Professional Documents
Culture Documents
1. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan
standarisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks.
2. Daftar Alat
a. Neraca Analitis
b. Kaca Arloji
c. Erlenmeyer
d. Buret
e. Pifet Ukur
f. Gelas Kimia
g. Labu Takar
h. Spatula
i. Bola Karet
j. Hot Plate
k. Termometer
3. Daftar Bahan
a. Na2C2O4 Padatan
b. H2SO4 Pekat
c. KMnO4 Padatan
d. FeSO4 7H2O Padatan
Kalium Permanganat
Digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih. Zat ini merupakan pereaksi yang sangat mudah diperoleh, tidak
mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator, kecuali bila digunakan pada
larutan yang sangat encer. Satu tetes KMnO 4 0,1 N memberikan suatu
warna muda yang jelas pada larutan dalam titrasi. Permanganate
mengalami reaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat
berada dalam keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, +7. Untuk reaksi
yang berlangsung dalam larutan yang sangat asam akan terjadi reaksi :
Reaksi yang paling abanyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang
sangat asam, dimana permanganate bereaksi dengan sepat.
Natrium Oksalat
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganate
dalam larutan asam. Dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi,
stabil pada pemanasan dan tidak hidroskopis. Reaksi dengan permanganate
agak kompleks dan sekali pun banyak penelitian untuk tidak dilakukan.
Namun mekanisme yang tepat adalah dipanaskan pada suhu 60 0C. pada
kenaikan suhu, pada awalmya raksi berjalan dengan lambat tetapi kecapatan
semakin meningkat setelah ion mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak
sebagai suatu katalis dan reaksinya dinamakan sebagai reaksi otokatalitik
karena katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri ionnya mungkin
mempengaruhi efek katalitiknya dengan cepat bereaksi dengan
permanganate untuk membentuk mangan dari keadaan oksidasi antara +3
dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali di
valent. Adapun reaksinya adalah :
6. Prosedur Kerja
7. Data Pengamatan
Standarisasi Larutan KMnO4
¿ 18,4
Pengenceran
M 1 ∙ V 1 =M 2 ∙V 2
18,4 ∙ V 1=0,5 ∙100
50
V 1=
18,4
V 1=2,7 ml
Standarisasi Larutan KMnO4
KMnO4 0,1 N
ekivalen
gr Na2 C2 O 4 N=
=V KMn O 4 × N KMnO 4 V
BE Na2 C 2 O 4
gram=N ∙ Berat ekivalen ∙ V
300 mg BM 158
134
mg
=V KMnO 4 × 0,1 N ¿ 0,1 ∙
n ( )
∙ 0.5
5
ek
2 ¿ 1,58 gram
300 ek
ek =V KMnO4 × 0,1
67 ml
4,48 ek
V KMnO 4=¿ ek
0,1
ml
¿ 44,78 ml
BM Fe
×0,4
BM FeS O4 ∙7 H 2 O
% Fe= × 100
4
55
% Fe= ×100
278
% Fe=20,14 %
V KMn O 4 × M KMnO4 × BE Fe
% Fe= × 100
gr sampel
ek gr
V KMnO4 × 0,1 ×28
ml ek
20,14 %= ×100
4 gram
V KMnO 4=28,77 ml
9. Analisa Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui, pada standarisasi
KMnO4 volume titran yang dibutuhkan untuk mengubah warna dari jernih menjadi
merah muda adalah sebanyak 10,5 ml pada suhu 60 0C. sedangkan pada suhu
380C volume titran yang dibutuhkan hanyalah sebesar 8 ml. berdasarkan hasil
percobaan tersebut dapat diketahui bahwa suhu sangatlah berpengaruh pada
proses standarisasi ini. Banyak volume titran yang dibutuhkan tergantung pada
suhu larutan yang akan dititrasi pada saat tersebut.
Pada percobaan besi dengan KMnO4. Percobaan pertama mengubah
warna dari jernih menjadi merah muda analit (FeSO4 7H2O) sebanyak 25 ml
dititrasi dengan titran sebanyak 35,4 ml. pada percobaan keduan analit sebanyak
25 ml itu hanya membutuhkan 34 ml titran sedangkan pada percobaan ketiga
volume titrannya sebanyak 34,8 ml, dari ketiga percobaan tersebut diharapkan
rata-rata volume titran sebanyak 34,43 ml.
10. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa
banyak volume titran yang dibutuhkan dalam standarisasi larutan tergantung
pada larutan atau analit yang akan dititrasi. Semakin tinggi derajat celciusnya
maka akan semakin banyak pula titran yang dibutuhkan, sebaliknya semakin
rendah derajat celciusnya maka semakin sedikit pula titran yang dibutuhkan.
Sedangkan pada penentuan besi didapatkan % Fe sebanyak 20,14% secara
praktek dan 23,6% untuk teori.