5
Cl
~ ~
~ :J
-, c:

Cll

E Cll ro :c

z or:.(

z

:J

;:::)

co Z 0- 0- x: or:.( z or:.(

c z

~ « o z UJ a.

z or:.(

~

er::
w
en
:::a:
lJj
(/)
N W
Cl
'C: ~
CIl
"0 er::
N W
en
c: ~
CIl
E w
a,
CIl 0
""iii z
I
er::
W
en
~
0
-
er:: -I
lJj
CO
:a
W
l-
n.
Z UJ
~ (/)
< (/)
U :::!
Z I-
W (/)
a. :::l
Z ~
~
e:::: ..J
52 :::l
e:::: ~
UJ
a. Z
:::l
~
w
:E:
..J
1:2
o,
<
I-
W
er::
«
::;E
0:::
«
:::l
0:::
CO
W
LI..
0:::
«
:::!
z
«
~
0:::
W
~
~
to
-
Z N'
-c
zO::: ~ ~
««
-" ~
~(9
CO~
UJ 10- ;;;-
~ :c
0 ~ :5
0
::.::: :::2
:J
I ""') co N

ill N

Z 0- 0.. ~

« z « c

z

~

« o z W Q.

Z «

C2

~ ~ w a..

le:(

:aE ~ o LL

~

M

z co 0..

a

....J

$:2

za.

~~

-I
-e
::I
z- z!;:
~~ ~~
I-
<z Z
t!I;2 0
>-< ~
zz
~< -I
«~ -c
::I
8:5 I-
w_ ~
:;:) ~Cl ~
o
« l-
n, z
« 0
!!2 x::
en
;Cz

en x::
~g
·z
(!)o
Wx::
~-
0
0
0
-I
«
en
-I~
i5~
0-1
1-«
W
oc
:;i!
:;:)
(ii z~
« ~~
en
:J I-
< Z
W o
0: ~
Z
~
ag
enz
l2
5
-I
<
~~ z~
o~~
Z 10
X::z J-
<<( Z
(!)lI::: ~
)-«
ZZ
<<( -I
I-en
«x: «
(5:) :;:)
w- ~
lI:::0 ~
:J l-
o z
« ~iii
c,
;Cz

en x:
~C2_
1-(')
·z
t!le
w~
~-
0
-I:J
;:;~
~Q.
« N' N
""'l
Z ~ ~
j
W
al
!!2
z
w
...,
:c
w ::5
°
~ .;:- - :2:
>< ~ ::J
X ...., N .;:;:

III "'0

t: ro

E ro "ffi :c

.... ! •..

z c(

:z: c( ...J ::l co

Z c.. c.. ~

c( z c(

o z « a::

,(3

z w a,

z c(

~

-
cc -
UJ
OJ
::lE
w
CI)
W
N 0
'i::
CIl
"0 CC
N W
C en
CIl ::lE
E UJ
0..
CIl 0
ro
:c z
CC
w
en
0
~
0
e:::
w
£0
~
w
<C f-
Z 0..
<C UJ
c CI)
I-
Z
<C CI)
e::: ::;:l
« I-
CI)
(J :.>
z ~
w
a.
z :J
<C
<C ::J
n:: "")
l-
i:
n:: z
UJ ::J
a. "")
"-
m
::lE
-
_J
~
0..
-c
I-
W
e:::
-c
::lE
ii:
«
::J
e:::
en
UJ
LL.
l.-
ii:
«
:::::l
Z
-c
"")
«
"") N
z N
s ~ ~
w
en X
(f) X S
z ~
w
"")
---
-
W ;:- I
0 ~ :5
0 ~
~ :z
:::::l
"")
l . I I x o

~

52 a:: w a..

~

2 a:: o u,

en M

./

Z
a.
a. z
~ «
or:;( :::J
Z (!)
« CD
Cl Z
z :a:
< z
0::: a.
« a.
(J ~
~l z «
~ w z
a. «
I 0
z z
« «
~ a::
«
~ o
0::: z
w w
a. a.
z
I- «
« «
:E a::
0::: 52
0 a::
u, w
0 a.
0r-
o
CO') ...,..
::::>
o
o
z
~
('I)
~
o
~ o
z
>< :2
>< z
0 «
('II
z -I N
:J ::>
« OJ
0::: (!)
ex: o
C,!) Z
(!) ~
z
«
z ..-
:J ::>
:t: (9
~ (9
z
ex: ::z:
z
«
Cl ...,..
Z ;:)
< (9
a:: o
« z
o ~
Z
w
a. ('I)
z :::J
« (9
« o
a:: >< z
~ z 2
0::: <
w ,_J N
a. :J
ro ::::>
(9
(9
Z
~
.....
:J
o
o
z
2
N
~
:J
z: 0
~ Z
-
:::J - -
Z 0 ...., :;:
« «
~ z (9 (9
-
- Z Z
:::J :;: 0 0
(9 Z z
-c « « :r:
...., ...., ....,
Z Z z ::i
::s ::s ::s :2
w UJ UJ :J
co co cc ....,
, ,
0 ...... N (V) (V)
Z z co o, "-;I o -J

5Z za..

~~

0
0
r;
z
Q,.
0..
f ::.::
.!5!
! n:I
Co
(1J
::.:: - 011
>-
c
'iii
01
II!
.c
111
III M
c
011 ("f)
'C
:~
01
011
.,,;
::I
E
Cl
c
'"
::I
:~
01
c;
011
01
C
r!'
::I
..II:
J.l i ; .
C
~
:;I
III
::I
III
'iii'
01
:e
Ql
0-
Ql
III
..II: ..II:
::I ::I
'C 'C
.5 ,:
;;. :ii
CI Cl
.l<! C
::I ~
....
e
= III
C C
C! C!
'" III
:;I ::I
Qj Qj
.. CI Cl
C e
C Ql Ql
(!J Il.. a,
t:n
c
~
(I.)
-
Ql
~~ N z
«
C2
«
:I:
z
a..
~l a..
~ ~
J «
z
«
Cl
z
<
~
«
o
z
w
a...
Z
<
«
~
S2
~
w
a..
....
....
M z CC o,

i3

-'

~Z

Zo..

~~

~
~ S
0
N
~
~
o
~ .....:J
S o
f-!
~ :xl
f-l
~ § ~.
o
A ~ ~
~ )j
<
U
Z
w ~
~
~ .....:J
~
~
~
Po<
:x:
(j
f-t
N
~
:J
~ 0
.,.. Z
~ -
Z :J - -
0 :;: J
< «
I-< Z CJ (9
~ -
- Z Z
;=l J
« 0 0
CJ z z
< « « :c
J J J
Z Z z :5
:5 :5 :5 :2:
w W ill :J
CC co CC J
1·-
0 ~ '" C'? C'?
Z 0
0
N
Z
e,
e,
~
..!:!
"'
Co
~ --- ~
c
';
t1l
III
.Q
QI
III
C '<:t
III C'?
"C
:i'
C1
III
~
:::I
E
OJ
C
III
:::I
:~
t1l
C
III
OJ
C
~
:::I
~
s
C
.ll!
:::I
III
:::I
III
;~
OJ
:e
QI
0.
QI
III
~ ~
:::I :::I
"C "C
,5 ,5
:~ :ii'
01 t1l
.lo: C
:::I ';
...
e Qi
:::I III
C C
~ ~
III III
.=! ::I
QI Qi
.. OJ 01
C C
c: QI QI
n:l a.. c..
ttl
c
e
III
~
~:;:- N z
a.
a.
~ z
« c:(
z
z c:(
< -I
CI :J
Z OJ
< z
< a.
a.
a ~
, ,,;1" (2
l .. c:(
~ ~i w z
z <
I w Cl
.,',.: a.. z
':, I' Z c:(
<C «
ex: 2
0:: C2
~ ill
Z
0:: ill
W a,
a.. z
I- ~
«
:E 0::
0:: ~
0 0::
u, ill
a.
N
T'"
.
M en
ill
c
a.
0
z
I-
~
X 0
X
0
N
Z I-
oe:( a..
0:: w
« en
e
(!)
z en
c:( o
z c:(
::>
J:
c:(
I- ..J
<C :J
Z ..,
<C
0
z z
c:( :J
0:: ..,
0
I-
W
>- jjj
Z
ill 2
0-
Z
~ 0::
n:: 0-
~ «
0::
ill
0- n::
<C
:2:
co
ill
u..
Z
«
.,
z
:J
~
<C N'F;
~ ~ ~
0
a.
:2E
a
-I
ill
~
F' c :I:
ill ><>< <C
c ~~ -I
0 :2E
~ ~~ :::>
.., a -
0
~
z
, c,
e,
~
ro
"'iti
a.
Q.l
~ ._:..
I1i
>.
,5
ro
OJ
ro
.c
II)
Vl
c:
co
'0
X
:;l
til
co
:::E
ro
0)
en
c:
ro
'0
'10
x
:;l
o
~
z
c:
co
..c:
co
.c
E
ro
1::
0)
.-.. Q..
c:
co .II:.
co ro
E 'iii'
'I:: 0..
II) r::
I::
Q) .£!!
0. 'iii
I:: co
:;l ..c:
.II:. OJ
ro c:
..... 0)
'~ 0-
'6 x
LP co
'I: 'iii'
('II 0..
'0 :e
'I: II)
~ 0.
0)
s til
I::
C :;l
:;J X
.II:. «
« x
.:ot: 0
0 0.
a. E
E 0
.Q ~
0)
~ c:
0) co
'C '§
~ ;:) z
c..
c.. z
~ <l:
<C =>
Z C>
<C C>
Cl z
Z s
<C 2
< a.
:E a.
~
0:: «
w .2
~ \ z «
w CI
I c.. z
z «
< «
~ ::iE
i2
~ w
~ 2
W W
c.. a.
J- 2
«
< «
:E c::
~ ~
0 c::
u... UJ
M a.
~
.
M ..;t
::>
o
o
Z
~
["I')
::l
(I)
(9
X ?:;
x :2
z
~
~ .J N
::>
0 OJ ::>
C\I e
Z o
~ Z
0::: ~
«
C!)
e
Z ..-
« ::>
z (I)
::l o
:c z
~ ~
I-
~
Z
<C '¢
C ::l
Z o
~ o
~
:;; ~
C2
w
z ["I')
W
n, ::>
Z e
e
« z
« ~
a::
52 ><
0::: Z,
w « N
c, .J ::l
::l (9
CO (9
Z
~
..-
::l
e
o
Z
~
z
::::> ~
~
« ~
~
0
c,
:liE
0
.J
W
~
..
Z
OJ l;:-
n,
..., ><
0 W
_J .. Cl ~
~ Z 0
z n, ~ ~
~ o,
~ -
a
a
N
I Z
a.
a.
::..:
rc
rc
a.
Q) .._:..
::.:: z
a.
a.
:::.::: z
« <
z a:::
« «
c ::c
z z
), c:( a..
~ « a..
~
J a «
~ z
W <t
Z Cl
W z
a. ~
z
« ~
c:( a:::
0:: w
2 z
n:: w
w a.
a. z
I- <t
<t
c:( a:::
:E ~
n:: a:::
0 w
u. a.
-.::t
'f""
.
M ~
_j
(9
I-
~
0
N
Z
.q;
a:: ~
«
(!) ~
(!)
Z -l
« C!)
z I-
::>
:c
s ><
«
z ::> ~
'« e
c e
z _j
z
« ~ C!)
.q; I-
::1!:
C2
w
z
w
a. ~
z
.q; -l
~ C!)
l-
s::
a::
w
a. -
><
-J
C!)
I-
Z
::>
~ ~
«
~ ~
0
a.
:2:
0 ~
_J
w
~
F' ..
w >< c
C ~ (II
C)
0 I;;
~ ~ ~
Ql
ill
~ 0 ~
0
N
Z
C-
O-
:::.:::
.!2
ro
c.
~ - g,
.5
m
tn
III
.0
Q)
VI
C
(II
'0
~
::J
VI
III
:iiE
rn
Q)
m
c
CII
'0
'ro
..I<!
::J I'-
o M
'ii
2 -'
- «
::l
z- Z!;:
N ~~ ~~
't: I-
ro c(Z Z
"0 ~g ~
......
c: zZ
ro <<( -'
E ~en «
ro _x: ::l
ro (!I < ~
:r:::I w::l
Z (!I x:o ~
« « I-
c:t: n, Z
Il!: « ~
!12
c:t: Z en
J: « :r:z
c:t: Z 0.;2
.0 « eng
Z -I ~
W :J ·z
CO OJ t!lo
wx:
Il!: Z ~i5
W «
c.. c(
-I 0:: 0
« 0
« ..J
l: <
Il!: c( en
W 0 - -
, 0 Z -'~
Z w
W OJ .:~
...., 0:: 0-'
~ W I-~
a..
c::: -I -'
0 « <
0:: ::I
~ W (jj Z~
0 < g~
W Ul
Il!: z :i I-
We:( « z
- w ~
0 -'-, 0:::
J: I-ZZ
« ~:J:J z
>- OWl: <
x:
~ ~, c:.( I- aJ ~ :z:~
-I ~(/) 01-
i §: w- UlZ
o:::Z ~
Il!: -W
0-, ., is
0 l:I-Z
.... c( :J e:( -I co
Z >-0:::-1 < M
c:.( «:::l=> ::I
~ -IZm Z_ z~
:5:W O~-
c:.( ;2ot Z r.o
Z 0::::2: «z I-
t!l~ Z
c:.( 0 >-< ~
.0 I- Zz
Z Z « -I
« I-en
c:.( <x: <
~ aj ::l
c::: I-
« LU- x:
:¢ Z x:O i:2
o c( ::I I-
Z Cl (!I z
« ~Li)
W Z n,
c.. «
z 0::: :z:z
c:.( <C 0<
Ulx:
« U (!I~-
c::: Z >-I-M
~ W ·Z
a.. (!I 0
0:: LUx:
Z x:-
W 0
n, «
«
I- 0:: ;:t::l
« ~ I-~
a 0:: ~!l.
c::: W
0 a.
LL
11)
~
.
M <
.., N N
z ~ ~
j
w
Z co
!12
!:O z g g
o, w
-, ..,
c
-I
~z W I;:- :r:
0 I:=- :s
za... ~ ~ ~
;:2~ ~
:J
., Z
<X:
Z
«
..J
::l
co
Z z
«
« «
z
0:: «
« ..J
J: ::J
« 00
Cl Z
z «
w <{
CO 0:::
cr:: «
w :c
0.. «
..J Cl
« Z
w
c:: OJ
W 0:::
Cl W
Z a.
W ..J
-, «
I- 0:::
~ W
Cl
0 ZZ

I- ...,0:::
\ ~ I-«Z
.~ W
0:: «C>::J
j Cl O:::C>:I:
OZ«
:I: ~«r-
« WZ
>- o:::~
« -(!)
_.I Cl « ..
§ :I:OJZ
~r-«
cr:: «::>..J
0 ..Jo:::ffi
I- -:::>
Z 3:z
;2 o:::W
0:2:
« J-

Z «
<C ~
Cl «
z z
~ «
Cl
« Z
o ~
z
w ;;:
a. o
z Z
w
« a.
~ z
«
~ «
0:::
W ~
0.. 0:::
~ W
a. z
~ co
c:: o,
....,
0 0
L1. _J
10 S
'r'""
M Z
;2 0::
UJ
III
Z
UJ
til
UJ
N 0
.;::
ro 0::
'0 UJ
N OJ
C Z
ro UJ
E c.
0
ro z
tu
:r:
0::
UJ
OJ
0
~
0
0::
UJ
OJ
Z
UJ
f-
o,
Z UJ
« til
e:::
<C til
U i=
z til
W =>
a. ~
z
-c
«
e::: ::J
52 =>
e::: ..,
w
a. Z
=>
....,
UJ
:2
-1
~
a,
«
f-
~
~
C2
:3
0::
OJ
w
u.
~
~
.....
a:::
ui
~
~
U)
-
Z N
Z~ ~ ;r
«« ~
_(9
(.!)(!)
~~
.,
W -- ~ :c
0 ~ :5
0
~ :i:
:;)
~ x
0 CO -
0 0-
N -.
Cl
';:
! c:
ro
~ ::.:::
ro
iii
C-
Q)
::.::: - m C'0

z
«
~
< Z
:r:: <
« Z
c <
Z ..J
W ::>
OJ co
0:: z
W <
a. <C
..:J 0::
<
~ :c
<C
w 0
c Z
z w
w CO
'"') 0::
I- w
~ C.
-I
0 <C
I- 0::
~ W
0
W Z
~ w<
C ...,...,
:r:: ~zz
~ : ': : ' .~ " : :i ;; : ~ 0:::3::;,
OW:r
,~ ~ « I-CO<C
1 ..J ~(J)I-
J § w-
<':.' o.::Z
, ' 0:: -w
I : ~ . . 0...,
0 J:I-Z
I- « ::> <C
z >-0::-1
« «::;'::;'
:::.::: -Izro
-w
« 3:::;:
z 0::
« 0
c I-
Z Z
<
~ ~
« <
z
(J <
z 0
w z
a. ~
z
« «
~ o
Z
~ W
c.
0:: z
W
Il. «
I- ~
« 2
:iE 0::
0:: w
0 c.
u.
(g
oro
.
M
Z
co
o.
"'")
0
-I
$2
za..
;252 ...I
«
~~ z~
t'\I ~~
·c I-
ctl <z Z
"C ~~ ~
"...
C z~
ro ~«( ...I
E <~ <
ttl 8:5 ::::I
ro ~
:1:;:, w_
e :'::0 g
«
a. z
< 0
!/2 :.::
'"
:r:Z
o~
~g
·z
ffi~
:'::0
0
0
...I
«
'"
...I~
~~
0...1
I-U]
0::
...I
<
::::I
~ z~
'" ~(2
~ ~
w ~
0::
. ~
J:C2
01-
"'z
~
E
...I
oCt
::::I
z_ z~
0(2-
;2"" z ID
<z I-
~~ Z
~
Z~
<(I) ...I
~~ <
:J
w- ~
:.::0 g
::::I
~ Z
a. ~il)
J:Z
g;2
c>g_
>- M
·z
c>o
w:.::
::.:::-
0
...1:::1
~~
eO.
« N N
:i
:5 ~ ~
III
ID
'"
Z
w
"")
w l;:;- i:=' :I:
0 :5
'0 ~ ~
::.::: ::::E
:J
..., z ~

C2

« :c

« o z W co 0::: w a.

-I

r2

w Cl Z W ...,

J-

~ ~

~ w 0:::

Cl :c

~

« -I

~

0:::

~

z « ~

< Z

< c

Z

~

« o z w a.

z <

C2

~

w a.

~

:aE 0::: o U.

to '-:

M

z « z « ..I ~ m

z «

~

« J: « .0 Z w rn r:t:: w a..

z co CL .....,

o ....I

5:

~

CI)
UJ
Cl
0.
0
Z
x
~ 0
0
0 N
I-
0.
UJ
CI)
I-
(JJ
;:)
~
z
<C
a::
:;;( ::i
U :::>
z """')
UJ
a,
Z
~ -
z
a:: ::J
52 """')
a::
w
c,
W
~
...J
c::
0.
«
I-
UJ
0::
«
:2
C(]
UJ
u,
z
«
"""')
« N
"""') N
Z ~ ~
:5
UJ ~
C(]
~ ~
Z
LU ><
"""')
:r:
UJ r.:- r;:- :5
' , Cl ~ ~ :2
Z ~ :::>
CL """')
CL
~ co
c,
-.
CI

to;
ro
::.:::
ro
"iii
c..
C1J
::.::: N 'C ro "0

N c: ro

E ro '"iij

:c

z
«
<
0:: z
<
:r: «
« :::>
o o
z o
w z
[0 ::
0:: z
W <C
a. «
...J a::
~ <C
:x:
w «
c 0
Z Z
W w
CO
-, a::
I- ur
~ 0.
-I
0 <C
.1- a::
~ w
W 0
0:: z
C5 w
....,
J: ~
<C
.' > a::
~ ~l « 0
~ ...J ~
j ~ w
a:::
0:: B
0
I- :x:
z «
« >-
<C
~ -I
< §:
~ a:::
c 0
I-
Z Z
~ ~
« «
c z
«
z 0
w
a. z
z ~
« «
~ o
Z
~ W
~ 0.
IlJ Z
a.. ~
I- a::
« S2
:; a::
a:: w
0 0.
u,
..... z
~ III
.
C'? a.
....,
0
._j
s
z
~ '¢
:::>
o
o
z
~
('tj
:J
o
~ .(!)
z
~ z ~
~ <C
._j N
Z ::::> ::>
<.1; CD
0:: C)
« C)
o Z
o :2
z
«
z ..-
:::I ::J
:r: C)
« o
I- Z
« :2
z
«
c """
Z :::J
<C o
a::: o
<C z
o 2
z
W
0. ('f)
Z ::J
<.1; CJ
~ <.9
>< z
~ z :2:
a::: <C
w ..J N
a. ::l
CO :J
o
o
z
2
..-
::J
o
C)
z
2
N
~
::J
Z z: a
~ z
-c -
~ ::> - ~
o ""')
z C3 CD
:J -
- z z
.....,
<C 0 0
CD z Z
<C <C <C J:
""') ""') ""')
z z z s
::s ::s ::s ~
w w W :J
en en en ""')
0 ..- N (") 'V
Z ......

ro C')

t:

'iii Qi

III

C I'G

~ ... ::J I'G "C..::! C e

._ C')

:~C ro (l) (!)c..

--

.... N

><
0
0
N
(IJ ..-..
a.
-:.
0
~ .§
c:
ro
~
ro
iii
0..
(J) .... ,:..
:::c:: Z
<C
~
<C
:I: Z
<C «
CI ~
z «
w x
OJ z
a::: <
w <
a.. rx:
...J <
~ ::r:
«
w c
Cl Z
W
Z co
w rx:
"") w
~ a.
..J
a::: «
0 rx:
~ w
Cl
W z
n:: w
~ - ""'J
~ 1 CI ~
J J:
<C rx:
.. .. 0
>- J-
<C ~
...J W
§ rx:
a::: Cl
0 :r:
I- <
Z ~
« ..J
~ 3:
<C
z 0:::
« 0
c J-
Z
Z «
<C ~
0::: «
- z
<C
0 «
z Cl
w z
a.. <
0:::
Z «
« o
~ z
w
~ 0-
a::: z
w <
a. ~
I- ~
« 0:::
:! w
0::: a.
0
u,
co
'r""
.M --
x
x
~
x
_j
x o
X I-
0
N
Z t---
<
rx: ~
«
o x
o x
z _J
« o
z I-
:J
::r:
~ >< ~
« :J
z e ><
« e
Cl ~ _j
z :2: f;2
«
0::
«
(J
z
w ~
a.
z ...J
(9
« I-
«
0::
!:C
0:::
w
0-
X
...J
(9
I-
~
:::>
~ 0
T"" Z
~ -
::J - -
z 0 :;: ...
« «
C2 z (9 (9
-
- z Z
:J :;: 0 0
(9 z z
« « <C :r:
... ... ...
z z z ::i
.. ~ ::i ::s
:z
w w w :::>
OJ co co ...
0 ..- N C") "¢
z I'!I
>-
c
'fa
Cl
I'!I
.c
Q)
II)
c lI')
I'!I ~
"0
.....
I'!I
Cl
C
cu
Cl
c
e
::s
~
Q>
~
C
~
::I
II)
::I
II)
.~
C')
t:
Q)
C.
Q>
II)
~ ~
::I ::I
"0 "0
,5 c
._ f_
tc? ·ii
OlOl
~ e
::I m
.... 'Q)
e
::s II)
C C
CU ~
.....
CIl CIl
::s ::s
Q) n;
Cl Ol
,. r:: c
c III III
CIl 0. 0.
Ol
C
e
Q) --
.... ,""N
IV
~ z « « 0:: « ::c

C3

z w OJ. 0:: w a.

...J

~

W o z W -."

~

0:: o

~

w 0::

-

o

::c

~

« ...J

~ ~

~

z

;2

« z « c

z

~

:2:

C2

w z w a..

z « « 0::

~ 0:: w a..

~

::;

~ o LL

z « z

« _,J

:::l OJ

z «

~

« :J: <C o Z ill en 0::: ill a. -I <C e:::: w o Z ill -,

~

c

~

ill

!!: o

:r: «

~

_,J

§

0:::

g

Z <C ~

< Z

< Cl

Z < < 2

0::: ill Z ill c..

z <C « 0:::

52 0::: ill n,

z

CO 0.. """")

o ....J

~ ;=2

xo o N

c:

'(0

OJ

co ..Q

Q) (f)

U) W C

a. o z

~

>< 0 ><

o

N

Z

~

e!) l-

e!) tJ)

~ ~

Z :J :c

<C -I I- :J « -:I Z

« Lr-_~-+---I-H o

Z Z « :::l 0::: -:I

g

W

>- w ffi ~

a.

z

« n:: <C a. n:: «

~

W n::

a. <C

:1S

Ia. w tJ)

-

co ill U.

z .ex:

-:I

w o

~

~)

:z «

~

« :c



z w co 0:: w 0- _J

~

w Cl Z W "'"')

~

0:: o

~

w 0::

C :c

~ :5 ~

0::: o IZ

;2

« z

(3

z

~

« o z W 0-

Z

~

S2 0:: w 0-

I« :2: 0:: o u..

z <:(

~

<:(

J: <:(

o z w CO ct: w a.

..J

~

W CI Z W ...,

~

o

~

w 0:::

C

z co n, -;l

o .....J

S

Z

;?

I

-

C'Il >. c:

'co

O'l C'Il .0 (I) r./)

c:

C'Il -0 ~ ::J r./)

C'Il

~ C'Il <D CO

C en "0

'co

~ ::J

U

'co Z

c en .r:: ro .0

E

ro t:::

Q.l -a.. Cx

C'Il C'Il

en ,~

E ro 'C a..

Q) c: c: ro

~=

r./)

c: ro ::J.r:: ~ O'l m C

, :g, ~

:o~ LO ,!!!.

'C ~

ro

"C'€ 'C Q)

,- 0.

"E Q)

<D r./)

:t::...c:

C ::J ::J~ ~« «..lJC ~ 0 o 0. a.E E 0 0-

ID~

~ c (J) ,g! "0 C'Il o .....

"~:::l e

(I)'

0'1

c

E -~

Q)~N

a:; ~

>< o o N

o "!

M

I

~ ~

o ..J N :J

Z CO <:(

0:::

<:(

C!)

C!)

z

« :::l Z (9 :J (.9 J: Z

< ~

t- I-.I--+-t-II <

z

<

CI

Z

<:(

<:(

:iii

0::: ('I)

W

.Z => W (9 a. (.9

z z < >< :'2

~ ~ L-N-I--I---r-I

~..J :::l

n::::::::1 (9

If en (9

z

~

r

W CI

~

z
<J::
<J::
Q:!
<I: z
:r: <C
« C2
0 <C
Z J:
W
CO z
Q:! <C
W <C
0- 0:::
<C
-I :x:
~ <C
0
w z
e w
z OJ
W 0::
-, w
I- o,
<t. ..J
Q:! ~
0 W
I- 0
~ z
w w
Q:! """J
~ \ (5 ~
J: 0:::
J <J:: 0
>- 1-
ex: ~
-I W
3: 0:::
c
0::: ::r
0 «
I- ~
z
<J:: ..J
~ §
< 0:::
Z 0
< 1-
·e z
Z ;2
<J:: «
~ z
< <C
o 0
z z
w «
a. <
Z :l!!:
« [i::
~ w
Z
ill
~ 0-
0::: z
LU <
a. <
I- 0::
<J:: 2
~ 0::'
0::: wz
Q.rn
0 D...
u.. ..
0r- o
..J
C'! S
M
Z
~ ~
_j
x o
X 1-
0
N
Z
<
0::: ~
<
o
~ ><
z
« ..J
0
Z I-
:::>
J:
<
l- X
<
Z ::J ~
< e
Cl e
Z _j
Z ~ C9
< I-
«
~
C2
w
z ~
ill
D.
..J
Z C9
« I-
«
0::
52
0:::
w
a.
><
..J
0
I-
Z
::J
~ ~
< ~
~
0
a..
::a:
0
..J
W
~
_---
I;:-
w ><
0 ~
~ ~ ei >. c::

'ro C) rn .0 Q) en

c: rn "0 ~ ::::I (fJ

rn

:2

rn Q)

eo c rn '"C

'nf

~ ::::I

o

'(6 Z

c rn £ rn .0

E ro 1::

Q)

-a.. c:~ rn ro rn .....

E co '':: a.. Q) ~ c: c::

Q) rn

c. 'Vi c: ro ::::1£ ~ C) ro c: ...... Q)

'5 c,

:.o~ Lt').~

'':: ~

ro

"'O:.e ·c Q)

._ c.

"2 Q) Q) (/'J

~c:

C ::l

~~

C::(-"" ~ 0 o 0. C.E E 0

0-

iD~

~ c:

Q) .!!l

"8 ~

., ~ :J

c:::

IU 0'1 e

f! ....... ...-.. oS ~ N Q)

~

x o o N

)(
)(
0
N
Z
<C
c? 0:::
<C
« o
e o
W ~
Z
~ Z
:::J
~ ::x::
z ~
z «
« z <C
:5 <C z
,_J <C
::>
0 OJ 0
..J Z
W ~ <C
o 0:::
Z 0::: 0
W « l-
o, ::> w
,_J >-
~ W Z
e ·w
.'_:. ~ <, ~ 0:: z a.
.~) 0 W .. Z
~ c..z
z<C ~
w <C,_J
0:: C::J
CD 52
0 Z 0:::
tJJ ~ W
« ::2: a.
~ ~
Z w
« z
<. w
Z' a.
< (J)
U ~
Z W
W >-
0:: 0
W 0:::
c.. c..
~
:E
0::
0
u..
N
C'!
M Z
<C
«
0:::
::J z < =:l

e (!)

z

:s

~

< :'J ...J W (!)

Z

W ••

a.Z Z< <{..J

o~

Z

~

i2

III Z W a.

en ~

~

o 0::. 0,.

x o o

"!

o z

--

---

You might also like