Professional Documents
Culture Documents
Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat
penuturnya. Ilmu ini merupakan kajian kontekstual terhadap variasi penggunaan bahasa
masyarakat dalam sebuah komunikasi yang alami.
Variasi dalam kajian ini merupakan masalah pokok yang dipengaruhi atau mempengaruhi
perbedaan aspek sosiokultural dalam masyarakat. Kelahiran Sosiolinguistik merupakan buah dari
perdebatan panjang dan melelahkan dari berbagai generasi dan aliran. Puncak ketidakpuasan
kaum yang kemudian menamakan diri sosiolinguis ini sangat dirasakan ketika aliran
Transformasional yang dipelopori Chomsky tidak mengakui realitas sosial yang sangat heterogen
dalam masyarakat. Oleh Chomsky dan pengikutnya ini, heterogenitas berupa status sosial yang
berbeda, umur, jenis kelamin, latar belakang suku bangsa, pendidikan, dan sebagainya diabaikan
sebagai faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan-pilihan berbahasa. Berpijak
dari paradigma ini Sosiolinguistik berkembang ke arah studi yang memandang bahwa bahasa
tidak dapat dijelaskan secara memuaskan tanpa melibatkan aspek-aspek sosial yang mencirikan
masyarakat.
Istilah sosiolinguistik sendiri sudah digunakan oleh Haver C. Curie dalam sebuah artikel
yang terbit tahun 1952, judulnya “A Projection of Sociolinguistics: the relationship of speech to
social status” yang isinya tentang masalah yang berhubungan dengan ragam bahasa seseorang
dengan status sosialnya dalam masyarakat. Kelompok-kelompok yang berbeda profesi atau
kedudukannya dalam masyarakat cenderung menggunakan ragam bahasa yang berbeda pula.
Dari pengantar ilmu sosiolinguistik tersebut, beberapa ahli berpendapat tentang studi hal
tersebut. Diantaranya:
1. Abdul Chaer (2004:2) berpendapat bahwa intinya sosiologi itu adalah kajian yang objektif
mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial
yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu
yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik adalah bidang
ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan
bahasa itu di dalam masyarakat.
9. Fasold (1993: ix) mengemukakan bahwa inti sosiolinguistik tergantung dari dua
kenyataan. Pertama, bahasa bervariasi yang menyangkut pilihan bahasa-bahasa bagi
para pemakai bahasa. Kedua, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
informasi dan pikiran-pikiran dari seseorang kepada orang lain.
Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi sosiolinguistik adalah
kajian tentang bahasa yang dikaitkam dengan kondisi kemasyarakatan [dipelajari oleh ilmu-ilmu
sosialkhususnya sosiologi].
Pada awal abad ke-20, De Saussure (1916) telah menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu
lembaga kemasyarakatan, yang sama dengan lembaga kemasyarakatan lain, seperti perkawinan,
pewarisan harta peninggalan, dan sebagainya.
Pakar lain, Charles Morris, dalam bukunya Sign, Language, and Behaviour (1946) yang
membicarakan bahasa sebagai system lambing. Ada tiga macam kajian bahasa berkenaan dengan
focus perhatian yang diberikan, yaitu:
a : Semantik, jika perhatian difokuskan pada hubungan antara lambang dengan maknanya.
c : Pragmatik , focus perhatian diarahkan pada hubungan antara lambang dengan para
penuturnya.
e : Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde , die bestudert welke social faktoren een rol
nspelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het social verkeer. ( Sosiolinguistik adalah
subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor social yang berperan dalam penggunaan
bahasa dan pergaulan sosial. (G,E. Booij , J.G. Kersten, dan H.J Verkuyl 1975:139).
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Sosiolimguistik adalah cabang ilmu
linguistic yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi , dengan objek penelitian hubungan
antara bahasa dengan factor-faktor social di dalam suatu masyarakat tutur. Atau lebih secara
operasional lagi seperti dikatakan Fishman (1972,1976) , …study of who speak what language to
whom and when”.
Selain istilah sosiolinguistik juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak orang yang
menganggap hal itu sama, tapi banyak pula yang menganggapnya berbeda. Ada yang
mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasuki dari bidang
linguistik , sedangakan istilah sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari
bidang sosiologi. (Nababan 1884:3 juga brigh 1992:vol 4:9 ). J.A. Fishman , pakar
sosiolinguistik yang andilnya sangat besar dalam kajian sosiolinguistik, mengatakan kajian
sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif,sedangkan kajian sosiologi bahasa bersifat kuantitatif. Jadi
sosiolinguistik lebih berhubungan dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang
sebernanya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau diale dalam usaha tertentu.
Istilah sosiolinguistik muncul pada tahun 1952, dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan
perlu adanya penelitian dengan hubungan antara perilaku ujaran dengan status social . Fishman
sendiri dalam bukunya yang terbit tahun 1970, menggunakan nama sosiolinguistics , tapi pada
tahun 1972 menggunakan nama sociology of language. Haliday seorang linguis inggris , yang
banyak memperhatikan segi kemasyarakatan bahasa , dalam bukunya The Linguistic s Science
and Language Teacing , yang menggunakan istilah institutional, lintics Sciense and Language
Teaching.
Bahasa adalah sebuah system , artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap, dan dapat dikaidahkan. Cirri dari hakikat bahasa adalah , bahwa bahasa itu
adalah system lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dean
manusiawi. Dengan sistematis maksudnya , bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu,
tidak tersusun secara acak atau sembarangan.
System bahasa yang digunakan berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Setiap lambang
bahasa menggunakan lambang bahasa ya ng berbunyi [kuda], melambangkan konsep atau makna
. Dalam bahasa Indonesia satuan bunyi [air], [kuda], dan [meja] adalah lambang ujaran karena
memiliki makana , tetapi bunyi- bumyi [rai], [akud], [ajem] bukanlah lambang ujarankarena
tidak memiliki makna. Lambang bahasa itu bersifat arbitrer , artinya hubungan antara lambang
dengan yang dilambangkannya, tidak bersifat wajib , bisa berubah , dan tidak dapat dijelaskan
mengapa lambang itu mengonsepi makna tertentu.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan
pikiran dianggap terlalu sempit , sebab seperti dikemukakan Fishman bahwa yang menjadi
persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end.
Dari sudut penutur , bahasa itu personal atau pribadi. Salah satu fungsi bahasa yaitu
komunokasi , maka ada 3 komponen yang harus ada dalam komunikasi, yaitu:
1. Pihak yang berkomunikasi, yakni pengirim dan penerima informasi yang dikomunikasikan.
Disebut partisipan.
2. Informasi yang dikomunikasikan
3. Alatyang digunakan dalam komunikasi itu.
Setiap perbuaatan bisa di tafsirkan sesuai dengan kebiasaan budaya dalam suatu masyarakat.
Suatu perbuatan bisa disebut bersifat komunikatif adalah kala perbuatan itu dilakukan dengan
sadar dan ada pihak lain yang bertindak sebagai penerima pesan dari perbuatan itu.
Dalam setiap komunikasi ada dua pihak yang terlihat , yaitu pengirim pesan (sender), penerima
pesan (receiver). Setiap proses komunikasi bahasa dimulai dengan si pengirim merumuskan
terlebih dahulu apa yang akan diujarakan dalam bentuk suatu gagasan.
Ada dua macam komunikasi bahasa , yaitu komunokasi sewarah dan komunikasi dua arah.
Dalam komunikasi searah , si pengirim tetap sebagai pengirim dan si penerima tetap sebagai
penerima. Bahasa itu dapat mempengaruhi perilaju manusia. Sebagai alat komunikasi , bahasa
iyu terdiri dari dua aspek yaitu linguistik dan aspek non linguistik.
3. jarak dan gerak-gerik tubuh, seperti gerakan anggota kepala , tangan dan sebagainya
4. rabaan , yang berkenaan dengan indra perasa.
Aspek linguistik dan para linguistik , berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan
konteks situasi yang membangun situasi tertentudalam proses komunikasi.
A. Pengertian Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu
empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu masyarakat. Sedangkan linguistik
adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil objek bahasa
sebagai objek kajiannya. Sosiolinguistik menurut Kridalaksana merupakan ilmu yang
mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan diantara para bahasawan dengan
ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa. Sedangkan menurut Nababan,
Sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan.
B. Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat
atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat
adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa
itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua,
variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima ataupun ditolak.
Yang jelas, variasi bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan
fungsi kegiatan didalam masyarakat sosial. Namun Halliday membedakan variasi bahasa
berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian (register). Berikut ini akan dibicarakan variasi-
variasi bahasa tersebut, dimulai dari segi penutur ataupun dari segi penggunanya.
1. Variasi dari Segi Penutur
Pertama, idiolek, merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang mempunyai
idiolek masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa,
susunan kalimat, dsb. Yang paling dominan adalah warna suara, kita dapat mengenali suara
seseorang yang kita kenal hanya dengan mendengar suara tersebut Idiolek melalui karya tulis
pun juga bisa, tetapi disini membedakannya agak sulit.
Kedua, dialek, yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada
di suatu tempat atau area tertentu. Bidang studi yang mempelajari tentang variasi bahasa ini
adalah dialektologi.
Ketiga, kronolek atau dialek temporal, yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
pada masa tertentu. Sebagai contoh, variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, lima
puluhan, ataupun saat ini.
Keempat, sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik variasi inilah yang
menyangkut semua masalah pribadi penuturnya, seperti usia, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi, pekerjaan, seks, dsb. Sehubungan dengan variasi bahasa yang berkenaan dengan
tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya disenut dengan prokem.
2. Variasi dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunanya, pemakainya atau fungsinya disebut fungsiolek,
ragam atau register. Variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau
tingkat keformalan dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini
adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang
sastra, jurnalistik, pertanian, militer, pelayaran, pendidikan, dsb.
3. Variasi dari Segi Keformalan
Menurut Martin Joos, variasi bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu ragam beku
(frozen); ragam resmi (formal); ragam usaha (konsultatif); ragam santai (casual); ragam akrab
(intimate).
Ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat
dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris, sumpah, dsb.
Ragam resmi adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas,
ceramah, buku pelajaran, dsb.
Ragam usaha adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, rapat-
rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini
berada diantara ragam formal dan ragam informal atau santai.
Ragam santai adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-
bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb.
Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan.
Ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubngannya
sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa
yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas.
4. Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat
disebut adanya ragam lisan dan tulis atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan
sarana atau alat tertentu, misalnya bertelepon atau bertelegraf.
C. PUSTAKA
Chaer, Abdul dkk. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
• Asimilasi (linguistik), adalah sebuah fenomena di mana dua fonem yang berbeda dan
letaknya berdekatan menjadi sama.
• Asimilasi (sosial), bercampurnya 2 kebudayaan dalam masyarakat setempat (contoh :
dalam satu negara atau dalam satu keluarga), sehingga tercipta suatu budaya baru.
Dalam linguistik, asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang menyebabkannya mirip atau
sama dengan bunyi lain yang ada di dekatnya, seperti sabtu dalam bahasa Indonesia yang
diucapkan [saptu]. Menurut pengaruhnya terhadap fonem, asimilasi dibagi menjadi dua yaitu (1)
fonemis, yang menyebabkan berubahnya identitas suatu fonem, dan (2) fonetis, yang tidak
menyebabkan perubahan identitas suatu fonem.
Menurut letak bunyi yang diubah, asimilasi dibagi tiga yaitu (1) progresif, jika bunyi yang
diubah terletak di belakang bunyi yang memengaruhinya, (2) regresif, jika bunyi yang diubah
terletak di depan, serta (3) resiprokal, jika perubahan terjadi pada kedua bunyi yang saling
memengaruhi.
• Copy and paste this code into your blog or website Copy Customize Without
related content Start from slide number Size (px) 340 x 284 425 x 355 510
x 426 595 x 497 Embed code for WordPress.com blogs Copy Old embed code
embed cod
? Copy
Close
• We have emailed the verification/download link to "".
Login to your email and click the link to download the file directly.
Top of Form
Update
Post
Cancel
Bottom of Form
•
Top of Form
Cancel
Bottom of Form
×
Like this presentation?
0 comments
Top of Form
Update
Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.
Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
54. C. Analisis Semantik
55. Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat dengan
budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa, tidak dapat
digunakan untuk menganalisi bahasa lain.
56. Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa Inggris
57. yang mewakili nasi, beras, gabah dan padi.
58. Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks yang
berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi, beras,
gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi, gabah, beras dan
nasi, seperti bangsa Indonesia.
Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak selalu
penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tanda
lingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.
Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, dua
Bisa
‘racun’
‘dapat’
buku
‘lembar kertas berjilid